Bab 1,2,3
Bab 1,2,3
Bab 1,2,3
NIM : 01017A050
FAKULTAS KEPERAWATAN
TA 2019/2020
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
a. Orang Tua
Dapat menambah pengetahuan bagi orang tua dalam mendidik
anak selama menjalankan proses belajar.
b. Guru
Dari hasil penelitian dapat menjadi salah satu masukan yang
diterapkan oleh para guru dalam mendidik siswa selama belajar
dirumah.
c. Penelitian lain
Penelitian ini sebagai referensi bagi peneliti lain yang tertarik
untuk meneliti tentang tingkat stres anak selama belajar dirumah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Tingkat stress selama menjalankan proses belajar
a. Definisi
Stes adalah reaksi psikologis manusia saat dihadapkan
pada hal-hal yang dirasa telah melampaui batas atau dianggap sulit
untuk dihadapi. Setiap manusia mempunyai pengalaman terhadap
stres bahkan sebelum manusia lahir (Bingku et al., 2014). Hasil
penelitian (Maia & Dias, 2020)menunjukkan bahwa para siswa
yang dievaluasi selama periode pandemi menunjukkan tingkat
kecemasan, depresi, dan stres yang jauh lebih tinggi, dibandingkan
dengan para siswa pada masa-masa normal. Hasil penelitian lain
didapatkan 55,8% merasa stress selama pandemic Covid-19
disebabkan proses pembelajaran daring yang mulai membosankan
(PH et al., 2020). Tuntutan untuk menguasai pengetahuan dan
keterampilan dalam waktu yang terbatas dapat menyebabkan stress
bagi siswa (Oktaria et al., 2019).
Menurut Kemenkes stres merupakan respon inividu secara
fisik maupun emosional jika ada perubahan pada diri baik situasi
yang mengharuskan individu menyesuaikan diri. Stress diakibatkan
karena ketidaksesuaian persepsi antara tekanan lingkungan dan
keahlian. Pada stress akademik, kegawatan perasaan emosional
yang dirasakan pada anak untuk mengatasi paksaan akademik dan
berakibat pada kesehatan fisik maupun mentalnya (Mahmudah &
Rusmawati, 2018).
Tetapi pada pendidikan di sekolah anak tidak sedikit
mengalami stres karena ketidakmampuannya penyesuian dengan
program-program yang ada di sekolah. Stres yang sering terjadi
pada anak yaitu lingkungan sekolah yang terakumulasi terhadap
gangguan psikologis dan penyakit fisik. Stress Pendidikan selalu
berkaitan dengan bagaimana peserta didik itu belajar dan
berkembang dan kadang-kadang kajiannya terfokus pada anak-
anak berbakat dan yang mengalami hambatan(Rifai & Anni, 2012).
Stres yang sering terjadi pada anak-anak yaitu stres
akademik(Taufik et al., 2013).Stres akademik adalah stres yang
terjadi pada lingkungan disekolah. Beberapa dampak stres pada
anak biasanya yaitu tekanan akademik yang dinilai sangat tinggi,
nilai ujian yang jelek, tugas yang banyak, dan lingkungan
pergaulan. Stres akademik adalah stres yang termasuk dalam
kategori distress (Rahmawati, 2015). Stres akademik adalah
keadaan dimana siswa tidak dapat menghadapi tuntutan akademik
dan mempersepsi tuntutan-tuntutan akademik yang diterima
sebagai gangguan. Stres akademik diakibatkan oleh academic
stressor (Enggar, 2017). Academik stressor yaitu stres yang berasal
dari cara pembelajaran seperti: mengharuskan untuk naik kelas,
belajar yang terlalu lama, meniru pekerjaan orang lain, tugas yang
menumpuk, prestasi yang menurun, menentukan jurusan dan karir,
dan kawatir saat mengerjakan ujian (Rahmawati, 2015).
