Garuda 1100069
Garuda 1100069
Garuda 1100069
PEMBIMBING
Armanto Makmun, Dosen bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Dan Ilmu
Kedokteran Komunitas FK UMI
ABSTRAK
Latar belakang : Osteoartritis merupakan suatu penyakit degeneratif
pada persendian yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis
kelamin, ras, genetik, merokok, trauma, pekerjaan (aktivitas), kebiasaan
olahraga dan obesitas. Penyakit ini mempunyai karateristik berupa
terjadinya kerusakan pada kartilago (tulang rawan sendi). Hal ini ditandai
dengan pemecahan kartilago, perubahan tulang sendi, kerusakan tendon dan
ligamen, dan berbagai derajat peradangan lapisan sendi. Insiden OA di
Amerika pada usia 55-64 tahun yaitu 28% terkena OA genu dan 23%
terkena OA panggul. Pada usia 65-74 tahun, 39% menggambarkan OA lutut
dan 23% OA panggul. Pada usia >70 tahun 100% baik laki-laki maupun
perempuan mempunyai gejala-gejala osteoartritis. Di Indonesia, prevalensi
OA mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65%
pada usia >61 tahun, dimana perempuan lebih tinggi dari laki-laki.
Kasus : Tn.B umur 57 tahun mengeluh nyeri pada lutut sejak 1 minggu
yang lalu. Nyeri pada sendi kedua lutut terutama lutut kanan, memberat bila
digerakkan dan pasien merasa lututnya kaku dan berbunyi saat berjalan.
Hasil Penelitian :Tn.B umur 57 tahun, saat dilakukan kunjungan
rumah (Home visit )mengeluhkan nyeri pada kedua lutut terutama lutut
kanan, memberat sejak 1 minggu yang lalu. Terasa lututnya kaku dan
berbunyi saat berjalan. Keluhan membaik saat istirahat . Dari studi kasus ini
didapatkan diagnosis klinik pasien Osteoartritis.
Sumber : 11 Referensi
BAB I
PENDAHULUAN
Faktor Prediposisi
P
Faktor demografi (Usia,
E Jenis Kelamin, Ras)
N
Faktor Genetik
Y
Faktor Gaya Hidup
E (Merokok)
Kelainan Pada
B Obesitas Kartilago
A Faktor Biomekanis
B OSTEO
Riwayat Trauma
ARTRITIS
Aktifitas fisik/ Pekerjaan
Kebiasaan Olahraga
2.2 Pendekatan Konsep Mandala
2.4 OSTEOARTRITIS
2.4.1 DEFINISI
Osteoartritis merupakan gangguan pada sendi yang ditandai
dengan perubahan patologis pada struktur sendi tersebut yaitu berupa
degenerasi tulang rawan/kartilago hialin. Hal tersebut disertai dengan
peningkatan ketebalan dan sklerosis dari subchondral yang bisa
disebabkan oleh pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, peregangan
kapsul artikular, synovitis ringan pada persendian, dan lemahnya otot-otot
yang menghubungkan persendian1.
2.4.2 EPIDEMIOLOGI
2.4.2.1 Epidemologi Osteoartritis Berdasarkan Trias
Epidemologi
Agent
Penyebab utama osteoartritis masih belum diketahui sampai saat
ini namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
osteoartritis. Beberapa kemungkinan agen penyebab tersebut
diantaranya:
- Trauma
Riwayat trauma pada sendi dapat mengakibatkan rusaknya
kartilago yang menjadi bantalan sendi
- Gaya Hidup
Gaya hidup seperti aktivitas yang berlebihan dapat memperberat
kerja sendi dan menyebabkan kerusakan pada sendi. Selain itu
olah raga yang tidak teratur dapat meningkatkan risiko
osteoartritis.
