Collaborative Governance Dalam Penanggulangan Dampak Limbah Minyak Di Laut Bintan
Collaborative Governance Dalam Penanggulangan Dampak Limbah Minyak Di Laut Bintan
Collaborative Governance Dalam Penanggulangan Dampak Limbah Minyak Di Laut Bintan
USULAN PENELITIAN
PUTRI AZHURA
( NIM : 170563201029 )
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1. Latar Belakang................................................................................................1
2. Rumusan Masalah...........................................................................................9
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................9
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................10
1.4.1 Manfaat Teoritis....................................................................................10
1.4.2 Manfaat Praktis......................................................................................10
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................9
2.1 Tinjauan Pustaka............................................................................................9
2.2 Kerangka Teori.............................................................................................12
2.1.1 Governance............................................................................................12
2.1.2 Collaborative Governance....................................................................14
2.1.3 Hambatan dalam Collaborative Governance........................................21
2.3 Kerangka Pemikiran.....................................................................................25
2.4 Definisi Konsep............................................................................................26
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................28
3.1 Pendekatan Penelitian...................................................................................28
3.2 Objek dan Lokasi Penelitian.........................................................................29
3.3 Fokus Penelitian...........................................................................................29
3.4 Sumber Data.................................................................................................30
3.5 Teknik Pengumpulan Data...........................................................................31
3.6 Informan.......................................................................................................32
3.7 Teknik Analisa Data.....................................................................................33
3.8 Jadwal Penelitian..........................................................................................34
DAFTAR REFERENSI......................................................................................36
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Informan................................................................................................32
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian...................................................................................35
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Grafik Limbah Minyak......................................................................4
Gambar 2.1 Aktor Governance.............................................................................13
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran..........................................................................25
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
terbesar diantaranya adalah pulau papua, sumatra, kalimantan, sulawesi dan jawa.
sumatra terdiri dari 11 provinsi, salah satunya adalah provinsi Kepulauan Riau.
Bangka Belitung dan Jambi di sebelah selatan, Negara Singapura, Malaysia dan
kota, 52 kecamatan serta 199 kelurahan/desa dengan jumlah 2.40 pulau besar, dan
kecil 30% belum bernama dan berpenduduk. Adapun luas wilayahnya sebesar
Kepulauan Riau merupakan satu kawasan lintas batas dan jalur perdagangan
dunia, dengan letaknya yang strategis Kepulauan Riau rentan akan permasalahan
lingkungan hidup. Manusia dan lingkungan pada hakekatnya ibarat satu bangunan
yang saling membutuhkan satu dengan yang lain, manusia amat bergantung pada
Lingkungan hidup adalah sebuah kesatuan ruang dengan segala benda dan
1
2
makhluk hidup yang lainnya yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 32
adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
tentu saja bukan hanya pemerintah saja yang wajib memelihara dan menjaga
lingkungan sekitarnya, tetapi yang lebih penting yaitu masyarakat, sektor swasta,
dan aparat penegak hukum yang juga harus ikut berperan aktif dalam melindungi
Pencemaran laut menjadi salah satu masalah lingkungan saat ini dan
lingkungan laut salah satunya yaitu kapal-kapal yang membuang limbah minyak
di perairan.
