Makalah Fiqh Muamalah Kelompok 2, Jual Beli (Al-Bai') Aks 3b
Makalah Fiqh Muamalah Kelompok 2, Jual Beli (Al-Bai') Aks 3b
Makalah Fiqh Muamalah Kelompok 2, Jual Beli (Al-Bai') Aks 3b
Dalam kehidupan tiap hari, kita kerap sekali melaksanakan transaksi jual
beli. Sebab aktivitas jual beli sendiri telah semenjak lama jadi bagian yang tidak
dapat terpisahkan dari kehidupan kita. Mulai dari era yang melaksanakan jual beli
dengan metode barter sampai memakai perlengkapan ubah berbentuk duit yang
semacam dikala ini kita jalani.
Secara bahasa, jual beli ataupun al- bai’ u berarti muqabalatu syai’ im bi
syai’ in ()مقابلةشيءبشيء. 1
Bagi sebutan, yang diartikan jual beli merupakan mengubah benda dengan
benda ataupun benda dengan duit dengan jalur membebaskan hak kepunyaan dari
yang satu kepada yang lain atas bawah silih merelakan.
Ada pula bagi Malikiyah, Syafi’iyah, serta Hanabilah dalam novel Dokter.
Mardani yang bertajuk Fiqh Ekonomi Syariah, kalau jual beli (al-ba’i) ialah ubah
mengubah harta dengan harta pula dalam wujud pemindahan kepunyaan serta
kepemilikan. 2
Jadi bisa disimpulkan, jual beli ataupun bai' merupakan sesuatu aktivitas
tukar-menukar benda dengan benda yang lain dengan metode tertentu baik dicoba
dengan memakai akad ataupun tidak memakai akad. Intinya, anatara penjual serta
pembeli sudah mengenali tiap-tiap kalau transaksi jual-beli sudah berlangsung
dengan sempurna. Penukaran itu dicoba sebab terdapat khasiatnya yang diambil
1
Wahbah az-Zuahaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jilid, V (Jakarta: Gema
Insani, 2011), hlm. 25.
2
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah,(Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,2012), hal. 101.
1
dari benda tersebut serta perlengkapan tukarnya juga dikira suatu yang bernilai
ataupun berharga.3
Landasan atau dasar hukum jual beli didasari oleh beberapa sumber yaitu
Al-Quran, Al- Sunnah dan juga Ijma':
a. Al-Quran
Artinya: ''Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba''. (QS. Al-
Baqarah ayat: 275).4
Artinya: '' Bukanlah suatu dosa bagimu mencari karunia dari Tuhanmu''. (QS. Al-
Baqarah ayat 198).
b. Al-Sunnah
3
Dr. Nurhayati, M.Ag., Dr. Ali Imran Sinaga, M.Ag., Fiqh Dan Ushul Fiqh, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2018), hal 167.
4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Bandung: Diponegoro,2010), hal. 47.
2
Dari Shalih bin Suaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, "tiga hal yang
didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah
(mudharabah), dan mempercampukadukkan gandum dengan jewawut untuk
keperluan rumah tangga bukan untuk dijual.'' (HR. Ibnu Majah) 5
Dari hadits lain dimana Rasulullah SAW bersabda: “Dari Abi Said, Nabi
SAW bersabda: pedagang yang jujur lagi percaya adalah bersama-sama para nabi,
orang yang benar adalah syuhada”. (HR. Tarmizdi)
c. Ijma'
Ulama setuju apabila jual beli itu hukumnya boleh serta ada hikmah
didalamnya. Alasannya, manusia tergantung pada benda yang terdapat di orang
lain serta pasti orang tersebut tidak hendak memberinya tanpa terdapat imbal
balik.
Jadi bersumber pada landasan hukum diatas, jual beli diperbolehkan dalam
agama Islam sebab bisa memudahkan manusia dalam penuhi kebutuhan hidupnya.
Asalkan jual beli tersebut dicoba atas bawah suka sama suka serta tidak terdapat
pihak yang merasa dirugikan.