Host (Pejamu)
Penjamu adalah keadaan manusia yang sedemikian rupa
sehingga menjadi faktor risiko untuk terjadinya penyakit
- Umur dan jenis kelamin
Risiko OA akan terus meningkat seiring bertambahnya usia. Di
Indonesia, prevalensi OA mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30%
pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia >61 tahun, dimana
wanita lebih banyak dari pada laki-laki
- Ras
Penelitian membuktikan bahwa ras berkulit hitam lebih tinggi
terkena OA dari pada kulit putih.
- Obesitas : obesitas menyebabkan ketegangan berlebih pada
sendi manusia, terutama yang menanggung sebagian besar berat
badan, seperti lutut dan pinggul.
Environment
Penyakit osteoartritis paling banyak ditemukan di daerah
pekerja. Aktivitas yang sering dan berulang pada sendi dapat
menyebabkan lelahnya otot-otot yang membantu pergerakan sendi.
2.4.4 PATOFISIOLOGI
Rawan sendi dibentuk oleh sel tulang rawan sendi (kondrosit) dan
matriks rawan sendi. Kondrosit berfungsi mensintesis dan memelihara
matriks tulang rawan sehingga fungsi bantalan rawan sendi tetap terjaga
dengan baik. Matriks rawan sendi terutama terdiri dari air, proteoglikan dan
kolagen. Perkembangan perjalanan penyakit osteoartritis dibagi menjadi 3
fase, yaitu sebagai berikut :
1. Fase 1
Terjadinya penguraian proteolitik pada matriks kartilago.
Metabolisme kondrosit menjadi terpengaruh dan meningkatkan
produksi enzim seperti metalloproteinases yang kemudian hancur dalam
matriks kartilago. Kondrosit juga memproduksi penghambat protease
yang mempengaruhi proteolitik. Kondisi ini memberikan manifestasi
pada penipisan kartilago.
2. Fase 2
Pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago,
disertai adanya pelepasan proteoglikan dan fragmen kolagen kedalam
cairan sinovia.
3. Fase 3
Proses penguraian dari produk kartilago yang menginduksi
responsinflamasi pada sinovia. Produksi magrofag sinovia seperti
interleukin 1 (IL-1), tumor nekrosis faktor-alpha (TNF-α), dan
metalloproteinase menjadi meningkat. Kondisi ini memberikan
manifestasi balik pada kartilago dan secara langsung memberikan
dampak adanya destruksi pada kartilago. Molekul-molekul proinflamasi
lainnya seperti nitric oxide (NO) juga ikut terlibat. Kondisi ini
memberikan manifestasi perubahan arsitektur sendi dan memberikan
dampak terhadap pertumbuhan tulang akibat stabilitas sendi. Perubahan
arsitektur sendi dan stress inflamasi memberikan pengaruh pada
permukaan artikular menjadi kondisi gangguan yang progresif7.
2.4.5 KLASIFIKASI
Ada lebih dari satu klasifikasi artritis. Dua dari yang umum adalah
sistem Kellgren - Lawrence Grading dan Outerbridge. Sistem Kellgren dan
Lawrence didasarkan pada xrays dan terdiri dari Normal, Grade I, Grade II,
Grade III dan Grade IV.
Hal ini berdasarkan dari ada tidaknya ciri khas dari osteoartritis,
yaitu; Joint space narrowing bone terlihat pada rontgen tapi ligamen tulang
rawan yang mencakupnya tidak. Persendian normal tampak memiliki ruang
antar tulang. Setiap penurunan ruang menandakan penipisan tulang rawan
penutup.
2.4.6 DIAGNOSIS2,8
Gejala osteoartritis yang paling umum adalah nyeri sendi. Rasa sakit
cenderung memburuk dengan aktivitas, terutama setelah periode istirahat;
ini disebut fenomena gelling. Osteoartritis dapat menyebabkan kekakuan di
pagi hari, tetapi biasanya berlangsung kurang dari 30 menit, tidak seperti
rheumatoid artritis, yang menyebabkan kekakuan selama 45 menit atau
lebih. Pasien dapat melaporkan penguncian sendi atau ketidakstabilan sendi.
