TM 9 SGD 5 Makalah Askep Agregat Kesahatan Lansia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT DALAM KOMUNITAS

KESEHATAN LANSIA

Dosen Pengampu: Ariska Putri Hidayatillah, S.Kep., Ns., M.Epid

Disusun Oleh:
1. Faizatul Dwi Mufidah (181141011)
2. Lailaun Ni’mah (181141019)
3. Oktaviyanti Iswadi (181141029)
4. Refi Rizki Sugiyaumi (181141030)
5. Ainina Shalsa Ifada (181141051)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN & BISNIS SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatnya penulis dapat menulis makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Agregat Dalam Komunitas Kesehatan Lansia” hingga selesai. Meskipun dalam makalah ini
penulis mendapat banyak yang menghalangi, namun mendapat pula bantuan dari beberapa pihak
baik secara moral, materi maupun spiritual.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih pada dosen pembimbing serta semua
pihak yang telah memberikan sumbangan dan saran atas selesainya penulis makalah ini. Di
dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan mengingat
keterbatasannya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh sebab itu, sangat di harapkan kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk melengkapkan makalah ini dan
berikutnya.

Surabaya, 03 Juni 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................4
2.1 Definisi Lanjut Usia..........................................................................................................4
2.1.1 Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia........................................................................5
2.1.2 Teori-teori Proses Menua..........................................................................................6
2.1.3 Perubahan- Perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia..............................................7
2.2 Tugas Perkembangan Lansia..........................................................................................11
2.3 Permasalahan yang timbul Pada Lansia..........................................................................12
2.4 Sikap perawat terhadap lansia.........................................................................................13
2.5 Asuhan Keperawatan Agregat dalam Komunitas Kesehatan Lansia..............................14
2.5.1 Pengkajian................................................................................................................14
2.5.2 Diagnosa..................................................................................................................18
2.5.3 Rencana Tindakan...................................................................................................18
2.5.4 Implementasi............................................................................................................20
2.5.5 Evaluasi....................................................................................................................20
BAB III.........................................................................................................................................21
PENUTUP....................................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................21
3.2 Saran................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya


kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak
berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia,
baik secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem. Komunitas adalah
sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering dibandingkan dengan manusia
lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang
dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian pula
pemecahan masalah kesehatan masalah, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri,
tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “ sehat sakit “ atau
kesehatan tersebut.
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling
berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang
sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi
yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana
mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).

Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus


yang merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat
dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan
guna meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik,
rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu,
keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara
keseluruhan. Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu sintesa
dari praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan masyarakat.

1
Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh dengan tidak
membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu, berkelanjutan dan
melibatkan masyarakat. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
perawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang
merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan
peran serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara
menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk
ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal.
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu,
keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah kumuh,
daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok siswa di sekolah.
Dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas pelajar intervensi dibuat untuk seluruh
pelajar dan lingkungan sekolah sehingga diharapkan suatu hasil yang berarti untuk civitas
akademika sendiri.
Professional kesehatan lebih banyak meluangkan waktu dengan lansia dalam
perawatan kesehatan, karena itu mereka harus berfokus untuk mengidentifikasi dan
memenuhi kebutuhan khususnya. Lansia memerlukan bantuan yang lebih besar dalam
identifikasi, definisi, dan resolusi masalah yang mempengaruhi mereka. Insiden masalah
kesehatan kronis yang lebih besar, kemajuan teknologi dan masalah ekonomi, social, dan
kesehatan kontemporer masa kini mendorong professional perawatan kesehatan berfokus
pada peningkatan harapan dan kualitas hidup.
Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang kompleks
terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH mengindikasikan peningkatan
taraf kesehatan warga negara. Namun di sisi lain menimbulkan masalah masalah karena
dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan berakibat semakin besarnya beban
yang ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam
menyediakan pelayanan dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini karena
pada usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan
spiritual yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-
hari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan kesehatan baik

