LP Askep Kusta Pengindraan
LP Askep Kusta Pengindraan
LP Askep Kusta Pengindraan
DISUSUN OLEH :
LEMBAR PERSETUJUAN
Pembimbing Akademik
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners, Pembimbing Akademik
iii
4
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
pada Tn. Y DenganDiagnosa Medis Kusta Pada Sistem Penginderaan. Laporan
pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK2).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
4. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep., Ners selaku koordinator Praktik Pra Klinik
Keperawatan II Program Studi Sarjana Keperawatan.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Ruly Ramadana
iv
5
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN...................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
BAB 1PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................3
1.4 Manfaat........................................................................................................4
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1Konsep Penyakit..............................................................................................4
2.1.1Anatomi Fisiologi.....................................................................................4
2.1.2Definisi.....................................................................................................6
2.1.3Etiologi.....................................................................................................7
2.1.4Klasifikasi.................................................................................................7
2.1.5Patofisiologi............................................................................................10
2.1.6Manifestasi Klinis...................................................................................12
2.1.7Komplikasi..............................................................................................12
2.1.8Pemeriksaan Penunjang..........................................................................13
2.1.9Penatalaksanaan Medis...........................................................................16
2.2Manajemen Asuhan Keperawatan.................................................................17
2.2.1 Pengkajian Keperawatan.......................................................................17
2.2.2Diagnosa Keperawatan...........................................................................17
2.2.3 Intervensi Keperawatan.........................................................................18
2.2.4 Implementasi Keperawatan...................................................................21
2.2.5 Evaluasi Keperawatan...........................................................................22
BAB 3ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................23
3.1 Pengkajian..................................................................................................23
3.2 Diagnosa.....................................................................................................35
3.3 Intervensi....................................................................................................36
3.4 Implementasi..............................................................................................39
3.5 Evaluasi......................................................................................................39
BAB 4PENUTUP..................................................................................................42
4.1Kesimpulan....................................................................................................42
4.2Saran..............................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................43
v
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
Hasil Riskesdas tahun 2018, Indonesia merupakan salah satu negara yang
masih memiliki jumlah penderita kusta yang masih tinggi dengan rincian tahun
2015 sebanyak 17.202 jiwa (6,73%), 2016 sebanyak 16.826 jiwa (6,50%), dan
tahun 2017 sebanyak 15.920 (6,08%), dimana total keseluruhan tiga tahun
berturut-turut 49.948 jiwa. Dengan jumlah kasus tersebut Indonesia menempati
peringkat ketiga jumlah kasus kusta terbanyak di dunia setelah India dan Brazil
(Dirjen P2P Kemenkes RI, 2018).
Upaya pemerintah dalam penangulangan kusta antara lain: 1) Penemuan
peningkatan kasus secara dini di masyarakat. 2) Pelayanan kusta berkualitas
termasuk layanan rehabilitasi, diintegrasikan dengan pelayanan kesehatandasar
dan rujukan. 3) Penyebaraluasan informasi tentang kusta di masyarakat. 4)
Eliminasi stigma terhadap orang yang pernah mengalami kusta dan keluarganya.
5) Pemberdayaan orang yang pernah mengalami kusta dalam berbagai aspek
kehidupan dan penguatan partisipasi mereka dalam upaya pengendalian kusta. 6)
Kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan. 7) Peningkatan dukungan
kepada program kusta melalui penguatan advokasi kepada pemerintah pengambil
keputusan dan penyedia layanan lainnya untuk meningkatkan dukungan terhadap
program kusta. 8)Penerapan pendekatan yang berbeda berdasarkan endemisitas
kusta (Kemenkes RI, 2018).
Dengan melihat data diatas dapat disimpulkan bahwa masih ditemukannya
penderita di masyarkat, oleh karena itu penulis sangat tertarik mengambil kasus
Kusta.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan masalah dalam studi kasus ini adalah Bagaimana pemberian Asuhan
Keperawatanpada Tn. Y dengan diagnosa medisKusta Pada Sistem Penginderaan?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatanpada Tn. Ydengan
diagnosa medis Kusta Pada Sistem Penginderaan.
