LP Askep Kusta Pengindraan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn. Y DIAGNOSA MEDIS KUSTA


PADASISTEM PENGINDERAAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : Ruly Ramadana


NIM : 2018.C.10a.0983

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
2

LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


Nama :Ruly Ramadana
NIM : 2018.C.10a.0983
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan pada Tn.
YDiagnosa Medis Kusta Pada Sistem Penginderaan”.

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menempuh Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II) Pada Program Studi S-1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik

Rimba Aprianti, S.Kep., Ners


3

LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


ii
Nama :Ruly Ramadana
NIM : 2018.C.10a.0983
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan pada Tn.
YDiagnosa Medis KustaPada Sistem Penginderaan”.

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menempuh Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II) Pada Program Studi S-1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawtan ini telah disahkan oleh :

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners, Pembimbing Akademik

Meilitha Carolina,Ners, M.Kep. Rimba Aprianti, S.Kep., Ners

iii
4

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
pada Tn. Y DenganDiagnosa Medis Kusta Pada Sistem Penginderaan. Laporan
pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK2).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
4. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep., Ners selaku koordinator Praktik Pra Klinik
Keperawatan II Program Studi Sarjana Keperawatan.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 27 November 2020

Ruly Ramadana

iv
5

DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN...................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
BAB 1PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................3
1.4 Manfaat........................................................................................................4
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1Konsep Penyakit..............................................................................................4
2.1.1Anatomi Fisiologi.....................................................................................4
2.1.2Definisi.....................................................................................................6
2.1.3Etiologi.....................................................................................................7
2.1.4Klasifikasi.................................................................................................7
2.1.5Patofisiologi............................................................................................10
2.1.6Manifestasi Klinis...................................................................................12
2.1.7Komplikasi..............................................................................................12
2.1.8Pemeriksaan Penunjang..........................................................................13
2.1.9Penatalaksanaan Medis...........................................................................16
2.2Manajemen Asuhan Keperawatan.................................................................17
2.2.1 Pengkajian Keperawatan.......................................................................17
2.2.2Diagnosa Keperawatan...........................................................................17
2.2.3 Intervensi Keperawatan.........................................................................18
2.2.4 Implementasi Keperawatan...................................................................21
2.2.5 Evaluasi Keperawatan...........................................................................22
BAB 3ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................23
3.1 Pengkajian..................................................................................................23
3.2 Diagnosa.....................................................................................................35
3.3 Intervensi....................................................................................................36
3.4 Implementasi..............................................................................................39
3.5 Evaluasi......................................................................................................39
BAB 4PENUTUP..................................................................................................42
4.1Kesimpulan....................................................................................................42
4.2Saran..............................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................43

v
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kusta (Morbus hansen) merupakan suatu penyakit infeksi kronik yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae yang pertama kali menyerang
syaraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, membran mukosa, saluran
pernafasan bagian atas, mata, dan jaringan tubuh lainnya kecuali susunan saraf
pusat (Amiruddin, 2012). Penderita kusta dapat disembuhkan, namun bila tidak
dilakukan penatalaksanaan dengan tepat akan beresiko menyebabkan kecacatan
pada syaraf motorik, otonom atau sensorik (Kafiluddin, 2010). Penyakit kusta
termasuk dalam salah satu daftar penyakit menular yang angka kejadiannya masih
tetap tinggi di negara-negara berkembang terutama di wilayah tropis (WHO,
2012).
Penderita kusta membawa dampak yang cukup parah bagi penderitanya.
Dampak tersebut dapat berbentuk kecacatan yang menyebabkan perubahan bentuk
tubuh. Dampak dari kecacatan tersebut sangatlah besar yaitu umumnya penderita
kusta merasa malu dengan kecacatannya, segan berobat karena malu, merasa
tekanan batin, dan merasa rendah diri (Rahariyani, 2007). Hal ini disebabkan
masih kurangnya pengetahuan, pengertian, dan kepercayaan yang keliru terhadap
kusta dan cacat yang di timbulkannya. Dukungan keluarga sangat penting bagi
anggota keluarganya yang sakit. Terutama bagi anggota keluarga yang menderita
penyakit kusta. Keluarga yang takut tertular penyakit kusta, akan mempengaruhi
partisipasinya dalam hal perawatan kesehatan bagi anggota keluarga yang
menderita kusta sehingga hal itu akan membuat kurang memberikan dukungan
kepada penderita dalam hal pemberian informasi maupun pemanfaatan fasilitas
pelayanan kesehatan untukmengobati penyakit tersebut (Amiruddin, 2012).
Angka kejadian kusta dari tahun ke tahun sudah menunjukkan penurunan,
namun angka tersebut masih tetap tergolong tinggi (WHO, 2012). Tahun 2009
jumlah penderita kusta di dunia yang terdeteksi sebanyak 213.036 orang, tahun
2010 sebanyak 228.474 orang, tahun 2011 sebanyak 192.246 orang dan tahun
2012 sebanyak 181.941 orang (WHO, 2012).

1
2

Hasil Riskesdas tahun 2018, Indonesia merupakan salah satu negara yang
masih memiliki jumlah penderita kusta yang masih tinggi dengan rincian tahun
2015 sebanyak 17.202 jiwa (6,73%), 2016 sebanyak 16.826 jiwa (6,50%), dan
tahun 2017 sebanyak 15.920 (6,08%), dimana total keseluruhan tiga tahun
berturut-turut 49.948 jiwa. Dengan jumlah kasus tersebut Indonesia menempati
peringkat ketiga jumlah kasus kusta terbanyak di dunia setelah India dan Brazil
(Dirjen P2P Kemenkes RI, 2018).
Upaya pemerintah dalam penangulangan kusta antara lain: 1) Penemuan
peningkatan kasus secara dini di masyarakat. 2) Pelayanan kusta berkualitas
termasuk layanan rehabilitasi, diintegrasikan dengan pelayanan kesehatandasar
dan rujukan. 3) Penyebaraluasan informasi tentang kusta di masyarakat. 4)
Eliminasi stigma terhadap orang yang pernah mengalami kusta dan keluarganya.
5) Pemberdayaan orang yang pernah mengalami kusta dalam berbagai aspek
kehidupan dan penguatan partisipasi mereka dalam upaya pengendalian kusta. 6)
Kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan. 7) Peningkatan dukungan
kepada program kusta melalui penguatan advokasi kepada pemerintah pengambil
keputusan dan penyedia layanan lainnya untuk meningkatkan dukungan terhadap
program kusta. 8)Penerapan pendekatan yang berbeda berdasarkan endemisitas
kusta (Kemenkes RI, 2018).
Dengan melihat data diatas dapat disimpulkan bahwa masih ditemukannya
penderita di masyarkat, oleh karena itu penulis sangat tertarik mengambil kasus
Kusta.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan masalah dalam studi kasus ini adalah Bagaimana pemberian Asuhan
Keperawatanpada Tn. Y dengan diagnosa medisKusta Pada Sistem Penginderaan?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatanpada Tn. Ydengan
diagnosa medis Kusta Pada Sistem Penginderaan.
1.3.2 Tujuan Khusus
3

1.3.2.1 Mahasiswa mampu menyusun laporan pendahuluan dan manajemen


Asuhan Keperawatan Tentang Kusta Pada Sistem Penginderaan.
1.3.2.2 Mahasiswamampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan
diagnosa keperawatan, membuatintervensikeperawatan, mampu
melakukan perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah
diberikan.
1.3.2.3 Mahasiswamampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan
dapat mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.
1.3.2.4 Mampu mengetahui manajemen keperawatan untuk mengarahkan seluruh
kegiatan yang direncanakan dan mengatasai permasalahan.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1
Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Institusi
Sebagai bahan atau sumber data bagi peneliti berikutnya dan bahan
pertimbangan bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian sejenis dan
untuk publikasi ilmiah baik jurnal nasional maupun internasional.
1.4.3 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien.
4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep PenyakitKusta


