Garuda 1100069

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN KASUS

MANAJEMEN PASIEN OSTEOARTRITIS SECARA HOLISTIK,


KOMPREHENSIF DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN
KEDOKTERAN KELUARGA DI PUSKESMAS SUDIANG RAYA
MAKASSAR

Sitti Mutmainah, Mahasiswa Program profesi dokter FK UMI

PEMBIMBING
Armanto Makmun, Dosen bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Dan Ilmu
Kedokteran Komunitas FK UMI
ABSTRAK
Latar belakang : Osteoartritis merupakan suatu penyakit degeneratif
pada persendian yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis
kelamin, ras, genetik, merokok, trauma, pekerjaan (aktivitas), kebiasaan
olahraga dan obesitas. Penyakit ini mempunyai karateristik berupa
terjadinya kerusakan pada kartilago (tulang rawan sendi). Hal ini ditandai
dengan pemecahan kartilago, perubahan tulang sendi, kerusakan tendon dan
ligamen, dan berbagai derajat peradangan lapisan sendi. Insiden OA di
Amerika pada usia 55-64 tahun yaitu 28% terkena OA genu dan 23%
terkena OA panggul. Pada usia 65-74 tahun, 39% menggambarkan OA lutut
dan 23% OA panggul. Pada usia >70 tahun 100% baik laki-laki maupun
perempuan mempunyai gejala-gejala osteoartritis. Di Indonesia, prevalensi
OA mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65%
pada usia >61 tahun, dimana perempuan lebih tinggi dari laki-laki.

TujuanPenelitian : Tujuan dari penulisan laporan studi kasus ini


adalah untuk dapat menerapkan penatalaksanaan (management) pasien
Osteoartritis dengan pendekatan kedokteran keluarga secara paripurna
(komprehensif) dan holistik, sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter
Indonesia, berbasis evidence based medicine pada pasien dengan
mengidentifikasi faktor risiko dan masalah klinis serta prinsip
penatalaksanaan penderita Osteoartritis pada lansia dengan pendekatan
kedokteran keluarga di Puskesmas Sudiang Raya tahun 2019.

Kasus : Tn.B umur 57 tahun mengeluh nyeri pada lutut sejak 1 minggu
yang lalu. Nyeri pada sendi kedua lutut terutama lutut kanan, memberat bila
digerakkan dan pasien merasa lututnya kaku dan berbunyi saat berjalan.
Hasil Penelitian :Tn.B umur 57 tahun, saat dilakukan kunjungan
rumah (Home visit )mengeluhkan nyeri pada kedua lutut terutama lutut
kanan, memberat sejak 1 minggu yang lalu. Terasa lututnya kaku dan
berbunyi saat berjalan. Keluhan membaik saat istirahat . Dari studi kasus ini
didapatkan diagnosis klinik pasien Osteoartritis.

Kata Kunci : Osteoartritis, Pendekatan Kedokteran Keluarga,


Holistik dan Komprehensif.

Sumber : 11 Referensi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Osteoartritis merupakan suatu penyakit degeneratif pada persendian yang
disebabkan oleh beberapa faktor. Penyakit ini mempunyai karateristik berupa
terjadinya kerusakan pada kartilago (tulang rawan sendi). Kartilago merupakan
suatu jaringan keras bersifat licin yang melingkupi sekitar bagian akhir tulang
keras di dalam persendian. Jaringan ini berfungsi sebagai penghalus gerakan antar
tulang dan sebagai peredam (shock absorber) pada saat persendian melakukan
aktivitas atau gerakan1,2.
Osteoartritis adalah penyakit sendi umum yang paling sering menyerang
orang setengah baya ke orang tua. Hal ini sering disebut sebagai "kelelahan" dari
sendi, tetapi kita sekarang tahu bahwa OA adalah penyakit dari seluruh sendi,
yang melibatkan tulang rawan, lapisan sendi, ligamen, dan tulang. ini lebih sering
terjadi pada orang tua, Hal ini ditandai dengan pemecahan kartilago (jaringan
yang menutupi ujung tulang di antara sendi), perubahan tulang sendi, kerusakan
tendon dan ligamen, dan berbagai derajat peradangan lapisan sendi1.
Insiden OA di Amerika pada usia 18-24 tahun, 7% laki-laki dan 2%
perempuan menggambarkan OA pada tangan. Pada usia 55-64 tahun yaitu 28%
terkena OA genu dan 23% terkena OA panggul. Pada usia 65-74 tahun, 39%
menggambarkan OA lutut dan 23% OA panggul. Pada usia >70 tahun 100% baik
laki-laki maupun perempuan mempunyai gejala-gejala osteoartritis3.
Di Indonesia, prevalensi OA mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada
usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia >61 tahun. Menurut Riskedas tahun 2013,
prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosa tenaga kesehatan di Indonesia
11,9% dan berdasarkan gejala 24,7%. Berdasarkan diagnosis tertinggi di Bali
19,3% sedangkan berdasarkan gejala tertinggi di NTT 33,1%, Jawa Barat 32,1%,
Bali 30%, Jakarta 21,8%. Prevalensi tertinggi pada umur ≥75 tahun (54,8%).
Dimana wanita lebih banyak (27,5%) dibanding pria (21,8%)4,5.
OA adalah penyebab utama kecacatan pada orang yang lebih tua. Tujuan
pengobatan osteoartritis adalah mengurangi rasa sakit dan memperbaiki fungsi.
Tidak ada obat untuk penyakit ini, tetapi beberapa perawatan berusaha
memperlambat perkembangan penyakit4.

1.2 Rumusan Masalah


- Apa saja faktor yang mengakibatkan terjadinya Osteoartritis pada pasien?
- Bagaimanakah menegakkan diagnosa secara klinis dan diagnosa
psikososial?
- Bagaimanakah tingkat pengetahuan keluarga dalam menyikapi penyakit
Osteoartritis?
- Bagaimanakah hasil dari terapi yang telah diberikan kepada penderita
Osteoartritis?
- Bagaimana upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada penderita
Osteoartritis?

1.3 Aspek Disiplin Ilmu yang Terkait dengan Pendekatan Diagnosis


Holistik Komprehensif pada Osteoartritis

Untuk pengendalian permasalahan Osteoartritis pada tingkat individu dan


masyarakat secara komprehentif dan holistik yang disesuaikan dengan Standar
Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), maka mahasiswa program profesi dokter
Universitas Muslim Indonesia melakukan kegiatan kepanitraan klinik pada bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas dilayanan primer
(Puskesmas) dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi yang dilandasi oleh
profesionalitas yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri, serta
komunikasi efektif. Selain itu kompetensi mempunyai landasan berupa
pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis,
dan pengelolaan masalah kesehatan.

Kompetensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:


1.3.1 Profesionalitas yang luhur (Kompetensi 1) : untuk mengidentifikasi
dan menyelesaikan permasalahan dalam pengendalian Osteoartritis secara
individual, masyarakat maupun pihak terkait ditinjau dari nilai agama, etik
moral dan peraturan perundangan.
1.3.2 Mawas diri dan pengembangan diri (Kompetensi 2) : Mahasiswa
mampu mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisis, psikis, sosial
dan budaya sendiri dalam penangan penyakit Osteoartritis, melakukan
rujukan bagi kasus Osteoartritis, sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter
Indonesia yang berlaku serta mengembangkan pengetahuan.
1.3.3 Komunikasi efektif (Kompetensi 3) : Mahasiswa mampu
melakukan komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada individu,
keluarga, masyarakat dan mitra kerja dalam pengendalian Osteoartritis.
1.3.4 Pengelolaan Informasi (Kompetensi 4) : Mahasiswa mampu
memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan
dalam praktik kedokteran.
1.3.5 Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran (Kompetensi 5) : Mahasiswa
mampu menyelesaikan masalah pengendalian Osteoartritis secara holistik
dan komprehensif baik secara individu, keluarga maupun komunitas
berdasarkan landasan ilmiah yang mutakhir untuk mendapatkan hasil yang
optimum.
1.3.6 Keterampilan Klinis (Kompetensi 6) : Mahasiswa mampu
melakukan prosedur klinis yang berkaitan dengan masalah Osteoartritis
dengan menerapkan prinsip keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri,
dan keselamatan orang lain.
1.3.7 Pengelolaan Masalah Kesehatan (Kompetensi 7) : Mahasiswa
mampu mengelola masalah kesehatan individu, keluarga maupun
masyarakat secara komprehensif, holistik, koordinatif, kolaboratif, dan
berkesinambungan dalam konteks pelayanan kesehatan primer.

1.4 Tujuan Dan Manfaat Studi Kasus


Prinsip pelayanan dokter keluarga pada pasien ini adalah menatalaksanakan
masalah kesehatan dengan memandang pasien sebagai individu yang utuh terdiri
dari unsur biopsikososial, serta penerapan prinsip pencegahan penyakit promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Proses pelayanan dokter keluarga dapat lebih
berkualitas bila didasarkan pada hasil penelitian ilmu kedokteran terkini (evidence
based medicine).

1.4.1 Tujuan Umum:


Tujuan dari penulisan laporan Studi Kasus ini adalah untuk dapat
menerapkan penatalaksanaan penderita Osteoartritis dengan pendekatan
kedokteran keluarga secara paripurna (komprehensif) dan holistik, sesuai
dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), berbasis Evidence
Based Medicine (EBM) pada pasien dengan mengidentifikasi faktor risiko
dan masalah klinis serta prinsip penatalaksanaan penderita Osteoartritis
dengan pendekatan kedokteran keluarga di Puskesmas Sudiang Raya tahun
2019.

