LP + Askep DM
LP + Askep DM
LP + Askep DM
Oleh :
HASRI YUDYA KUSUMADAYANTI
NIM. 192303102146
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Mahasiswa
Mengetahui
Kepala Ruangan
(Suhandi Puryanto.S.Kep,Ners,)
KONSEP DASAR
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan
atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari
kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada
metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme
lemak dan protein.
Diabetes mellitus ialah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner dan
Suddarth, dalam Yadi, 2018).
Diabetes Melitus merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Arjatmo, dalam Yadi, 2018).
Diabetes mellitus adalah penyakit sistemis, kronis, dan multifaktorial
yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hipoglikemia. (Mary, 2009).
2. Etiologi
a. Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi
dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik
biasanya memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain
yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai
kegagalan sel beta melepas insulin.
2. Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain
agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan
karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan
kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh
autoimunitas yang disertai pembentukan sel-sel antibodi antipankreatik
dan mengakibatkan kerusakan sel- sel penyekresi insulin, kemudian
peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan
jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang
terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.
b. Gangren Kaki Diabetik
Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki
diabetik dibagi menjadi endogen dan faktor eksogen.
Faktor endogen : a. Genetik, metabolik
b. Angiopati diabetik
c. Neuropati diabetik
Faktor eksogen : a. Trauma
b. Infeksi
c. Obat
3. Patofisiologi
a. Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan
dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang
mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200
mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai
dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau
toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yng parah yang melebihi
ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180
mg/100 ml ), akan timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis
tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan
mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai
kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri
menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang
keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan
protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi
polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi
sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan
oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya
penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis,
penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan
memudahkan terjadinya gangren.
b. Gangren Kaki Diabetik
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM
akibat hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
1. Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa
pada sel dan jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa
insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis
secara normal melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan perantaraan
enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan
tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan
dan perubahan fungsi.
2. Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi
pada semua protein, terutama yang mengandung senyawa lisin.
Terjadinya proses glikosilasi pada protein membran basal dapat
menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun mikro vaskular.
Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor
– faktor disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan
timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati
merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati
perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun
motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau
menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma
tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan
motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga
merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien.
Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki.
Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar
maka penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada
jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh darah yang lain dapat
berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari, denyut
arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati
tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi,
oksigen ( zat asam ) serta antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit
sembuh ( Levin,1993). Infeksi sering merupakan komplikasi yang
menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati,
sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhdap
penyembuhan atau pengobatan dari KD.
4. Pathway
Penyakit autoimun Obesitas, Gaya hidup, Usia, Riwayat Keluarga DM, Pola Makan
DM TIPE I DM TIPE II
MK :
Intileransi Intake tidak adektuat Renopati Nefropati Neuropati
BB menurun
MK :
aktivitas Resiko ketidak
stabilan kadar gula Parastesia, Sesibilitas
MK : darah Nyeri, Suhu menurun
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang
MK :
dari kebutuhan Risiko infeksi
5. Manifestasi Klinis
Gejala yang lazim terjadi pada diabetes mellitus pada tahap awal sering
ditemukan sebagai berikut :
a. Poliuri (banyak kencing) Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa
darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa
sehingga terjadi osmotik diuresis yang mana gula banyak menarik cairan
dan elektrolit sehingga klien banyak kencing
b. Polidipsi (banyak minum) Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak
dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehngga untuk
mengeimbangi klien lebih banyak minum
c. Polipagi (banyak makan) Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai
ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien
akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja
makanan tersebut hanya kan berada sampai pada pembuluh darah.
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang Hal ini disebabkan
kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusaha
mendapat peleburan zat dari bagian tubuh yang lain yaitu lemak dan
protein, karena tubuh terus merasakan lapar maka tubuh termasuk yang
berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM banyak
makan akan tetap kurus.
e. Mata kabur Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas (glukosa-sarbitol
fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat
penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukkan
katarak.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200
mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa.
b. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
c. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
e. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
f. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
g. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan
hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
h. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
i. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai
tinggi (Tipe II)
j. Urine: gula dan aseton positif
k. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan
infeksi luka.