2.1.1 Anatomi Fisiologi

Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai fungsi
sebagai pelindungtubuh dan berbagai trauma ataupun masuknya bakteri, kulit juga
mempunyai fungsi utamareseptor yaitu untuk mengindera suhu, perasaan nyeri,
sentuhan ringan dan tekanan, pada bagianstratum korneum mempunyai
kemampuan menyerap air sehingga dengan demikian mencegahkehilangan
airserta elektrolit yang berlebihan dan mempertahankan kelembaban dalam
jaringansubkutan. Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai
hasil metabolisme makanan yangmemproduksi energi, panas ini akan hilang
melalui kulit, selain itu kulit yang terpapar sinar ultraviolet dapat mengubah
substansi yang diperlukan untuk mensintesis vitamin D. Kulit tersusun atas 3
lapisan utama yaitu, Epidermis, Dermis dan Jaringan Subkutan.
1. Lapisan Epidermis, terdiri atas :
a. Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti
selnya sudah mati dan mengandung keratin, suatu protein fibrosa tidak
larut yang membentuk barier terluar kulit danmempunyai kapasitas

4
5

untuk mengusir patogen dan mencegah kehilangan cairan berlebihan


dari tubuh.
b. Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini hanya terdapat pada telapak
tangan dan telapak kaki.
c. Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipi seperti
kumparan, sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan
permukaan kulit.
d. Stratum spinosum/stratum akantosum. Lapisan ini merupakan lapisan
yang paling tebal dan terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya terdiri dari sel
yang bentuknya poligonal (banyak sudut dan mempunyai tanduk).
e. Stratum basal/germinatum. Disebut stratum basal karena sel-selnya
terletak di bagian basal/basis, stratum basal menggantikan sel-sel yang
di atasnya dan merupakan sel-sel induk.
2. Lapisan Dermis terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Bagian atas, pars papilaris (stratum papilaris) Lapisan ini berada
langsung di bawah epidermis dan tersusun dari sel-sel fibroblas yang
menghasilkan salah satu bentuk kolagen.
b. Bagian bawah, pars retikularis (stratum retikularis). Lapisan ini terletak
di bawah lapisan papilaris dan juga memproduksi kolagen. Dermis juga
tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjar
keringat serta sebasea dan akar rambut.
3. Jaringan Subkutan atau Hipodermis
Merupakan lapisan kulit yang terdalam. Lapisan ini terutamanya adalah
jaringan adipose yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur
internal seperti otot dan tulang. Jaringan subkutan dan jumlah deposit lemak
merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh.
Kelenjar Pada Kulit :
Kelenjar keringat ditemukan pada kulit pada sebagian besar permukaan
tubuh. kelenjar initerutama terdapat pada telapak tangan dan kaki. Kelenjar
keringat diklasifikasikan menjadi 2,yaitu kelenjar ekrin dan apokrin. Kelenjar
ekrin ditemukan pada semua daerah kulit. Kelenjarapokrin berukuran lebih besar
dan kelenjar ini terdapat aksila, anus, skrotum dan labia mayora.
6

2.1.2 Definisi

Kusta adalah penyakit kronik yang pertama kali menyerang susunan saraf
perifer, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa (mulut), saluran pernapasan
bagian atas, kemudian dapat keorgan lain kecuali susunan saraf pusat. Penyakit
kusta disebut juga Morbus Hansen, sesuai dengan nama yang menemukannya
yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen pada tahun 1874 sehingga penyakit ini
disebut Morbus Hansen. Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan
oleh kuman kusta (mikobakterium leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan
jaringan tubuh lainnya. (Adhi, dkk 2006).
Penyakit kusta adalah penyakit menular, menahun (lama) yang disebabkan
oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae). Penyakit tersebut menyerang kulit,
saraf tepi dan dapat menyerang jaringan tubuh lainnya kecuali otak. Kusta bukan
penyakit keturunan, dan bukan disebabkan oleh kutukan, guna-guna, dosa atau
makanan. Penyakit kusta adalah penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya
ialah Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer
sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan ukosa traktus respiratirius bagian atas,
kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat (Djuanda Adhi, 2010).
Penyakit kusta adalah penyakit menular, menahun (lama) yang disebabkan
oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae). Penyakit tersebut menyerang kulit,
saraf tepi dan dapat menyerang jaringan tubuh lainnya kecuali otak. Kusta bukan
penyakit keturunan, dan bukan disebabkan oleh kutukan, guna-guna, dosa atau
makanan. Penyakit kusta adalah penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya
ialah Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer
7

sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan ukosa traktus respiratirius bagian atas,
kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kusta atau lepra adalah penyakit
infeksi bakteri kronis yang menyerang jaringan kulit, saraf tepi, serta saluran
pernapasan. Kusta atau lepra dikenal juga dengan nama penyakit Hansen atau Morbus
Hansen.
2.1.3 Etiologi
Dibandingkan Mycobacterium tuberculosis, basil tahan asam,
mycobacterium leprae tidak memproduksi eksotoksin dan enzim litik. Selain itu,
kuman ini merupakan satu-satunya mikobakteria yang belum dibiakkan in vitro.
mycobakteria ini secara primer menyerang system saraf tepi dan terutama pada
tipe lepromatosa, secara sekunder dapat menyerang seluruh organ tubuh lain
seperti kulit, mukosa mulut, mukosa saluran nafas bagian atas, system
retikuloendotelial, mata, tulang dan testis. Reaksi imun penderita terhadap
M.Leprae berupa reaksi imun humoral terutama pada lepra bentuk lepromatosa.
(Adhi, dkk, 2010)
1) Kusta bentuk kering : tidak menular, kelainan kulit berupa bercak keputihan
sebesar uang logam atau lebih besar, sering timbul di pipi, punggung,
pantat, paha atau lengan. Bercak tampak kering, kulit kehilangan daya
rasa sama sekali.
2) Kusta bentuk basah : bentuk menular karena kumannya banyak terdapat di
selaput lender hidung, kulit dan organ tubuh lainnya, dapat berupa
bercak kemerahan, kecil-kecil tersebar diseluruh badan atau berupa
penebalan kulit yang luas sebagai infiltrate yang tampak mengkilap dan
berminyak, dapat berupa benjolan merah sebesar biji jagung yang
tersebar di badan, muka dan daun telinga. Disertai rontoknya alis,
menebalnya daun telinga.
3) Kusta tipe peralihan : merupakan peralihan antara kedua tipe utama.
Pengobatan tipe ini di masukkan kedalam jenis kusta basah.
2.1.4 Klasifikasi
Menurut Ridley dan Joplin membagi klasifikasi kusta berdasarkan gambaran
klinis, bakteriologik, histo patologik, dan status imun penderita menjadi :
8

1. TT : Lesi berupa makula hipo pigmantasi/eutematosa dengan


permukaan kering dan kadang dengan skuama di atasnya. Jumlah
biasanya yang satudenga yang besar bervariasi. Gejala berupa gangguan
sensasibilitas, pertumbuhan langsung dan sekresi kelenjar keringat.
BTA ( – ) dan uji lepramin ( + ) kuat.
2. BT : Lesi berupa makula/infiltrat eritematosa dengan permukaan kering
bengan jumlah 1-4 buah, gangguan sensibilitas ( + )
3. Lesi berupa mamakula/infiltrat eritematosa permukaan agak mengkilat.
Gambaran khas lesi ”punched out” dengan infiltrat eritematosa batas
tegas pada tepi sebelah dalam dan tidak begitu jelas pada tepi luarnya.
2.1.4.1 Gangguan sensibilitas sedikit, BTA ( + ) pada sediaan apus kerokan
jaringan kulit dan uji lepromin ( – ).
1. BL : Lesi infiltrat eritematosa dalam jumlah banyak, ukuran bervariasi,
bilateral tapi asimetris, gangguan sensibilitas sedikit/( – ), BTA ( + )
banyak, uji Lepromin ( – ).
2. jumlah sangat banyak dan simetris. BTA ( + ) sangat banyak pada
kerokan jaringan kulit dan mukosa hidung, uji Lepromin ( – ).
2.1.4.2 WHO membagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Pansi Basiler (PB) : I, TT, BT
2. Multi Basiler (MB) : BB, BL, LL