Gejala-gejala ini mengakibatkan hilangnya fungsi, dengan pasien
membatasi aktivitas mereka sehari-hari karena rasa sakit dan kekakuan.
Sendi yang paling sering terkena adalah tangan, lutut, pinggul, dan
tulang belakang, tetapi hampir semua sendi dapat dilibatkan. Osteoartritis
sering asimetris. Seorang pasien mungkin memiliki osteoartritis berat yang
melemahkan satu lutut dengan fungsi hampir normal dari kaki yang
berlawanan.
Pemeriksaan fisik penting dalam membuat diagnosis. Nyeri pada
berbagai gerakan dan pembatasan rentang gerak umum untuk semua bentuk
osteoartritis. Bambang (2003) menyatakan bahwa untuk diagnosis
Osteoartritis digunakan klasifikasi dari American College of Rheumatology.
Pasien positif Osteoartritis bila mengalami nyeri sendi dengan minimal 3
dari 6 kriteria berikut.
a. Umur >40 tahun
b. Kaku pagi < 30 menit
c. Krepitasi
d. Nyeri tekan
e. Pembesaran tulang
f. Tidak panas pada perabaan.
Kriteria Kellgren dan Lawrence yang membagi Osteoartritis:
Grade 0: Tidak ada fitur radiografi OA
Grade1: Penyempitan ruang sendi yang menyimpang dan
kemungkinan adanya osteofit.
Grade 2: Ada osteofit dan kemungkinan ruang sendi menyempit
pada bantalan sendi anteroposterior
Grade 3: Multipel osteofit, penyempitan ruang sendi yang pasti,
sklerosis, kemungkinan adanya deformitas tulang.
Grade 4: Osteofit besar, penyempitan ruang sendi, sklerosis berat
dan deformitas tulang yang pasti.
2.4.7 PENATALAKSANAAN8,9
1. Farmakoterapi
Terapi farmakologi untuk osteoartritis tersedia dalam bentuk pil, sirup,
krim atau lotion, atau injeksi ke dalam sendi.
Analgesik.
Penghilang rasa sakit dan termasuk acetaminophen, opioid
(narkotika) dan opioid atipikal yang disebut tramadol. Harus
dengan resep dokter.
Obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID).
Obat yang paling sering digunakan untuk meredakan peradangan
dan nyeri terkait. NSAID termasuk aspirin, ibuprofen, naproxen
dan celecoxib.
Injeksi kortikosteroid intraartikuler.
2. Nonfarmakoterapi
Tujuan utama dari terapi nonfarmakologis berkaitan dengan
mengurangi beban pada sendi yang sakit dan meningkatkan fungsi
mekanisme protektif sendi sehingga dapat mengurangi
pembebanan pada sendi. Beberapa cara yang dilakukan untuk
mengurangi pembebanan sendi antara lain :
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dapat
membantu, terutama untuk nyeri punggung karena OA pada
tulang belakang lumbal.
Olahraga untuk mempertahankan berbagai gerakan dan
memperkuat otot-otot di sekitar sendi. Latihan isometrik
umumnya lebih baik daripada latihan isotonik, karena mereka
meminimalkan ketegangan sendi.
Terapi non obat terdiri dari edukasi, penurunan berat badan, terapi
fisik dan terapi kerja. Pada edukasi, yang penting adalah meyakinkan
pasien untuk dapat mandiri, tidak selalu tergantung pada orang lain.
Walaupun OA tidak dapat disembuhkan, tetapi kualitas hidup pasien
dapat ditingkatkan.
3. Tindakan operatif
Tindakan operasi seperti arthroscopic debridement, joint
debridement, dekompresi tulang, osteotomi, dan artroplasti merupakan
tindakan yang efektif pada penderita dengan OA yang sudah parah.
Tindakan operatif ini dapat menghilangkan nyeri pada sendi OA,
tetapi kadang fungsi senditersebut tidak dapat diperbaiki secara
adekuat, sehingga terapi fisik pre dan pasca operatif harus
dipersiapkan dengan baik.