1.4.2 Tujuan Khusus:


1. Untuk mengidentifikasi faktor resiko yang mengakibatkan
terjadinya Osteoartritis di Puskesmas Sudiang Raya tahun 2019.
2. Untuk mengetahui cara penegakan diagnosis klinis dan diagnosis
psikososial pada penyakit Osteoartritis di Puskesmas Sudiang Raya
tahun 2019.
3. Mengidentifikasi permasalahan yang didapatkan dalam keluarga
dan lingkungan sosial yang berkaitan dengan penyakit Osteoartritis
di Puskesmas Sudiang Raya tahun 2019.
4. Untuk mengetahui upaya penatalaksanaan penyakit Osteoartritis di
Puskesmas Sudiang Raya tahun 2019.
5. Untuk mengetahui upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada
penyakit Osteoartritis di Puskesmas Sudiang Raya tahun 2019.
1.4.3 Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Institusi pendidikan.
Dapat dijadikan acuan (referensi) bagi studi kasus lebih lanjut
sekaligus sebagai bahan atau sumber bacaan di perpustakaan.
2. Bagi Penderita (Pasien).
Menambah wawasan akan Osteoartritis yang meliputi proses
penyakit dan penanganan menyeluruh Osteoartritis sehingga dapat
memberikan keyakinan untuk tetap berobat secara teratur.
3. Bagi tenaga kesehatan.
Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
pemerintah daerah dan instansi kesehatan beserta paramedis yang
terlibat di dalamnya mengenai pendekatan diagnosis holistik
penderita Osteoartritis.
4. Bagi Pembelajar Studi Kasus (Mahasiswa)
Sebagai pengalaman berharga bagi penulis sendiri dalam rangka
memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai evidenve based
medicine dan pendekatan diagnosis holistik Osteoartritis serta
dalam hal penulisan studi kasus.

1.5 Indikator Keberhasilan Tindakan


Indikator keberhasilan tindakan setelah dilakukan penatalaksanaan
penderita Osteoartritis dengan pendekatan diagnostik holistik, berbasis
kedokteran keluarga danevidence based medicine adalah:
a. Kepatuhan pasien datang berobat di layanan primer (puskesmas)
b. Perbaikan gejala dapat dievaluasi setelah pengobatan Osteoartritis dan
dengan dilakukannya pencegahan terhadap penyakit tersebut.
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Penilaian
keberhasilan tindakan pengobatan didasarkan pada Osteoartritis dan gejala yang
dikeluhkan. Hal ini disebabkan Osteoartritis umumnya bersifat cepat asal
berobat teratur. Selain itu, kepatuhan untuk menghindari faktor resiko juga
merupakan kunci utama keberhasilan pengobatan.
BAB II
ANALISIS KEPUSTAKAAN BERDASARKAN KASUS

2.1 Kerangka Teori

Faktor Prediposisi

P
Faktor demografi (Usia,
E Jenis Kelamin, Ras)
N
Faktor Genetik
Y
Faktor Gaya Hidup
E (Merokok)
Kelainan Pada
B Obesitas Kartilago

A Faktor Biomekanis

B OSTEO
Riwayat Trauma
ARTRITIS
Aktifitas fisik/ Pekerjaan

Kebiasaan Olahraga
2.2 Pendekatan Konsep Mandala

2.3 Pendekatan Diagnosis Holistik pada Pelayanan Kedokteran Keluarga


di Layanan Primer
Pendekatan secara holistik adalah memandang manusia sebagai mahluk
biopsikososio-kultural-spiritual pada ekosistemnya. Sebagai mahluk biologis
manusia adalah merupakan sistem organ yang terbentuk dari jaringan serta sel-sel
yang kompleks fungsionalnya.
Diagnosis holistik adalah kegiatan untuk mengidentifikasi dan menentukan
dasar dan penyebab penyakit (disease), luka (injury) serta kegawatan yang
diperoleh dari alasan kedatangan, keluhan personal, riwayat penyakit pasien,
pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan penunjang, penilaian risiko
internal/individual dan eksternal dalam kehidupan pasien serta keluarganya.
Sesuai dengan arah yang digariskan dalam Sistem Kesehatan Nasional 2004,
maka dokter keluarga secara bertahap akan diperankan sebagai pelaku pelayanan
pertama (layanan primer).
Tujuan Diagnostik Holistik:
1. Penyembuhan penyakit dengan pengobatan yang tepat
2. Hilangnya keluhan yang dirasakan pasien
3. Pembatasan kecacatan lanjut
4. Penyelesaian pemicu dalam keluarga (masalah sosial dalam
kehidupanya)
5. Jangka waktu pengobatan pendek
6. Tercapainya percepatan perbaikan fungsi social
7. Terproteksi dari resiko yang ditemukan
8. Terwujudnya partisipasi keluarga dalam penyelesaian masalah.
Diagnosa secara holistik sangat penting dilakukan sebelum melakukan
terapi, tujuaanya yakni:
1. Menentukan kedalaman letak penyakit
2. Menentukan kekuatan serangan patogen penyakit
3. Menentukan kekuatan daya tahan tubuh yang meliputi kekuatan fungsi
organ
4. Menentukan urutan tatacara terapi dan teknik terapi yang akan
dipilihnya
5. Menentukan interval kunjungan terapi.
Diagnosis Holistik memiliki standar dasar pelaksanaan yaitu:
1. Membentuk hubungan interpersonal antar petugas administrasi
(penerimaan, pencatatan biodata) dengan pasien
2. Membentuk hubungan interpersonal antara paramedis dengan pasien.
Melakukan pemeriksaan saringan (Triage), data diisikan dengan
lembaran penyaring
3. Membentuk hubungan interpersonal anatara dokter dengan pasien
4. Melakukan anamnesis
5. Melakukan pemeriksaan fisik
6. Penentuan derajat keparahan penyakit berdasarkan gejala,
komplikasi, prognosis, dan kemungkinan untuk dilakukan intervensi
7. Menentukan resiko individual diagnosis klinis sangat dipengaruhi
faktor individual termasuk perilaku pasien
8. Menentukan pemicu psikososial dari pekerjaan maupun komunitas
kehidupan pasien
9. Menilai aspek fungsi sosial.
Dasar-dasar dalam pengembangan pelayanan/pendekatan kedokteran
keluarga di layanan primer antara lain:
1. Pelayanan kesehatan menyeluruh (holistik) yang mengutamakan
upaya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit
2. Pelayanan kesehatan perorangan yang memandang seseorang
sebagai bagian dari keluarga dan lingkungan komunitasnya
3. Pelayanan yang mempertimbangkan keadaan dan upaya kesehatan
secara terpadu dan paripurna (komprehensif).
4. Pelayanan medis yang bersinambung
5. Pelayanan medis yang terpadu
Pelayanan komprehensif yaitu pelayanan yang memasukkan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan
proteksi khusus (preventive & spesific protection), pemulihan kesehatan
(curative), pencegahan kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah
sakit (rehabilitation) dengan memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai
dengan mediko legal etika kedokteran.
Pelayanan medis yang bersinambung merupakan pelayanan yang
disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan bersinambung, yang
melaksanakan pelayanan kedokteran secara efisien, proaktif dan terus menerus
demi kesehatan pasien.
Pelayanan medis yang terpadu artinya pelayanan yang disediakan dokter
keluarga bersifat terpadu, selain merupakan kemitraan antara dokter dengan
pasien pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan lintas
program dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan kedokteran, baik
dari formal maupun informal.

Prinsip Pelayanan Kedokteran Keluarga di Layanan Primer adalah:


a. Comprehensive care and holistic approach
b. Continuous care
c. Prevention first
d. Coordinative and collaborative care
e. Personal care as the integral part of his/her family
f. Family, community, and environment consideration
g. Ethics and law awareness
h. Cost effective care and quality assurance
i. Can be audited and accountable care
Pendekatan menyeluruh (holistic approach), yaitu peduli bahwa pasien
adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial dan
spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya.
Untuk melakukan pendekatan diagnosis holistik, maka perlu kita melihat
dari beberapa aspek yaitu:
I. Aspek Personal : Keluhan utama, harapan dan kekhawatiran.
II. Aspek Klinis: Bila diagnosis klinis belum dapat ditegakkan cukup dengan
diagnosis kerja dan diagnosis banding.
III. Aspek Internal : Kepribadian seseorang akan mempengaruhi perilaku.
Karakteristik pribadi amat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, sosial ekonomi, kultur, etnis, dan lingkungan.
IV. Aspek Eksternal : Psikososial dan ekonomi keluarga.
V. Derajat Fungsi Sosial :
- Derajat 1 : Tidak ada kesulitan, dimana pasien dapat hidup mandiri
- Derajat 2 : Pasien mengalami sedikit kesulitan.
- Derajat 3 : Ada beberapa kesulitan, perawatan diri masih bisa
dilakukan, hanya dapat melakukan kerja ringan.
- Derajat 4 : Banyak kesulitan. Tak melakukan aktifitas kerja,
tergantung pada keluarga.
- Derajat 5 : Tak dapat melakukan kegiatan

2.4 OSTEOARTRITIS
2.4.1 DEFINISI
Osteoartritis merupakan gangguan pada sendi yang ditandai
dengan perubahan patologis pada struktur sendi tersebut yaitu berupa
degenerasi tulang rawan/kartilago hialin. Hal tersebut disertai dengan
peningkatan ketebalan dan sklerosis dari subchondral yang bisa
disebabkan oleh pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, peregangan
kapsul artikular, synovitis ringan pada persendian, dan lemahnya otot-otot
yang menghubungkan persendian1.