2
fisik maupun mental. Walaupun tidak semua perubahan struktur dan fisiologis, namun
diperkirakan setengah dari populasi penduduk lansia mengalami keterbatasan dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18% diantaranya sama sekali tidak mampu
beraktivitas. Berkaitan dengan kategori fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65
tahun atau lebih mempunyai paling tidak satu masalah kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari lansia?
2. Perubahan apa saja yang terjadi pada lansia?
3. Permasalahan apa yang timbul pada lansia?
4. Bagaimana peran perawat terhadap lansia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa /mahasiswi keperawatan memperoleh informasi dan gambaran
tentang Askep Agregat dalam Komunitas Kesehatan Lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan konsep teori tentang kelompok khusus lansia.
b. Mampu melaksanakan pengkajian pada kelompok khusus lansia dengan
masalah yang ada.
c. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada komunitas kelompok khusus
lansia.
d. Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok khusus lansia.
e. Mampu menerapkan rencana keperawatan pada asuhan keperawatan komunitas
pada kelompok khusus lansia.
f. Mampu meyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok khusus lansia yang bermasalah.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Lanjut Usia

Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75
tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli demografi memperhitungkan
peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad selanjutnya (Potter & Perry,
2005).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek
ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang
mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya
tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan,
serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban
dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua
tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa
kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan
masyarakat (Ismayadi, 2004).
Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri dan
mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut organisasi dunia (WHO) lanjut usia
meliputi usia pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut
(elderly) adalah kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah kelompok usia 75-90
tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun.
Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena perbedaan
fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi pada tingkat kemampuan
fungsional. Mayoritas merupakan anggota komunitas yang aktif, terlibat, dan produktif.

4
Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan untuk merawat diri sendiri, bingung atau
merusak diri, dan tidak mampu mebuat keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan
mereka.
2.1.1 Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia
Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki
kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang lanjut
usia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan
secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman,
kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam segala
usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi,
membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan yang baik. Kebutuhan
tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri. Kebutuhan tersebut sejalan
dengan pendapat Maslow menyatakan bahwa kebutuhan manusia meliputi:
1. Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis
seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya.
2. Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan
ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari
tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya.
3. Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau
berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi,
kesenian, olah raga, kesamaan hobby dan sebagainya.
4. Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui
akan keberadaannya.
5. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan untuk
mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar
pengalamannya masing- masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam
kehidupan.
Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang memiliki kebutuhan
psikologis dasar (Setiati,2000). Kebutuhan tersebut diantaranya orang lanjut usia
membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman terhadap lingkungan
yang ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung pada diri orang lanjut

5
usia, keluarga dan lingkungannya . Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi
akan timbul masalah-masalah dalam kehidupan orang lanjut usia yang akan
menurunkan kemandiriannya (Ismayadi, 2004).
2.1.2 Teori-teori Proses Menua
Sebenarnya secara individual
1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
2. Masing – masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
3. Tidak ada satu faktorpun ditemukan untuk mencegah proses menua .
Ada beberapa teori tentang proses penuaan, antara lain:
1. Teori Genetic Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies
tertentu . Setiap spesies mempunyai di dalam nukleinya suatu jam genetik yang
telah di putar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan
menghentikan replikasi sel bila tidak berputar.. Jadi menurut konsep ini jika jam ini
berhenti, kita akan mati meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau
penyakit terminal. Konsep “ genetic clock” didukung oleh kenyatan bahwa ini
cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies terlihat adanya perbedaan
harapan hidup yang nyata.
2. Teori Mutasi Genetik (somatic mutatie theori )
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh
molekul – molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
3. Teori “ pemakaian dan rusak “
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan se –sel tubuh lelah terbakar.
4. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut “ teori akumulasi
dari produk sisa”.
5. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
6. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.
7. Reaksi dari kekebaian sendiri ( auto immunne theori)
Didalam metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga tubuh
menjadi lemah dan sakit.