2. Artritis Gout11
Artritis gout merupakan salah satu penyakit metabolik (metabolic
syndrom) yang terkait dengan pola makan diet tinggi purin dan
minuman beralkohol. Penimbunan kristal monosodium urat (MSU)
pada sendi dan jaringan lunak merupakan pemicu utama terjadinya
keradangan atau inflamasi pada gout artritis. Serangan artritis gout
akut terjadi ditandai dengan nyeri pada sendi yang berat dan biasanya
bersifat monoartikular. Pada 50% serangan pertama terjadi pada
metatarsophalangeal1 (MTP-1) yang biasa disebut dengan podagra.
Semakin lama serangan mungkin bersifat poliartikular dan menyerang
ankle, lutut, pergelangan tangan, dan sendi-sendi pada tangan.
OA GOUT
BAB III
METODOLOGI DAN LOKASI STUDI KASUS
3.1 METODOLOGI
Studi kasus ini menggunakan desain studi Kohort untuk mempelajari
hubungan antara faktor risiko dan efek (penyakit atau masalah kesehatan), dengan
memilih kelompok studi berdasarkan perbedaan faktor risiko. Kemudian melihat
berapa banyak subjek dalam masing-masing kelompok yang mengalami efek
penyakit atau masalah kesehatan untuk melakukan penerapan pelayanan dokter
layanan primer secara paripurna dan holistik.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode
wawancara dan observasi dengan pasien dan keluarganya dengan cara melakukan
home visit untuk mengetahui secara holistik keadaan penderita.
KELURAHAN 2016
Daya 2.436
Jumlah 17.320
2015
RW RT
Kel. Daya 10 37
Jumlah Penduduk
Pendidikan
Laki laki Perempuan
20 2.134 3.933
PEKERJAAN 2016
PNS 3.025
Pedagang 1.500
Polri/TNI 1.256
Buruh 5.567
AGAMA 2016
Islam 50.259
Protestan 10.082
Katholik 5.288
Hindu 66
Loket Pendaftaran
Kartu Berobat
Laboratorium
Pasien diperiksa oleh dokter
Rujukan
dan menuliskannya pada
rekam medis
Kamar Tindakan
Apotek
Pasien Pulang
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identitas Pasien
Nama Penderita : Tn.B
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 06 Februari 1962 (57 tahun)
Alamat : Jl. Rudal I Blok B 19
Tanggal Pemeriksaan : 26-02-2019
Anamnesis : Autoanamnesis
Keluhan Utama
Nyeri pada lutut
Anamnesis Terpimpin
Pasien laki-laki berumur 57 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan
nyeri pada kedua lutut sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya nyeri hanya pada lutut
kanan namun lama kelamaan lutut kiri juga nyeri. Nyeri memberat terutama bila
digerakkan saat berjalan dan membaik saat istirahat. Pasien merasa lututnya
berbunyi saat berjalan. Riwayat keluhan yang sama sejak 3 tahun yang lalu,
setelah pasien pensiun dari pekerjaannya sebagai TNI. Keluhan lain demam (-),
nyeri kepala (-), batuk (-), batuk darah (-), sesak nafas (-), nyeri dada (-), riwayat
sesak dan nyeri dada sebelumnya (-), mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-),
riwayat nyeri ulu hati (-), nafsu makan biasa. Buang air besar saat ini lancar 2 kali
sehari berwarna kuning konsistensi lunak. Buang air kecil lancar berwarna kuning
jernih. Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga (-).
Riwayat DM tidak ada. Riwayat DM pada keluarga tidak ada. Riwayat jika
mendapatkan luka sukar sembuh tidak ada.