Osteoartritis merupakan penyakit sendi menahun yang ditandai


adanya kemunduran tulang rawan sendi dan tulang di dekatnya, disertai
pembentukan tulang baru dan jaringan lunak didalam dan sekitar sendi yang
bersangkutan. Osteoartritis dapat menyebabkan patahnya bantalan tulang
rawan yang menjadi bantalan tulang secara keseluruhan. Osteoartritis terjadi
karena proses perbaikan sendi tidak mampu mengimbangi kerusakan yang
terjadi2.

2.4.2 EPIDEMIOLOGI
2.4.2.1 Epidemologi Osteoartritis Berdasarkan Trias
Epidemologi
Agent
Penyebab utama osteoartritis masih belum diketahui sampai saat
ini namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
osteoartritis. Beberapa kemungkinan agen penyebab tersebut
diantaranya:
- Trauma
Riwayat trauma pada sendi dapat mengakibatkan rusaknya
kartilago yang menjadi bantalan sendi
- Gaya Hidup
Gaya hidup seperti aktivitas yang berlebihan dapat memperberat
kerja sendi dan menyebabkan kerusakan pada sendi. Selain itu
olah raga yang tidak teratur dapat meningkatkan risiko
osteoartritis.
Host (Pejamu)
Penjamu adalah keadaan manusia yang sedemikian rupa
sehingga menjadi faktor risiko untuk terjadinya penyakit
- Umur dan jenis kelamin
Risiko OA akan terus meningkat seiring bertambahnya usia. Di
Indonesia, prevalensi OA mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30%
pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia >61 tahun, dimana
wanita lebih banyak dari pada laki-laki
- Ras
Penelitian membuktikan bahwa ras berkulit hitam lebih tinggi
terkena OA dari pada kulit putih.
- Obesitas : obesitas menyebabkan ketegangan berlebih pada
sendi manusia, terutama yang menanggung sebagian besar berat
badan, seperti lutut dan pinggul.
Environment
Penyakit osteoartritis paling banyak ditemukan di daerah
pekerja. Aktivitas yang sering dan berulang pada sendi dapat
menyebabkan lelahnya otot-otot yang membantu pergerakan sendi.

2.4.2.2 Epidemologi Osteoartritis Berdasarkan Variabel Epidemologi


a. Distribusi menurut orang (person)2
- Distribusi menurut umur
Prevalensi beratnya Osteoartritis semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. OA hampir tak pernah pada anak-anak, jarang
pada umur di bawah 40 tahun dan sering pada umur di atas 60
tahun. Akan tetapi harus diingat bahwa OA bukan akibat ketuaan
saja. Perubahan tulang rawan sendi pada ketuaan berbeda dengan
perubahan pada OA.
- Distribusi menurut jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi dan
lelaki lebih sering terkena OA paha, pergelangan tangan dan leher.
Secara keseluruhan, di bawah 45 tahun frekuensi OA kurang lebih
sama pada laki-laki dan wanita, tetapi di atas 50 tahun frekuensi
OA lebih banyak pada wanita.
- Distribusi menurut etnik
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada OA nampakya
terdapat perbedaan di antara masing-masing suku bangsa. Misalnya
OA paha lebih sering pada orang kulit hitam dan Asia daripada
Kaukasia. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup
dan perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan
pertumbuhan.

b. Distribusi menurut tempat2


- Lingkungan
Penyakit osteoartritis dapat menyerang di lingkungan mana saja,
terutama jika daerah tersebut merupakan daerah pekerja yang
melakukan pekerjaan secara berulang-ulang.
- Kondisi Sosial Ekonomi
Penyakit osteoartritis dapat menyerang siapa saja baik dari
kalangan menengah atas maupun menengah bawah.
- Distribusi menurut waktu
Penyakit osteoartritis dapat menyerang kapan saja tanpa
mengenal waktu.

2.4.3 FAKTOR RISIKO


Penyebab pastinya tidak diketahui, tetapi beberapa hal dianggap
meningkatkan risiko pengembangan osteoartritis, termasuk:
 Cedera sendi : penggunaan sendi yang berlebihan setelah cedera
dan post operasi.
 Artritis sekunder : osteoartritis dapat terjadi pada sendi yang rusak
parah oleh kondisi sebelumnya atau yang sudah ada, seperti
rheumatoid artritis atau gout.
 Usia : Risiko meningkat seiring bertambahnya usia
 Riwayat keluarga : osteoartritis dapat terjadi dalam keluarga,
meskipun penelitian tidak mengidentifikasi satu gen yang
bertanggung jawab
 Obesitas : obesitas menyebabkan ketegangan berlebih pada sendi
manusia, terutama yang menanggung sebagian besar berat badan,
seperti lutut dan pinggul2.

2.4.4 PATOFISIOLOGI
Rawan sendi dibentuk oleh sel tulang rawan sendi (kondrosit) dan
matriks rawan sendi. Kondrosit berfungsi mensintesis dan memelihara
matriks tulang rawan sehingga fungsi bantalan rawan sendi tetap terjaga
dengan baik. Matriks rawan sendi terutama terdiri dari air, proteoglikan dan
kolagen. Perkembangan perjalanan penyakit osteoartritis dibagi menjadi 3
fase, yaitu sebagai berikut :
1. Fase 1
Terjadinya penguraian proteolitik pada matriks kartilago.
Metabolisme kondrosit menjadi terpengaruh dan meningkatkan
produksi enzim seperti metalloproteinases yang kemudian hancur dalam
matriks kartilago. Kondrosit juga memproduksi penghambat protease
yang mempengaruhi proteolitik. Kondisi ini memberikan manifestasi
pada penipisan kartilago.
2. Fase 2
Pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago,
disertai adanya pelepasan proteoglikan dan fragmen kolagen kedalam
cairan sinovia.
3. Fase 3
Proses penguraian dari produk kartilago yang menginduksi
responsinflamasi pada sinovia. Produksi magrofag sinovia seperti
interleukin 1 (IL-1), tumor nekrosis faktor-alpha (TNF-α), dan
metalloproteinase menjadi meningkat. Kondisi ini memberikan
manifestasi balik pada kartilago dan secara langsung memberikan
dampak adanya destruksi pada kartilago. Molekul-molekul proinflamasi
lainnya seperti nitric oxide (NO) juga ikut terlibat. Kondisi ini
memberikan manifestasi perubahan arsitektur sendi dan memberikan
dampak terhadap pertumbuhan tulang akibat stabilitas sendi. Perubahan
arsitektur sendi dan stress inflamasi memberikan pengaruh pada
permukaan artikular menjadi kondisi gangguan yang progresif7.

A: Gambar Sendi Lutut Normal. B: Gambar sendi lutut yang mengalami


osteoartritis. (Sumber : HI – LAB 2008)

2.4.5 KLASIFIKASI
Ada lebih dari satu klasifikasi artritis. Dua dari yang umum adalah
sistem Kellgren - Lawrence Grading dan Outerbridge. Sistem Kellgren dan
Lawrence didasarkan pada xrays dan terdiri dari Normal, Grade I, Grade II,
Grade III dan Grade IV.

Hal ini berdasarkan dari ada tidaknya ciri khas dari osteoartritis,
yaitu; Joint space narrowing bone terlihat pada rontgen tapi ligamen tulang
rawan yang mencakupnya tidak. Persendian normal tampak memiliki ruang
antar tulang. Setiap penurunan ruang menandakan penipisan tulang rawan
penutup.

Osteofit adalah proyeksi dari tulang kecil yang terbentuk di


sekeliling persendian. Dianggap sebagai akibat dari tubuh yang mencoba
untuk meningkatkan luas permukaan persendian untuk mengurangi tekanan.
Osteofit inilah yang menyebabkan terbatasnya rentang gerak dan dapat
menyebabkan rasa sakit.