7. Penatalaksanaan Medis
a. Farmakologis
Menurut Wijaya (2013), obat dalam terapi Diabetes Mellitus
sebagai berikut:
1) Obat Hiperglikemik Oral atau OHO : Berdasarkan cara kerjanya
dibagi menjadi empat golongan, yaitu pemicu sekresi insulin, atau
insulin secretagogue= sulfonylurea danglinid, penambahan sensiivitas
terhadap insulin = metformin, tiazolidindin, absorbsi glukosa =
penghambat glukosidae alfa.
2) Insulin : pemberian insulin diperlukan pada keadaan: Penurunan berat
badan yang cepat, hiperglikemi berat yang disertai ketosis diabetik,
hiperglikemia hiperosmolar non ketotik, hiperglikemia dengan asidosis
lakta, gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal, stress
berat seperti infeksi sistemik, operasi besar, IMA atau Infark Miokard
Akut, stroke, kehamilan dengan Diabetes Mellitus gestasional yang
telah terkendali dengan perencanaan makan, gangguan fungsi ginjal
atau hati yang berat, kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih obat
hipoglikemia oral : dimulai dengan dosis rendah, lalu dinaikan secara
bertahap, harus diketahui bentuk, bagaimana cara kerja, lama kerja dan
efek samping obat tertentu, bila memberikanya bersama obat lain,
pikirkan kemungkinan adanya interaksi obat, pada kegagal sekunder
terhadap obat hipoglikemia oral golongan lain, bila gagal, baru beralih
pada insulin, uasahakan agar harga obat terjangkau.
b. Non Farmakologis
Menurut Wijaya (2013), terapi non farmakologi yang dapat diberikan
yaitu :
1) Memantau Kadar Glukosa Darah
Tindakan ini perlu karena untuk mengetahui glukosa darah
sudah berubah dari hari ke hari, membantu menyesuaikan pengobatan,
rencana makan, dan olahraga rutin yang kita lakukan.
2) Berolahraga Secara Teratur
Olahraga bisa benar-benar membantu mengendalikan kadar
glukosa darah. Olahraga menekan produksi insulin dan juga
mendorong sel-sel otot skelet untuk mengambil lebih banyak glukosa
dari aliran darah. Dengan lebih banyak glukosa dalam sel otot, bisa
menghasilkan lebih banyak energi sehingga otot akan bisa tetap
bekerja.
Selain membantu mengendalikan kadar gula darah, olahraga
memperbaiki sistem kardiovaskuler (sehingga menurunkan resiko
penyakit jantung), dan juga mendorong penurunan berat badan, yang
bisa bermanfaat besar bagi pengidap diabetes.
3) Mematuhi Rencana Makan Pribadi
Patuhi rencana yang akan membantu kadar glukosa normal,
membantu melindungi dari penyakit jantung dan kenaikan berat badan,
serta tidak membuat merasa kurang gizi. Penurunan berat badan pada
penderita Diabetes Melitus juga memiliki manfaat untuk menurunkan
produksi glukosa endogen, meningkatkan penyerapan glukosa perifer
yang diperantarai insulin, meningkatkan pelepasan insulin, dan
membaiknya sensitivitas insulin.
4) Perencanaan Diet.
Regimen diet biasanya dihitung perindividu, bergantung
kebutuhan pertumbuhan berat badan yang diinginkan biasanya untuk
Diabetes Meitus tipe 2, dan tingkat aktivitas, pembagian kalori
biasanya 50 sampai 60% dari karbohidrat kompeks, 20% dari protein,
dan 30% dari lemak. Diet juga mencakup serabut vitamin, dan mineral.
Peencanaan diet terutama panting untuk anak-anak pengidap Diabetes
Melitus tipe 1 untuk mamasok kalori dan mineral yang adekuat untuk
menjamin perubahan yang optimal (Corwin, 2009).
5) Gaya Hidup.