Berdarkan uraian beberapa definisi di atas stres merupakan
reaksi terhadap diri yang tidak mampu menyesuaikan diri dan
mengharuskan seseorang menyesuaikan diri dalam perubahan
tersebut dalam menghadapi tuntutan.
b. Gejala
Gejala – gejala stres menurut Sarafino dan Smith (2011), yaitu:
1) Gejala fisiologis, seperti gangguan sistem kekebalan tubuh,
jantung berdebar cepat dan kuat, kelelahan, gangguan pada
tekanan darah, gangguan tidur.
2) Gejala psikis/emosi, seperti cemas, takut, perasaan sedih,
marah.
3) Gejala perilaku, seperti agresif, gangguan konsentrasi,
impulsif, jarang bersosialisasi, tidak peka terhadap kondisi
orang lain, sikap bermusuhan dengan orang lain.
4) Gejala kognisi, seperti kesulitan konsentrasi, gangguan
pada ingatan, kesulitan dalam menghadapi masalah, kontrol
diri rendah.
c. Faktor penyebab
Stres disebabkan persepsi terhadap stres, strategi koping,
kemampuan menguasai situasi, dan kepribadian (Ogden, 2004).
1) Faktor Kognisi Lazarus dan Folkman (Ogden, 2004)
menyebutkan bahwa stres disebabkan persepsi (appraisal).
Stres terjadi saat individu menilai (primary appraisal)
bahwa lingkungan menjadi potensi besar sebagai stresor
dan kemampuan dirinya dalam berhadapan dengan stres
(secondary appraisal). Kondisi lingkungan yang dinilai
memunculkan membuat kondisi stres, yaitu pekerjaan,
keluarga, tuntutan atau beban berlebih, kejadian dengan
banyak makna, dan peristiwa di luar kendali (Ogden, 2004).
Strategi koping menjadi faktor penentu individu mengalami
stres atau tidak. Koping sebagai cara individu berhadapan
dengan stresor yang dinilai telah melampaui kemampuan
dan usahanya dengan harapan dirinya tetap dalam kondisi
seimbang/normal. Koping dapat dilakukan dengan merubah
cara berpikir seseorang tentang masalahnya atau beragam
cara untuk menyelesaikan permasalahannya.
2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis memengaruhi sistem kekebalan tubuh
seseorang. Penelitian menunjukkan peranan mood, nilai-
nilai kepercayaan (beliefs), ekspresi emosi, stres, kontrol
diri (self-control), efikasi diri, ketahanan (hardiness),
tingkat penguasaan diri.
3) Faktor Dukungan Sosial
Wills (Ogden, 2004) menyebutkan beberapa tipe dukungan
sosial, seperti meningkatkan harga diri (self-estem) dari
sosial, dukungan informasi, kebersamaan, dan dukungan
instrumental.
4) Faktor kepribadian
Kepribadian tipe A (terburu-buru, kompetitif, selalu
bersemangat, bermusuhan, berkata “harus”) yang
cenderung berkaitan dengankondisi stres dibandingkan tipe
B (santai, cenderung diam, dan tidak mendominasi).
d. Tingkat Stres
Stres adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh terganggu karena
tekanan yang didapat secara mental maupun fisik. Tingkat stres
yaitu hasil penilaian derajat stres yang dialami individu. Tingkat
stres dapat digolongkan menjadi stres normal, stres ringan, stres
sedang dan stres berat (Mardiana & Zelfino, 2014):
1. Stres Normal
Stres normal yang dihadapi secara teratur dan merupakan
bagian alamiah dari kehidupan. Seperti dalam situasi: kelelahan
setelah mengerjakan tugas, takut tidak lulus ujian, merasakan
detak jantung berdetak lebih keras ketika melakukan
bimbingan skipsi maupun ketika akan melakukan persentasi.
Stres normal alamiah dan menjadi penting, karena setiap
mahasiswa pasti pernah mengalami stres bahkan, sejak dalam
kandungan (Rosyidah et al., 2020).