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat penyakit jantung (-), Riwayat penyakit jantung pada keluarga (-)
Riwayat batuk lama (-), Riwayat OAT (-)
Riwayat minum obat diuretik (-)
Riwayat minum kopi (-)
Riwayat merokok (-)
Riwayat penyakit maag (-)
Riwayat minum minuman beralkohol (-)
Riwayat penyakit kuning (-)
Riwayat benjolan (-)
Pemeriksaan Fisik
Status Present:
Sakit Sedang/Gizi Lebih/ Compos mentis
BB= 70 kg; TB= 165 cm; LLA=22 cm; IMT=25,71 kg/m2 (obesitas 1)
Tanda Vital:
Tensi : 130/80 mmHg
Nadi : 77 kali/ menit (Reguler, kuat angkat)
Pernapasan : 20 kali/ menit (Thoraco abdominal)
Suhu : 36,5oC (axilla)
Kepala:
Ekspresi : Normal
Simetris Muka : Simetris kiri dan kanan
Deformitas : (-)
Rambut : Hitam, lurus, sulit dicabut
Mata:
Eksoptalmus/ Enoptalmus : (-)
Gerakan : Kesegala arah
Tekanan Bola Mata : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kelopak Mata : Edema palpebra (-), ptosis (-)
Konjungtiva : Anemis (-)
Sklera : Ikterus (-)
Kornea : Jernih, reflex kornea (+)
Pupil : Bulat, isokor, 2,5mm/2,5mm, RCL +/+,
RCTL +/+
Telinga:
Tophi : (-)
Pendengaran : Tidak ada kelainan
Nyeri Tekan di Proc. Mastoideus : (-)
Hidung:
Perdarahan: (-)
Sekret : (-)
Mulut:
Bibir : Kering (-), stomatitis (-)
Gigi Geligi : Karies (-)
Gusi : Candidiasis oral (-), perdarahan (-)
Farings : Hiperemis (-)
Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)
Lidah : Kotor (-)
Leher:
Kel. Getah Bening : Tidak teraba, nyeri tekan (-)
Kel. Gondok : Tidak ada pembesaran, nyeri tekan (-)
DVS : R+2 cmH2O
Pembuluh Darah : Bruit (-)
Kaku Kuduk : (-)
Tumor : (-)
Dada:
- Inspeksi : Simetris hemithoraks kiri dan kanan
- Bentuk : Normothoraks
- Pembuluh Darah : Bruit (-)
- Buah Dada : Tidak ada kelainan
- Sela Iga : Tidak ada pelebaran
- Lain-lain : Barrel chest (-), pigeon chest (-)
Paru:
o Palpasi:
Fremitus Raba : Kiri = Kanan
Nyeri Tekan : (-)
o Perkusi:
Paru Kiri : Sonor
Paru Kanan : Sonor
Batas Paru Hepar : ICS V-VI anteriordextra
Batas Paru Belakang Kanan :Vertebra thorakal X dextra
Batas Paru Belakang Kiri :Vertebra thorakal XI sinistra
o Auskultasi:
Bunyi Pernapasan :Vesikuler
Bunyi Tambahan :
Ronkhi - - Wheezing - -
- - - -
- - - -
Jantung:
o Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
o Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
o Perkusi : Pekak, batas jantung kesan normal (batas jantung
kanan:linea parasternalis dextra, batas jantung kiri: linea
midclavicularis sinistra)
o Auskultasi :
BJ I/II : Murni reguler
Bunyi Tambahan : Bising (-)
Abdomen:
o Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
o Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan epigastrik (-)
Hati : Tidak teraba
Limpa : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-)
Lain-lain : Kulit tidak ada kelainan
o Perkusi : Timpani (+) , Shifting dullness (-)
o Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Alat Kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus dan Rektum : Tidak ada kelainan
Punggung : Skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
o Palpasi : Gibbus (-)
o Nyeri Ketok : (-)
o Auskultasi : Rh -/- Wh -/-
o Gerakan : Dalam batas normal
Ekstremitas
- Pembesaran pada lutut kanan, krepitasi lutut kanan (+)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : Kolesterol 172
Asam Urat 7,2
Diagnosis
Osteoartritis Genu+ Hiperurichemia
Penatalaksanaan Awal dan Edukasi
A. Medikamentosa
- Natrium diklofenat 25mg/12jam/oral
- Allopurinol 300mg /24jam/oral
- Vit B komples/12jam/oral
B. Non-medikamentosa
- Menurunkan berat badan dengan diet rendah kalori dan berpuasa
senin kamis.