Menjaga pola makan dengan menu seimbang dalam kebutuhan
sehari-hari baik menurut jumlahnya (kuantitas) maupun jenisnya
(kualitas). Berolahraga teratur, mencagkup kualitas gerakan dan
kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk
olahraga, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi kopi ataupun
alcohol.
8. Komplikasi
Ketika terlalu banyak gula menetap dalam aliran darah untuk waktu
yang lama, hal itu dapat mempengaruhi pembuluh darah, saraf, mata, ginjal
dan sistem kardiovaskular. Komplikasi termasuk serangan jantung dan stroke,
infeksi kaki yang berat (menyebabkan gangren, dapat mengakibatkan
amputasi), gagal ginjal stadium akhir dan disfungsi seksual. Setelah 10-15
tahun dari waktu terdiagnosis, prevalensi semua komplikasi Diabetes
meningkat tajam.
B. KONSEP KEPERERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan proses
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Setiadi, 2012).
Data tersebut berasal dari pasien (data primer), keluarga (data sekunder), dan
catatan yang ada (data tersier). Pengkajian dilakukan dengan pendekatan
proses keperawatan melalui wawancara, observasi langsung, dan melihat
catatan medis. Adapun data yang diperlukan pada pasiengastritis yaitu sebagai
berikut:
a. Identitas Klien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku, bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, dan
diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama ditulis secara singkat dan jelas.Keluhan utama
merupakan keluhan yang membuat klien meminta bantuan pelayanan
kesehatan, keluhan utama adlah alasan klien masuk rumah sakit.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan penjelasan dari permulaan
klien merasakan keluhan sampai dengan dibawa ke rumah sakit.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu merupakan penyakit yang diderita klien
yang berhubungan dengan penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin
dapat dipengaruhi atau mempengaruhi penyakit yang diderita klien saat
ini.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan kemungkinan
adanya penyakit keturunan, kecenderungan, alergi dalam satu keluarga,
penyakit menular akibat kontak langsung maupun tidak langsung.Riwayat
Psikososial
Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi
masalah dan bagaiamana motivasi kesembuhan dan cara klien menerima
keadaannya
f. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a) Pola Nutrisi
Anoreksia, mual muntah tidak mengikuti diet, peningkatan
masukan glukosa/ karbohidrat, Penurunan berat badan haus lapar terus
distensi abdomen, kulit kering bersisik, turgor jelek, bau
halitosis/manis.bau buah (nafas aseton)
b) Eliminasi
Poliuri, nocturia disura sulit berkemih, ISK baru atau berulang,
diare, nyer tekan abdomen, urin encer, pucat, kuning, atau berkabut
dan berbau bila ada infeksi, bising usus melemah atau turun,
c) Pola aktivitas / istirahat
Lemah, letih sulit bergerak/berjalan, kram otot tonus otot menurun
gangguan tidur dan istirahat, takkikardi dan takipnea letargi,
disorientasi, koma penurunan tonus otot
g. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki
dengan menggunakan 4 teknik, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi. Menurut Doengoes (2014), data dasar pengkajian pasien
gastritis meliputi:
1. Keadaan Umum
a) Tanda-tanda vital
Yang terdiri dari tekanan darah, pernafasan, dan suhu.
Tekanan darah dan pernafasan pada pasien DM bisa tinggi maupun
normal nadi dalam batas normal, sedangkan suhu akan mengalami
perubahan jika terjadi infeksi
b) Kesadaran
Tingkat kesadaran dapat terganggu, rentak dari cenderung
tidur, disorientasi/bingung, sampai koma
h. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
a) Kepala dan Muka
Kaji bentuk kepala keadaan rambut biasanya tidak terjadi
pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening,
b) Mata
Mata cekung (penurunan cairan tubuh), anemis (penurunan
oksigen ke jaringan), konjungtiva pucat dan kering (Sukarmin, 2013)
c) Mulut dan Faring
Mukosa bibir kering (penurunan cairan intrasel mukosa), bibir
pecah-pecah, lidah kotor, bau mulut tidak sedap (penurunan hidrasi
bibir dan personal hygiene) (Sukarmin, 2013).
d) Abdomen
- Inspeksi: Keadaan kulit : warna, elastisitas, kering, lembab, besar
dan bentuk abdomen rata atau menonjol. Jika pasien melipat lutut
sampai dada sering merubah posisi, menandakan pasien nyeri.