6
8. “ Teori imonologi saw virus”
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus
ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
9. Teori stres menua akibat terjadi hilangnya sel – sel yang bisa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan internal,
kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel –sel tubuh lelah terpakai.
10. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat dibentuk dialam bebas, tidak stabil radikal bebas
( kelompok atom ) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan – bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel –sel tidak dapat regenerasi.
11. Teori rantai silang
Sel – sel yang tua dan usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan
dan hilangnya fungsi.
12. Theori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah yang membelah setelah
sel- sel mati.
2.1.3 Perubahan- Perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia
Perubahan -perubahan fisik
1. Sel
a. Lebih sedikit jumlahnya
b. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya cairan intramuskuler
c. Menurunnya porposi protein di otak, otot,ginjal, darah dan hati
d. Terganggunya mekanisme perbaikan sel
e. Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10%
2. Sistem Pernafasan
a. Cepat menurunnya persarafan
b. Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan stres.
c. Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan rasa,. Lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

7
d. Kurangnya sensitif pada sentuhan
3. Sistem Pendengaran
a. Prebiakusis ( gangguan dalam pendengaran ), hilangnya kemampuan atau daya
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi dan atau nada –
nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata, 50% terjadi pada usia
diatas 65 tahun.
b. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkanya
kreatin
d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan
jiwa atau stres
4. Sistem Penglihatan
a. Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
b. Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau kekeruhan
pada lensa menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan
c. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan
menjadi lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap
d. Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang, menurunnya
membedakan warna biru atau hijau.
5. Sistem Kardiovaskuler
a. Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan menjadi kaku.
b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun, menyebabkan kontraksi dan volumenya.
c. Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, atau dari duduk
ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
( mengakibatkan pusing mendadak).
d. Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg, diastolik normal kurang lebih
90 mmHg
6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh

8
Pada pengaturan tuhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai termostat, yaitu
menetapkan suhu teratur, kemunduran terjadi akibat berbagai faktor yang
mempengaruhinya yang sering ditemui antara lain:
a. Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis kurang lebih 35
derajat celcius ini akibat metabolisme menurun.
b. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas banyak
sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
7. Sistem Respirasi
a. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktifitas
silia
b. Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas
lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas
menurun.
c. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
d. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida pada arteri
tidak berganti
e. Kemampuan untuk batuk berkurang
f. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun
seiring dengan pertambahan usia.
8. Sistem Gastrointestinal
a. Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal disease
b. Indra pengecap menurun dan esofagus melebar
c. Lambung: rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu mengosongkan
menurun
d. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
e. Liver : makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya
aliran darah
f. Menciutnya ovari dan uterus
g. Atropi payudara
h. Pada laki – laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun
adanya penurunan secara berangsur – angsur.

9
i. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun
j. Selaut lendir menurun
9. Sistem Genitourinaria
Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai
50% fungsi tubulus berkurang.
a. Vesika urinaria : otot – otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai 200ml,
atau dapat menyebabkan buang air kecil meningkat, vasikaurinaria susah
dikosongkan sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
b. Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 % tahun
c. Atrofi vulva
10. Sistem Endokrin
a. Produksi dari hampir semua hormon menurun.
b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
c. Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya didalam
pembuluh darah,berkurangnya produksi dari ACT,TSH,FSH dan LH.
d. Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran zat
e. Menurunnya produksi aldosteron
f. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen dan
testosteron
11. Sistem Kulit
a. Kulit keriput atau mengkerut
b. Permukaan kulit kasar dan bersisik
c. Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun.
d. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
e. Rambut dan hidung dan telinga menebal.
f. Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan dan vaskularitas
g. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki
tumbuh secara berlebihan, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.
h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
12. Sistem Muskoloskeletal
a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh

10
b. Kiposis, pinggang lutut dan jari –jari pergelangan terbatas geraknya.
c. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.
d. Persendian membesar dan kaku
e. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
f. Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram dan tremor.