Sklerosis yang berarti 'pengerasan' dan merupakan tanda osteoartritis,


yang terlihat sebagai peningkatan daerah putih di tulang pada persendian

 Grade I : Penyempitan ruang sendi, bisa terdapat osteofit


 Grade II : Terlihat ada osteofit yang kecil, bisa terdapat
penyempitan
 Grade III : Osteofit berukuran sedang dan multipel,
penyempitan ruang sendi, beberapa sklerotik area, bisa terdapat
deformasi tulang
 Grade IV : Osteofit luas dan multipel, penyempitan ruang
sendi yang parah, sklerosis dan terjadi deformitas

Menurut penyebabnya osteoartritis dikategorikan menjadi:


a. Osteoartritis primer, degeneratif artikular sendi yang terjadi pada sendi tanpa
adanya abnormalitas lain pada tubuh. Penyakit ini sering menyerang sendi
penahan bebantubuh atau tekanan yang normal pada sendi dan kerusakkan
akibat proses penuaan. Paling sering terjadi pada sendi lutut dan sendi panggul,
tapi ini juga ditemukan pada sendi lumbal, sendi jari tangan, dan jari pada kaki.
b. Osteoartritissekunder, paling sering terjadi pada trauma atau terjadi akibat
dari suatu pekerjaan, atau dapat pula terjadi pada kongenital dan adanya
penyakit sistem sistemik. Osteoartritis sekunder biasanya terjadi pada umur
yang lebih awal daripada osteoartritis primer1,2

2.4.6 DIAGNOSIS2,8
Gejala osteoartritis yang paling umum adalah nyeri sendi. Rasa sakit
cenderung memburuk dengan aktivitas, terutama setelah periode istirahat;
ini disebut fenomena gelling. Osteoartritis dapat menyebabkan kekakuan di
pagi hari, tetapi biasanya berlangsung kurang dari 30 menit, tidak seperti
rheumatoid artritis, yang menyebabkan kekakuan selama 45 menit atau
lebih. Pasien dapat melaporkan penguncian sendi atau ketidakstabilan sendi.
Gejala-gejala ini mengakibatkan hilangnya fungsi, dengan pasien
membatasi aktivitas mereka sehari-hari karena rasa sakit dan kekakuan.
Sendi yang paling sering terkena adalah tangan, lutut, pinggul, dan
tulang belakang, tetapi hampir semua sendi dapat dilibatkan. Osteoartritis
sering asimetris. Seorang pasien mungkin memiliki osteoartritis berat yang
melemahkan satu lutut dengan fungsi hampir normal dari kaki yang
berlawanan.
Pemeriksaan fisik penting dalam membuat diagnosis. Nyeri pada
berbagai gerakan dan pembatasan rentang gerak umum untuk semua bentuk
osteoartritis. Bambang (2003) menyatakan bahwa untuk diagnosis
Osteoartritis digunakan klasifikasi dari American College of Rheumatology.
Pasien positif Osteoartritis bila mengalami nyeri sendi dengan minimal 3
dari 6 kriteria berikut.
a. Umur >40 tahun
b. Kaku pagi < 30 menit
c. Krepitasi
d. Nyeri tekan
e. Pembesaran tulang
f. Tidak panas pada perabaan.
Kriteria Kellgren dan Lawrence yang membagi Osteoartritis:
 Grade 0: Tidak ada fitur radiografi OA
 Grade1: Penyempitan ruang sendi yang menyimpang dan
kemungkinan adanya osteofit.
 Grade 2: Ada osteofit dan kemungkinan ruang sendi menyempit
pada bantalan sendi anteroposterior
 Grade 3: Multipel osteofit, penyempitan ruang sendi yang pasti,
sklerosis, kemungkinan adanya deformitas tulang.
 Grade 4: Osteofit besar, penyempitan ruang sendi, sklerosis berat
dan deformitas tulang yang pasti.

Gambar 1. Kellgren and Lawrence grading

2.4.7 PENATALAKSANAAN8,9
1. Farmakoterapi
Terapi farmakologi untuk osteoartritis tersedia dalam bentuk pil, sirup,
krim atau lotion, atau injeksi ke dalam sendi.
 Analgesik.
Penghilang rasa sakit dan termasuk acetaminophen, opioid
(narkotika) dan opioid atipikal yang disebut tramadol. Harus
dengan resep dokter.
 Obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID).
Obat yang paling sering digunakan untuk meredakan peradangan
dan nyeri terkait. NSAID termasuk aspirin, ibuprofen, naproxen
dan celecoxib.
 Injeksi kortikosteroid intraartikuler.
2. Nonfarmakoterapi
Tujuan utama dari terapi nonfarmakologis berkaitan dengan
mengurangi beban pada sendi yang sakit dan meningkatkan fungsi
mekanisme protektif sendi sehingga dapat mengurangi
pembebanan pada sendi. Beberapa cara yang dilakukan untuk
mengurangi pembebanan sendi antara lain :
 Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dapat
membantu, terutama untuk nyeri punggung karena OA pada
tulang belakang lumbal.
 Olahraga untuk mempertahankan berbagai gerakan dan
memperkuat otot-otot di sekitar sendi. Latihan isometrik
umumnya lebih baik daripada latihan isotonik, karena mereka
meminimalkan ketegangan sendi.
Terapi non obat terdiri dari edukasi, penurunan berat badan, terapi
fisik dan terapi kerja. Pada edukasi, yang penting adalah meyakinkan
pasien untuk dapat mandiri, tidak selalu tergantung pada orang lain.
Walaupun OA tidak dapat disembuhkan, tetapi kualitas hidup pasien
dapat ditingkatkan.
3. Tindakan operatif
Tindakan operasi seperti arthroscopic debridement, joint
debridement, dekompresi tulang, osteotomi, dan artroplasti merupakan
tindakan yang efektif pada penderita dengan OA yang sudah parah.
Tindakan operatif ini dapat menghilangkan nyeri pada sendi OA,
tetapi kadang fungsi senditersebut tidak dapat diperbaiki secara
adekuat, sehingga terapi fisik pre dan pasca operatif harus
dipersiapkan dengan baik.

Gambar 5. Sebelum dan sesudah Arthroplasty

2.4.8 DIAGNOSIS BANDING


1. Rheumatoid Artritis10
Rheumatoid artritis (RA) adalah penyakit autoimun progresif
kronis yang tidak diketahui penyebabnya. Hal ini ditandai dengan
peradangan persisten yang terutama mempengaruhi sendi perifer.
Biasanya dimulai sebagai artritis simetris yang berbahaya dan
memiliki jalur yang tidak dapat diprediksi dan bervariasi, meskipun
rasa sakit dan kecacatan dapat diminimalkan jika kondisi tersebut
diketahui dini dan ditangani dengan segera dan tepat.
RA OA

2. Artritis Gout11
Artritis gout merupakan salah satu penyakit metabolik (metabolic
syndrom) yang terkait dengan pola makan diet tinggi purin dan
minuman beralkohol. Penimbunan kristal monosodium urat (MSU)
pada sendi dan jaringan lunak merupakan pemicu utama terjadinya
keradangan atau inflamasi pada gout artritis. Serangan artritis gout
akut terjadi ditandai dengan nyeri pada sendi yang berat dan biasanya
bersifat monoartikular. Pada 50% serangan pertama terjadi pada
metatarsophalangeal1 (MTP-1) yang biasa disebut dengan podagra.
Semakin lama serangan mungkin bersifat poliartikular dan menyerang
ankle, lutut, pergelangan tangan, dan sendi-sendi pada tangan.

OA GOUT

BAB III
METODOLOGI DAN LOKASI STUDI KASUS

3.1 METODOLOGI
Studi kasus ini menggunakan desain studi Kohort untuk mempelajari
hubungan antara faktor risiko dan efek (penyakit atau masalah kesehatan), dengan
memilih kelompok studi berdasarkan perbedaan faktor risiko. Kemudian melihat
berapa banyak subjek dalam masing-masing kelompok yang mengalami efek
penyakit atau masalah kesehatan untuk melakukan penerapan pelayanan dokter
layanan primer secara paripurna dan holistik.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode
wawancara dan observasi dengan pasien dan keluarganya dengan cara melakukan
home visit untuk mengetahui secara holistik keadaan penderita.

3.2 LOKASI DAN WAKTU STUDI KASUS


3.2.1 Waktu studi kasus
Studi kasus dilakukan pertama kali saat penderita datang berobat di
Puskesmas Sudiang Raya pada tanggal 26 Februari 2019. Selanjutnya
dilakukan home visit untuk mengetahui secara holistik keadaan dari
penderita.
3.2.2 Lokasi Studi Kasus
Studi kasus bertempat di Puskesmas Sudiang Raya Kota Makassar,
Provinsi Sulawesi Selatan.

3.3 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN


3.3.1 Letak Geografis
Puskesmas Sudiang Raya dibangun pada tahun 2003 atas bantuan
Rotary Club of Leiden yang diresmikan pada tanggal 9 Desember 2003 oleh
Walikota Makassar dengan pihak donator. Puskesmas ini memiliki
bangunan seluas 1.300 m2 dengan luas 3.600 m2 serta mempunyai daya
listrik 6.300 watt.
Puskesmas Sudiang Raya terletak di Kelurahan Sudiang Raya
Kecamatan Biringkanaya dengan berbatasan wilayah :
Sebelah utara : Berbatasan dengan kelurahan Pai

Sebelah selatan : Berbatasan dengan kelurahan Paccerakkang

Sebelah barat : Berbatasan dengan kelurahan Bira

Sebelah timur : Berbatasan dengan kelurahan Mandai/Maros

Luas wilayah : 1.459 Ha, terdiri dari 2 kelurahan yakni,

Kelurahan Sudiang Raya : 878 Ha

Kelurahan Daya : 581 Ha

3.3.2 Keadaan Demografis


Data Jumlah Penduduk di Wilayah KerjaPuskesmas Sudiang
Raya Tahun 2016

Kelurahan Jumlah penduduk Jumlah penduduk Jumlah penduduk


laki-laki perempuan

2016 2016 2016

Sudiang Raya 23.808 60.605 64.399

Kel. Daya 6.289 6.607 12.896

Jumlah 30.097 35.359 64.456

Tabel 1. Data Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Sudiang Raya


Tahun 2016

Data Jumlah Kepala Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Sudiang Raya