Jual beli yang cocok dengan Syariat Islam wajib penuhi rukun serta
ketentuan darijual beli sedang kan rukun serta ketentuan merupakan suatu yang
wajib dipadati supaya jual beli itu ditatap legal. Menimpa rukun serta ketentuan
jual beli, para ulama berbeda komentar. Bagi Mazhab Hanafi rukun jual beli cuma
5
Siti Nurhayati, Wasilah, Akuntansi Syari'ah di Indonesia edisi keempat (Jakarta: Salemba Empat,
2014).
3
ijab serta kabul. Bagi ulama mazhab Hanafi yang jadi rukun jual beli cumalah
kerelaan antara kedua belah pihak buat berjual beli. Jumhur ulama membagi
ketentuan jual beli jadi 4: orang yang berakad, Sighat, terdapat benda yang dibeli
serta terdapat nilai ubah pengganti benda. 6
6
Bagus Rohmatulloh, ME.,Fiqh Muamalah: Kumpulan Makalah Hadist-Hadist Ekonomi, (STAIPI
Bandung, 2021), hal 34-37.
4
4) Bisa diserahkan pada dikala akan dberlangsung, ataupun pada waktu
yang sudah disepakati.
d) Ketentuan nilai ubah( harga benda)
1) Harga yang disepakati kedua belah pihak wajib jelas jumlahnya.
2) Bisa diserahkan pada dikala waktu transaksi, sekalipun secara hukum
semacam pembayaran dengan cekat aupun kartu kredit.
3) Bila jual beli itu dicoba dengan metode barter, hingga benda yang
dijadikan nilai ubah, bukan benda yang diharamkan syara’ semacam
babi serta khamar.
a) Jujur
Seseorang orang dagang harus berlaku jujur dalam melaksanakan
usaha jual- beli. Jujur dalam makna luas tidak berbohong, tidak menipu,
tidak mengada- ada, bersumber pada kenyataan, tidak berkhianat, dan
tidak sempat ingkar janji serta lain sebagainya.
7
Ikit, S.E.,M.E.I, H. Artiyanto, Lc.,MA, Muhammad Saleh, S.H.I., M.E.I., Jual Beli : Dalam
Perspekti f Ekonomi Islam, (Lubuklingau:Gava Media, 2018) hal 76.
5
c) Objek Yang Baik serta Berkualitas
Mengejar keuntungan dengan menyembunyikan kualitas, identik
dengan berlagak tidak adil. Apalagi secara tidak langsung sudah
mengadakan penindasan terhadap pembeli. Penindasan ialah aspek negatif
untuk keadilan, yang sangat berlawanan dengan ajaran Islam.
d) Menjauhi Penipuan, Sumpah, Riba, Penumpukan.
Allah melarang bersumpah palsu buat melaksanakan penipuan
serta meyakinkan orang lain terhadap benda yang di jual.
Jual beli dalam sebutan fiqh diujarkan dengan al-bāi' yang berarti menjual,
mengubah, dan mengganti suatu dengan suatu yang lain. Lafal al-bāi' dalam
bahasa Arab terkadang digunakan buat penafsiran lawannya, ialah kata asysyirā
(beli). Namun sekalian pula, kata al-bāi' berarti jual, tetapi sekaligus juga berarti
beli. 99 Ulama Hanafiyah membagi jual beli dari legal atau tidaknya jadi tiga
wujud, ialah:
1. Jual beli yang sahih sesuatu jual beli dikatakan selaku jual beli yang sahih
apabila jual beli itu disyariatkan, penuhi rukun serta ketentuan yang
didetetapkan, bukan kepunyaan orang lain. Jual beli sahih bisa di amati
semacam dalam jual beli kendaraan roda 4 itu sudah ditilik oleh pembeli
serta tidak terdapat cacat, tidak terdapat yang rusak, duit telah diserahkan
serta benda juga telah diterima dan telah tidak terdapat hak khiyar lagi.