limbah minyak hitam (sludge oil) karena berbatasan langsung dengan Negara
tetangga. Permasalahan limbah minyak hitam ini berawal dari akibat limbah
minyak yang dibuang oleh kapal-kapal yang melewati perairan Internasional yang
utara limbah minyak tersebut akan terbawa arus masuk ke perairan Kabupaten
Pada tahun 2017 total limbah mencapai 19,1 ton dan pada tahun 2018 total
limbah semakin meningkat menjadi 41,6 ton. Pembuangan limbah masih terus-
minggu kedua januari sudah terkumpul 3,5 ton limbah minyak. Dan pada
November 2019 hingga Januari 2020 sudah ada sekitar 33,4 ton limbah minyak
yang sudah terkumpul. Berdasarkan data limbah yang telah dijabarkan, dapat di
45
40
35
30
25
TON
20
15
10
5
0
2017 2018 2019 2020
Sumber : https://kkp.go.id/
Berbahaya dan Beracun (B3) di kawasan Bintan. Limbah minyak ini diperkirakan
berasal dari wilayah Out Port Limit (OPL) atau perairan perbatasan Indonesia,
Permasalahan limbah ini tidak bisa di pandang sebelah mata, karena jumlah
laut. Menurut penelitian yang di lakukan oleh (Negara, 2020) ada 3 dampak
merugikan yang terjadi akibat dari pencemaran tersebut, antara lain : (1)
Tangkapan ikan nelayan tempatan menjadi berkurang drastis, dan bahkan banyak
5
pantai kawasan Bintan menjadi sepi wisatawan, dikarenakan wisatawan tidak mau
untuk turun ke pantai yang kotor, (3) Ekosistem pantai menjadi rusak. Limbah
tumpahan minyak mengalami kerugian mencapai Rp. 2,3 Miliar setiap tahunnya.
Tak bisa dipungkiri bahwasannya kontribusi terbesar dari pajak Pendapatan Asli
Daerah (PAD) di Kabupaten Bintan berasal dari industri pariwisata sebesar 51%,
oleh karena itu Pemerintah Bintan harus melakukan kerjasama dengan masyarakat
minyak di Bintan terus berulang setiap tahunnya sejak 2015, upaya telah
dilakukan oleh pengelola resort untuk mengurangi limbah ini agar kenyamanan
pengunjung tidak terusik dengan mengumpulkan limbah ke dalam drum dan akan
mengundang kementrian terkait akan tetapi belum membuahkan hasil dan belum
ada langkah konkrit dari pemerintah yang dapat melegakan masyarakat pesisir
Bintan. Dan pada 15 Januari 2020 Kementrian Kelautan dan Perikanan melakukan
& Yudithia, 2020) selama ini pemerintah hanya melakukan rapat dan koordinasi
6
dalam menanggapi masalah limbah minyak tersebut, karena ada beberapa alasan
oleh rezim internasional di mana hukum Indonesia tidak dapat menangkap kapal-
kapal yang membuang limbah minyak di air laut internasional, sebaliknya jika
kapal membuang limbah minyak di laut Indonesia bisa dikenakan sanksi sesuai
minyak. Rapat dan koordinasi yang dilakukan tidak pernah dihadiri oleh
pemerintah pusat agar tidak pernah menjadi pengaturan agenda. Di sisi lain,
masalah ini, seperti kewenangan, sarana, dan personel. Meskipun ada berbagai
tidak terlihat norma, dan kebijakan dalam pengaturan politik. Status quo mengacu
mempertahankan keputusan saat ini atau sebelumnya. Dengan kata lain, upaya
masyarakat.
mentransfer tanggung jawab satu sama lain. Dan tata kelola multilevel
berbagai jenis aktor. Asumsi tersebut didukung oleh data yang menunjukkan
provinsi, dan kabupaten) dan kurangnya diplomasi antara pihak Indonesia dan
melakukan kolaborasi dengan pihak lain yang terkait dalam proses penyelesaian
masalah tersebut.
yaitu tugas dan wewenang pemerintah pusat dan pemerintah daerah pasal 63 ayat
8
masalah.
antara pihak-pihak yang terlibat dalam kebijakan publik akan sangat menentukan
yang positif bukan hanya bagi penyelenggaraan proses kebijakan, melainkan lebih
jauh dari itu demi mencapai kesejahteraan rakyat yang lebih luas lagi.
kepentingan akan membuat sektor publik menjadi lebih efektif dan efisien.
terdiri dari empat variabel utama, yaitu kondisi awal, desain kelembagaan,
9
memahami bersama dan hasil sementara. Tidaklah mudah untuk menyatukan para
Di Laut Bintan”.