1.3.2 Tujuan Khusus
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai fungsi
sebagai pelindungtubuh dan berbagai trauma ataupun masuknya bakteri, kulit juga
mempunyai fungsi utamareseptor yaitu untuk mengindera suhu, perasaan nyeri,
sentuhan ringan dan tekanan, pada bagianstratum korneum mempunyai
kemampuan menyerap air sehingga dengan demikian mencegahkehilangan
airserta elektrolit yang berlebihan dan mempertahankan kelembaban dalam
jaringansubkutan. Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai
hasil metabolisme makanan yangmemproduksi energi, panas ini akan hilang
melalui kulit, selain itu kulit yang terpapar sinar ultraviolet dapat mengubah
substansi yang diperlukan untuk mensintesis vitamin D. Kulit tersusun atas 3
lapisan utama yaitu, Epidermis, Dermis dan Jaringan Subkutan.
1. Lapisan Epidermis, terdiri atas :
a. Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti
selnya sudah mati dan mengandung keratin, suatu protein fibrosa tidak
larut yang membentuk barier terluar kulit danmempunyai kapasitas
4
5
2.1.2 Definisi
Kusta adalah penyakit kronik yang pertama kali menyerang susunan saraf
perifer, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa (mulut), saluran pernapasan
bagian atas, kemudian dapat keorgan lain kecuali susunan saraf pusat. Penyakit
kusta disebut juga Morbus Hansen, sesuai dengan nama yang menemukannya
yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen pada tahun 1874 sehingga penyakit ini
disebut Morbus Hansen. Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan
oleh kuman kusta (mikobakterium leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan
jaringan tubuh lainnya. (Adhi, dkk 2006).
Penyakit kusta adalah penyakit menular, menahun (lama) yang disebabkan
oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae). Penyakit tersebut menyerang kulit,
saraf tepi dan dapat menyerang jaringan tubuh lainnya kecuali otak. Kusta bukan
penyakit keturunan, dan bukan disebabkan oleh kutukan, guna-guna, dosa atau
makanan. Penyakit kusta adalah penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya
ialah Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer
sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan ukosa traktus respiratirius bagian atas,
kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat (Djuanda Adhi, 2010).
Penyakit kusta adalah penyakit menular, menahun (lama) yang disebabkan
oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae). Penyakit tersebut menyerang kulit,
saraf tepi dan dapat menyerang jaringan tubuh lainnya kecuali otak. Kusta bukan
penyakit keturunan, dan bukan disebabkan oleh kutukan, guna-guna, dosa atau
makanan. Penyakit kusta adalah penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya
ialah Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer
7
sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan ukosa traktus respiratirius bagian atas,
kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kusta atau lepra adalah penyakit
infeksi bakteri kronis yang menyerang jaringan kulit, saraf tepi, serta saluran
pernapasan. Kusta atau lepra dikenal juga dengan nama penyakit Hansen atau Morbus
Hansen.
2.1.3 Etiologi
Dibandingkan Mycobacterium tuberculosis, basil tahan asam,
mycobacterium leprae tidak memproduksi eksotoksin dan enzim litik. Selain itu,
kuman ini merupakan satu-satunya mikobakteria yang belum dibiakkan in vitro.
mycobakteria ini secara primer menyerang system saraf tepi dan terutama pada
tipe lepromatosa, secara sekunder dapat menyerang seluruh organ tubuh lain
seperti kulit, mukosa mulut, mukosa saluran nafas bagian atas, system
retikuloendotelial, mata, tulang dan testis. Reaksi imun penderita terhadap
M.Leprae berupa reaksi imun humoral terutama pada lepra bentuk lepromatosa.
(Adhi, dkk, 2010)
1) Kusta bentuk kering : tidak menular, kelainan kulit berupa bercak keputihan
sebesar uang logam atau lebih besar, sering timbul di pipi, punggung,
pantat, paha atau lengan. Bercak tampak kering, kulit kehilangan daya
rasa sama sekali.
2) Kusta bentuk basah : bentuk menular karena kumannya banyak terdapat di
selaput lender hidung, kulit dan organ tubuh lainnya, dapat berupa
bercak kemerahan, kecil-kecil tersebar diseluruh badan atau berupa
penebalan kulit yang luas sebagai infiltrate yang tampak mengkilap dan
berminyak, dapat berupa benjolan merah sebesar biji jagung yang
tersebar di badan, muka dan daun telinga. Disertai rontoknya alis,
menebalnya daun telinga.