Periode 2016
Jumlah kepala keluarga ( KK )

KELURAHAN 2016

Sudiang Raya 14.884

Daya 2.436

Jumlah 17.320

Tabel 2. Data Jumlah Kepala Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Sudiang


Raya Periode 2016

Data jumlah RW dan RT di wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya


tahun 2016

Wilayah kerja Tahun

2015

RW RT

Kel. Sudiang Raya 24 123

Kel. Daya 10 37

Tabel 3. Data jumlah RW dan RT di wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya


tahun 2016

Data jumlah Penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur di


wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya tahun 2016
Jumlah Penduduk

Umur (tahun) Laki laki Perempuan

0-4 3.884 3.085

5-9 2.436 3.447

10-14 2.775 2.621

15-19 2.812 2.539

20-24 2.134 3.933

25-29 2.175 3.145

30-34 2.350 2.899

35-39 1.989 1.473

40-44 2.012 1.263

45-49 1.843 1.473

50-54 1.523 1.259

55-59 755 571

>60 579 584

Tabel 4. Data jumlah Penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok


umur di wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya tahun 2016

Jumlah Penduduk

Pendidikan
Laki laki Perempuan

Tidak memiliki ijazah 3.884 3.085

SD/MI 2.436 3.447

SMP/MTs 2.775 2.621

SMA/MA 2.812 2.539

20 2.134 3.933

25-29 2.175 3.145

30-34 2.350 2.899

35-39 1.989 1.473

40-44 2.012 1.263

45-49 1.843 1.473

50-54 1.523 1.259

55-59 755 571

>60 579 584

Data jumlah Penduduk berdasarkan pendidikan yang diperoleh


menurut jenis kelamin wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya tahun
2016

Tabel 5. Data jumlah Penduduk berdasarkan pendidikan yang diperoleh


menurut jenis kelamin wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya tahun 2016

Data jumlah Penduduk berdasarkan pendidikan kegiatan ekonomi di


wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya tahun 2016
Jumlah kepala keluarga ( KK )

PEKERJAAN 2016

PNS 3.025

Pedagang 1.500

Polri/TNI 1.256

Buruh 5.567

Tabel 6. Data jumlah Penduduk berdasarkan pendidikan kegiatan ekonomi di


wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya tahun 2016

Data jumlah Penduduk berdasarkan agama di wilayah kerja Puskesmas


Sudiang Raya tahun 2016

Jumlah kepala keluarga ( KK )

AGAMA 2016

Islam 50.259

Protestan 10.082

Katholik 5.288

Hindu 66

Tabel 7. Data jumlah Penduduk berdasarkan agama di wilayah kerja Puskesmas


Sudiang Raya tahun 2016

3.3.3 Tenaga Kesehatan


Sarana kesehatan milik Pemerintah, Swasta dan partisipasi
masyarakat yang terdapat dalam wilayah kerja Puskesmas Sudiang
Raya turut berperan dalam peningkatan status derajat kesehatan
masyarakat dalam wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya.
Jumlah tenaga kesehatan yang terdapat di Puskesmas
Sudiang Raya tahun 2015 sebanyak 44 orang dengan berbagai
spesifikasi, yang terdiri dari :
- Dokter Umum : 2 orang
- Dokter Gigi : 2 orang
- Perawat : 15 orang
- Bidan : 4 orang
- Sanitarian : 1 orang
- Nutrisionis : 2 orang
- Pranata Laboratorium : 1 orang
- Apoteker : 1 orang
- Asisten Apoteker : 1 orang
- Perawat Gigi : 3 orang
- Rekam Medik : 4 orang
- Sarjana Kesehatan Masyarakat : 3 orang
- Security : 1 orang
- Cleaning service : 2 orang
- Sopir : 1 orang
- Manajemen : 1 orang

3.3.4 Struktur Organisasi


Struktur Organisasi Puskesmas Sudiang Raya berdasarkan
Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar Nomor :
800/1682/SK/IV/2010 Tanggal 21 April 2010 terdiri atas :
 Kepala Puskesmas
 Kepala Subag Tata Usaha
 Unit Pelayanan Teknis Fungsional Puskesmas
 Unit Kesehatan Masyarakat
 Unit Kesehatan Perorangan
 Unit Jaringan Pelayanan Puskesmas
 Unit Puskesmas Pembantu ( Pustu )
 Unit Puskesmas Keliling ( Puskel )
 Unit Bidan Komunitas

Gambar 3. Struktur Organisasi Puskesmas Sudiang Raya

3.3.5 Visi Dan Misi Puskesmas


Visi Puskesmas Sudiang Raya
Mewujudkan Puskesmas Sudiang Raya yang bermutu
menuju masyarakat sehat
Misi Puskesmas Sudiang Raya
- Meningkatkan pelayanan yang cepat, tepat, dan terjangkau
- Meningkatkan sarana dana prasarana yang memadai untuk
menciptakan pelayanan yang lebih baik
- Meningkatkan peran aktif masyarakat dan lintas sector
- Memberikan pelayanan tanpa diskriminasi

3.3.6 Upaya Kesehatan


Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data yang
dilakukan oleh Puskesmas Sudiang Raya, didapatkan hasil tentang
10 besar penyakit terbanyak dari kunjungan pasien ke Puskesmas
Sudiang Raya. Penyakit-penyakit tersebut adalah Common Cold,
Dyspepsia, Hipertensi, Artritis, Luka, Dermatitis, Faringitis,
Diabetes Melitus Tipe 2, Diare, ISPA.
Upaya kesehatan di Puskesmas Sudiang Raya terbagi atas 2
upaya Kesehatan yaitu:
Upaya Kesehatan Wajib, meliputi :
1. Upaya Promosi Kesehatan ( Promkes )
2. Upaya Kesehatan Lingkungan ( Kesling )
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ) dan Keluarga
Berencana (KB)
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat.
5. Upaya Pencegahan Penyakit Menular ( P2M )
6. Upaya Pengobatan
Upaya Kesehatan Pengembangan, meliputi :
1. Upaya Kesehatan Sekolah
2. Upaya Kesehatan Olahraga
3. Upaya Kesehatan kerja
4. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
5. Upaya Kesehatan Jiwa
6. Upaya Kesehatan Usia lanjut

3.3.7 Alur Pelayanan


Pasien Datang

Loket Pendaftaran

Kartu Berobat

Tidak Membawa Membawa

Registrasi Pasien Menunjukkan Kartu

Dibuatkan Rekam Mencari Rekam


Medis yang Sesuai medis yang sesuai
Registrasi Pasien

Pasien Menuju ruang tunggu dan


menunggu panggilan dari poli yang
ingin dituju

Laboratorium
Pasien diperiksa oleh dokter
Rujukan
dan menuliskannya pada
rekam medis
Kamar Tindakan

Apotek

Pasien Pulang

Gambar 4. Alur Pelayanan

3.3.8 Hasil Kegiatan


Sepuluh penyakit umum terbanyak yang tercatat di Puskesmas
Sudiang Raya di bulan Januari tahun 2019 adalah:
1. CC : 131 Kasus
2. Dyspepsia : 126 Kasus
3. Hipertensi : 119 Kasus
4. Artritis : 116 Kasus
5. Luka : 106 Kasus
6. Dermatitis : 101 Kasus
7. Faringitis : 85 Kasus
8. Diabetes : 79 Kasus
9. Diare : 73 Kasus
10. ISPA : 63 Kasus

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Hasil Studi Kasus

Identitas Pasien
Nama Penderita : Tn.B
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 06 Februari 1962 (57 tahun)
Alamat : Jl. Rudal I Blok B 19
Tanggal Pemeriksaan : 26-02-2019
Anamnesis : Autoanamnesis
Keluhan Utama
Nyeri pada lutut
Anamnesis Terpimpin
Pasien laki-laki berumur 57 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan
nyeri pada kedua lutut sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya nyeri hanya pada lutut
kanan namun lama kelamaan lutut kiri juga nyeri. Nyeri memberat terutama bila
digerakkan saat berjalan dan membaik saat istirahat. Pasien merasa lututnya
berbunyi saat berjalan. Riwayat keluhan yang sama sejak 3 tahun yang lalu,
setelah pasien pensiun dari pekerjaannya sebagai TNI. Keluhan lain demam (-),
nyeri kepala (-), batuk (-), batuk darah (-), sesak nafas (-), nyeri dada (-), riwayat
sesak dan nyeri dada sebelumnya (-), mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-),
riwayat nyeri ulu hati (-), nafsu makan biasa. Buang air besar saat ini lancar 2 kali
sehari berwarna kuning konsistensi lunak. Buang air kecil lancar berwarna kuning
jernih. Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga (-).
Riwayat DM tidak ada. Riwayat DM pada keluarga tidak ada. Riwayat jika
mendapatkan luka sukar sembuh tidak ada.
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat penyakit jantung (-), Riwayat penyakit jantung pada keluarga (-)
Riwayat batuk lama (-), Riwayat OAT (-)
Riwayat minum obat diuretik (-)
Riwayat minum kopi (-)
Riwayat merokok (-)
Riwayat penyakit maag (-)
Riwayat minum minuman beralkohol (-)
Riwayat penyakit kuning (-)
Riwayat benjolan (-)