2. Jual beli yang batil Jual beli batil terjalin apabila salah satu ataupun segala
rukunnya tidak terpenuhi, ataupun jual beli itu pada bawah serta sifatnya
tidak disyariatkan, semacam jual beli yang dicoba kanak- kanak, orang
edan, ataupun benda yang dijual itu barangbarang yang diharamkan syara,
semacam bangkai, darah, babi, serta khamar. 100 Jual beli bathil tersebut,
di untuk dalam sebagian tipe ialah:
6
Jual beli suatu yang tidak terdapat, para ulama fiqh sepakat
melaporkan jual beli semacam ini tidak legal ataupun batil. Hendak
tetapi Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata kalau jual beli yang
barangya tidak terdapat waktu berlangsunya akad, tetapi diyakini
hendak tiba cocok dengan kebiasaanya, boleh diperjualbelikan
serta hukumnya legal.
Menjual benda yang tidak dapat diserahkan kepada pembeli, bagi
Mahzab Hanafiyah, Malikiyah, Syafi'iyah dan Hanabilah, hingga
menjual benda yang tidak bisa diserahkan kepada pembeli tidak
legal, contohnya menjual benda yang lenyap ataupun burung
piaraan yang lepas serta terbang di hawa.
Jual beli yang memiliki faktor penipuan (bai' al-gharar), ialah
menjual benda yang memiliki faktor tipuan tidak sah (batil).
Jual beli benda-benda najis.
Jual beli al-urban, ialah jual beli benda dengan duit muka, namun
bila transaksi tidak jadi, hingga duit muka jadi milik penjual.
Jual beli air, ialah memperjual belikan air sungai, air laut, serta air
yang tidak boleh dipunyai seseorang, sebab air yang tidak dipunyai
seorang ialah hak bersama umat manusia, dan tidak boleh
diperjualbelikan. Hendak namun, bagi jumhur ulama air sungai
individu boleh diperjualbelikan, sebab air sumur ialah yang
dipunyai individu bersumber pada hasil usahanya sendiri.
3. Jual beli fasid, menimpa jual beli fasid ini, bagi ulama Hanafiyah yang
dikatakan jual beli yang fasid merupakan apabila kehancuran pada jual
beli itu menyangkut harga benda serta dapat diperbaiki, sebaliknta apabila
kehancuran iu menyangkut benda yang diperjualbelikan hingga perihal ini
dinamakan jual beli batil (batal).8
8
Dr. Holijah, S.H, M.H., Analisis Hukum Uang Panjar, (Palembang: CV. Amanah, 2017),
hal....35.
7
6. Jual Beli Yang Dilarang
Dalam Islam tidak seluruh jual beli itu diperbolehkan perihal ini
disebabkan ada ketentuan yang jelas dalam al-Quran serta Hadits. Berikut terdapat
jenis- jenis jual beli yang dilarang antara lain merupakan: 9
1. Jual beli asb al- fahl, ada sebagian pengertian menimpa arti jual beli asb
al-Jal di golongan ulama, antara lain: mengawinkan hewan pejantan
dengan hewan betina. Dari Ibnu Umar Ra. dia mengatakan: "Nabi Saw.
melarang menjual mani hewan jantan". (HR. Bukhari, Hadits Nomor.
2284).
2. Jual beli abl al-abalah, merupakan jual beli dengan pembayaran yang
ditempo (ditangguhkan) dengan batasan waktu hingga seekor onta
melahirkan anak dalam perutnya serta anak yang dilahirkan ini melahirkan
anak pula. Abdullah (Ibnu Umar) meriwayatkan dari Rasulullah Saw."
kalau dia melarang jual beli abl- abalah". (HR. Muslim, Hadits Nomor.
1514).
3. Jual beli malaqih, dalam sebutan pakar hukum Islam arti al- malaqfh lebih
universal dari itu, ialah bakal anak yang terdapat dalam perut hewan, baik
yang jantan ataupun betina. Dari Ibnu Abbas Ra. dia meriwayatkan "kalau
Rasulullah Saw. melarang jual beli madhamfn, malaqfh serta habl al-
habalah''. (HR. Thabrani, Hadits Nomor 11581).