2.2 Tugas Perkembangan Lansia


Peck mengonseptualisasikan tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil konflik antara
perbedaan integritas dan keputusasaan.
1. Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja. Tugas ini membutuhkan pergeseran
sistem nilai seseorang, yang memungkinkan lansia untuk mengevaluasi ulang
mendefinisikan kembali pekerjaan mereka. Penilaian ulang ini mengrahkan lansia
untuk mengganti peran yang sudah hilang dengan peran dan aktivitas baru.
Selanjutnya, lansia mampu menemukan cara-cara baru memandang diri mereka sendiri
sebagai orangtua dan okupasi.
2. Body transcendence versus preokupasi tubuh. Sebagian besar lansia mengalami
beberapa penurunan fisik. Untuk beberapa orang, kesenangan dan kenyamanan berarti
kesejahteraan fisik. Orang-orang tersebut mungkin mengalami kesulitan terbesar
dalam mengabaiakan status fisik mereka. Orang lain memiliki kemampuan untuk
terlibat dalam kesenangan psikologi dan aktivitas sosial sekalipun mereka mengalami
perubahan dan ketidaknyamanan fisik. Peck mengemukakan bahwa dalam sistem nilai
mereka, ”sumber-sumber kesenangan sosial dan mental dan rasa menghormati diri
sendiri mengabaikan kenyamanan fisik semata.”
3. Transendensi ego versus preokupasi ego. Peck mengemukakan bahwa cara paling
konstruktif untuk hidup di tahun-tahun terakhir dapat didefinisikan dengan : ”hidup
secara dermawan dan tidak egois yang merupakan prospek dari kematian personal-the
night of the ego, yang bisa disebut-paras dan perasaan kurang penting dibanding
pengetahuan yang telah diperoleh seseorang untuk masa depan yang lebih luas dan
lebih panjang daripada yang dapat dicakup oleh ego seseorang.” manusia
menyelesaikan hal ini melalui warisan mereka, anak-anak mereka, kontribusi mereka
pada masyarakat, dan persahabatan mereka. Mereka ”ingin membuat hidup lebih

11
aman, lebih bermakna, atau lebih bahagia bagi orang-orang yang meneruskan hidup
setelah kematian.” Untuk mengklarifikasi, ”individu yang panjang umur cenderung
lebih khawatir tentang apa yang mereka lakukan daripada tentang siapa mereka
sebenarnya, mereka hidup di luar diri mereka sendiri daripada kepribadian mereka
sendiri secara egosentris. (Stanley & Beare, 2006).

2.3 Permasalahan yang timbul Pada Lansia


Berikut ini kita bicarakan masalah kesehatan lansia.
1. Permasalah Umum
a. Bersarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya prosentase kenaikan lansia
memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan pembinaan kesehatan bagi
lanjut usia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 akan meningkat menjadi
209.535.49. jiwa dan jumlah lansianya 15.262.199., berarti 7.28% (Anwar,1994 ).
Menurut Kinsilla dan Taeuber ( 1993) peningkatan penduduk lansia dalam waktu
1990-2000 sebesar 41% dan merupakan yang tertinggi didunia ( Darmojo,
1999:1).
b. Jumlah lansia miskin makin banyak

c. Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin individualistik

d. Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang melayani lansia


e. Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia

f. Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan


popuilasi pada kehidupan dan penghidupan lansia.
2. Permasalahan Khusus
a. Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia
Perubahan normal ( alami ) tidak dihindari cepat dan lambatnya perubahan
dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik. Perubahan akan
terlihat pada jaringan organ tubuh seperti: kulit menjadi kering dan keriput,
rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian dan menyeluruh,
pendengaran juga berkurang, daya penciuman berkurang,tinggi badan menyusut
karena proses ostoporosis yang berakibat badan bungkuk, tulang keropos

12
masanya berkurang, kekuatan berkurang dan mudah patah, elastisitas jaringan
paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi organ di dalam
perut, dinding pembuluh darah menebal dan terjadi peningkatan tekanan darah,
otot bekerja tidak efisien, terjadi penurunan fungsi organ reproduksi terutama
ditemukan pada wanita, otak menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada
pria dan sexsualitas tidak selalu menurun
b. Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia
Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan melalui
nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya: katarak, kelainan
sendi, kelainan prostat dan inkotenensia.