3) Kusta tipe peralihan : merupakan peralihan antara kedua tipe utama.
Pengobatan tipe ini di masukkan kedalam jenis kusta basah.
2.1.4 Klasifikasi
Menurut Ridley dan Joplin membagi klasifikasi kusta berdasarkan gambaran
klinis, bakteriologik, histo patologik, dan status imun penderita menjadi :
8
2.1.5 Patofisiologi
Mekanisme penularan kusta yang tepat belum diketahui. Beberapa hipotesis
telah dikemukakan seperti adanya kontak dekat dan penularan dari udara.
Terdapat bukti bahwa tidak semua orang yang terinfeksi oleh kuman
Mycobacterium leprae menderita kusta, Iklim (cuaca panas dan lembab) diet,
status gizi, status sosial ekonomi dan genetik Juga ikut berperan, setelah melalui
penelitian dan pengamatan pada kelompok penyakit kusta di keluarga tertentu.
Belum diketahui pula mengapa dapat terjadi tipe kusta yang berbeda pada setiap
individu. Faktor ketidak cukupan gizi juga diduga merupakan faktor penyebab.
Penyakit kusta dipercaya bahwa penularannya disebabkan oleh kontak
antara orang yang terinfeksi dengan orang sehat. Dalam penelitian terhadap
9
insiden, tingkat infeksi untuk kontak lepra lepramatosa beragam dari 6.2 per 21
1000 per tahun di Cebu, Philipina hingga 55.8 per 1000 per tahun di India Selatan.
Dua pintu keluar dari Micobacterium leprae dari tubuh manusia
diperkirakan adalah kulit dan mukosa hidung. Telah dibuktikan bahwa kasus
lepramatosa menunjukan adanya sejumlah organisme di dermis kulit. Bagaimana
masih belum dapat dibuktikan bahwa organism tersebut dapat berpindah ke
permukaan kulit. Walaupun telah ditemukan bakteri tahan asam di epidermis.
Walaupun terdapat laporan bahwa ditemukan bakteri tahan asam di epitel
Deskuamosa di kulit, Weddel et al melaporkan bahwa mereka tidak menemukan
bakteri tahan asam di epidermis. Dalam penelitian terbaru Job etal menemukan
adanya sejumlah Mycobacterium leprae yang besar dilapisan keratin superficial
kulit di penderita kusta lepromatosa. Hal ini menbentuk sebuah pendugaan bahwa
organisme tersebut dapat keluar melalui kelenjar keringat.
Pentingnya mukosa hidung dalam penularan Mycobacterium leprae telah
ditemukan oleh Schaffer pada tahun 1898. Jumlah bakteri dari lesi mukosa hidung
pada kusta lepromatosa, menurut Shepard, antara 10.000 hingga 10.000.000
bakteri. Pedley melaporkan bahwa sebagian besar pasien lepromatosa
memperlihatkan adanya bakteri di secret hidung penderita. Devey dan Rees
mengindikasi bahwa secret hidung dari pasien lepromatosa dapat memproduksi
10.000.000 organisme per hari.
Pintu masuk dari Mycobacterium leprae ke tubuh manusia masih menjadi
tanda tanya. Saat ini diperkirakan kulit dan pernafasan atas menjadi gerbang
masuknya bakteri. Masa inkubasi kusta belum dapat dikemukakan. beberapa
peneliti berusaha mengukur masa inkubasi kusta, masa inkubasi kusta minimum
dilaporkan beberapa minggu, berdasarkan adanya kasus kusta pada bayi. Masa
inkubasi maksimum dilaporkan selama 30 tahun. Hal ini dilaporkan berdasarkan
pengamatan pada veteran perang yang pernah terekspos di daerah endemik dan
kemudian berpindah ke daerah non endemik. Secara umum telah ditetapkan masa
inkubasi rata-rata dari kusta adalah 3-5 tahun.
10
Pembentukan tuberkel
KUSTA
B6
B1 B2 B3 B4 B5
Bone
Breathing Blood Brain Bladder Bowel
Intervensi Rasional
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Selalu memantau perkembangan
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
nyeri
2. Identifikasi faktor yang 2. Mencari tahu faktor memperberat
memperberat dan memperingan dan memperingan nyeri agar
nyeri mempercepat proses kesembuhan.