- Auskultasi: Distensi bunyi usus sering hiperaktif selama
perdarahan, dan hipoaktif setelah perdarahan.
- Perkusi: Pada penderita gastritis suara abdomen yang ditemukan
hypertimpani (bising usus meningkat).
- Palpasi: Pada pasien gastritis dinding abdomen tegang. Terdapat
nyeri tekan pada regio epigastik (terjadi karena distruksi asam
lambung) (Doengoes, 2014)
e) Integumen
Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan
darah), kelemahan kulit/membran mukosa berkeringan (menunjukkan
status syok, nyeri akut, respon psikologik) (Doengoes, 2014).
2. Daftar Diagnosa
i. Diagnosa
Menurut SDKI (2016), masalah keperawatan yang muncul pada
pasien dengan diabetes melitus yaitu sebagai berikut :
a) Intoleransi aktivitas b/d kondisi fisiologis
b) Ketidakstabilan Kadar Gula Darah b/d disfungsi pankreas
c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d faktor biologis
atau ketidak mampuan mengabsorpsi makanan
d) Risiko infeksi b/d komplikasi mikrovaskuler
ii. Konsep Diagnosa
a) D.0056 Intoleransi Aktivitas.
Definisi :
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari hari
Penyebab :
1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2. Tirah baring
3. Kelemahan
4. Imobilitas
5. Gaya hidup monoton
Penyebab
Hiperglikemia
1. Disfungsi Pankreas
2. Resistensi insulin
3. Gangguan toleransi glukosa darah
4. Gangguan glukosa darah puasa
Hipoglikemia
1. Penggunaan insulin atau obat gikemik oral
2. Hiperinsulinemia (mis. insulinoma)
3. Endokrinnopati (mis. kerusakan adrenal atau pitutari)
4. Disfungsi hati
5. Disfungsi ginjal kronis
6. Efek agen farmakologis
7. Tindakan pembedahan Neoplasma
8. Gangguan metabolik bawaan (mis. gangguan penyimpanan
lisosomal, galaktosemia, gangguan penyimpanan glikogen)
Subjektif
1. Cepat kenyang setelah makan
Objektif
2. Kram/nyeri abdomen
1. Bising usus hiperaktif.
3. Nafsu makan menurun
2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare
Kondisi Klinis terkait
1. Stroke
2. Parkinson
3. Mobius syndrome
4. Celebral palsy
5. Cleft lip
6. Cleft palate
7. Amyotropic lateral sclerosis
8. Kerusakan neuromuskular
9. Luka bakar
10. Kanker
11. Infeksi
12. AIDS
13. Penyakit Crohn’s
14. Enterokolitis
15. Fibrosis kistik
d) Risiko infeksi
Definisi :
Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.
Faktor Risiko
1. Penyakit kronis (mis. diabetes. melitus)
2. Efek prosedur invasi
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :
Gangguan peristaltik
Kerusakan integritas kulit
Perubahan sekresi pH
Penurunan kerja siliaris
Ketuban pecah lama
Ketuban pecah sebelum waktunya
Merokok
statis cairan tubuh
6. Ketidakdekuatan pertahanan tubuh sekunder :
Penurunan homolobin
Imununosupresi
Leukopenia
Supresi respon inflamasi
Vaksinasi tidak adekuat
Terapeutik
1. Berikan asupan cairan oral
2. Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia
3. tetap ada atau memburuk
4. Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
Edukasi
1. Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih
2. dari 250 mg/dL
3. Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
4. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
5. Anjarkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urine, jika
6. perlu
7. Anjarkan pengelolaan diabetes ( mis. Penggunaan insulin, obat
8. oral, monitor asupan cairan, pengganti karbohidrat, dan
9. bantuan professional kesehatan)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian kalium, jika perlu
4. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
5. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Intoleransi Aktivitas TOLERASI AKTIVITAS (L.05047) TERAPI AKTIVITAS (I.05186)
(D.0056) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi
3x24 jam toleransi aktivitas menigkat dengan 1. Identifikasi deficit tingkat aktivitas
kriteria hasil : 2. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivotas tertentu
1. Frekuensi nadi meningkat 3. Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
2. Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah 4. Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
meningkat 5. Identifikasi makna aktivitas rutin (mis. bekerja) dan waktu luang
3. Keluhan lelah menurun 6. Monitor respon emosional, fisik, social, dan spiritual terhadap
4. Perasaan lemah menurun aktivitas
5. Tekanan darah membaik
Terapeutik
1. Fasilitasi focus pada kemampuan, bukan deficit yang dialami
2. Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi danrentang
aktivitas
3. Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan social
4. Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
5. Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
6. Fasilitasi transportasi untuk menghadiri aktivitas, jika sesuai
7. Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan lingkungan
untuk mengakomodasikan aktivitas yang dipilih
8. Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. ambulansi, mobilisasi, dan
perawatan diri), sesuai kebutuhan
9. Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami keterbatasan waktu,
energy, atau gerak
10. Fasilitasi akvitas motorik kasar untuk pasien hiperaktif
11. Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat badan, jika
sesuai
12. Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot
13. Fasilitasi aktivitas dengan komponen memori implicit dan
emosional (mis. kegitan keagamaan khusu) untuk pasien dimensia,
jika sesaui
14. Libatkan dalam permaianan kelompok yang tidak kompetitif,
terstruktur, dan aktif
15. Tingkatkan keterlibatan dalam aktivotasrekreasi dan diversifikasi
untuk menurunkan kecemasan ( mis. vocal group, bola voli, tenis
meja, jogging, berenang, tugas sederhana, permaianan sederhana,
tugas rutin, tugas rumah tangga, perawatan diri, dan teka-teki dan
kart)
16. Libatkan kelarga dalam aktivitas, jika perlu
17. Fasilitasi mengembankan motivasi dan penguatan diri
18. Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri
untuk mencapai tujuan
19. Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
20. Berikan penguatan positfi atas partisipasi dalam aktivitas
Edukasi
1. Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
2. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
3. Anjurkan melakukan aktivitas fisik, social, spiritual, dan kognitif,
dalam menjaga fungsi dan kesehatan
4. Anjurka terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika sesuai
5. Anjurkan keluarga untuk member penguatan positif atas partisipasi
dalam aktivitas
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan terapi okupasi dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas, jika sesuai
2. Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas, jika perlu
Defisit Nutrisi : kurang STATUS NUTRISI (L.03030) MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)
dari kebutuhan (D.0019) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi
3x24 jam status nutrisimembaik dengan kriteria 1. Identifikasi status nutrisi
hasil : 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
1. Adanya peningkatan berat badan sesuai 3. Identifikasi makanan yang disukai
tujuan 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
2. Berat badan membaik 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
3. Mengidentifikasi kebutuhan nutrisi membaik 6. Monitor asupan makanan
4. Pengetahuan tentang pemilihan makanan dan 7. Monitor berat badan
minuman yang sesuai dengan diit meningkat 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, resiko yang terjadi, jadwal dan efek
samping
2. Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah
3. Informasikan imunisasi yang melindungiterhadap penyakit namun
saat ini tidak diwajibkan pemerintah
4. Informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus
5. Informasikan penundaan pemberian imunisasi tidak berarti
mengulang jadwal imunisasi kembali
6. Informasikan penyedia layanan pekan imunisasi nasional yang
menyediakan vaksin gratis
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan
yang spesifik untuk membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan
(Nursalam, 2014).
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan
oleh perawat dan klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan
implementasi adalah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah
dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual, dan
teknikal. Intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat. Keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi
keprawatan berupa pencatatan dan pelaporan. Tujuan dari pelaksanaan
adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping (Gaffar, 2002).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan (Nursalam, 2014).
Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon pasien terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan, evaluasi dapat dibagi dua
yaitu evalusai hasil atau formatif yang dilakukan setiap selesai melakukan
tindakan dan evalusi proses atau sumatif yang dilakukan dengan
membandingkan respon pasien paada tujuan khusus dan umum yang telah
di tentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunkan SOP.