2.4 Sikap perawat terhadap lansia


Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan memberikan
pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di berbagai tatanan dan membantu
orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal.
Perawat gerontologi mengaplikasikan dan ahli dalam memberikan pelayanan kesehatan
utama pada lanjut usia dank keluarganya dalam berbagai tatanan pelayanan. Peran lanjut
perawat tersebut independen dan kolaburasi dengan tenaga kesehatan profesional.
Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan keperawatan,
malaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan kemampuan atau kemandirian
lanjuy usia, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, mencegah dan meminimalkan
kecacatan dan menunjang proses kematian yang bermartabat. Perawat gerontologi dalam
prakteknya menggunakan managemen kasus, pendidikan, konsultasi , penelitian dan
administrasi.
Penting bagi perawat untuk mengkaji sikapnya pada penuaan karena sikap tersebut
mempengaruhi asuhan keperawatan. Untuk memberi asuhan yang efektif, perawat harus
menciptakan sikap positif terhadap lansia. Sikap negatif dapat mengakibatkan penurunan
rasa nyaman, adekuat, dan kesejahteraan klien. Lebih jauh lagi, sikap tersebut dapat
menyebabkan penurunan kualitas asuhan. Klien dalam fasilitas perawatan jangka panjang
memberi tantangan khusus bagi perawat. Klien ini sering kali memandang diri sendiri
sebagai pecundang, dan mungkin masyarakat juga memandang mereka seperti itu.

13
Perawat dapat meningkatkan kemandirian dan harga diri klien yang merasa bahwa hidup
tidak lagi berharga.
Perawat harus menjelaskan sikap pribadi dan nilai tentang lansia untuk memberikan
perawatan paling efektif. Usia, pendidikan, pengalaman kerja, dan lembaga pekerjaan
seorang perawat mempengaruhi stereotip. Pengalaman pribadi dengan lansia sebagai
anggota keluarga dapat juga mempengaruhi sikap. Karena lansia menjadi lebih lazim
dalam pelayanan kesehatan, maka penting sekali bagi perawat untuk mengembangkan
pendekatan asuhan yang positif bagi klien lansia.
1. Pendekatan perawatan lanjut usia
a. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :
1) Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa
bantuan orang lain.
2) Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami
kelumpuhan atau sakit.
b. Pendekatan psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai
supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung
rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.
c. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya
perawatan dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama
dengan sesama klien lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.

2.5 Asuhan Keperawatan Agregat dalam Komunitas Kesehatan Lansia


2.5.1 Pengkajian
Pengkajian multidimensional meliputi kesehatan mental dan fisik, fungsi tubuh,
dan situasi social. Pengkajian yang difokuskan pada pengkajian unutk etiologi
fisiologis, psikologis, dan lingkungan dari kondisi gangguan mental pada lanjut usia yag
dirawat (Kushariyadi, 2010).

14
Menurut Anderson E dan McFarlene, dalam model asuhan keperawatan
pengkajian secara umum meliputi inti komunitas yaitu penduduk serta delapan
subsistem yang mempengaruhinya. Inti komunitas, perlu dikaji tentang pendidikan,
pekerjaan, agama, keyakinan/nilai yang dianut serta data-data tentang subsistem sebagai
berikut :
1. Data inti
a. Demografi, Karekteristik Umur Dan Sex, Vital Statistik
Data demograf kelompok atau komunitas yang terdiri : jumlah penduduk
lansia dalam wilayah, umur, pendidikan, jenis kelamin, vital stastistik,
pekerjaan, agama, nilai – nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok
atau komunitas yang dapat dicontohkan sebagai berikut :
Jumlah penduduk : 987 jiwa
Laki – laki : 523 jiwa
Perempuan : 464 jiwa
Pendidikan penduduk : Para penduduk mayoritas berpendidikan hingga
lulus SLTA dan beberapa diantaranya perguruan tinggi.
Suku Bangsa : Suku Jawa
Status perkawinan : Menikah dan kebanyakan penduduk di
komunitas tersebut adalah janda (lansia) karena kebanyakan pasangannya
meninggal.
Nilai dan kepercayaan : Nilai dan norma para masyarakat masih mengenal
nilai kesopanan, gotong royong dan kerukunan antar warganya. Hal ini dapat
dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang masih terus
berjalan. Seperti: kerja bakti, arisan, dan takziyah.
Agama : Mayoritas beragama Islam dan beberapa
diantaranya beragama nasrani
2. Data subsistem
a. Lingkungan fisik
a) Kualitas udara

