Sensor Map
Sensor Map
Sensor Map
Disusun Oleh :
Diki Nuraripin
17170004
A. Latar Belakang
Sejarah penggunaan sistem EFI yang sebelumnya menggunakan sistem bahan bakar
konvensional dimulai dari sistem injeksi mekanis kemudian berkembang menjadi sistem
injeksi elektronis. Sistem injeksi mekanis disebut juga sistem injeksi kontinyu (K-
Jetronic) karena injektor menyemprotkan secara terus menerus ke setiap saluran masuk
(intake manifold). Sedangkan sistem injeksi elektronis atau yang lebih dikenal dengan
Electronic Fuel Injection (EFI), volume dan waktu penyemprotannya dilakukan secara
elektronik. Sistem EFI kadang disebut juga dengan EGI (Electronic Gasoline Injection),
EPI (Electronic Petrol Injection), PGM-FI (Programmed Fuel Injenction) dan Engine
Management.
Secara umum, penggantian sistem bahan bakar konvensional ke sistem EFI
dimaksudkan agar dapat meningkatkan kerja dan tenaga mesin (power) yang lebih baik,
akselarasi yang lebih stabil pada setiap putaran mesin, pemakaian bahan bakar yang
ekonomis (irit), dan menghasilkan kandungan racun (emisi) gas buang yang lebih sedikit
sehingga bisa lebih ramah terhadap lingkungan. Selain itu, kelebihan dari mesin dengan
bahan bakar tipe injeksi ini adalah lebih mudah dihidupkan pada saat lama tidak
digunakan, serta tidak terpengaruh pada temperatur di lingkungannya.
Beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap performansi motor bakar dalam
mencapai tujuan diatas, yaitu :
1. Perbadingan kompresi yang tepat, sehingga menghasilkan tekanan kompresi antara
10–16 bar dan tekanan hasil pembakaran 40–60 bar.
2. Perbandingan udara dan bahan bakar atau Air Fuel Ratio (AFR) yang tepat sesuai
dengan stoichiometri dan selalu sesuai pada setiap kondisi operasional mesin.
3. Bunga api listrik yang kuat dan tepat waktu.
Air Fuel Ratio atau perbandingan udara dan bahan bakar adalah angka
yangmenunjukkan komposisi campuran antara udara dan bahan bakar yang berbentuk
gas.Makin baik sebuah komposisi campuran di dalam gas, maka makin mudah pula
gastersebut terbakar dengan sempurna, karena gas dapat terbakar habis dengan
menghasilkan gas sisa yang rendah kandungan polutannya. Nilai AFR ideal untuk
campuran udara dan premium adalah 14,7 : 1.
Kompresi yang rendah dan kondisi AFR yang tidak sesuai akan mengakibatkan
efisiensi mesin tidak optimal, dan kandungan polutan pada gas-buang sangat tinggi,
sehingga tingkat pencemarannya juga sangat tinggi. Hal ini semakin parah jika pengapian
yang terjadi timmingnya tidak/kurang tepat. Salah satu kelemahan sistim konvensional
yang menggunakan karburator sebagai komponen yang berfungsi mencampur udara dan
bahan bakar adalah tidak bisa mengahasilkan gas dengan nilai AFR yang tepat sesuai
stoichiometri dan selalu sesuai pada setiap kondisi operasional mesin. Hal ini karena pada
sistim konvensional tidak ada kontrol balik atau koreksi ulang atas apa yang telah
dihasilkan oleh karburator. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, maka diciptakan suatu
teknologi yang mampu secara cepat, tepat dan terus menerus mengontrol kinerja mesin,
sehingga mesin selalu bekerja dengan tingkat efisiensi yang tinggi dan ramah lingkungan,
yaitu sistim injeksi bahan bakar dengan kontrol elektronik.
Istilah sistem injeksi bahan bakar (EFI) dapat digambarkan sebagai suatu sistem
yang menyalurkan bahan bakarnya dengan menggunakan pompa pada tekanan tertentu
untuk mencampurnya dengan udara yang masuk ke ruang bakar. Pada sistem EFI dengan
mesin berbahan bakar bensin, pada umumnya proses penginjeksian bahan bakar terjadi di
bagian ujung intake manifold/manifold masuk sebelum inlet valve (katup/klep masuk).
Pada saat inlet valve terbuka, yaitu pada langkah hisap, udara yang masuk ke ruang bakar
sudah bercampur dengan bahan bakar.