2. Stres Ringan
Stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang secara
teratur, umumnya dirasakan oleh setiapanak misalnya: lupa,
kebanyakan tidur, kemacetan, dikritik atau tugasyang
menumpuk. Situasi seperti ini biasanya berakhir dalam
beberapa menit atau beberapa jam dan biasanya tidak akan
menimbulkan bahaya(Sari et al., 2020).
3. Stres Sedang
Stres sedang berlangsung lebih lama dari beberapa jam sampai
beberapa hari. Misalnya masalah perselisihan yang tidak dapat
diselesaikan dengan teman atau pacar (Potter & Perry, 2010).
Fase ini ditandai dengan kewaspadaan, fokus pada indera
penglihatan dan pendengaran, peningkatan ketegangan dalam
batas toleransi, dan tidak mampu mengatasi situasi yang dapat
mempengaruhi dirinya (Afryan et al., 2019)
4. Stres Berat
Situasi Stres yang terjadi beberapa minggu sampai tahun.
Semakin sering dan lama situasi stress, semakin tinggi resiko
kesehatan yang ditimbulkan (Mardiana & Zelfino, 2014). Stres
berat seperti perselisihan dengan dosen atau teman secara terus-
menerus, kesulitan finansial yang berkepanjangan, dan
penyakit fisik jangka panjang. Makin sering dan lama situasi
stres, makin tinggi risiko stres yang ditimbulkan. Stressor ini
dapat menimbulkan gejala, antara lain merasa tidak dapat
merasakan perasaan positif, merasa tidak kuat lagi untuk
melakukan suatu kegiatan, merasa tidak ada hal yang dapat
diharapkan di masa depan, sedih dan tertekan, putus asa,
kehilangan minat akan segala hal, merasa tidak berharga
sebagai seorang manusia, berpikir bahwa hidup tidak
bermanfaat. Semakin meningkat stres yang dialami anak secara
bertahap maka akan menurunkan energi dan respon adaptif
(Rosyidah et al., 2020).
e. Jenis Stres
a) Distress
Distress (stres negatif) yaitu stres individu yang tidak
mampu mengatasi keadaan emosinya sehingga akan mudah
tersearah distress. Distress memiliki arti rusak dan merugikan.
Ciri-ciri individu yang mengalami distress adalah mudah
marah, sulit berkonsentrasi, cepat tersinggung, bingung,
pelupa, pemurung, penurunan akademik dan kesulitan
mengambil keputusan (Rachmadi, 2014).
Terjadinya gangguan penyesuaian (distress) dapat
menimbulkan gejala-gejala gangguan psikis dan fisik
(psikosomatik) sehingga seseorang tidak lagi mampu
menjalankan fungsinya secara optimal secara psikis dan fisik.
Gangguan tersebut dapat berupa gangguan tidur, gangguan
konsentrasi, gangguan pola makan dan gangguan emosi. Jika
kondisi ini terjadi pada mahasiswa tentu akan menghambat
proses pendidikannya. Selain itu, secara timbal balik, proses
pendidikan juga merupakan salah satu penyebab stres
(stressor) bagi mahasiswa tingkat akhir karena proses
pendidikan merupakan stresor yang lebih bagi individu.
b) Eustress
Eustress (stres positif) yaitu stres baik atau stres yang tidak
mengganggu individu dan memberikan perasaan senang dan
bersemangat. Eustress adalah respon terhadap stres yang
bersifat positif, sehat dan konstruktif (membangun) (Rachmadi,
2014). Eustress merupakan energi motivasi, seperi kesenangan,
pengharapan, dan gerakan yang bertujuan. Eustress dikatakan
juga sebagai stres yang membangun kesehatan namun, ide
srtres yang sehat bersifat kontroversial karena sulit untuk
dikatakan apakah individu telah diuntungkan karena stres atau
beradaptasi dengan penyangkalan stres (Potter & Perry, 2010).