- Mengurangi aktivitas berat yang membebani lutut
- Menghindari benturan pada lutut
- Olahraga ringan ( senam 3 kali seminggu selama 30 menit)
Anjuran Pemeriksaan
- Kontrol Darah Rutin
- Foto Radiologi
Prognosis
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Functionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
Pendekatan Holistik
Profil Keluarga
Pasien Tn.B adalah kepala keluarga. Tn.B tinggal bersama istrinya dan 2
anak. Pekerjaan sehari-hari Tn.B adalah memelihara ayam, shalat di masjid,
karena beliau pensiunan tentara.
Status Jenis
No Nama Usia Pendidikan Pekerjaan
Keluarga Kelamin
Kepala Pensiunan
1 Tn. B Laki- laki 57 tahun Tentara
keluarga Tentara
Dari tabel APGAR diatas total Skor adalah 6 ini menunjukkan Fungsi keluarga
kurang sehat.
Keterangan :
: Keluarga Tn. B
: Laki-laki normal
: Wanita normal
: Laki-laki Osteoartritis
a. Bentuk Keluarga
Bentuk keluarga ini adalah Nuclear Family yaitu keluarga yang terdiri atas
ayah, ibu dan anak-anak. Pasien sehari-hari melakukan aktivitas dalam
rumah.
b. Hubungan Anggota Keluarga
Tn.B dan Ny. N merupakan pasangan suami istri dengan dua orang anak.
Hubungan antara anggota keluarga cukup baik, mereka sering berkumpul
dan berkomunikasi.
Pembahasan
Diagnosis pada pasien ini adalah Osteoartritis, didapatkan berdasarkan
anamnesis secara holistik yaitu, aspek personal, aspek klinik, aspek risiko internal,
dan aspek risiko eksternal serta pemeriksaan penunjang dengan melakukan
pendekatan menyeluruh dan pendekatan diagnostik holistik.
Analisa Kasus
Tabel Pendekatan Kedokteran Keluarga Pada Pasien post Osteoartritis.
Skor Resume Hasil Skor
Masalah Upaya Penyelesaian
Awal Akhir Perbaikan Akhir
Faktor biologis
- Osteoartritis 2 - Edukasi mengenai -Terselenggara 4
merupakan penyakit penyuluhan
penyakit osteoartritis dan -Keluarga
degeneratif pencegahannya memahami bahwa
yang melalui penyuluhan penyakit
dipengaruhi gaya hidup sehat Osteoartritis
oleh umur, yaitu tidak memerlukan
jenis kelamin, merokok, tidak perhatian terhadap
ras, genetik, melakukan aktivitas faktor risiko
merokok, berat, menghindari terutama obesitas
trauma, hal yang -Keluarga mau
pekerjaan, mengakibatkan menerapkan gaya
kebiasaan benturan pada lutut, hidup sehat dengan
olahraga dan melakukan olahraga mengonsumsi
obesitas. ringan seperti makanan rendah
senam aerobik kalori dan mulai
tanpa membebani berpuasa senin
tubuh selama 30 kamis
menit sehari tiga
kali seminggu, dan
yang terpenting
adalah menurunkan
berat badan dengan
mengonsumsi
makanan yang
rendah kalori dan
rajin berpuasa senin
kamis.
Faktor ekonomi
dan pemenuhan
kebutuhan 4 - Motivasi mengenai - Keluarga 4
- Kondisi perlunya memiliki menyisihkan
ekonomi tabungan pendapatan untuk
cukup baik tabungan
tapi tidak 3 - Mengingatkan - Memiliki rasa 4
memiliki untuk tetap Tawakkal kepada
tabungan bertawakkal kepada Allah, dan
Allah, dan yakinkan menjalin hubungan
- Kehidupan bahwa semua akan yang baik dengan
sosial dengan baik-baik saja. Serta tetangga
lingkungan tetap menjaga
cukup baik silaturahmi dengan
tetangga.