2.1.5 Patofisiologi
Mekanisme penularan kusta yang tepat belum diketahui. Beberapa hipotesis
telah dikemukakan seperti adanya kontak dekat dan penularan dari udara.
Terdapat bukti bahwa tidak semua orang yang terinfeksi oleh kuman
Mycobacterium leprae menderita kusta, Iklim (cuaca panas dan lembab) diet,
status gizi, status sosial ekonomi dan genetik Juga ikut berperan, setelah melalui
penelitian dan pengamatan pada kelompok penyakit kusta di keluarga tertentu.
Belum diketahui pula mengapa dapat terjadi tipe kusta yang berbeda pada setiap
individu. Faktor ketidak cukupan gizi juga diduga merupakan faktor penyebab.
Penyakit kusta dipercaya bahwa penularannya disebabkan oleh kontak
antara orang yang terinfeksi dengan orang sehat. Dalam penelitian terhadap
9

insiden, tingkat infeksi untuk kontak lepra lepramatosa beragam dari 6.2 per 21
1000 per tahun di Cebu, Philipina hingga 55.8 per 1000 per tahun di India Selatan.
Dua pintu keluar dari Micobacterium leprae dari tubuh manusia
diperkirakan adalah kulit dan mukosa hidung. Telah dibuktikan bahwa kasus
lepramatosa menunjukan adanya sejumlah organisme di dermis kulit. Bagaimana
masih belum dapat dibuktikan bahwa organism tersebut dapat berpindah ke
permukaan kulit. Walaupun telah ditemukan bakteri tahan asam di epidermis.
Walaupun terdapat laporan bahwa ditemukan bakteri tahan asam di epitel
Deskuamosa di kulit, Weddel et al melaporkan bahwa mereka tidak menemukan
bakteri tahan asam di epidermis. Dalam penelitian terbaru Job etal menemukan
adanya sejumlah Mycobacterium leprae yang besar dilapisan keratin superficial
kulit di penderita kusta lepromatosa. Hal ini menbentuk sebuah pendugaan bahwa
organisme tersebut dapat keluar melalui kelenjar keringat.
Pentingnya mukosa hidung dalam penularan Mycobacterium leprae telah
ditemukan oleh Schaffer pada tahun 1898. Jumlah bakteri dari lesi mukosa hidung
pada kusta lepromatosa, menurut Shepard, antara 10.000 hingga 10.000.000
bakteri. Pedley melaporkan bahwa sebagian besar pasien lepromatosa
memperlihatkan adanya bakteri di secret hidung penderita. Devey dan Rees
mengindikasi bahwa secret hidung dari pasien lepromatosa dapat memproduksi
10.000.000 organisme per hari.
Pintu masuk dari Mycobacterium leprae ke tubuh manusia masih menjadi
tanda tanya. Saat ini diperkirakan kulit dan pernafasan atas menjadi gerbang
masuknya bakteri. Masa inkubasi kusta belum dapat dikemukakan. beberapa
peneliti berusaha mengukur masa inkubasi kusta, masa inkubasi kusta minimum
dilaporkan beberapa minggu, berdasarkan adanya kasus kusta pada bayi. Masa
inkubasi maksimum dilaporkan selama 30 tahun. Hal ini dilaporkan berdasarkan
pengamatan pada veteran perang yang pernah terekspos di daerah endemik dan
kemudian berpindah ke daerah non endemik. Secara umum telah ditetapkan masa
inkubasi rata-rata dari kusta adalah 3-5 tahun.
10

Droplet infection atau kontak dg kulit


Virus Mycobacterium leprae
WOC KUSTA
Masuk dlm pem.darah dermis & sel saraf
schwan

Pembentukan tuberkel

KUSTA

B6
B1 B2 B3 B4 B5
Bone
Breathing Blood Brain Bladder Bowel

Mikrofag aktif Mikrofag aktif


Saluran napas Mikrofag aktif Produksi urin Anoreksia
menyempit menurun
Terbentuk
granuloma Stimulasi histamin Mengiritasi kulit
Napsu makan
menurun
Ventilasi Ikut aliran darah Penurunan
terganggu Inflamsi pada
Reseptor nyeri kapasitas
Proses Berat badan kulit
kandung kemih
inflamasi menurun
Sekresi yang Presepsi nyeri
Kerusakan sel
tertahan Stimulasi sitokin:
protagladin Gangguan MK: Defisit Nutrisi
Eliminasi Urin
Bersihan Jalan Merusak lapisan
Suhu naik Nyeri Akut
Napas Tidak kulit
Efektif
Gangguan
Hipertermi
Integritas Kulit
12

2.1.6 Manifestasi Klinis


Menurut Mansjoer Arif (2005) Tanda dan gejala utama penyakit kusta
anatara lain :
1) Kelainan atau lesi kulit yang mati rasa
2) Penebalan saraf tepi sertai gangguan saraf (mati rasa, kelemahan,
kelumpuhan otot, kulit kering dan retak-retak)
3) Ditemukannya mycobacterium leprae pada pemeriksaan hapusan kulit.
Gejala lain menurut Djuanda Adhi (2010): Wajah berbenjol benjol dan
tegang, demam dari derajat rendah sampai menggigil, napsu makan menurun,
mual muntah dan sakit kepala.
2.1.7 Komplikasi
Neuropati dapat menginduksi terjadinya trauma, nekrosis, infeksi sekunder,
amputasi jari dan ekstremitas. Pengobatan kortikosteroid hanya 60% memperbaiki
fungsi saraf. Kontraktur dapat menyebabkan kekakuan, yang akibatnya dapat
terjadi clawing hand and feet. Terjadinya kelemahan dari hilangnya persarafan
pada otot merupakan bukti terjadinya deformitas. Luka dapat menyebabkan
“Charcot’s joint” yang merupakan penyebab utama terjadinya deformitas.
Artritis/arthralgia dapat terjadi kira-kira 10% pada pasien dengan kusta dan gejala
persendian yang ada hubungannya dengan reaksi (Mandal, 2006).
Komplikasi pada mata yaitu keratitis yang dapat terjadi karena berbagai
faktor termasuk karena mata yang kering, insensitifitas kornea dan lagophtalmus.
Keratitis dan lesi pada bilik anterior bola mata, umumnya terjadi iritis dan
menyebabkan kebutaan. Juga dapat terjadi ektropion dan entropion, menurut
penelitian resiko kopmlikasi mata terjadi pada pasien dengan tipe MB, setelah
menyelasaikan MDT menjadi 5,6% dengan komplikasi kerusakan mata sebanyak
3,9% (Syafrudin, dkk, 2011).
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan bakteriologis
untuk mengetahui apakah ada basil tahan asam (BTA) pada kerokan kulit atau
tidak. Pemeriksaan bakteriologis dapat dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat
pertama seperti Puskesmas.
13

Pengambilan sampel kerokan kulit untuk pemeriksaan bakteriologis bisa


dilakukan pada cuping telinga atau lesi kulit yang paling aktif (lesi kulit yang
meninggi dan berwarna kemerahan). Sampel kerokan kulit dapat diambil dari 2
sampai 3 tempat yang berbeda. Pemeriksaan ini dapat membantu menentukan
klasifikasi pada pasien lepra baru, membantu menilai hasil pengobatan, serta
sebagai evaluasi pada pasien relapse.
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
Jika hasil pemeriksaan adalah sakit kusta, maka penderita harus minum obat
secara teratur sesuai dengan petunjuk petugas kesehatan yaitu sebagai berikut :
1) Obat untuk menyembuhkan penyakit kusta dikemas dalam blister yang disebut
MDT (Multi Drug Therapy = Pengobatan lebih dari 1 macam obat)
2) Kombinasi obat dalam blister MDT tergantung dari tipe kusta, tipe MB harus
minum obat lebih banyak dan waktu lebih lama : Tipe MB : obat harus diminum
sebanyak 12 blister selama 12 bulan Tipe PB : obat harus diminum sebanyak 6
blister selama 6 bulan Ada 4 macam blister MDT yaitu :Blister untuk PB anak,
Blister untuk PB dewasa, Blister untuk MB anak, Blister untuk MB dewasa. Dosis
pertama harus diminum di puskesmas (di depan petugas), dan seterusnya obat
diminum sesuai petunjuk / arah panah yang ada di belakang blister (Adhi, dkk,
2006)
2.2Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
2.2.1.1 Pengumpulan Data, Meliputi
1) Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan, kebangsaan, suku,
pendidikan, no register, diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit.
3) Riwayat Penyakit
- Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien dengan penyakit kusta datang berobat dengan keluhan
adanya lesi dapat tunggal atau multipel, neuritis (nyeri tekan pada saraf)
14

kadang-kadang gangguan keadaan umum penderita (demam ringan) dan


adanya komplikasi pada organ tubuh.
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit
kulit lainnya.
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
2.2.2.1 Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera Fisiologi (Inflamasi)
(D.0077) Hal. 172
2.2.2.2 Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan proses inflamasi (D.0129)
Hal 282
2.2.2.3 Defisit Pengetahuan berhubungan dengan Kurang terpapar informasi
(D.0111) Hal 246
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan pada klien dengan Eksim meliputi :
Diagnosa I : Nyeri Akut berhubungan denganAgen Pencedera Fisiologi
(Inflamasi)
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x7 jam rasa nyeri
teratasi atau terkontrol
Kriteria hasil :
- Keluhan nyeri menurun
- Meringis menurun
- Skala Nyeri 0 (1-10)
- Klien dapat rileks