S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang
dilaksanakan.
O : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang
dilaksanakan.
A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap muncul atau ada masalah atau ada masalah
yang kontradiktif dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindakan lanjutan berdasarkan hasil analisa responden
pasien
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA
Nama : Ny. K
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 36 tahun
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMU
Alamat : Kenep Gunungan
No. Register : 14.XX.XX
Tanggal MRS : 11 Oktober 2021, pukul 20.45 WIB
Tanggal pengkajian : 11 Oktober 2021
A. POLA TIDUR/ITIRAHAT
1. Waktu Tidur :
SMRS : 21.00 (malam), 13.00 (siang)
MRS : 20.00 (malam), 12.00 (siang)
2. Waktu Bangun :
SMRS : 04.00 (pagi), 15.00(sore)
MRS : 05.00 (pagi), 16.00(sore)
3. Masalah Tidur :
SMRS : tidak ada masalah
MRS : suasana yang ramai
4. Hal-hal yang mempermudah tidur :
SMRS : Suasana tenang
MRS : suasana tenang
5. Hal-hal yang mempermudah pasien terbangun :
SMRS : suasana ramai
MRS : banyak minum obat, TTV
B. POLA ELIMINASI
1. BAB :
SMRS : 2x sehari (lunak, kuning, kecoklatan)
MRS : belum sama sekali BAB
2. BAK :
SMRS : ±5x sehari ( kuning jernih)
MRS : ±10x sehari ( kuning jermih)
3. Kesulitan BAB/BAK : Tidak ada kesulitan
4. Upaya/cara mengatasi masalah tersebut : Tidak ada
DATA PSIKOSOSIAL
A. Pola Komuniasi : Baik, pasien mampu menjawab pertanyaan yang di
ajukan dengan baik
B. Orang yang paling dekat dengan klien : Suami
C. Rekreasi
Hobby : berkumpul dengan masyarakat
Penggunaan waktu senggang : menonton tv, dan mengobrol dengan keluarga
D. Dampak dirawat di RS : Pasien tidak dapat beraktivitas seperti biasa
E. Hubungan dengan orang lain/interaksi sosial : Hubungan pasien dengan
perawat serta dengan pasien lain baik.
F. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan : Suami pasien
DATA SPIRITUAL
A. Ketaataan beribadah :
SMRS : klien melaksanakan sholat 5 waktu
MRS : klien belum bisa melaksanakan ibadah
PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan Umum/Keadaan Umum: Lemah hanya berbaring ditempat tidur dengan
tangan dipasang infus, Compos mentis
B. Tanda-tanda vital
Suhu tubuh : 36 ˚C Nadi : 112 x/menit
Tekanan darah : 162/101 mmHg Respirasi : 20 x/menit
Tinggi badan : 163 cm Berat badan : 68 Kg
b. Rambut : Lurus
Penyebaran dan keadaan rambut : Merata
Bau : Tidak berbau
Warna : Hitam dan terlihat sedikit uban
c. Wajah : Simetris
Warna kulit : Sawo matang
Struktur wajah : Lonjong
2. Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan: Lengkap, simetris kanan dan kiri
b. Kelopak mata (palpebra) : tidak ada oedema
c. Konjumgtiva dan sclera : Konjungtiva anemis, aklera normal
d. Pupil : Isokor
e. Kornea dan iris : Kornea dan iris simetris
f. Ketajaman penglihatan/visus : Tidak terkaji
g. Tekanan bola mata : Tidak terkaji
3. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi : Tidak ada deviasi
b. Lubang hidung : Bersih
c. Cuping hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung
4. Telinga
a. Bentuk telinga : Simetris kanan dan kiri
b. Ukuran telinga : Sedang
c. Ketegangan telinga : Lentur
d. Lubang telinga : Bersih, tidak ada serumen
e. Ketajaman pendengaran : Klien dapat mendengar dengan baik
F. Pemeriksaan Thorax/Dada
1. Inspeksi Thorax
a. Bentuk thorax : Normal Chest
b. Pernafasan
Frkewensi : 20 x/menit
Irama : Reguler
c. Tanda-tanda kesulitan bernafas : Tidak ada tanda-tanda
kesulitan bernafas