15
Intervensi Rasional
1. Identifikasi penyebab 1. Mengetahui yang dapat
gangguan integritas kulit menyebabkan perubahan status
nurtisi, penurunan kelembaban, dan
suhu lingkungan ekstrem pada
kulit/jaringan klien
2. Ubah posisi tiap 2 jam, jika 2. Mencegah kerusakan pada kulit klien
tirah baring dikarenakan terlalu lama melakukan
tirah baring.
3. Hidari produk berbahan dasar 3. Menghidari peradangan pada kulit,
alkohol pada kulit kering noda hitam, kemerahan, kering dan
dehidrasi
4. Anjurkan meningkatkan 4. Membantu proses penyembuhan
asupan nutrisi kulit/jaringan klien melalui pola
asupan makan yang seimbang
5. Kolaborasi dengan tenaga 5. Bekerja sama dalam melakukan
kesehatan lainnya untuk tindakan perawatan kulit klien untuk
membantu perawatan kulit, jika mendapatkan hasil yang maksimal
perlu
Intervensi Rasional
1. Idetifikasi kesiapan dan 1. Untuk mengetahui kemampuan
kemampuan menerima informasi menerima informasi
2. Idetifikasi faktor-faktor yang 2. Untuk mengetahui tingkat
dapat meningkatkan dan perilaku hidup bersih dan sehat
menurunkan motivasi perilaku 3. Untuk mempermudah
hidup bersih dan sehat menyampaikan informasi
3. Sediakan materi dan media 4. Agar waktu penyampain dapat
pendidikan kesehatan dimaksimalkan
4. Jadwalkan pendidikan kesehatan 5. Agar informasi yang telah
sesuai kesepakatan disampaikan dapat diterima
5. Memberikan kesempatan bertanya dengan baik
6. Ajarkan perilaku hidup bersih dan 6. Agar mencapai perilaku hidup
sehat bersih dan sehat.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Ruly Ramadana
NIM : 2018.C.10a.0983
Ruang Praktek : Sistem Penginderaan
Tanggal Praktek : 27 November 2020
Tanggal & Jam Pengkajian : 27 November 2020 & Pukul 09:00 WIB
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Pada saat dilakukan pengkajian pada hari Jum’at, 27 November 2020 pukul
09.00 WIB pada Tn. Y jenis kelamin Laki-laki, berusia 44Tahun, suku
Dayak/Indonesia, Agama Kristen, Pekerjaan Petani, Pendidikan Sarjana Hukum,
status perkawinan sudah menikah , alamat Jl, Sepakat 9A Block D, Masuk Rumah
Sakit pada tanggal 25 November 2020 dengan Diagnosa Medis Kusta.
3.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan
3.1.2.1 Keluhan Utama :
Klien mengeluh nyeri, muncul saat di tekan, seperti terbakar, di siku dankedua
tangan, skala nyeri 8 (1-10), berlangsung selama 2-4 menit.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien mengatakan penyakit ini mulai di rasakan sejak (20 November 2020) klien
mengatakan nyeri pada siku sampai kedua tangan, teraba kulit mengeras dan
muncul bercak-bercak kemerahan, adanya tanda-tanda bekas garukan, tampak
klien bingung saat di Tanya tentang penyakitnya, karena kondisi yang kian tidak
membaik klien di bawa ke rumah sakit oleh keluarganya pada (27 November
2020) hasil pengkajian di IGD didapatkan hasil TTV: TD 140/90 mmHg, N
98x/mnt, RR 24 x/mnt, S 37 0C.
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya dan belum pernah
di rawat di rumah sakit.
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang memiliki penyakit yang sama
seperti yang diderita klien sekarang.
19
18
Genogram :
Keterangan:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
Hubungan keluarga
= Menikah
= Pasien
bening, tidak terdapat alat bantu penglihatan pada klien dan tidak terdapat adanya
nyeri.
3.1.3.11.2 Telinga / Pendengaran
Pendengaran klien normal dan tidak ada berkurang, tidak berdengung dan
tidak tuli.