4. Jual beli madhamin, jual beli madhamfn merupakan jual beli mani yang
ada dalam tulang punggung kuda. Jual beli ini pula tercantum jual beli
gharar sebab ialah jual beli atas objek yang tidak terdapat, tidak dikenal,
tidak dipunyai oleh penjual, serta jual beli atas suatu yang tidak dapat
diserah terimakan. Dari Ibnu Abbas Ra. dia meriwayatkan "kalau
Rasulullah Saw. melarang jual beli madhamfn, malaqfh serta habl al-
habalah''. (HR. Thabrani, Hadits Nomor 11581).
9
Ikit,S.E.,M.E.I H.Artiyanto, Lc.,MA Muhammad Saleh, S.H.I., M.E.I., Jual Beli dalam perspektif
Ekonomi Islam,(Lubuklinggau, 2018 ),hal...105.
8
5. Jual beli urbun merupakan "seorang membeli ataupun menyewa suatu,
setelah itu dia membayar beberapa duit kepada penjual ataupun penyewa
dengan konvensi bila jual beli ataupun sewa menyewa tersebut jadi, maka
duit yang sudah dibayar ialah bagian dari harga benda ataupun uang sewa,
sebaliknya apabila jual beli ataupun sewa menyewa tidak jadi ataupun
batal, hingga duit yang sudah dibayar jadi hak kepunyaan penjual ataupun
penyewa. Diriwayatkan oleh Amru bin Syu aib, dari bapaknya dari
kakeknya "bahwa Nabi Saw. melarang jual beli urbun". (HR. Abu Daud,
Hadits. Nomor. 3502).
6. Jual beli muawamah ataupun diucap pula jual beli sinin (bay al- sinin)
adalah jual beli buah sesuatu tumbuhan buat jangka waktu 2 tahun, 3 tahun
atau lebih. Dari Jabir bin Abdillah, ia mengatakan: "Rasulullah Saw.
melarang rnuhaqalah, muzabanah, rnuawarnah, mukhabarah - salah
seseorang dari keduanya mengatakan: jual beli sinfn adalah jual beli
muawarnah-,tsunya. Dia Saw. rnernberi dispensasi jual beli araya. (HR.
Muslim, Hadits Nomor. 1536).
9
4. Bisa menjauhkan diri dari memakan ataupun mempunyai segala hal yang
haram.
5. Penjual serta pembeli menemukan rahmat dari Allah.
6. Meningkatkan kedamaian dan kebahagiaan.10
Hikmah dari jual beli yakni bahwa Allah SWT menetapkan bahwa jual
beli adalah pemeberian kesempatan dan keluasaan kepada hamba-Nya, karena
setiap orang memiliki kebutuhan pribadi berupa sandang, pangan, papan. Selama
manusia masih hidup, kebutuhan ini tidak akan pernah habis. Tidak ada seorang
pun yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, sehingga manusia perlu
berhubungan satu sama lainnya. Dalam hubungan semacam ini, tidak ada yang
lebih sempurna darpada saling tukar menukar, satu orang memberikan apa yang
dia miliki, dan kemudian mendapatkan hal-hal yang berguna dari orang lain sesuai
dengan kebutuhannya masing-masing.
LATIHAN
1. Bagaimana proses transaksi jual beli jika dilakukan oleh seorang anak
kecil atau belum baligh, apakah proses transaksi tersebut sah?
2. Tuliskan surah yang mengandung etika jujur dalam Islam!
3. Mengapa jual beli dapat menata struktur kehidupan ekonomi masyarakat?
4. Dengan adanya jual beli akan terjadinya produktifitas dan perputaran roda
ekonomi di masyarakat. Bagaimana jika dikuasai oleh satu orang saja yang
mengkonsumsi barang atau jasa?
5. Bagaimana jika jual beli anak hewan yang masih di janin induknya?
10
Ahmad bin, ‘Abdurazzaq ad-Duwaisy, Fatwa-Fatwa Jual Beli, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi’I,
2010 hlm 198).
10
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Nurhayati, M.Ag., Dr. Ali Imran Sinaga, M.Ag., Fiqh Dan Ushul Fiqh,
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), hal 167.
Dr. Holijah, S.H, M.H., Analisis Hukum Uang Panjar, (Palembang: CV.
Amanah, 2017), hal....35.
11