Intervensi Rasional
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Selalu memantau perkembangan
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
nyeri
2. Identifikasi faktor yang 2. Mencari tahu faktor memperberat
memperberat dan memperingan dan memperingan nyeri agar
nyeri mempercepat proses kesembuhan.
15

3. Kontrol lingkungan yang 3. Memberikan kondisi lingkungan


memperberat rasa nyeri. yang nyaman untuk membantu
meredakan nyeri
4. Berikan teknik nonfarmakologis 4. Salah satu cara mengurangi nyeri
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis 5. Agar klien atau keluarga dapat
untuk mengurangi rasa nyeri melakukan secara mandiri ketika
nyeri kambuh
6. Kaloborasi dengan dokter pemberian 6. Bekerja sama dengan dokter
analgetik, jika perlu. dalam pemberian dosis obat

Diagnosa II : Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan proses inflamasi.


Tujuan :Setelahdilakukan tindakan keperawatan 1x7 jam diharapkan dapat
berkurang atau terkontrol.
Kriteria hasil :
- Suhu kulit klien dalam rentang normal (36,50C)
- Sensasi dan tekstur kulit klien tidak kasar maupun panas/kering
- Perfusi jaringan klien membaik

Intervensi Rasional
1. Identifikasi penyebab 1. Mengetahui yang dapat
gangguan integritas kulit menyebabkan perubahan status
nurtisi, penurunan kelembaban, dan
suhu lingkungan ekstrem pada
kulit/jaringan klien
2. Ubah posisi tiap 2 jam, jika 2. Mencegah kerusakan pada kulit klien
tirah baring dikarenakan terlalu lama melakukan
tirah baring.
3. Hidari produk berbahan dasar 3. Menghidari peradangan pada kulit,
alkohol pada kulit kering noda hitam, kemerahan, kering dan
dehidrasi
4. Anjurkan meningkatkan 4. Membantu proses penyembuhan
asupan nutrisi kulit/jaringan klien melalui pola
asupan makan yang seimbang
5. Kolaborasi dengan tenaga 5. Bekerja sama dalam melakukan
kesehatan lainnya untuk tindakan perawatan kulit klien untuk
membantu perawatan kulit, jika mendapatkan hasil yang maksimal
perlu

Diagnosa III : Defisit Pengetahuan berhubungan dengan Kurang terpapar


informasi
16

Tujuan :Membantu memberikan informasi kognitif yang berkaitan dengan topik,


kondisi dan pengobatan
Kriteria hasil :Mengajarkan pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup
bersih serta sehat.

Intervensi Rasional
1. Idetifikasi kesiapan dan 1. Untuk mengetahui kemampuan
kemampuan menerima informasi menerima informasi
2. Idetifikasi faktor-faktor yang 2. Untuk mengetahui tingkat
dapat meningkatkan dan perilaku hidup bersih dan sehat
menurunkan motivasi perilaku 3. Untuk mempermudah
hidup bersih dan sehat menyampaikan informasi
3. Sediakan materi dan media 4. Agar waktu penyampain dapat
pendidikan kesehatan dimaksimalkan
4. Jadwalkan pendidikan kesehatan 5. Agar informasi yang telah
sesuai kesepakatan disampaikan dapat diterima
5. Memberikan kesempatan bertanya dengan baik
6. Ajarkan perilaku hidup bersih dan 6. Agar mencapai perilaku hidup
sehat bersih dan sehat.

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang
pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada
langkah sebelumnya (intervensi).Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan
dan perwujudan dan rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan. Pada tahap ini, perawat sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu
melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan
(Setiadi, 2010).
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan
pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.Tahap evaluasi menentukan
kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan dan respon pasien
terhadap keefektifan intervensi keperawatan, kemudian mengganti rencana
perawatan jika diperlukan. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah
tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk
melakukan pengkajian ulang.
17
18

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Ruly Ramadana
NIM : 2018.C.10a.0983
Ruang Praktek : Sistem Penginderaan
Tanggal Praktek : 27 November 2020
Tanggal & Jam Pengkajian : 27 November 2020 & Pukul 09:00 WIB

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Pada saat dilakukan pengkajian pada hari Jum’at, 27 November 2020 pukul
09.00 WIB pada Tn. Y jenis kelamin Laki-laki, berusia 44Tahun, suku
Dayak/Indonesia, Agama Kristen, Pekerjaan Petani, Pendidikan Sarjana Hukum,
status perkawinan sudah menikah , alamat Jl, Sepakat 9A Block D, Masuk Rumah
Sakit pada tanggal 25 November 2020 dengan Diagnosa Medis Kusta.
3.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan
3.1.2.1 Keluhan Utama :
Klien mengeluh nyeri, muncul saat di tekan, seperti terbakar, di siku dankedua
tangan, skala nyeri 8 (1-10), berlangsung selama 2-4 menit.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien mengatakan penyakit ini mulai di rasakan sejak (20 November 2020) klien
mengatakan nyeri pada siku sampai kedua tangan, teraba kulit mengeras dan
muncul bercak-bercak kemerahan, adanya tanda-tanda bekas garukan, tampak
klien bingung saat di Tanya tentang penyakitnya, karena kondisi yang kian tidak
membaik klien di bawa ke rumah sakit oleh keluarganya pada (27 November
2020) hasil pengkajian di IGD didapatkan hasil TTV: TD 140/90 mmHg, N
98x/mnt, RR 24 x/mnt, S 37 0C.
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya dan belum pernah
di rawat di rumah sakit.
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang memiliki penyakit yang sama
seperti yang diderita klien sekarang.
19

18
Genogram :

Keterangan:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
Hubungan keluarga
= Menikah

= Pasien

3.1.3 Pemerikasaan Fisik


3.1.3.1 Keadaan Umum :
Klien tampak meringis,kesadaran klien composmentis,pasien di temani
keluarga.
3.1.3.2 Status Mental :
Tingkat kesadaran klien composmentis, ekpresi wajah klien meringis,
bentuk badan klien simetris, posisi berbaring semi fowler, klien berbicara jelas,
suasana hati klien sedih, penampilan rapi, klien mengetahui waktu pagi, siang dan
malam dapat membedakan antara perawat dan keluarga serta mengetahui dirinya
sedang dirawat di rumah sakit, insigt klien baik, dan mekanisme pertahanan diri
klien adaptif.
3.1.3.3 Tanda-tanda Vital :
20

Pada saat pengkajian TTV klien, suhu tubuh klien/ S = 37°C


tempatpemeriksaan axilla, nadi/N = 98x/menit dan pernapasan/ RR = 24 x/menit,
tekanan darah TD = 140/ 90 mmhg.
3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada klien simetris, klien memiliki tidak kebiasaan merokok, klien
tidak mengalami batuk, tidakada sputum, tidak sianosis, tidakterdapat nyeri dada,
tidak sesak nafas, tidakdypsnea,type pernapasanan klien tampak menggunakan
dada dan perut,irama pernapasan teratur dan suara nafas klien vesikuler, tidak ada
suara napas tambahan.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
3.1.3.5 Cardiovasculer (Blood)
Klien tidak merasakan nyeri di dada, tidak ada merasakan keram dikaki,
klien tampak tidak pucat, tidak merasakan pusing, tidak mengalami clubbing
finger, tidak sianosis, tidak merasakan sakit kepala, tidak palpitasi, tidak ada
pingsan, capillary refill klien saat ditekan dan dilepaskan kembali dalam 2 detik,
tidak ada terdapat oedema, ictus cordis klien tidak terlihat, vena jugulasir klien
tidak mengalami peningkatan, suara jantung klien (S1-S2), “Lup Dup” reguler dan
tidak ada mengalami kelainan.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
3.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS : E = 4 (membuka mata spontan), V = 5 (komunikasi verbal
baik), M = 6 (mengikuti perintah), total nilai GCS = 15 (normal), kesadaran klien
tampak normal, pupil isokor, reflex cahaya kanan positif dan kiri positif, tidak
vertigo, tampak gelisah, tidak aphasia, klien tidak merasakan kesemutan, tidak
bingung, tidak dysarthria dan tidak mengalami kejang.
Uji Syaraf Kranial :
3.1.3.6.1 Nervus Kranial I (Olvaktori) : Klien dapat membedakan bau-bauan
seperti : minyak kayu putih atau alcohol.
3.1.3.6.2 Nervus Kranial II (Optik) : Klien dapat melihat dengan jelas orang yang
ada disekitarnya.
3.1.3.6.3 Nervus Kranial III (Okulomotor) : Pupil klien dapat berkontraksi saat
melihat cahaya.
21