3.1.3.11.3 Hidung / Penciuman
Bentuk hidung klien teraba simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat
patensi, tidak terdapat obstruksi, tidak terdapat nyeri tekan sinus, tidak terdapat
transluminasi, cavum nasal normal, septum nasal tidak ada masalah, sekresi
kuning lumayan kental, dan tidak ada polip.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.3.12 Leher Dan Kelenjar Limfe
Leher klien tampak tidak ada massa, tidak ada jaringan parut, tidak ada
teraba kelenjar limfe, tidak ada teraba kelenjar tyroid, dan mobilitas leher klien
bergerak bebas.
3.1.3.13 Sistem Reproduksi
3.1.3.13.1 Reproduksi Laki-laki
Bagian reproduksi klien tidak tampak adanya kemerahan, tidak ada gatal-
gatal, gland penis tampak normal, Maetus uretra lancar, tidak ada Discharge,
srotum tampak normal, tidak terdapat hernia.
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Klien mengatakan mengetahui tidak tau tentang kesehatan dan penyakit.
3.1.4.2 Nutrisidan Metabolisme
Pasien mendapatkan diet khusus rendah garam, tidak terdapat kesukaran
menelan.
TB : 166 cm
BB sekarang : 52,5 Kg IMT : 19 (Normal)
BB sebelum sakit: 53 Kg IMT : 19,2 (Normal)
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 3x1/sehari 3x1/sehari
Porsi 2 porsi 2 porsi
Nafsu makan Baik Baik
24
Ruly Ramadana
NIM : 2018.C.10a.0983
27
ANALISIS DATA
Kusta
DS : Klien mengatakan masih
kurang mengetahui tentang Kurang terpapar
informasi Defisit
penyakitnya
Defisit Pengetahuan Pengetahuan
DO :
- Klien nampak bingung
mengenai penyakitnya
- Klien nampak ingin
mengetahui tentang
penyakitnya
29
Masalah teratasi
P:
-
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan medis pada Tn.Y dengan keadaan Kusta dalam
pemberian asuhan keperawatan disesuaikan dengan standar keperawatan dalam
pelaksanaan intervensi dan implementasi. Dimana masalah yang ditemukan pada
kasus Tn.Y dengan diagnosa gangguan integritas kulit, dan nyeri akut. Dengan
hasil yang cukup membaik.
4.2 Saran
Penulis mengharapkan agar materi laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca agar dapat menambah wawasan tentang keilmuan keperawatan penyakit
Kusta, dan semoga keilmuan keperawatan terus dapat berkembang dalam bidang
ilmu pengetahuan.
43
52
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Amin Huda. (2015). Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnosa medis &
NANDA. Yogyakarta: Mediaction Publishing.
Muttaqin, (2012).Asuhan keperawatan gangguan sistem integumen. Jakarta:
Salemba Medika.
44
LAMPIRAN
SATUAN RENCANA KEGIATAN
54
1.1 Topik
Pendidikan Kesehatan Pada Tn. Y Dengan Diagnosa Medis Kusta Pada
Sistem Penginderaan
1.2 Sasaran
Pasien dan Keluarga
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan 1x30 menit, pasien dan keluarga
memahami dan mampu menjelaskan tentang Kusta.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Memahami pengertian Kusta
2. Memahami etiologi Kusta
3. Mengetahui manifestasi klinik Kusta
4. Memahami penatalaksanaan Kusta
1.4 Materi
1. Pengertian Kusta
1.5 Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
1.6 Media
1. Leaflet
Leaflet yang digunakan dalam media pendidikan kesehatan ini dalam bentuk
selembar mengenai informasi tentang eksim.
1.7 Waktu Pelaksanaan
1. Hari/tanggal : Sabtu 28 November 2020
2. Pukul : 09:00 WIB
3. Alokasi : 30 Menit
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pendahuluan : 5 Menit Menjawab salam
Memberi salam dan Mendengarkan
memperkenalkan diri Menjawab
55
Menjelaskan maksud dan pertanyaan
tujuan penyuluhan
Melakukan evaluasi
vadilasi
56
Penyaji adalah menyajikan materi diskusi kepada peserta dan
memberitahukan kepada moderator agar moderator dapat memberi arahan
selanjutnya kepada peserta-peserta diskusinya.
Tugas :
1. Menyampaikan materi penyuluhan.
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan.