Pemeriksaan Fisik
 Status Present:
Sakit Sedang/Gizi Lebih/ Compos mentis
BB= 70 kg; TB= 165 cm; LLA=22 cm; IMT=25,71 kg/m2 (obesitas 1)
 Tanda Vital:
Tensi : 130/80 mmHg
Nadi : 77 kali/ menit (Reguler, kuat angkat)
Pernapasan : 20 kali/ menit (Thoraco abdominal)
Suhu : 36,5oC (axilla)
 Kepala:
Ekspresi : Normal
Simetris Muka : Simetris kiri dan kanan
Deformitas : (-)
Rambut : Hitam, lurus, sulit dicabut
 Mata:
Eksoptalmus/ Enoptalmus : (-)
Gerakan : Kesegala arah
Tekanan Bola Mata : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kelopak Mata : Edema palpebra (-), ptosis (-)
Konjungtiva : Anemis (-)
Sklera : Ikterus (-)
Kornea : Jernih, reflex kornea (+)
Pupil : Bulat, isokor, 2,5mm/2,5mm, RCL +/+,
RCTL +/+
 Telinga:
Tophi : (-)
Pendengaran : Tidak ada kelainan
Nyeri Tekan di Proc. Mastoideus : (-)
 Hidung:
Perdarahan: (-)
Sekret : (-)
 Mulut:
Bibir : Kering (-), stomatitis (-)
Gigi Geligi : Karies (-)
Gusi : Candidiasis oral (-), perdarahan (-)
Farings : Hiperemis (-)
Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)
Lidah : Kotor (-)
 Leher:
Kel. Getah Bening : Tidak teraba, nyeri tekan (-)
Kel. Gondok : Tidak ada pembesaran, nyeri tekan (-)
DVS : R+2 cmH2O
Pembuluh Darah : Bruit (-)
Kaku Kuduk : (-)
Tumor : (-)
 Dada:
- Inspeksi : Simetris hemithoraks kiri dan kanan
- Bentuk : Normothoraks
- Pembuluh Darah : Bruit (-)
- Buah Dada : Tidak ada kelainan
- Sela Iga : Tidak ada pelebaran
- Lain-lain : Barrel chest (-), pigeon chest (-)

 Paru:
o Palpasi:
 Fremitus Raba : Kiri = Kanan
 Nyeri Tekan : (-)
o Perkusi:
 Paru Kiri : Sonor
 Paru Kanan : Sonor
 Batas Paru Hepar : ICS V-VI anteriordextra
 Batas Paru Belakang Kanan :Vertebra thorakal X dextra
 Batas Paru Belakang Kiri :Vertebra thorakal XI sinistra
o Auskultasi:
 Bunyi Pernapasan :Vesikuler
 Bunyi Tambahan :
Ronkhi - - Wheezing - -
- - - -
- - - -
 Jantung:
o Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
o Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
o Perkusi : Pekak, batas jantung kesan normal (batas jantung
kanan:linea parasternalis dextra, batas jantung kiri: linea
midclavicularis sinistra)
o Auskultasi :
 BJ I/II : Murni reguler
 Bunyi Tambahan : Bising (-)
 Abdomen:
o Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
o Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan epigastrik (-)
 Hati : Tidak teraba
 Limpa : Tidak teraba
 Ginjal : Ballotement (-)
 Lain-lain : Kulit tidak ada kelainan
o Perkusi : Timpani (+) , Shifting dullness (-)
o Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
 Alat Kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Anus dan Rektum : Tidak ada kelainan
 Punggung : Skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
o Palpasi : Gibbus (-)
o Nyeri Ketok : (-)
o Auskultasi : Rh -/- Wh -/-
o Gerakan : Dalam batas normal
 Ekstremitas
- Pembesaran pada lutut kanan, krepitasi lutut kanan (+)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : Kolesterol 172
Asam Urat 7,2
Diagnosis
Osteoartritis Genu+ Hiperurichemia
Penatalaksanaan Awal dan Edukasi
A. Medikamentosa
- Natrium diklofenat 25mg/12jam/oral
- Allopurinol 300mg /24jam/oral
- Vit B komples/12jam/oral
B. Non-medikamentosa
- Menurunkan berat badan dengan diet rendah kalori dan berpuasa
senin kamis.
- Mengurangi aktivitas berat yang membebani lutut
- Menghindari benturan pada lutut
- Olahraga ringan ( senam 3 kali seminggu selama 30 menit)
Anjuran Pemeriksaan
- Kontrol Darah Rutin
- Foto Radiologi
Prognosis
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Functionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam

Pendekatan Holistik
Profil Keluarga
Pasien Tn.B adalah kepala keluarga. Tn.B tinggal bersama istrinya dan 2
anak. Pekerjaan sehari-hari Tn.B adalah memelihara ayam, shalat di masjid,
karena beliau pensiunan tentara.

Karakteristik Demografi Keluarga


- Identitas kepala keluarga : Tn. B
- Identitas pasangan : Ny. N
- Alamat :Jl. Rudal I Blok B 19
- Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah

Status Jenis
No Nama Usia Pendidikan Pekerjaan
Keluarga Kelamin
Kepala Pensiunan
1 Tn. B Laki- laki 57 tahun Tentara
keluarga Tentara

2 Ny.N Istri Perempuan 50 tahun SMA IRT

3. Nn. L Anak 1 Perempuan 23 tahun S1 Mahasiswi

4. Nn. A Anak 2 Perempuan 20 S1 Mahasiswi

Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup


Keadaan Rumah Pasien di Jl. Rudal I Blok B 19
Status kepemilikan rumah: Milik Sendiri
Daerah perumahan : Padat
Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan
Luas rumah : 10 x 8 m2 (2 lantai) Keluarga Tn.B tinggal di rumah
Jumlah penghuni dalam satu rumah : 4 dengan kepemilikian rumah pribadi.
orang Tn.B tinggal dalam rumah yang
Luas halaman rumah : 3 x 8 m2 sedang dengan lingkungan rumah
Lantai rumah dari : tegel yang cukup padat dan ventilasi yang
Dinding rumah dari : tembok dan papan cukup memadai dan dihuni oleh 4
Jamban keluarga : ada dua orang. Dengan penerangan listrik
Tempat bermain : tidak ada 1200 watt. Air PDAM sebagai
Penerangan listrik : 1200 watt sarana air bersih keluarga.
Ketersediaan air bersih : ada
Tempat pembuangan sampah : ada

Kepemilikan Barang-Barang Berharga


Keluarga Tn.B memiliki beberapa barang elektronik di rumahnya antara
lain yaitu, satu buah televisi yang terletak di ruang tamu, kipas angin di kamar
tidur, satu buah rice cooker, kulkas dan satu buah dispenser di dapur.

Penilaian Perilaku Kesehatan


- Jenis tempat berobat : Puskesmas
- Asuransi / Jaminan Kesehatan : BPJS

Pola Konsumsi Keluarga


Menu makanan sehari-hari keluarga ini bervariasi. Menu makanan yang
biasa dihidangkan istri dari Tn.B terdiri dari nasi, sayur, dan lauk yang digoreng
yang biasanya dimasak sendiri. Sayur yang dikonsumsi cukup bervariasi antara
lain sayuran hijau, terutama kangkung dan bayam baik direbus atau ditumis dan
jarang mengonsumsi buah. Lauk yang dihidangkan bervariasi seperti ayam, ikan,
telur, tahu maupun tempe. Untuk buah-buahan sangat jarang dikonsumsi oleh
keluarga ini. Pola makan keluarga ini tiga kali sehari, terdiri dari sarapan pagi,
makan siang dan makan malam, diantaranya terkadang keluarga ini
mengkonsumsi gorengan yang dibeli sebagai cemilan. Di dalam sehari, Tn. B
memiliki kebiasaan makan sebanyak tiga sampai empat kali sehari.

Pola Dukungan Keluarga


a. Faktor Pendukung Terselesaikannya Masalah Dalam Keluarga
Pasien memiliki anak dan istri yang membantu pasien dalam melakukan
kegiatan sehari-hari.
b. Faktor Penghambat Terselesaikaanya Masalah Dalam Keluarga
Di antara yang merupakan faktor penghambat terselesaikannya masalah
dalam keluarga yaitu kurangnya pengetahuan keluarga mengenai penyakit
yang diderita pasien sehingga tidak ada upaya pencegahan faktor penyebab
Osteoartritis, disertai dukungan gaya hidup sehat yang kurang dari
keluarga.

Fungsi Fisiologis (Skor APGAR)


Fungsi fisiologis adalah suatu penentu sehat tidaknya suatu keluarga yang
dikembangkan oleh Rosan, Guyman dan Leyton, dengan menilai 5 Fungsi pokok
keluarga, antara lain:
- Adaptasi : Tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang
dibutuhkan.
- Partnership : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap komunikasi dalam
mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah.
- Growth : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang
diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan kedewasaan semua
anggota keluarga.
- Affection : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta
interaksi emosional yang berlangsung.
- Resolve : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam
membagi waktu, kekayaan dan ruang atas keluarga.
Penilaian:
Hampir Selalu = skor 2
Kadang-kadang = skor 1
Hampir tidak pernah = skor 0
Total Skor:
8-10 = Fungsi keluarga sehat
4-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
0-3 = Fungsi keluarga sakit

Penilaian Fungsi Fisiologis (APGAR) Keluarga Penderita


Penilaian
Hampir
No. Pertanyaan Hampir Kadang-
Tidak
Selalu Kadang
(2) Pernah
(1)
(0)
1. Adaptasi
Apakah keluarga anda selalu

menemani anda ketika berobat dan
kontrol perihal penyakit yang anda
derita?
2. Partnership (Kemitraan)
Jika Anda merasa kesakitan akibat
penyakit yang anda derita, apakah ada

anggota keluarga yang selalu merawat
anda dan membantu memberikan anda
obat penghilang nyeri?