Secara ideal, sistem EFI harus dapat mensuplai sejumlah bahan bakar yang
disemprotkan agar dapat bercampur dengan udara dalam perbandingan campuran yang
tepat sesuai kondisi putaran dan beban mesin, kondisi suhu kerja mesin dan suhu atmosfir
saat itu. Sistem harus dapat mensuplai jumlah bahan bakar yang bervariasi, agar
perubahan kondisi operasi kerja mesin tersebut dapat dicapai dengan unjuk kerja mesin
yang tetap optimal.
Sensor pada sistem EFI berfungsi untuk mengirimkan sinyal atau data ke ECU, ECU
berfungsi untuk mengolah data yang dikirimkan oleh sensor dan mengirimkan nya
kembali berupa perintah ke actuator. Aktuator berfungsi sebagai pengeksekusi suatu
perintah dari ECU. Dengan semakin lengkapnya komponen-komponen sistem EFI
(misalnya sensor-sensor), maka pengaturan koreksi yang diperlukan untuk mengatur
perbandingan bahan bakar dan udara yang sesuai dengan kondisi kerja mesin akan
semakin sempurna. Salah satu sensor-sensor yang di gunakan dalam sistem EFI adalah
Sensor Manifold Absolut Pressure. Fungsi MAP sensor adalah untuk mengetahui tekanan
udara yang masuk. Sensor ini terletak pada saluran udara masuk setelah katup gas dan
digunakan pada mesin injeksi jenis D-EFI.
B. Batasan masalah
Ada banyak sensor-sensor yang ada pada sistem EFI, seperti sensor temperatur,
Intake Air Temperature (IAT), Engine Coolant Temperature (ECT), Throttle Position
Sensor (TPS), Air Flow Sensor (Sensor Udara Masuk); Sensor Flap (impact pressure) Air
Flow Sensor, Sensor Massa Udara (Kawat dan Film Panas), Manifold Absolute Pressure
(MAP). Untuk itu dalam pembahasan makalah ini kami melakukan pembatasan masalah
pada sensor Manifold Absolut Pressure.
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui fungsi dan rangkaian MAP sensor pada sistem EFI.
2. Untuk mengetahui cara kerja dari MAP sensor pada sistem EFI.
3. Untuk mengetahui pemeriksaan pada MAP sensor pada sistem EFI.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
MAP Sensor berfungsi mengukur jumlah udara yang masuk ke dalam silinder
berdasarkan tekanan udara pada intake manifold. Untuk selanjutnya data yang
diperoleh berupa variabel tegangan akan diteruskan ke PCM untuk dikalkulasi. Oleh
PCM data tersebut digunakan sebagai salah satu sinyal untuk memerintah Actuator
yaitu Injektor, IAC Valve dan EGR Valve untuk melakukan tugasnya sesuai
kebutuhan mesin.
MAP Sensor bekerja berdasarkan kevakuman pada intake manifold. MAP Sensor
merupakan piezoresistive silicon chip yang nilai tahanannya berubah akibat
perubahan tekanan dan sebuah Integrated Circuit (IC). Piezoresistive adalah bahan
yang nilai tahanannya tergantung dari perubahan bentuk. Piezoresistive dibuat
diafragma (Silicon chip) yang berfungsi sebagai membran antara ruangan vacum (0,2
bar) sebagai referensi dan ruangan yang berhubungan dengan intake manifold.
Tegangan input dari PCM yang masuk ke MAP Sensor dan melewati membran
tersebut, dan menghasilkan tegangan output yang bervariasi sesuai kevakuman pada
intake manifold. Semakin besar kvakuman pada intake manifold maka akan semakin
kecil tegangan output yang mnuju PCM.
B. Saran
Karena MAP sensor merupakan komponen yang penting yang jika terjadi
kerusakan akan menyebabkan gangguan pada system penginjeksian dan system bahan
bakar, maka dari itu MAP Sensor perlu dirawat dan selalu dilakukan pemerisaan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Moch. Solikin. 2005. Sistem Injeksi Bahan Bakar Motor Bensin (EFI System).
Yogyakarta: Kampong ILMU.
2. Jobsheet Praktek MataKuliah Sistem Kontrol Elektronik.
3. Untung. (2013). Mesin EFI beserta Sensor.
http://tentangotomotif31.blogspot.com/2013_01_01_archive.html diakses pada tanggal 8
April 2013.
4. Anonim (2011). Nama Sensor – Sensor pada mesin EFI.
http://otosantoso.blogspot.com/2011/05/nama-sensor-sensor-pada-mesin-efi.html diakses
pada tanggal 8 April 2013.
5. Pudin. (2012). Manifold Absolute Pressure Sensor MAP
http://makasejo.blogspot.com/2012/12/manifold-absolute-pressure-sensor-map.html
diakses pada tanggal 8 April 2013.