3. Mengucapkan salam penutup.
57
Tugas :
1. Mencatat poin-poin penting pada saat penyuluhan berlangsung.
2. Mencatat pertanyaan-pertanyaan dari audience dalam kegiatan penyuluhan.
Keterangan :
: Moderator,Penyaji,Simulator, Fasilitator,
Dokumentatordan Notulen
3. : Pasien dan Keluarga
Lampiran Materi
58
A. Pengertian
Penyakit kusta adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman kusta (Microbakterium Leprae) yang menyerang kulit dan syaraf-
saraftertentu.
B. Penyebab
Dibandingkan Mycobacterium tuberculosis, basil tahan asam, mycobacterium
leprae tidak memproduksi eksotoksin dan enzim litik. Selain itu, kuman ini
merupakan satu-satunya mikobakteria yang belum dibiakkan in vitro.
mycobakteria ini secara primer menyerang system saraf tepi dan terutama pada
tipe lepromatosa, secara sekunder dapat menyerang seluruh organ tubuh lain
seperti kulit, mukosa mulut, mukosa saluran nafas bagian atas, system
retikuloendotelial, mata, tulang dan testis. Reaksi imun penderita terhadap
M.Leprae berupa reaksi imun humoral terutama pada lepra bentuk lepromatosa.
(Adhi, dkk, 2010)
1) Kusta bentuk kering : tidak menular, kelainan kulit berupa bercak keputihan
sebesar uang logam atau lebih besar, sering timbul di pipi, punggung, pantat, paha
atau lengan. Bercak tampak kering, kulit kehilangan daya rasa sama sekali.
2) Kusta bentuk basah : bentuk menular karena kumannya banyak terdapat di
selaput lender hidung, kulit dan organ tubuh lainnya, dapat berupa bercak
kemerahan, kecil-kecil tersebar diseluruh badan atau berupa penebalan kulit yang
luas sebagai infiltrate yang tampak mengkilap dan berminyak, dapat berupa
benjolan merah sebesar biji jagung yang tersebar di badan, muka dan daun telinga.
Disertai rontoknya alis, menebalnya daun telinga.
3) Kusta tipe peralihan : merupakan peralihan antara kedua tipe utama.
Pengobatan tipe ini di masukkan kedalam jenis kusta basah.
C. Tanda dan gejala
Menurut Mansjoer Arif (2005) Tanda dan gejala utama penyakit kusta anatara
lain :
1) Kelainan atau lesi kulit yang mati rasa
2) Penebalan saraf tepi sertai gangguan saraf (mati rasa, kelemahan, kelumpuhan
otot, kulit kering dan retak-retak)
3) Ditemukannya mycobacterium leprae pada pemeriksaan hapusan kulit.
59
Gejala lain menurut Djuanda Adhi (2010): Wajah berbenjol benjol dan tegang,
demam dari derajat rendah sampai menggigil, napsu makan menurun, mual
muntah dan sakit kepala.
D. Cara penaganan
60
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No.110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3227707
E-Mail : [email protected]
LEMBAR KONSULTASI
Tanda Tangan
Hari/Tangga
No Catatan Bimbingan
l Mahasiswa Pembimbing
72
1. Melakukan Pre Konference
1. 03,Des,2020 2. Perbaiki Kata pengantar
3. Perbaiki Latar belakang dan
tahun referensi
4. Perbaiki susunan Sub Babnya
1.1 Anatomi Fisiologi
5. Perbaiki WOC
6. Daftar Pustaka refensi 10 tahun
terakhir
7. Tambahkan jurnal terkait
1. Bimbingan Askep
2.
73
04,Des,2020 2. Perbaiki Askep dan Lengkapi data
3. Lengkapi analisa data sesuaikan
dengan pengkajian
4. Tambhkan diagnosa keperawatan
5. Perbaiki prioritas masalah
keperawatan
6. Intervensi sesuaikan dengan SIKI
7. Lanjutkan membuat SAP, Leaflet
74
1. Melaksanakan Post konference
2. Perhatikan sistematika
penulisan
3. 07,Des,2020 3. Perbaiki implementasi bagian
evaluasi
4. Perbaiki leaflet
5. Tambahkan teori penyuluhan
Sarjana Keperawatan Ners Reguler is
inviting you to a scheduled Zoom
meeting.
75
76