No. Pertanyaan Penilaian


Hampir
Hampir Kadang-
Tidak
Selalu Kadang
(2) Pernah
(1)
(0)
3. Growth (Pertumbuhan)
Jika Anda tidak bisa membantu
melakukan pekerjaan rumah seperti

mengangkat berat karena keterbatasan
anda akibat penyakit yang anda derita,
apakah istri dan anak anda mau
mengerti dengan anda?
4. Affection (Kasih Sayang)
Jika Anda merasa cemas akibat
penyakit anda, apakah anggota

keluarga yang lain selalu
mendampingi Anda dalam mengatasi
kecemasan tersebut?
5. Resolve (Kebersamaan)
Anda disarankan untuk mengurangi
konsumsi makanan berlebihan karena
dapat meningkatkan berat badan. √
Apakah anggota keluarga yang lain
mengkonsumsi menu yang sama dan
makan bersama?
Total Skor 6

Dari tabel APGAR diatas total Skor adalah 6 ini menunjukkan Fungsi keluarga
kurang sehat.

Fungsi Patologis (SCREEM)


Aspek sumber daya patologi
- Sosial:
Pasien baik dalam bermasyarakat dengan tetangga.
- Cultural:
Pasien adalah orang Indonesia (Makassar) yang makanan pokoknya
adalah nasi dimana makannya tidak sah jika tidak memakan nasi,
sehingga kalori yang dikonsumsi sangat tinggi. Selain itu Makassar juga
terkenal dengan makanan tradisionalnya yang banyak mengandung tinggi
glukosa dan tinggi lemak seperti coto dan pallubasa yang dapat
meningkatkan berat badan.
- Religious:
Keluarga pasien rajin melakukan sholat 5 waktu di masjid dan puasa di
bulan Ramadhan.
- Economy:
Keluarga pasien merasa kebutuhan ekonomi belum tercukupi karena
anaknya masih kuliah.
- Education:
Tingkat pendidikan tertinggi di keluarga pasien yaitu S1
- Medication:
Pasien dan keluarga menggunakan sarana pelayanan kesehatan dari
puskesmas dan memiliki asuransi kesehatan BPJS.

Genogram (Fungsi Genogram)


Dalam keluarga pasien hanya pasien yang menderita Osteoartritis

Keterangan :
: Keluarga Tn. B
: Laki-laki normal
: Wanita normal
: Laki-laki Osteoartritis

a. Bentuk Keluarga
Bentuk keluarga ini adalah Nuclear Family yaitu keluarga yang terdiri atas
ayah, ibu dan anak-anak. Pasien sehari-hari melakukan aktivitas dalam
rumah.
b. Hubungan Anggota Keluarga
Tn.B dan Ny. N merupakan pasangan suami istri dengan dua orang anak.
Hubungan antara anggota keluarga cukup baik, mereka sering berkumpul
dan berkomunikasi.

Pembahasan
Diagnosis pada pasien ini adalah Osteoartritis, didapatkan berdasarkan
anamnesis secara holistik yaitu, aspek personal, aspek klinik, aspek risiko internal,
dan aspek risiko eksternal serta pemeriksaan penunjang dengan melakukan
pendekatan menyeluruh dan pendekatan diagnostik holistik.

Analisa Kasus
Tabel Pendekatan Kedokteran Keluarga Pada Pasien post Osteoartritis.
Skor Resume Hasil Skor
Masalah Upaya Penyelesaian
Awal Akhir Perbaikan Akhir
Faktor biologis
- Osteoartritis 2 - Edukasi mengenai -Terselenggara 4
merupakan penyakit penyuluhan
penyakit osteoartritis dan -Keluarga
degeneratif pencegahannya memahami bahwa
yang melalui penyuluhan penyakit
dipengaruhi gaya hidup sehat Osteoartritis
oleh umur, yaitu tidak memerlukan
jenis kelamin, merokok, tidak perhatian terhadap
ras, genetik, melakukan aktivitas faktor risiko
merokok, berat, menghindari terutama obesitas
trauma, hal yang -Keluarga mau
pekerjaan, mengakibatkan menerapkan gaya
kebiasaan benturan pada lutut, hidup sehat dengan
olahraga dan melakukan olahraga mengonsumsi
obesitas. ringan seperti makanan rendah
senam aerobik kalori dan mulai
tanpa membebani berpuasa senin
tubuh selama 30 kamis
menit sehari tiga
kali seminggu, dan
yang terpenting
adalah menurunkan
berat badan dengan
mengonsumsi
makanan yang
rendah kalori dan
rajin berpuasa senin
kamis.
Faktor ekonomi
dan pemenuhan
kebutuhan 4 - Motivasi mengenai - Keluarga 4
- Kondisi perlunya memiliki menyisihkan
ekonomi tabungan pendapatan untuk
cukup baik tabungan
tapi tidak 3 - Mengingatkan - Memiliki rasa 4
memiliki untuk tetap Tawakkal kepada
tabungan bertawakkal kepada Allah, dan
Allah, dan yakinkan menjalin hubungan
- Kehidupan bahwa semua akan yang baik dengan
sosial dengan baik-baik saja. Serta tetangga
lingkungan tetap menjaga
cukup baik silaturahmi dengan
tetangga.
Faktor perilaku
kesehatan
- Pasien tidak 2 - Edukasi tentang - Pasien mulai 5
patuh atas pentingnya mengurangi
edukasi dokter menurunkan berat mengonsumsi
untuk badan agar beban makanan secara
menurunkan lutut bisa berkurang berlebihan dan
berat badan sehingga rasa nyeri mulai berpuasa
dapat berkurang senin kamis
Faktor
Psikososial - Menyarankan - Anggota keluarga 5
- Kurangnya 4 kepada anggota bersedia memberi
perhatian keluarga untuk perhatian lebih
keluarga lebih perhatian kepada pasien
pasien dengan kondisi
terhadap pasien
penyakit yang
diderita pasien - Memotivasi pasien - Pasien termotivasi 4
- Kekhawatiran 3 serta meyakinkan untuk semangat
penderita yang pasien untuk dapat dan tetap
berlebihan mandiri, tidak selalu beraktivitas sesuai
terhadap tergantung pada kemampuannya
penyakitnya orang lain karena
karena takut walaupun OA tidak
akan dapat disembuhkan,
mengalami tetapi kualitas hidup
kelumpuhan pasien dapat
sehingga ditingkatkan.
cukup jarang
beraktivitas
Total Skor 15 26
Rata-rata Skor 2,5 4,3

Skor 1 : Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi.


Skor2 : Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tidak ada sumber
(hanya keinginan), penyelesaian masalah dilakukan
sepenuhnyaoleh provider.
Skor 3 : Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang
belum dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagian
besar oleh provider.
Skor 4 : Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih tergantung
pada upaya provider.
Skor 5 : Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga

Diagnosis Holistik, Tanggal Intervensi, dan Penatalaksanaan Selanjutnya


Pertemuan ke 1 : 26 Februari 2019
Saat kedatangan yang pertama dilakukan beberapa hal yaitu :
1. Memperkenalkan diri dengan pasien.
2. Menjalin hubungan yang baik dengan pasien.
3. Menjelaskan maksud kedatangan dan meminta persetujuan pasien
4. Menganamnesa pasien, mulai dari identitas sampai riwayat psiko-sosio-
ekonomi dan melakukan pemeriksaan fisik.
5. Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan dan mempersiapkan alat
yang akan dipergunakan.
6. Memastikan pasien telah mengerti tujuan prosedur pemeriksaan.
7. Meminta persetujuan pemeriksaan kepada pihak pasien.
8. Membuat diagnosis holistik pada pasien.
9. Mengevaluasi pemberian penatalaksanaan farmakologis

Anamnesis Holistik
a. Aspek Personal
Pasien datang ke Puskesma Sudiang Raya dengan harapan mendapat terapi
yang baik dan dapat sembuh dari penyakit yang dideritanya saat ini agar bisa
beraktifitas seperti sedia kala.
b. Aspek Klinik
Pasien laki-laki berumur 57 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan
nyeri pada kedua lutut sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya nyeri hanya pada lutut
kanan namun lama kelamaan lutut kiri juga nyeri. Nyeri memberat terutama bila
digerakkan saat berjalan dan membaik saat istirahat. Pasien merasa lututnya
berbunyi saat berjalan. Riwayat keluhan yang sama sejak 3 tahun yang lalu,
setelah pasien pensiun dari pekerjaannya sebagai TNI. Status gizi pasien adalah
obesitas 1 dengan IMT =25,71 kg/m2
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang,
didapatkan diagnosis Osteoartritis.

c. Aspek Faktor Risiko Internal


Dari usia, jenis kelamin, dan obesitas pasien memiliki risiko terkena
osteoartritis. Pasien kurang menerapkan pola hidup sehat berupa diet rendah
kalori sehingga pasien kesulitan menurunkan berat badannya.
d. Aspek Faktor Risiko Eksternal
Kurangnya pengawasan dari keluarga yang tinggal dalam satu rumah.
Keluarga pasien jarang mengontrol makanan yang dikonsumsi pasien. Keluarga
tidak tegas dalam mengingatkan pasien untuk mengurangi makanan yang
memperberat penyakitnya.
e. Aspek Fungsional
Tn.B selalu berada di rumah karena pasien adalah pensiunan tentara. Pasien
memelihara ayam di rumah dan berusaha membantu istrinya mengerjakan
pekerjaan rumah. Namun akibat penyakitnya pasien tidak dapat membantu
istrinya untuk mengerjakan pekerjaan berat mengangkat galon dan menaiki tangga
untuk menjemur cucian.
f. Derajat Fungsional
Derajat 2 yaitu pasien memiliki sedikit kesulitan.
g. Rencana Pelaksanaan
Pertemuan ke-1:
Rumah pasien Jl. Rudal I Blok B 19 tanggal 26 Februari 2019 pukul 11.00
WITA.