3.1.3.6.4 Nervus Kranial IV (Trokeal) : Klien dapat menggerakan bola matanya


ke atas dan ke bawah.
3.1.3.6.5 Nervus Kranial V (Trigeminal) : Klien dapat mengunyah makanan
seperti : nasi, kue, buah.
3.1.3.6.6 Nervus Kranial VI (Abdusen) : Klien dapat melihat kesamping kiri
ataupun kanan.
3.1.3.6.7 Nervus Kranial VII (Fasial) : Klien dapat tersenyum.
3.1.3.6.8 Nervus Kranial VIII (Auditor) : Pasien dapat mendengar perkataaan
dokter, perawat dan keluarganya.
3.1.3.6.9 Nervus Kranial IX (Glosofaringeal) : Klien dapat membedakan rasa
pahit dan manis.
3.1.3.6.10 Nervus Kranial X (Vagus) : Klien dapat berbicara dengan jelas.
3.1.3.6.11 Nervus Kranial XI (Asesori) : Klien dapat mengangkat bahunya.
3.1.3.6.12 Nervus Kranial XII (Hipoglosol) : Klien dapat menjulurkan lidahnya.
Uji Koordinasi :
Ekstermitas atas klien dapat menggerakan jari kejari dan jari kehidung.
Ekstermitas bawah klien dapat menggerakan tumit ke jempol kaki, kestabilan
tubuh klien tampak baik, refleks bisep kanan dan kiri klien baik skala 1, trisep
kanan dan kiri klien baik skla 1, brakioradialis kanan dan kiri klien baik skla 1,
patella kanan kiri klien baik skla 1, dan akhiles kanan dan kiri klien baik skla 1,
serta reflek babinski kanan dan kiri klien baik skala 1.
Keluhan lainnya :Klien mengeluh nyeri, muncul saat di tekan, seperti terbakar,
di siku dankedua tangan, skala nyeri 8 (1-10), berlangsung selama 2-4 menit.
Masalah keperawatatan :Nyeri akut
3.1.7 Eliminasi Uri (Bladder)
Tidak ada masalah dalam eliminas urin, klien memproduksi urin 250 ml 4 x
24 jam (normal), dengan warna kuning khas aroma ammonia, klien tidak
mengalami masalah atau lancer, tidak menetes, tidak inkotinen, tidak oliguria,
tidak nyeri, tidak retensi, tidak poliguri, tidak panas, tidak hematuria, tidak
hematuria, tidak terpasang kateter dan tidak pernah melakukan cytostomi.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan.
22

3.1.8 Eliminasi Alvi (Bowel)


Bibir klien tampak lembab tidak ada perlukaan di sekitar bibir, jumlah gigi
klien lengkap tidak ada karies, gusi klien normal tampak kemerahan, lidah klien
tidak ada lesi, mokosa klien tidak ada pembengkakan, tonsil klien tidak ada
peradangan, rectum normal, tidak mengalami haemoroid, klien BAB 2x/hari
warna kekuningan dengan konsistensi lemah, tidak diarem tidak konstipasi, tidak
kembung, kembung, bising usus klien terdengar normal 15 x/hari, dan tidak ada
terdapat nyeri tekan ataupun benjolan.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan.
3.1.9 Tulang – Otot – Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi klien tampak bebas, tidak ada parase, tidak
ada paralise, tidak ada hemiparese, tidka ada krepitasi, tidak ada bengkak, tidak
ada kekakuan, tidak ada flasiditas, tidak ada spastisitas, ukuran otot klien teraba
simetris. Uji kekuatan otot ekstermitas atas = 4 dan ektermitas bawah = 4, terdapat
peradangan dan perlukakaan di bagian siku dan tangan dan tidak ada patah tulang,
serta tulang belakang klien tampak teraba normal, Terdapat lesi pada kulit siku
dan tangan 6 cm, terdapat bercak merah pada daerah siku dan tangannya, gatal.
Masalsah keperawatan :Gangguan Integritas Kulit
3.1.10 Kulit-Kulit Rambut
Klien tidak memiliki riwayat alergi baik dari obat, makanan dan lainnya.
Suhu kulit klien teraba hangat, warna kulit kemerahan di area gatal, turgor baik,
tekstur kasar, terdapat lesi 6 cm di siku dan tangan, tidak terdapat jaringan parut,
tekstur rambut halus, tidak terdapat distribusi rambut dan betuk kuku simetris.
Keluhan lainnya : Klien mengatakan terdapat bercak merah pada daerah siku dan
tangannya dan merasa gatal.
Masalah keperawatan :Gangguan Integritas Kulit
3.1.11 Sistem Penginderaan
3.1.3.11.1 Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan klien normal tidak ada masalah, gerakan bola mata klien
tampak bergerak normal dengan visus : mata kanan (VOD) = 6/6 dan mata kiri
(VOS) = 6/6, sclera klien normal/ putih, warna konjungtiva anemis, kornea
23

bening, tidak terdapat alat bantu penglihatan pada klien dan tidak terdapat adanya
nyeri.
3.1.3.11.2 Telinga / Pendengaran
Pendengaran klien normal dan tidak ada berkurang, tidak berdengung dan
tidak tuli.
3.1.3.11.3 Hidung / Penciuman
Bentuk hidung klien teraba simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat
patensi, tidak terdapat obstruksi, tidak terdapat nyeri tekan sinus, tidak terdapat
transluminasi, cavum nasal normal, septum nasal tidak ada masalah, sekresi
kuning lumayan kental, dan tidak ada polip.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.3.12 Leher Dan Kelenjar Limfe
Leher klien tampak tidak ada massa, tidak ada jaringan parut, tidak ada
teraba kelenjar limfe, tidak ada teraba kelenjar tyroid, dan mobilitas leher klien
bergerak bebas.
3.1.3.13 Sistem Reproduksi
3.1.3.13.1 Reproduksi Laki-laki
Bagian reproduksi klien tidak tampak adanya kemerahan, tidak ada gatal-
gatal, gland penis tampak normal, Maetus uretra lancar, tidak ada Discharge,
srotum tampak normal, tidak terdapat hernia.
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Klien mengatakan mengetahui tidak tau tentang kesehatan dan penyakit.
3.1.4.2 Nutrisidan Metabolisme
Pasien mendapatkan diet khusus rendah garam, tidak terdapat kesukaran
menelan.
TB : 166 cm
BB sekarang : 52,5 Kg IMT : 19 (Normal)
BB sebelum sakit: 53 Kg IMT : 19,2 (Normal)
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 3x1/sehari 3x1/sehari
Porsi 2 porsi 2 porsi
Nafsu makan Baik Baik
24