f. Dampak stres
Stres tidak hanya berpengaruh terhadap kondisi kesehatan
tetapi juga terhadap prestasi. Goff.A.M. (2011) jur
4970menyatakan tingkat stres berpengaruh terhadap kemampuan
akademik. Tingkat stres seseorang lebih dipengaruhi oleh tingkat
kedewasaan dilihat dari usia dan pengalaman hidup. Kegagalan
menyelesaikan tuntutan akademik, penundaan dalam penyelesaian
tugas, prestasi akademik yang rendah dan masalah kesehatan
merupakan indikator bahwa stress akademik (Rosyidah et al.,
2020)
Seiring berjalannya waktu, jika stres akademik yang dihadapi,
terjadi akumulasi stressor yang dapat menyebabkan penurunan
adaptasi, gagal bertahan, dan akhirnya menyebabkan kematian.
Siswa mengasumsikan kesehatan diri mereka sendiri berdasarkan
perasaan sejahtera, kemampuan berfungsi secara normal, dan tidak
adanya gejala penyakit (Potter & Perry, 2010).
Dampak psikologis termasuk depresi, kecemasan yang terus
menerus, pesimis, dan kebencian, selain itu adanya semangat kerja
yang rendah, menurunnya produktivitas dan konflik interpersonal,
sedangkan dari hasil penelitian (Eckstein, 2013) menunjukan
bahwa adanya hubungan antara stres yang berdampak negatif
terhadap kualitas tidur yang buruk, jadi stres bukan hanya
mempengaruhi kemampuan untuk menyesuaikan diri dalam
lingkungan, namun secara jelas juga akan mempengaruhi kesehatan
apabila dilihat dari sumbersumber psikologi dari stres. Jika dilihat
dari aspek-aspek stres, maka 19 menurut Sarafino (1998) dalam
Rosanty (2014) ada empat pola gangguan yang merupakan respon
terhadap stres, yaitu:
1) Emosi, merupakan gangguan perasaan yang muncul antara
lain cemas, mudah tersinggung, marah, gelisah, depresi,
sensitif, gugup, sedih, dan perasaan bersalah yang
berlebihan.
2) Kognisi, merupakan gangguan pada fungsi pikir, antara
lain mudah lupa, tidak mampu membuat keputusan, kurang
konsentrasi. Dengan pembelajaran jarak jauh ini sering kali
anak mengabaikan sarapan dan lebih berfokus pada
pembelajaran jarak jauh yang mengakibatkan anak menjadi
kurang konsentrasi. Berdasarkan penelitian (Cahyani et al.,
2019) hasil penelitian tersebut bahwa 58 responden
(60,4%) melakukan sarapan pagi dan 38 responden
(39,6%) yang tidak melakukan sarapan pagi tingkat
konsentrasi anak yang kurang sebanyak (16,7%) bahkan
sangat kurang (15,6%).
3) Perilaku, merupakan pola gangguan perilaku yang mungkin
timbul akibat stres misalnya ketidakmampuan untuk
bersosialisasi, gangguan dalam hubungan interpersonal dan
peran sosial.
4) Fisiologis, merupakan gangguan kesehatan seperti tegang,
gemetar, mudah lelah, sakit kepala, jantung berdebar-
debar, sakit perut, sulit tidur, dan sebagainya.
g. Stres pada anak
Stresor anak beragam, seperti persaingan prestasi, ujian, tugas,
tekanan untuk mencapai prestasi akademik, adaptasi dengan
lingkungan , ketidakpahaman terhadap pemicu stres (Kholidah,
2009; Nurhidayati, 2011; Supradewi, 2006; Triaswari, 2014) 6243.