2. Pemeriksan Paru
a. Palpasi getaran suara (vokal fremitus) : Normal, getaran antara paru-
paru kanan dan kiri sama
b. Perkusi : Sonor/resonan kiri kanan
c. Asukultasi :
Suara nafas : Vesikuler
Suara ucapan : Normal dan Jelas
Suara tambahan : Tidak ada suara tambahan
3. Pemeriksaan Jantung
a. Inspkesi dan palpasi
Pulsasi : Tidak ada palpasi
Ictus cordis : Berada pada ICS V pada linea midclavicula selebar 1
cm
b. Perkusi
Batas-batas jantung :
- Kanan atas : ICS II linea parasternal dextra
- Kanan bawah : ICS IV linea parasternal dextra
- Kiri atas : ICS II linea parasternal sinistra
- Kiri bawah : ICS V midclavicula sinistra
c. Auskultasi
d. Bunyi jantung I : ICS IV linea sternalis (trikuspidalis),
ICS V linea midclavicula / apek (mitral)
Bunyi jantung II : ICS II linea sternalis dextra (aorta),
ICS II linea sternalis sinistra / ICS III
sternalis dextra
Bunyi jantung tambahan : Tidak ada bunyi tambahan
Bising/murmur : Tidak ada bising/murmur
Frekwensi denyut jantung : 85 x/menit
G. Pemeriksaan Abdomen:
a. Inspeksi
Bentuk abdomen : cembung
Benjolan/massa : Tidak ada benjolan
Bayangan pembuluh darah abdomen : Tidak ada
b. Auskultasi
Peristaltik usus : terdengar , ±11 x/menit
Bunyi jantung anak/BJA : Tidak ada
c. Palpasi
Tanda nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
Benjolan/massa : Tidak ada benjolan
Tanda-tanda ascites : Tidak ada tanda-tanda ascites
Hepar : Tidak ada pembesaran hepar
Lien : Tidak ada pembesaran klien
Titik McBurney : Tidak ada nyeri tekan
d. Perkusi
Suara abodmen : Timphany
Pemeriksaan ascites : Tidak ada peradangan, perut tidak ada ascites
5 5 ektremitas bawah
d. Kelainan-kelainan pada ekstremitas dan kuku : Tidak ada kelainan
ekstremitas
J. Pemeriksaan Neurologi
a. Tingkat kesadaran (secara kwantitatif)/GCS : Compos Mentis E= 4 V= 5
M=6
b. Tanda-tanda rangsangan otak (meningeal sign) : Tidak terkaji
c. Syaraf otak (nervus cranialis) : Tidak terkaji
d. Fungsi motoric : Tidak ada atropi
e. Fungsi sensorik
Penghantaran (+),penciuman (+) pendengaran (+) peraba (+)
f. Refleks
Refleks fisiologis : Bisep (+) Trisep (+) Biakiokardialis (+) patella (+)
Acites (+) Abdomen (+)
Refleks patologis : Bobinsla (-) Sordon (-) Openhelm (-) Gonda (-)
Chaddock (-) Scuffer (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Diagnosa Medis: Diabetes Melitus
B. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang medis:
1. Laboratorium :
2. Rotgen :
3. ECG :
4. USG :-
5. Lain-lain : -
Perawat
DIAGNOSA
TGL NO. LUARAN INTERVENSI TT
KEPERAWATAN
11/10/2021 1 (D.0027) (l.03022) Kestabilan Kadar (I.03115) Manajemen Hiperglikemia
Glukosa Darah Tindakan
Ketidakstabilan Kadar
Setelah dilakukan tindakan Observasi
Glukoa Darah keperawatan selama 3 x 24jam - Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
pasien diharapkan kestabilan kadar
glukoa darah meningkat dengan - Monitor kadar glukosa darah
kriteria hasil:
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
- Kadar glukosa dalam darah
membaik - Monitor kadar Analisa darah elektrolit tekanan darah
- Lelah menurun ortostatik dan frekuensi nadi
- mulut kering menurun
Edukasi
- Anjurkan pengolahan diabetes
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV
11/10/2021 2 (D.0056) Intoleransi (L.05047) Toleransi Aktivitas Manajemen Energi (I.05178)
Aktivitas Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
toleransi aktivitas menigkat dengan 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
kriteria hasil :
1. Kekuatan tubuh bagian atas Terapeutik
dan bawah meningkat 1.