Jenis makanan Nasi, sayur, tahu Nasi, sayur, lauk, buah


Jenis minuman Air putih Air putih dan teh
Jumlah minuman/cc/24 jam 1650 cc 1750 cc
Kebiasaan makan Pagi, saing, malam Pagi, siang, malam
Keluhan/masalah Tidak Ada Tidak Ada
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.4.3 Pola istirahat dan tidur
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pola istirahat dan tidur.
Sebelum sakit tidur malam klien sekitar 7-8 jam dan tidur siang sekitar 1-2 jam,
sesudah sakit tidur malam klien sekitar 8-9 jam dan tidur siang 1-2 jam.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.4.4 Kognitif
Klien tampak khawatir dan cemas mengenai penyakit pada tangan nya
dikarenakan pengetahuan klien yang kurang mengenai penyakitnya.
Masalah Keperawatan : Defisit Pengetahuan
3.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri,
peran)
Klien mengatakan tidak senang dengan keadaan yang dialaminya saat ini,
klien ingin cepat sembuh dari penyakitnya. Klien adalah seorang kepala rumah
tangga, klien orang yang ramah”.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit klien dapat berktivitas secara bebas , namun sesudah sakit
klien tidak dapat beraktivitas secara bebas akibat gerakan terbatas dan didampingi
oleh istrinya.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.4.7 Koping –Toleransi terhadap Stress
Istri klien mengatakan bila ada masalah Tn. Y selalu bercerita dan meminta
bantuan kepada keluarga, dan keluarga selalu menolong Tn.Y.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan
Istri klien mengatakan bahwa tidak ada tindakan medis yang bertentangan
dengan keyakinan yang di anut.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
25

3.1.5 Sosial - Spiritual


3.1.5.1 Kemampuan berkomunikasi
Klien dapat berkomunikasi dengan baik, dan klien dapat menceritakan
keluhan yang dirasakan kepada perawat.
3.1.5.2 Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa dayak dan bahasa
Indonesia.
3.1.5.3 Hubungan dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarga baik, dibuktikan dengan kelurga setiap
saat selalu memperhatikan dan mendampingi Tn. Y selama diarawat di rumah
sakit.
3.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Klien dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan dan dapat
berkomunikasi juga dengan keluarga serta orang lain.
3.1.5.5 Orang berarti/terdekat :
Menurut klien orang yang terdekat dengannya adalah keluarganya.
3.1.5.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Sebelum sakit biasanya digunakan klien untuk bermain dengan keluaga.
3.1.5.7 Kegiatan beribadah :
Sebelum sakit klien selalu beribadah di gereja.
3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laborato Rium, Penunjang Lainnya)
Data penunjang : 27November 2020
Tabel pemeriksaan laboratorium
No PARAMETER HASIL SATUA NILAI
N NORMAL

1 WBC ( White Blood Cels) 23.12x10^3 U/L 4.00 – 10.00

2 RBC ( Red BloodCels ) 4.14x10^6 U/L 3.50 – 5.50

3 HGB ( Hemoglobin Blood) 12. g/dl 11.0 – 15.0


0
26

4 PLT(Platelet/Trombosit) 12. g/dl 11.0 – 15.0


0
U/L 150 –
236 x10^3 400

3.1.7 Penatalaksanaan Medis


No Terapi Medis Dosis Rute Indikasi
.
1. Paracetamol 500 mg Oral 1. Untuk meredakan
2. Ceftriaxone 30 mg Oral demam dan membantu
2x/hari mengurangi rasa nyeri.
2. Mengobati berbagai
macam macam infeksi
bakteri.

Palangka Raya, Jum’at27 November 2020


Mahasiswa

Ruly Ramadana
NIM : 2018.C.10a.0983
27

ANALISIS DATA

DATA KEMUNGKINAN MASALAH


PENYEBAB

DS : Klien mengatakan kulit Mikrofag aktif `


mengeras, muncul bercak-
bercak kemerahan dan gatal. Mengiritasi kulit Gangguan
DO : Integritas Kulit
 Lesi kusta 6 cm Inflamasi pada kulit
ditangan dan siku
Kerusakan sel
 Terdapat tanda
garukan Merusak lapisan kulit
 Kulit kering
 Tangan klien tampak Gangguan Integritas
bercak kemerahan di Kulit/Jaringan
area siku dan tangan

DS : Mikrofag aktif Nyeri Akut


Klien mengeluh nyeri, muncul
saat di tekan, seperti terbakar, di Stimulasi histamin
siku dankedua tangan,
berlangsung selama 2-4 menit. Reseptor nyeri
DO :
Presepsi nyeri
 Cara berbaring klien
tampak semi-fowler Nyeri akut
 Klien Nampak meringis
 Skala nyeri 8 (1-10)
 TTV
TD : 140/90 mmHg
N : 98 x/menit
S : 370C
RR : 24 x/menit
28

Kusta
DS : Klien mengatakan masih
kurang mengetahui tentang Kurang terpapar
informasi Defisit
penyakitnya
Defisit Pengetahuan Pengetahuan

DO :
- Klien nampak bingung
mengenai penyakitnya
- Klien nampak ingin
mengetahui tentang
penyakitnya
29

3.2 Prioritas Masalah

1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan proses inflamasi yang


ditandai dengan klien mengatakan kulit mengeras, muncul bercak-bercak
kemerahan dan gatal.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi (inflamasi) yang
ditandai dengan klien mengeluh nyeri, muncul saat di tekan, seperti terbakar,
di siku dan kedua tangan, berlangsung selama 2-4 menit, cara berbaring
semi-fowler, klien nampak meringis, skala nyeri 8, dan hasil pemeriksaan
TTV : TD : 140/90 mmHg, N : 98 x/menit, S : 370C, RR : 24 x/menit.
3. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai
dengan, Tn. Y mengatakan masih kurang mengetahui tentang penyakitnya,
klien nampak bingung, klien ingin mengetahui tentang penyakitnya.
36

3.3 Rencana Keperawatan


Nama Pasien : Tn. Y
Ruang Rawat : Sistem Penginderaan
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
1. Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi penyebab gangguan 1. Mengetahui yang dapat
keperawatan 1x7 jam diharapkan integritas kulit menyebabkan perubahan status
berhubungan dengan proses
masalah gangguan integritas nutrisi, penurunan kelembaban,
inflamasi yang ditandai kulit/jaringan teratasi, dengan 2. Ubah posisi tiap 2 jam, jika tirah dan suhu lingungan ekstrem pada
kriteria hasil : baring kulit/jaringan klien
dengan klien mengatakan
2. Mencegah kerusakan pada kulit
kulit mengeras, muncul 1. Kerusakan lapisan kulit 3. Hindari produk berbahan dasar klien dikarenakan terlalu lama
klien menurun alkohol pada kulit kering melakukan tirah baring.
bercak-bercak kemerahan
2. Kondisi kulit membaik 3. Menghindari peradangan pada
dan gatal. 3. Tekstur kulit membaik 4. Anjurkan meningkatkan asupan kulit, noda hitam, kemerahan,
nutrisi kering dan dehidrasi
4. Membantu proses penyembuhan
5. Kolaborasi dengan tenaga kulit/jaringan klien melalui pola
kesehatan lainnya untuk asupan makan yang seimbang
membantu perawatan kulit, jika 5. Bekerja sama dalam melakukan
perlu tindakan keperawatan kulit klien
untuk mendapatkan hasil yang
maksimal.
37

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


2. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan lokasi, karakteristik, 1. Menentukan lokasi,
keperawatan 1x7 jam diharapkan durasi, frekuensi, kualitas, karakteristik, durasi, frekuensi,
dengan agen pencedera
masalah nyeri klien dapat teratasi, intensitas nyeri. kualitas dan intensitas nyeri
fisiologi (inflamasi) yang dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri dapat menjadi penilaian untuk
3. Memberikan tehknik mengetahui seberapa kuat rasa
ditandai dengan klien 1. Keluhan nyeri menurun pengalihan rasa nyeri dengan nyeri yang di alami
mengeluh nyeri, muncul 2. Meringis menurun terapi napas dalam. 2. Identifikasi sala nyeri dapat
3. Skala Nyeri 0 (1-10) 4. Kontrol lingkungan yang membantu menilai efektivitas
saat di tekan, seperti 4. Klien dapat rileks memperberat rasa nyeri perawatan yang akan di
terbakar, di siku dan 5. Kolaborasi medis untuk lakukan
pemberian analgesik. 3. Terapi napas dalam dapat
kedua tangan,
6. Memonitor efek samping mengalihkan rasa nyeri pasien
berlangsung selama 2-4 penggunaan analgesic. dan dapat membuat pasien
rilex
menit, cara berbaring
4. Lingkungan yang tidak
semi-fowler, klien kondusif dapat menambah
parah rasa nyeri
nampak meringis, skala
5. Obat analgesic dapat
nyeri 8, dan hasil mengurangi rasa nyeri
6. Memonitor efek samping dapat
pemeriksaan TTV : TD :
mengetahui apakah pasien
140/90 mmHg, N : 98 mengalami alergi terhadap obat
yang diberikan atau tidak
x/menit, S : 37 0C, RR :
24 x/menit.
38