diteliti, sehingga dapat di tentukan pemecahan masalah yang tepat dan mencapai
Berdasakan uraian dan permasalahan diatas maka tujuan yang ingin dicapai
meliputi :
dampak limbah minyak di laut Bintan. Dan memberikan referensi bagi para
governance.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan. Tinjauan pustaka merupakan
hal yang penting dalam sebuah penelitian, karena dengan adanya tinjauan pustaka
telah dilakukan yang berkaitan serta relevansi dengan penelitian yang akan
berikut:
dalam penelitian ini penulis menggunakan teori dari Anshell dan Gash
9
10
dan Planning Collaborative Actions belum berjalan secara efektif. Hal ini
adalah aspek sumber daya baik dari segi keuangan, teknik dan SDM dalam
kolaborasi ini masih kurang. Bantuan sarana dan prasarana yang ada masih
11
minim, dari sektor SDM spesialis tenaga ahli masih kurang serta dalam
menggunakan teori dari Donhue karena penulis beranggapan bahwa teori ini
Kesimpulan dari kegiatan ini adalah . Kolaborasi yang berjalan selama ini
juga masih belum efektif. Pembagian tugas dan tanggung jawab diantara
2.1.1 Governance
Governance berasal dari kata “govern” yang berarti mengambil peran yang
lebih besar, yang terdiri dari semua proses aturan dan lembaga yang
masyarakat. Secara luas, governance termasuk totalitas dari semua lembaga dan
2015:251). Dalam konsep governance pemerintah merupakan salah satu aktor dan
bukan menjadi aktor tunggal dan tidak selalu menjadi aktor yang paling
menentukan.
politik dikelola melalui interaksi masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta. Oleh
karena itu, institusi dari governance meliputi tiga domain yaitu state (negara atau
pemerintah), private sector (sektor swasta atau dunia usaha) dan society
Pemerintah
Swasta Masyarakat
Sumber : Abidin, 2013
swasta, dan masyarakat. ketiga aktor tersebut saling berkolaborasi dalam proses
1. Governance mengacu pada seperangkat institusi dan aktor yang diambil dari
“colabour” yang artinya bekerja bersama. Pada abad ke-19 kata kolaborasi mulai
mulai dibuat untuk pembagian tugas bagi tenaga kerja dalam organisasi tersebut.
15
bersama-sama secara lintas batas antara organisasi dalam pemerintah dan dengan
atau memonopolinya, tak terkecuali pada pemerintah (Sudarmo, 2015 : 196). Dari
yang luas tentang proses pelibatan warga negara dalam proses pembuatan
bahwa:
juga proses buttom up, outside-in dan juga inside-out. Pendapat tersebut mengacu
pada proses pembuatan keputusan yang dilakukan secara kolektif dan secara
2015:196).
16
Menurut Ansell dan Gash dalam (Sudarmo, 2015 : 198) kriteria untuk bisa
publik
2. Para partisipan dalam forum mencakup para aktor dari pihak non- state
3. Para partisipan terlibat secara langsung dalam pembuatan keputusan dan tidak
publik
permasalahan atau isu tertentu dari para pihak yang terkait. Pihak tersebut
tidak hanya berbatas pada instansi pemerintah dan non pemerintah, karena
dalam prinsip tata kelola pemerintahan yang baik, melibatkan masyarakat sipil
bersama. Dalam perumusan tujaun, visi-misi, norma dan nilai bersama dalam
governance. Konsep ini menyatakan akan pentingnya suatu kondisi dimana aktor
publik dan aktor privat (bisnis) bekerja sama dengan cara dan proses terentu yang
nantinya akan menghasilkan produk hukum, aturan, dan kebijakan yang tepat
yaitu organisasi bisnis atau perusahaan bukanlah suatau yang terpisah dan bekerja
Penjelasan dari pendapat Ansell dan Gash dapat dlihat bahwa aspek
impletasi kebijakan publik atau program dari lembaga publik, dalam hal ini yakni
haruslah menjunjung tinggi nilai deliberatif atau musyawarah dan konsensus antar
dibutuhkan dalam praktik pemerintahan sekarang ini. Ada berbagai alasan yang
governance tidak muncul secara tiba-tiba karena hal tersebut ada disebabkan oleh
inisiatif dari berbagai pihak yang mendorong untuk dilakukannya kerjasama dan
Dalam hal ini limbah minyak merupakan masalah yang memerlukan tindakan
kolaborasi oleh semua pihak yang terkait untuk menanggulangi dampak limbah
minyak yang mencemari perairan Bintan. Masalah yang terjadi secara terus
2. Konflik antar kelompok kepentingan yang bersifat intern dan sulit diredam
pemikiran yang semakin luas tentang pluralisme kelompok kepentingan, dan 2.)