Stres mengakibatkan efek negatif pada kondisi fisik (fisiologis),
perilaku, dan kehidupan sosial individu (Ogden, 2004; Sarafino &
Smith, 2011). Pada aspek fisiologis, seseorang dengan kondisi stres
terus menerus mengalami penurunan fungsi imun tubuh, penyakit
jantung, dan sistem endokrin. Pada aspek sosial dan perilaku,
kondisi stres yang terus menerus mengakibatkan seseorang
menarik diri dari pergaulan sosial, kurang peka terhadap kondisi
orang lain, gampang marah sehingga lingkungan sosial melakukan
penolakan (Sarafino & Smith, 2011).
: Dihubungkan
C. Kerangka Konsep
D. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu masalah yang
dihadapi dan perlu diuji kebenarannya dengan data yang lebih lengkap dan
menunjang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat stres pada
anak SD dalam menjalankan proses belajar di rumah selama pandemi
covid-19. Berikut ini perumusan hipotesis dari penelitian ini:
Ho: Tidak ada tingkat stress yang signifikan pada anak SD dalam
menjalankan proses belajar di rumah selama pandemic Covid-19.
H1 : Ada tingkat stress yang signifikan pada anak SD dalam menjalankan
proses belajar di rumah selama pandemic Covid-19.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
berkenaan dengan situasi yang terjadi dan dialami sekarang, sikap dan
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terditi atas obyek/
2. Sampel
menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari 100, maka
D. Variabel Penelitian
E. Definisi Operasional
F. Pengumpulan Data
berikut :
1. Proses perizinan
sebagai berikut :
H. Etika Penelitian
yang meliputi :
1. Informedconsent (lembar persetujuan)
menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap
menghormati haknya.
2. Confidentiality (Kerahasiaan)
3. Anonimity
4. Nonmaleficense
bertanggung jawab apabila ada resiko yang terjadi pada responden dan
5. Veracity
Peneliti terlebih dahulu meminta persetuuan responden. Peneliti
I. Pengolahan Data
1. Editing
kekurangan data bisa segera dilengkapi yaitu apabila ada jawaban yang
belum di isi maka akan diberikan kepada responden lagi untuk di isi
kembali.
2. Scoring
Scale (PSS) tidak pernah skor 0, hampir tidak pernah skor 1, kadang-
Sering skor 0. Dengan hasil ukur dikatakan stres ringan dengan skor X <
13,33, stress sedang dengan skor 13,33 ≤ X < 26,67, stress berat dengan
skor 26,67 ≤ X.
masing.
dijumlahkan, disusun dan ditata untuk dianalisis. Selain hasil skoring dan
pembahasan.
5. Entering
6. Transfering (Pemindahan)
ke dalam komputer suatu program atau sistem tertentu, dalam hal ini
7. Cleaning
mesin pengolah data sudah sesuai dengan sebenarnya atau untuk mencari
J. Analisa Data
modus, median, variasi kelompok melalui rentang data dan standar deviasi.
median, dan modus. Mean adalah jumlah dari semua data dibagi dengan
penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai tengah kelompok data yang
telah disusun urutannya dari yang terkecil sampai besar atau sebaliknya, dari
tingkat variasi data yang terjadi pada kelompok tersebut. Tingkat variasi data
dapat dilakukan dengan melihat rentang data dan standar deviasi atau
2001).
skala yaitu : 0
nilai minimum
Standar Deviasi (σ) : luas jarak sebaran yang dibagi ke dalam 6 satuan
deviasi standar
X maksimum : 10 x 4 = 40
Range : 40-0= 40
40
Standar Deviasi (σ) : =6,67
6
40+0
Mean (μ) : =20
2
sedang dan berat maka ditetapkan luas interval yang mencakup setiap
Dengan (σ) SD= 6,67 dan (μ) mean = 20, maka akan diperoleh
Skor Kategori
X < 13,33 Stres Ringan
13,33 ≤ X < 26,67 Stress Sedang
26,67 ≤ X Stres Berat