15
Keadaan udara di daerah tempat tinggal lansia beriklim sejuk atau panas,
apakah terdapat polusi udara yang dapat mengganggu pernafasan warga
atau tidak.

b) Kualitas air
Sumber air yang digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
keadaan saluran air disekitar rumah.
c) Tingkat kebisingannya
Adanya sumber suara / bising yang dapat mengganggu keadaan lansia,
contohnya seperti pabrik.
d) Jarak antar rumah/ kepadatan
Jarak antar rumah satu dengan yang lainnya, apakah saling berdempetan.
b. Pendidikan
Riwayat pendidikan, pendidikan terakhir dan juga apakah ada sarana
pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan warga.
c. Keamanan dan transportasi
Keadaan penjagaan lingkungan sekitar seperti adanya siskamling, satpam atau
polisi. Apakah dari keamaan tersebut menimbulkan stress atau tidak. Sarana
transportasi yang digunakan warga untuk mobilisasi sehari menggunakan
kendaraan umum atau kendaraan pribadi.
d. Politik dan pemerintahan
Kebijakan yang ada didaerah tersebut apakah cukup menunjang sehingga
memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk
kesehatan.
e. Pelayanan social dan kesehatan
Tersedianya tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, balai
pengobatan) untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau
memantau apabila gangguan sudah terjadi serta karakteristik pemakaian
fasilitas pelayanan kesehatan.
f. Komunikasi

16
Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas tersebut
untuk saling berkomunikasi antar warga atau untuk mendapatkan informasi
dari luar misalnya televisi, radio, koran, atau leaflet yang diberikan kepada
komunitas.

g. Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan, masih bekerja atau
tidak, bagaimana dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
h. Rekreasi
Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya terjangkau
oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk
mengurangi stress.
3. Analisis data
a. Diagnosa keperawatan
Untuk menentukan masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah
dirumuskan diagnosa keperawatan komunitas yang terdiri dari :
a) Masalah (Problem)
Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang terjadi.
b) Penyebab (Etiologi)
Yang meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat,
lingkungan fisik dan biologis, psikologis dan sosial serta interaksi perilaku
dengan lingkungan.
c) Tanda dan Gejala (Sign and Sympton)
Yaitu informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa serta serangkaian
petunjuk timbulnya masalah.
No Data Problem Etiologi
Ds: Kader posyandu mengatakan Hiperglikemi Kebiasaan hidup
35% lansia menderita diabetes lansia yang tidak
namun jarang memeriksakan terkontrol
kondisinya.
Do: Lansia menkonsumsi

17
makanan dengan tidak terkontrol
dan hanya berada di rumah
setiap harinya
DS: Bidan desa mengatakan Hipertensi Ketidakpatuhan
lansia banyak yang menderita lansia dalam
hipertensi dan lansia malas mengikuti
mengikuti posyandu lansia yang posyandu lansia
diselengarakan setiap bulannya.
Ds: Banyak warga yang Resiko kerusakan Perubahan status
mengeluh gatal-gatal pada integritas kulit kesehatan
tubuhnya.
Do: Tubuh terlihat bintikbintik
merah.

2.5.2 Diagnosa
1. Hiperglikemi berhubungan dengan kebiasaan hidup lansia yang tidak terkontrol.
2. Hipertensi berhubungan dengan ketidakpatuhan lansia dalam mengikuti posyandu
lansia.
3. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan status
kesehatan.