ilmiah yang semakin di politisasi) dan kegagalan implementasinya. Ada juga yang
kolaborasi.
sementara. Dari beberapa tahapan di atas yang akan dilakukan oleh stakeholder
tak mudah meyatukan tujuan dari setiap stakeholder yang akan terlibat dalam
meberikan pemahaman kepada aktor yang terlibat apa yang menjadi manfaat atau
pekerjaan seorang diri, terkadang ada waktu di mana kita sangat buntu
sehingga tak ada ide yang muncul. Berkolaborasi dengan orang yang
2. Melatih kerjasama sebagai sebuah tim, kolaborasi juga jadi sarana tepat untuk
melatih diri agar tidak egois. Bekerja dengan banyak orang, membuatmu
4. Beban kerja bisa dibagi sesuai kemampuan, kerja individu berat pada beban
kelompok. Pengalaman selama berkerja bersama orang lain adalah bekal yang
berada pada situasi serupa. Seseorang tidak akan kaget ketika menemukan
terasa canggung di awal. Seiring waktu, semuanya akan berbaur seperti biasa.
21
hidupmu.
kolaborasi antara stakeholder maka sifat kolaborasi ini lebih menekankan pada
proses, peneliti lebih menekankan pada sejauh mana kolaborasi yang akan
penyesuaian antar pemangku kepentingan agar bisa menyatukan visi, misi, tujuan
yang dimiliki untuk diwujudkan bersama. Karena berasal dari sektor yang
lain. Hal ini adalah salah satu yang menghambat suksesnya kolaborasi, meskipun
baik sehingga batasan masalah sulit dipahami bersama. Untuk itu diperlukan
berkumpul menjadi satu untuk menyelesaikan suatu masalah yang hanya dapat
menjadi jurang pemisah antar pemangku kepentingan karena masing masing pihak
stakeholder mau dan mampu untuk diajak bekerja bersama-sama terkait masalah
kelompok yang pro terhadap kebijakan. Kendala lain yang tergolong faktor
institusi lain. Hal tersebut menyebabkan hubungan yang terjadi bukan lagi bersifat
budaya ketergantungan terhadap prosedur yang telah ada dan tidak ada usaha
untuk berinovasi. Untuk itu diperlukan keterampilan yang memadai dan juga
kemauan untuk berkolaborasi dalam mencapai suatu tujuan bersama. Selain itu,
inovasi yang dilakukan oleh pejabat publik kurang dihargai. Apabila mereka
gagal dalam inovasi mereka menanggung sendiri akibatnya. Hal tersebut yang
dalam kolaborasi. Pemerintah dalam hal ini memiliki wewenang yang lebih dari
24
stakeholder lain yang membuat mereka mau tidak mau harus menerima definisi
terselenggaranya kolaborasi. Hal ini dapat terjadi apabila para pemimpin dari
pada awal proses kolaborasi bisa saja berubah seiring dengan bertambahnya
Apabila tidak ada hal tersebut justru akan menyebabkan saling tidak percaya antar
stakeholder. Padahal kepercayaan adalah hal yang sangat diperlukan dalam proses
interaksi berbagai aktor yang terlibat dalam mengelola dan menyelesaikan suatu
Faktor penghambat
dahulu menjelaskan konsep yang akan di gunakan agar penelitian lebih terarah.
dan masyarakat yang terkena dampak limbah minyak ada, yaitu karena semua
pihak memiliki niat yang sama agar proses kerjasama dalam penanggulangan
kerjasama yang telah dilakukan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Dan kerjasama yang dilakukan pun telah sesuai
minyak.