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


3. Defisit Pengetahuan Setelahdilakukan tindakan 1. Idetifikasi kesiapan dan 1. Untuk mengetahui kemampuan
kemampuan menerima menerima informasi
berhubungan dengan keperawatan 1x7 jam diharapkan
dapat berkurang atau terkontrol informasi
kurang terpapar 2. Idetifikasi faktor-faktor yang 2. Untuk mengetahui tingkat
dengan kriteria hasil:
dapat meningkatkan dan perilaku hidup bersih dan sehat
informasi ditandai
1. Nafsu makan klien menurunkan motivasi perilaku
dengan, Tn. Y meningkat hidup bersih dan sehat
2. Berat badan kembali 3. Sediakan materi dan media 3. Untuk mempermudah
mengatakan masih
normal pendidikan kesehatan menyampaikan informasi
kurang mengetahui 3. Porsi makan klien habis 4. Jadwalkan pendidikan 4. Agar waktu penyampain dapat
kesehatan sesuai kesepakatan dimaksimalkan
tentang penyakitnya,
5. Memberikan kesempatan 5. Agar informasi yang telah
klien nampak bingung, bertanya disampaikan dapat diterima
klien ingin mengetahui dengan baik
6. Ajarkan perilaku hidup bersih 6. Agar mencapai perilaku hidup
tentang penyakitnya. dan sehat bersih dan sehat.
39

3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Tanda tangan dan


Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
1. Jumat, 27 1. Megubah posisi tiap 2 jam, jika tirah baring S : Klien mengatakan bercak merah dan
November2020 2. Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi lesi mulai berkurang
3. Menganjurkan pasien untuk menggunakan
07.00 WIB O:
pakaian yang longgar
10.00 WIB 4. Melakukan tehnik perawatan luka dengan 1. Posisi klien nampak berubah setiap 2
13.00 WIB steril jam
5. Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan 2. Klien Nampak lebih segar ketika di Ruly Ramadana
15.00 WIB
lainnya untuk membantu perawatan kulit, jika berikan makanan yang bernutrisi
perlu (Salep) 3. Klien Nampak mengguanakan baju
longgar
4. Lesi klien Nampak bersih
5. Salep sudah teroles di bagian kulit klien

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan intervensi.
Mengubah posisi klien
Melakukan tehknik perawatan luka
40

Tanda tangan dan


Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
2. Sabtu, 28 1. Mengidentifikasi faktor yang memperberat S:
November 2020 dan memperingan nyeri.
1. Klien mengatakan rasa nyeri yang di
07.00 WIB 2. Memberikan teknik napas dalam.
rasakan sedikit berkurang
10.00 WIB 3. Memfasilitasi suasana ruangan tenang (tidak
O:
13.00 WIB bising).
1. Klian Nampak sesekali masih meringis Ruly Ramadana
15.00 WIB 4. Mengukukur TTV
akibat adanya gerakan, lalu kembali
5. Berkaloborasi dengan dokter pemberian
rileks ketika kondisi ruangan menjadi
analgetik (Kataroc tablet20 mg pemberian
tenang.
3 kali/hari)
2. Klien Nampak sudah terbiasa dengan
tehknik napas dalam sehingga rasa nyeri
sedikit terkontrol
3. Klien nampak rileks beristirahat ketika
suasana menjadi tenang
4. TTV: TD130/90 mmHg, N 80 x/menit,
S 35 0C, RR 22 x/menit
5. Setelah di berikan terapi obat klien
Nampak lebih rileks meskipun sesekali
masih meringis
41

A: Masalah nyeri akut teratasi sebagian


P: Lanjutkan intervensi
1. Memberikan tehknik pengalihan nyeri
2. Memfasilitasi suasana ruangan yang
tenang
3. Kolaborasi pemberian analgesik

Tanda tangan dan


Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
42

3. Minggu, 1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan S:


keluarga tentang penyakitnya.
29November Klien mengatakan sudah mengerti dan
2. memberikan penjelasan pada klien tentang
2020 kondisinya sekarang . paham akan penjelasan perawat
3. memberikan informasi pada klien dan
09.00 WIB O:
keluarga tentang penyakit kusta
4. Meminta klien dan keluarga mengulangi
kembali tentang materi yang telah diberikan. - Sebelum klien di berikan informasi
Ruly Ramadana
tentang kusta klien nampak bingung
dan tidak mengetahuinya
- Klien nampak mendengarkan materi
pendidikan yang di berikan
- Klien dan keluarga fokus
mendengarkan informasi dari perawat
- Klien dan keluarga dapat memahami
informasi tentang penyakitnya
A:

Masalah teratasi

P:

-
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan medis pada Tn.Y dengan keadaan Kusta dalam
pemberian asuhan keperawatan disesuaikan dengan standar keperawatan dalam
pelaksanaan intervensi dan implementasi. Dimana masalah yang ditemukan pada
kasus Tn.Y dengan diagnosa gangguan integritas kulit, dan nyeri akut. Dengan
hasil yang cukup membaik.
4.2 Saran
Penulis mengharapkan agar materi laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca agar dapat menambah wawasan tentang keilmuan keperawatan penyakit
Kusta, dan semoga keilmuan keperawatan terus dapat berkembang dalam bidang
ilmu pengetahuan.

43

52
DAFTAR PUSTAKA

Syafrudin, Damayani Diah.A, Delmaifanis. Himpunan Penyuluhan Kesehatan


(Pada Remaja, Keluarga, Lansia dan Masyarakat). Trans Info Media.
2011. Jakarta.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Amin Huda. (2015). Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnosa medis &
NANDA. Yogyakarta: Mediaction Publishing.
Muttaqin, (2012).Asuhan keperawatan gangguan sistem integumen. Jakarta:
Salemba Medika.

Nanda (2015) Diagnosis keperawatan definisi & klasifikasi. Jakarta: EGC.


Morton, G. (2012). Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 dan 2. Jakarta: Media
Aesculapius.

Peate, M. N. (2015). Dasar-dasar Patofisiologi Terapan edisi 2. Jakarta: Bumi


Medika.

44

LAMPIRAN
SATUAN RENCANA KEGIATAN

54
1.1 Topik
Pendidikan Kesehatan Pada Tn. Y Dengan Diagnosa Medis Kusta Pada
Sistem Penginderaan
1.2 Sasaran
Pasien dan Keluarga
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan 1x30 menit, pasien dan keluarga
memahami dan mampu menjelaskan tentang Kusta.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Memahami pengertian Kusta
2. Memahami etiologi Kusta
3. Mengetahui manifestasi klinik Kusta
4. Memahami penatalaksanaan Kusta
1.4 Materi
1. Pengertian Kusta
1.5 Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
1.6 Media
1. Leaflet
Leaflet yang digunakan dalam media pendidikan kesehatan ini dalam bentuk
selembar mengenai informasi tentang eksim.
1.7 Waktu Pelaksanaan
1. Hari/tanggal : Sabtu 28 November 2020
2. Pukul : 09:00 WIB
3. Alokasi : 30 Menit
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pendahuluan : 5 Menit  Menjawab salam
 Memberi salam dan  Mendengarkan
memperkenalkan diri  Menjawab

55
 Menjelaskan maksud dan pertanyaan
tujuan penyuluhan
 Melakukan evaluasi
vadilasi

2 Penyajian : 15 Menit  Mendengarkan


 Pengertian Kusta dengan seksama
 Mengajukan
pertanyaan
3 Evaluasi : 5 Menit  Menjawab
 Memberikan pertanyaan  mendemontrasi
akhir dan evaluasi
4 Terminasi : 5 Menit  mendengarkan
 menyimpulkan bersama-  menjawab salam
sama hasil kegiatan
penyuluhan
 menutup penyuluhan dan
mengucapkan salam

1.8 Tugas Pengorganisasian


1) Moderator : Ruly Ramadana
Moderator adalah orang yang bertindak sebagai penengah atau pemimpin
sidang (rapat,diskusi) yang menjadi pengarahan pada acara pembicara atau
pendiskusi masalah
Tugas:
1. Membuka acara penyuluhan.
2. Memperkenalkan diri.
3. Menjelaskan kontrak dan waktu disampaikan.
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalan diskusi
2) Penyaji : Ruly Ramadana

56
Penyaji adalah menyajikan materi diskusi kepada peserta dan
memberitahukan kepada moderator agar moderator dapat memberi arahan
selanjutnya kepada peserta-peserta diskusinya.
Tugas :
1. Menyampaikan materi penyuluhan.
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan.
3. Mengucapkan salam penutup.