Anamnesis Holistik Pasien Osteoartritis


Hasil yang
Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Biaya Ket.
diharapkan
Aspek Memberikan edukasi Pasien Pada Pasien dapat Tidak Tidak
personal kepada pasien mengenai saat sadar dan ada menolak
penyakit Osteoartritis kunjung mengerti
dan komplikasi serta an akan
memberikan informasi rumah pentingnya
mengenai perkembangan pola hidup
penyakitnya. sehat
Aspek Memberikan obat Pasien Pada Keluhan Tidak Tidak
klinik Osteoartritis untuk saat yang ada menolak
mengontrol serangan kunjun dirasakan
penyakit dan untuk gan pasien
mengurangi gejala rumah berkurang
Aspek Menganjurkan pasien Pasien Pada Berat badan Tidak Tidak
risiko untuk menurunkan berat saat berkurang. ada menolak
internal badan dengan kunjun Keluhan
mengajarkan diet rendah gan berkurang
kalori agar berat badan rumah
pasien bisa berkurang.
Aspek Menganjurkan keluarga Keluarga Pada Keluarga Tidak Tidak
risiko selalu memberi saat memberi ada menolak
external dukungan kepada kunjun perhatian
pasien agar selalu gan dan
menjaga kesehatannya rumah dukungan
dan selalu tegas lebih kepada
mengingatkan pasien pasien dan
untuk menurunkan pasien lebih
berat badan dengan diet termotivasi
rendah kalori. untuk
menurunkan
berat badan
Aspek Menganjurkan untuk Pasien Pada Agar Tidak Tidak
fungsio rajin melakukan saat kondisi ada menolak
nal fisioterapi serta kunjun tubuh selalu
menghindari hal-hal gan sehat dan
yang bisa mencederai rumah bugar, agar
pasien. nyeri lutut
pasien bisa
berkurang

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum baik, Tanda Vital: Tekanan Darah: 130/80 mmHg, Nadi :
77 x/menit, Pernapasan : 20 x/menit, Suhu : 36,5oC. Tampak kelemahan pada
kedua kaki. Sensibilitas pada keempat ekstremitas normal.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : Kolesterol 127 mg/dl
Asam Urat 7,2 mg/dl
Diagnosis Holistik
- Diagnose Klinis:
Diagnosis pada pasien ini adalah Osteoartritis, didapatkan berdasarkan
anamnesis secara holistik yaitu, aspek personal, aspek klinik, aspek risiko
internal, dan aspek risiko eksternal serta pemeriksaan penunjang dengan
melakukan pendekatan menyeluruh dan pendekatan diagnostik holistik.
Menurut Bambang (2003) menyatakan bahwa untuk diagnosis Osteoartritis
digunakan klasifikasi dari American College of Rheumatology. Pasien
positif Osteoartritis bila mengalami nyeri sendi dengan minimal 3 dari 6
kriteria berikut.
a. Umur >40 tahun
b. Kaku pagi < 30 menit
c. Krepitasi
d. Nyeri tekan
e. Pembesaran tulang
f. Tidak panas pada perabaan.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan secara kedokteran keluarga pada pasien ini meliputi pencegahan


primer, pencegahan sekunder (terapi untuk pasien dan keluarga pasien)

1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer diperlukan agar orang sehat tidak menderita penyakit
Osteoartritis antara lain:
- Menurunkan berat badan
- Mengontrol kesehatan
- Mengatur pola makan
- Mengontrol diet
2. Pencegahan Sekunder
a. Pengobatan Farmakologi
- Natrium diklofenak 25mg/12jam/oral
- Allopurinol 300mg/24jam/oral
- Vit B kompleks /24 jam/oral
b. Pengobatan Non Farmakologi
- Menurunkan berat badan
- Mengurangi aktivitas berat yang membebani lutut
- Menghindari benturan pada lutut
- Olahraga ringan ( senam 3 kali seminggu selama 30 menit)

Terapi Untuk Keluarga


Terapi untuk keluarga hanya berupa terapi non farmakologi terutama yang
berkaitan dengan emosi, psikis dan proses pengobatan pasien. Dimana anggota
keluarga diberikan pemahaman agar bisa memberikan dukungan dan motivasi
kepada pasien diet rendah kalori agar berat badannya bisa berkurang. Selain itu
apabila kita kembali mengingat bahwa silsilah keluarga ini dengan resiko penyakit
metabolik yang tinggi sehingga penting mengingatkan ke anggota keluarga untuk
menjaga pola makan serta melakukan kebiasaan hidup yang sehat dan menjaga
berat badan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN
Dari studi kasus yang telah dilakukan, dapat diarik kesimpulan sebagai
berikut:
- Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosis
klinis pasien yaitu Osteoartritis Genu.
- Dari aspek psikososial dapat diidentifikasi kurangnya kesadaran akan
pentingnya menurunkan berat badan untuk mengurangi progresifitas
penyakitnya. Kurangnya perhatian keluarga pasien terhadap penyakit
yang diderita pasien. Serta kekhawatiran penderita yang berlebihan
terhadap penyakitnya
- Prinsip kedokteran keluarga yang memandang pasien secara holistik
harus senantiasa dijalankan dalam praktik sehari-hari karena ternyata
banyak faktor baik dari internal maupun eksternal pasien yang dapat
memengaruhi perjalanan suatu penyakit.
- Faktor-faktor risiko osteoartitis pada pasien terbagi menjadi faktor yang
dapat diubah dan tidak dapat diubah. Faktor yang tidak dapat diubah
yaitu, umur, jenis kelamin, dan ras. Sedangkan faktor yang dapat
diubah yaitu obesitas, aktivitas fisik dan olahraga.
- Dengan mengetahui faktor-faktor resiko yang ada, maka pencegahan
dapat dilakukan dengan diet rendah kalori untuk menurunkan berat
badan, mengurangi aktifitas fisik yang berlebihan agar tidak
memperberat kerja sendi lutut, dan melakukan senam dapat membantu
mengurangi gejala.

5.2. SARAN
Dari beberapa masalah yang dapat ditemukan pada Tn. B, maka disarankan
untuk:
- Menyarankan pasien untuk menurunkan berat badan dengan diet rendah
kalori dan rajin berpuasa.
- Menyarankan pasien untuk mengurangi aktivitas fisik berlebihan dan rajin
senam 3 kali seminggu selama 30 menit
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit
osteoartritis serta komplikasi yang ditimbulkan jika tidak rutin mengontrol
penyakitnya di Puskesmas.
- Menyarankan kepada keluarga untuk selalu memberi perhatian dan
dukungan lebih kepada pasien dan pasien lebih termotivasi untuk sembuh.

DAFTAR PUSTAKA
1. David, T. 2006. Osteoartritis of the knee. The New England Journal of
Medicine.
2. Joewono Soeroso. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III ed. VI.
Jakarta: Interna Publishing
3. Todd P Stitik. Osteoartritis. Department of Physical Medicine and
Rehabilitation. UMDNJ. 2010;(2)
4. Sudoyo AW, Setiyohadi B. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed.
Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI;2006.p.1195-201
5. Amilia Bunga. 2011. Gambaran Penderita Osteoartritis di Bagian Bedah
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Riau:FKUNILA
6. Sun BH, Wu CW. New Developments in Osteoartritis. Rheuma Dis Clin
North Am. 2007;33:135-48
7. Kevi R. Vincen. 2013. The Pathophysiology of Osteoartritis: A
Mechanical Perspective on THE knee Joint.University of Florida
Gainesville, FL, USA: National Institutes of Health
8. Helmi, Zairin N. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta:
Salemba medika.
9. Fauci, Anthony S, et al. 2012. Osteoartritis. Dalam : Harrison’s
Principles Of Internal Medicine Eighteenth Edition. The McGraw-Hill
Companies.
10. International Assosiation For the Study of Pain. 2009. Global year Againts
Muskuloskeletal Pain. Rheumatoid Artritis.
11. Widyanto, Fendy W. 2017. Artritis Gout dan Perkembangannya. Blitar :
RS Aminah. (e-journal)

LAMPIRAN
Tampak Depan Rumah Pasien

Ruang keluarga

Kondisi Dapur, Tempat Cuci Piring, dan WC


Penjelasan kepada Pasien Mengenai Penyakitnya

Leaflet Edukasi

Anda mungkin juga menyukai