Hasil sementara dari proses yang sedang berlangsung saat ini ada
setiap tahunnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
menggambarkan kondisi objek suatu fenomena sosial yang ditemui secara apa
nilai variabel mandiri, baik satu variabel ataupun lebih (independen) tanpa
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, yang ada di lapangan
penelitian deskriptif ini adalah untuk mencari pemahaman dan makna yang
28
29
menerangkan suatu situasi dari objek yang akan diteliti untuk mendapatkan
gambaran yang jelas dari suatu penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi
terutama dalam menelaah fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari
objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat.
limbah minyak yang terjadi setiap tahunnya tidak bisa di pandang sebelah mata,
karena setiap mulai memasuki musim angin utara limbah minyak akan mengotori
laut dan bibir pantai yang ada di Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan,
arah suatu penelitian dalam upaya mengumpulkan data dan mencari informasi
sehingga penelitian ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Maka dari itu
30
governance dan apa saja faktor penghambat dalam menanggulangi limbah minyak
di laut Bintan.
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Moleong, 2010).
Pada penelitian ini untuk mengumpulkan data peneliti menggunakan dua sumber
Sumber data primer dicari melalui narasumber, yaitu orang yang dijadikan
obyek penelitian atau orang yang dijadikan sebagai sarana mendapatkan informasi
atau data. Data yang di peroleh secara langsung dari responden dilapangan
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti dari sumber-sumber yang telah ada atau data yang diambil melalui
data atau permasalahan yang akan diteliti. Dalam penelitian ini data yang
dikumpulkan diperoleh dari buku-buku, jurnal, dan web pemerintahan yang ada
minyak di Bintan.
31
mengakibatkan peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data
yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling strategis
a. Studi kepustakaan
a. Observasi
dan langsung di lokasi penelitian dengan menggunakan alat indra baik itu
b. Wawancara
menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin
pertanyaan ilmiah yang diucapkan sama persis untuk setiap wawancara. Alat
diteliti.
c. Dokumentasi
dengan melihat dokumen atau catatan dalam bentuk apapun yang ada kaitannya
3.6 Informan
informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian. Penetapan informan dalam
33
dalam penelitian ini adalah orang atau pelaku yang benar-benar tahu dan
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data
kualitatif. Teknik Analisis data kualitatif adalah dengan cara menjelaskan hasil
Analisis data menurut Miles dan Huberman (Dalam Sugiyono, 2014) ada
tiga tahap, yaitu : (1) Tahap Reduksi data, (2) Tahap penyajian data, (3) Tahap
lokasi penelitian. Pada langkah pertama ini termasuk pula memilih dan
apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapai
tujuan penelitian. Penyajian data yang baik merupakan satu langkah penting
data. Kesimpulan awal dari tahap analisis sebelumnya masih bersifat sementara
dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti buat yang mendukung tahap
pada tahap analisis awal didukung oleh bukti-bukti yang kuat dalam arti
Tahun 2020
N Kegiata Bulan Septembe Oktobe Novembe Desember Januari Febuari
O n r r r
Mingg 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
u
1. Tahap Persiapan
a. Studi Literatur
b. Observasi
c. Mengurus
Perizinan
(Pra)
Penelitian
d. Penulisan
Proposal
Usulan
Penelitian
e. Pengajuan
Judul
Usulan Penelitian
f. Pengesahan
Judul
Usulan Penelitian
g. Bimbingan
2. Tahap Penelitian
a. Observasi
b. wawancara
c. Pengolahan
Data
d. Analisa Data
e. Penyusunan
Laporan
3. Tahap Pengujian
a. Seminar Usulan
Penelitian
b. Revisi usulan
Penelitian
36
c. Sidang Skripsi
d. Revisi Skripsi
37
DAFTAR REFERENSI
Buku :
561.
Ansell, C., & Gash, A. (2008). Collaborative governance in theory and practice.
https://doi.org/10.1093/jopart/mum032
Rosdakarya.
Utara Pulau Bintan Selama Musim Angin Utara. Jurnal Sains Dan Teknologi
Surakarta: UNS.
Surakarta: UNS.
Alfabeta.
423(1). https://doi.org/10.1088/1755-1315/423/1/012059
Dokumen :
39
Lingkungan Hidup