Faktor perilaku
kesehatan
- Pasien tidak 2 - Edukasi tentang - Pasien mulai 5
patuh atas pentingnya mengurangi
edukasi dokter menurunkan berat mengonsumsi
untuk badan agar beban makanan secara
menurunkan lutut bisa berkurang berlebihan dan
berat badan sehingga rasa nyeri mulai berpuasa
dapat berkurang senin kamis
Faktor
Psikososial - Menyarankan - Anggota keluarga 5
- Kurangnya 4 kepada anggota bersedia memberi
perhatian keluarga untuk perhatian lebih
keluarga lebih perhatian kepada pasien
pasien dengan kondisi
terhadap pasien
penyakit yang
diderita pasien - Memotivasi pasien - Pasien termotivasi 4
- Kekhawatiran 3 serta meyakinkan untuk semangat
penderita yang pasien untuk dapat dan tetap
berlebihan mandiri, tidak selalu beraktivitas sesuai
terhadap tergantung pada kemampuannya
penyakitnya orang lain karena
karena takut walaupun OA tidak
akan dapat disembuhkan,
mengalami tetapi kualitas hidup
kelumpuhan pasien dapat
sehingga ditingkatkan.
cukup jarang
beraktivitas
Total Skor 15 26
Rata-rata Skor 2,5 4,3
Anamnesis Holistik
a. Aspek Personal
Pasien datang ke Puskesma Sudiang Raya dengan harapan mendapat terapi
yang baik dan dapat sembuh dari penyakit yang dideritanya saat ini agar bisa
beraktifitas seperti sedia kala.
b. Aspek Klinik
Pasien laki-laki berumur 57 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan
nyeri pada kedua lutut sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya nyeri hanya pada lutut
kanan namun lama kelamaan lutut kiri juga nyeri. Nyeri memberat terutama bila
digerakkan saat berjalan dan membaik saat istirahat. Pasien merasa lututnya
berbunyi saat berjalan. Riwayat keluhan yang sama sejak 3 tahun yang lalu,
setelah pasien pensiun dari pekerjaannya sebagai TNI. Status gizi pasien adalah
obesitas 1 dengan IMT =25,71 kg/m2
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang,
didapatkan diagnosis Osteoartritis.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum baik, Tanda Vital: Tekanan Darah: 130/80 mmHg, Nadi :
77 x/menit, Pernapasan : 20 x/menit, Suhu : 36,5oC. Tampak kelemahan pada
kedua kaki. Sensibilitas pada keempat ekstremitas normal.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : Kolesterol 127 mg/dl
Asam Urat 7,2 mg/dl
Diagnosis Holistik
- Diagnose Klinis:
Diagnosis pada pasien ini adalah Osteoartritis, didapatkan berdasarkan
anamnesis secara holistik yaitu, aspek personal, aspek klinik, aspek risiko
internal, dan aspek risiko eksternal serta pemeriksaan penunjang dengan
melakukan pendekatan menyeluruh dan pendekatan diagnostik holistik.
Menurut Bambang (2003) menyatakan bahwa untuk diagnosis Osteoartritis
digunakan klasifikasi dari American College of Rheumatology. Pasien
positif Osteoartritis bila mengalami nyeri sendi dengan minimal 3 dari 6
kriteria berikut.
a. Umur >40 tahun
b. Kaku pagi < 30 menit
c. Krepitasi
d. Nyeri tekan
e. Pembesaran tulang
f. Tidak panas pada perabaan.