3) Fasilitator : Ruly Ramadana


Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang, memahami
tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat rencana guna mencapai
tujuan tersebut tanpa mengambil posisi tertentu dalam diskusi.
Tugas :
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan.
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir.
4) Simulator : Ruly Ramadana
Simulator adalah seseorang yang bertugas untuk menyimulasikan suatu
peralatan kepada audience.
Tugas :
1. Memperagakan macam-macam gerakan.
5) Dokumentator : Ruly Ramadana
Dokumentator adalah orang yang mendokumentasikan suatu kegiatan yang
berkaitan dengan foto, pengumpulan data, dan menyimpan kumpulan dokumen
pada saat kegiatan berlangsung agar dapat disimpan sebagai arsip.
Tugas :
1. Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan pendidikan
kesehatan.
6) Notulen : Ruly Ramadana
Notulen adalah sebutan tentang perjalanan suatu kegiatan penyuluhan,
seminar, diskusi, atau sidang yang dimulai dari awal sampai akhir acara. Ditulis
oleh seorang Notulis yang mencatat seperti mencatat hal-hal penting. Dan
mencatat segala pertanyaan dari peserta kegiatan.

57
Tugas :
1. Mencatat poin-poin penting pada saat penyuluhan berlangsung.
2. Mencatat pertanyaan-pertanyaan dari audience dalam kegiatan penyuluhan.

1.9 SETTING TEMPAT

Keterangan :

: Moderator,Penyaji,Simulator, Fasilitator,
Dokumentatordan Notulen
3. : Pasien dan Keluarga

Lampiran Materi

58
A. Pengertian
Penyakit kusta adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman kusta (Microbakterium Leprae) yang menyerang kulit dan syaraf-
saraftertentu.
B. Penyebab
Dibandingkan Mycobacterium tuberculosis, basil tahan asam, mycobacterium
leprae tidak memproduksi eksotoksin dan enzim litik. Selain itu, kuman ini
merupakan satu-satunya mikobakteria yang belum dibiakkan in vitro.
mycobakteria ini secara primer menyerang system saraf tepi dan terutama pada
tipe lepromatosa, secara sekunder dapat menyerang seluruh organ tubuh lain
seperti kulit, mukosa mulut, mukosa saluran nafas bagian atas, system
retikuloendotelial, mata, tulang dan testis. Reaksi imun penderita terhadap
M.Leprae berupa reaksi imun humoral terutama pada lepra bentuk lepromatosa.
(Adhi, dkk, 2010)
1) Kusta bentuk kering : tidak menular, kelainan kulit berupa bercak keputihan
sebesar uang logam atau lebih besar, sering timbul di pipi, punggung, pantat, paha
atau lengan. Bercak tampak kering, kulit kehilangan daya rasa sama sekali.
2) Kusta bentuk basah : bentuk menular karena kumannya banyak terdapat di
selaput lender hidung, kulit dan organ tubuh lainnya, dapat berupa bercak
kemerahan, kecil-kecil tersebar diseluruh badan atau berupa penebalan kulit yang
luas sebagai infiltrate yang tampak mengkilap dan berminyak, dapat berupa
benjolan merah sebesar biji jagung yang tersebar di badan, muka dan daun telinga.
Disertai rontoknya alis, menebalnya daun telinga.
3) Kusta tipe peralihan : merupakan peralihan antara kedua tipe utama.
Pengobatan tipe ini di masukkan kedalam jenis kusta basah.
C. Tanda dan gejala
Menurut Mansjoer Arif (2005) Tanda dan gejala utama penyakit kusta anatara
lain :
1) Kelainan atau lesi kulit yang mati rasa
2) Penebalan saraf tepi sertai gangguan saraf (mati rasa, kelemahan, kelumpuhan
otot, kulit kering dan retak-retak)
3) Ditemukannya mycobacterium leprae pada pemeriksaan hapusan kulit.

59
Gejala lain menurut Djuanda Adhi (2010): Wajah berbenjol benjol dan tegang,
demam dari derajat rendah sampai menggigil, napsu makan menurun, mual
muntah dan sakit kepala.
D. Cara penaganan

- Hindari menggaruk, karena tidak akan membuat gatal


hilang, memperburuk ketidaknyamanan

- Gunakan pelembab untuk mengurangi


gatal misallotion
- Hindari penyebab alergi (Detergen atau serbuk kayu, makanan yang
sering menyebabkan alergi susu, telur, gandum, kacang-kacangan
kedelai dan makananlaut)

60
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No.110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3227707
E-Mail : [email protected]

LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Ruly Ramadana


NIM : 2018.C.10a.0983
Tingkat / Prodi : III-B / S1 Keperawatan
Pembimbing : Rimba Aprianti, S.Kep., Ners

Tanda Tangan
Hari/Tangga
No Catatan Bimbingan
l Mahasiswa Pembimbing

72
1. Melakukan Pre Konference
1. 03,Des,2020 2. Perbaiki Kata pengantar
3. Perbaiki Latar belakang dan
tahun referensi
4. Perbaiki susunan Sub Babnya
1.1 Anatomi Fisiologi
5. Perbaiki WOC
6. Daftar Pustaka refensi 10 tahun
terakhir
7. Tambahkan jurnal terkait

Sarjana Keperawatan Ners Reguler is


inviting you to a scheduled Zoom
meeting.

Topic: Pre Konference PPK II Kel. 5


Kelas 3B Sistem Pengindraan
Pembimbing Rimba aprianti,
S.Kep.,Ners
Time: Dec 3, 2020 02:00 PM Jakarta

Join Zoom Meeting


https://us02web.zoom.us/j/8220777825
0?
pwd=d3pNaTN4RWlZNEh2VzdxNnA
2NGhRZz09

Meeting ID: 822 0777 8250


Passcode: C24kQj

Join by Skype for Business


https://us02web.zoom.us/skype/82207778250

1. Bimbingan Askep
2.
73
04,Des,2020 2. Perbaiki Askep dan Lengkapi data
3. Lengkapi analisa data sesuaikan
dengan pengkajian
4. Tambhkan diagnosa keperawatan
5. Perbaiki prioritas masalah
keperawatan
6. Intervensi sesuaikan dengan SIKI
7. Lanjutkan membuat SAP, Leaflet

Sarjana Keperawatan Ners Reguler is


inviting you to a scheduled Zoom
meeting.

Topic: Bimbingan Askep PPK 2 Kel. 5


Kelas 3B Sistem pengindraan Rimba
Aprianti, S.Kep.,Ners
Time: Dec 4, 2020 02:00 PM Jakarta

Join Zoom Meeting


https://us02web.zoom.us/j/8241312470
9?
pwd=M001MnQ4YmE4cm5pdVN4Nz
g2Mkt3QT09

Meeting ID: 824 1312 4709


Passcode: bW7Eu7

Join by Skype for Business


https://us02web.zoom.us/skype/82413124709

74
1. Melaksanakan Post konference
2. Perhatikan sistematika
penulisan
3. 07,Des,2020 3. Perbaiki implementasi bagian
evaluasi
4. Perbaiki leaflet
5. Tambahkan teori penyuluhan
Sarjana Keperawatan Ners Reguler is
inviting you to a scheduled Zoom
meeting.

Topic: Bimbingan post Konference


PPK 2 Kel. 5 Kelas 3B Sistem
Pengindraan Rimba Aprianti,
S.Kep.,Ners
Time: Dec 7, 2020 04:30 PM Jakarta

Join Zoom Meeting


https://us02web.zoom.us/j/8703839317
8?
pwd=b1JtejY0b00xajk5dXdwVWxWU
TJxdz09

Meeting ID: 870 3839 3178


Passcode: 4aEm8t

Join by Skype for Business


https://us02web.zoom.us/skype/87038393178

75
76

Anda mungkin juga menyukai