2.5.3 Rencana Tindakan


Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
Hiperglikemia Setelah dilakukan Kaji faktor yang Untuk mengetahui
berhubungan tindakan keperawatan menjadi penyebab tanda gejala
dengan Selama 4 minggu, ketidakstabil an ketidakstabilan glukosa
kebiasaan hidup komunitas diharapkan glukosa Terjadi atau tidak
lansia yang tidak dengan kriteria hasil: Pantau keton urine komplikasi ketoadosis
terkontrol Lansia mampu Gambarkan mengenai diabetik
ditandai dengan mengontrol asupan proses perjalanan Memberikan sebuah
35 % lansia makanan sehari penyakit gambaran tetang
menderita harinya dan dapat Pantau tanda gejala masalah yang dialami

18
diabetes melakukan sedikit terjadinya pasien
aktivitas. hipoglikemi dan Upaya untuk
Lansia rutin setiap hiperglikemi mengontrol kadar
bulannya menghadiri Memberikan glukosa dalam darah
kegiatan posyandu penyuluhan mengenai Merencanakan,
lansia yang diadakan. penyakit ulkus melakukan program
diabetik, diit, obat1. penyuluhan, pasin
melaksanakan program
diet, dan menerima
obat resep
Hipertensi Setelah dilakukan Monitor TTV Untuk mengetahui ttv
berhubungan tindakan keperawatan Jelaskan batas pasien
dengan Selama 4 minggu, tekanan darah Memberikan
ketidakpatuhan diharapkan masakah normal, tekanan pemahaman tentang
lansia dalam pasien dapat teratasi darah tinggi dan peningkatan tekanan
mengikuti dengan kriteria hasil: efeknya darah dan efeknya
posyandu lansia. Tekanan darah dalam Jelaskan cara Untuk mengetahui cara
rentang normal mencegah hipertensi mencegah hipertensi
(140/90 mmHg ) Anjurkan pasien Untuk menghindari
untuk menghindari peningkatan tekanan
makanan yang darah pasien
mengandung garam Kolaborasi dengan tim
berlebih medis lainnya
Kolaborasi dengan
tim medis lainnya
Resiko Setelah dilakukan Observasi keadaan Untuk mengetahui
kerusakan tindakan keperawatan kulit pasien keadaan kulit pasien
integritas kulit Selama 4 minggu, Memberikan Memberikan
berhubungan diharapkan masalah pemahaman resiko pemahaman tentang
dengan pasien dapat dengan infeksi mencegah adanya
penurunan status kriteria hasil: Anjurkan pasien infeksi
kesehatan. Intergritas kulit untuk tidak memakai Untuk mencegah

19
membaik dan tidak pakaian yang ketat adanya kerusakan kulit
terjadi perluasan Ubah posisi tiap 2 pasien
kerusakan jam jika tirah baring Untuk mencegah
kerusakan kulit pasien

2.5.4 Implementasi
Keperawatan Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
2.5.5 Evaluasi
Keperawatan Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yg menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan,
dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75
tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli demografi memperhitungkan
peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad selanjutnya. Lanjut usia
merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan
penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga
aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial.
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses
penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu
semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini
disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem
organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada
sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi
memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan
masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat.

3.2 Saran
1. Bagi perawat Perawat yang menjalankan perawatan komunitas hendaknya sudah
memiliki SIP, harus kompeten dalam bidangnya, bertanggung jawab terhadap
tugasnya.
2. Bagi pasien dan keluarga Hendaknya pasien dan keluarga dapat bersifat terbuka
terhadap perawat lansia, mengikuti anjuran dari perawat, membantu dalam proses
tindakan keperawatan, dan dapat bersifat kooperatif dalam menerima informasi dari
perawat.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik. Jakarta: EGC.
Basford, Lynn. & Slevin, Oliver. (2006). Teori & Praktik Keperawatan Pendekatan Integral
pada Asuhan Pasien. Jakarta: EGC
Ismayadi. (2004). Asuhan Keperawatan Dengan Reumatik (Artritis Treumatoid) Pada Lansia.
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Kushariyadi. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Lanjut Usia dengan Demensia pada Home
Care. Universita Muhammadiyah Malang
Kushariyadi. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik Edisi kedua. Jakarta: EGC
Potter, Patricia. A. & Anne Griffin Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC
Riyadi. Sugeng (2007), Keperawatan Kesehatan Masyarakat, retieved may 12nd
Stanlet, Mickey. & Beare, Patricia Gauntlett. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi
kedua. Jakarta: EGC

22

Anda mungkin juga menyukai