Penatalaksanaan
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer diperlukan agar orang sehat tidak menderita penyakit
Osteoartritis antara lain:
- Menurunkan berat badan
- Mengontrol kesehatan
- Mengatur pola makan
- Mengontrol diet
2. Pencegahan Sekunder
a. Pengobatan Farmakologi
- Natrium diklofenak 25mg/12jam/oral
- Allopurinol 300mg/24jam/oral
- Vit B kompleks /24 jam/oral
b. Pengobatan Non Farmakologi
- Menurunkan berat badan
- Mengurangi aktivitas berat yang membebani lutut
- Menghindari benturan pada lutut
- Olahraga ringan ( senam 3 kali seminggu selama 30 menit)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Dari studi kasus yang telah dilakukan, dapat diarik kesimpulan sebagai
berikut:
- Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosis
klinis pasien yaitu Osteoartritis Genu.
- Dari aspek psikososial dapat diidentifikasi kurangnya kesadaran akan
pentingnya menurunkan berat badan untuk mengurangi progresifitas
penyakitnya. Kurangnya perhatian keluarga pasien terhadap penyakit
yang diderita pasien. Serta kekhawatiran penderita yang berlebihan
terhadap penyakitnya
- Prinsip kedokteran keluarga yang memandang pasien secara holistik
harus senantiasa dijalankan dalam praktik sehari-hari karena ternyata
banyak faktor baik dari internal maupun eksternal pasien yang dapat
memengaruhi perjalanan suatu penyakit.
- Faktor-faktor risiko osteoartitis pada pasien terbagi menjadi faktor yang
dapat diubah dan tidak dapat diubah. Faktor yang tidak dapat diubah
yaitu, umur, jenis kelamin, dan ras. Sedangkan faktor yang dapat
diubah yaitu obesitas, aktivitas fisik dan olahraga.
- Dengan mengetahui faktor-faktor resiko yang ada, maka pencegahan
dapat dilakukan dengan diet rendah kalori untuk menurunkan berat
badan, mengurangi aktifitas fisik yang berlebihan agar tidak
memperberat kerja sendi lutut, dan melakukan senam dapat membantu
mengurangi gejala.
5.2. SARAN
Dari beberapa masalah yang dapat ditemukan pada Tn. B, maka disarankan
untuk:
- Menyarankan pasien untuk menurunkan berat badan dengan diet rendah
kalori dan rajin berpuasa.
- Menyarankan pasien untuk mengurangi aktivitas fisik berlebihan dan rajin
senam 3 kali seminggu selama 30 menit
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit
osteoartritis serta komplikasi yang ditimbulkan jika tidak rutin mengontrol
penyakitnya di Puskesmas.
- Menyarankan kepada keluarga untuk selalu memberi perhatian dan
dukungan lebih kepada pasien dan pasien lebih termotivasi untuk sembuh.
DAFTAR PUSTAKA
1. David, T. 2006. Osteoartritis of the knee. The New England Journal of
Medicine.
2. Joewono Soeroso. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III ed. VI.
Jakarta: Interna Publishing
3. Todd P Stitik. Osteoartritis. Department of Physical Medicine and
Rehabilitation. UMDNJ. 2010;(2)
4. Sudoyo AW, Setiyohadi B. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed.
Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI;2006.p.1195-201
5. Amilia Bunga. 2011. Gambaran Penderita Osteoartritis di Bagian Bedah
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Riau:FKUNILA
6. Sun BH, Wu CW. New Developments in Osteoartritis. Rheuma Dis Clin
North Am. 2007;33:135-48
7. Kevi R. Vincen. 2013. The Pathophysiology of Osteoartritis: A
Mechanical Perspective on THE knee Joint.University of Florida
Gainesville, FL, USA: National Institutes of Health
8. Helmi, Zairin N. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta:
Salemba medika.
9. Fauci, Anthony S, et al. 2012. Osteoartritis. Dalam : Harrison’s
Principles Of Internal Medicine Eighteenth Edition. The McGraw-Hill
Companies.
10. International Assosiation For the Study of Pain. 2009. Global year Againts
Muskuloskeletal Pain. Rheumatoid Artritis.
11. Widyanto, Fendy W. 2017. Artritis Gout dan Perkembangannya. Blitar :
RS Aminah. (e-journal)
LAMPIRAN
Tampak Depan Rumah Pasien
Ruang keluarga
Leaflet Edukasi