2. Keluhan lelah menurun 2. Sediakan lingkungan yang nyaman
3. Perasaan lemah menurun 3. Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. ambulansi,
4. Tekanan darah membaik mobilisasi, dan perawatan diri), sesuai kebutuhan
Edukasi
1. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
CATATAN KEPERAWATAN
TD : 162/93 mmHg
N : 112 x/menit
21.15 RR : 20 x/menit
S : 36,6˚C
21.20 3. Identifikasi kemungkinan penyebab
hiperglikemia
21.25
4. Monitor kadar glukosa darah
- Infuse PZ / NS 10 TPM
- Injeksi Ondansetron 2x1
- Injeksi ranitidin 2x1
- Injeksi apidra 3x60mg
2 11/10/2021 II
1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
21.00
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
21.05
3. Sediakan lingkungan yang nyaman
4. Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis.
21.10
ambulansi, mobilisasi, dan perawatan diri),
sesuai kebutuhan
21.15 5. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
21.20 6. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
EVALUASI
NO. DX
11 OKTOBER 2021 12 OKTOBER 2021 12 OKTOBER 2021
KEP.
1 S: S: S:
- Pasien mengatakan badannya terasa letih - Pasien mengatakan lebih baik dari dari - Pasien mengatakan badannya terasa lebih
dan lemah, mual (+), mulut terasa kering, kemarin, mual (-) tetapi masih terasa lemas segar dari kemarin, mual (-) dapat melakukan
sering merasa haus dan lapar. - Pasien mengatakan makan/minum sedikit beberapa aktivitas sendiri seperti duduk, dan
- Pasien mengatakan mudah lelah, sehingga tapi sering sesuai anjuran berjalan ke kamar mandi tanpa bantuan
tidak dapat banyak melakukan aktivitas - Pasien mengatakan aktivitasnya masih keluarga
dibantu oleh keluarga - Pasien mengatakan makan/minum sedikit tapi
O: sering sesuai anjuran
- K/U : lemah, composmentis O:
- Pasien terlihat lemas dan tidak bertenaga, - K/U : cukup, composmentis O:
tampak sering minum - Pasien masih terlihat lemas - K/U : baik, composmentis
- Pasien hanya berbaring, aktivitas klien - Pasien terlihat berbaring dan sesekali duduk, - Pasien terlihat lebih segar
dibantu oleh keluarga aktivitas klien dibantu oleh keluarga - Pasien terlihat dapat merubah posisinya
- TTV - TTV dengan mudah (duduk, berbaring dan berdiri)
TD : 162/93 mmHg TD : 136/86 mmHg - Klien dapat melakukan aktivitasnya secara
S : 36 ˚C S : 36,2 ˚C mandiri dengan
N : 112 x/menit N : 83 x/menit - TTV
RR : 20 x/menit RR : 20 x/menit TD : 135/86 mmHg
SPO2 : 97 % SPO2 : 98 % S : 36 ˚C
A: Masalah belum teratasi GDP : 267 N : 85 x/menit
P : Lanjutkan intervensi A: Masalah teratasi sebagian RR : 20 x/menit
1. Monitoring TTV P : Lanjutkan intervensi SPO2 : 99 %
2. Minta pasien untuk puasa selama 1. Monitoring TTV GDP : 158
minimal 8 jam sebelum pemeriksaan 2. Minta pasien untuk puasa selama minimal A: Masalah teratasi
GDP 8 jam sebelum pemeriksaan GDP P : Intervensi dihentikan
3. Menganjurkan makan/minum cukup 3. Observasi keluhan pasien
4. Monitor intake & output cairan 4. Menganjurkan makan/minum cukup
5. Kolaborasi tim medis lain 5. Monitor intake & output cairan
6. Kolabirasi dengan dokter