Bagi POST PARTUM ROTASI 2
Bagi POST PARTUM ROTASI 2
Bagi POST PARTUM ROTASI 2
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAMBI
PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan Laporan Kasus Post Partum Normal Hari ke 2 pada Ibu J di
Ruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher. Sholawat dan salam senantiasa tercurah
kepada kasih Allah, Nabi Muhammad SAW yang merupakan rahmatan lil ‘alamiin serta
teladan umat melalui akhlaknya yang mulia. Laporan kasus kelompok ini disusun guna
melengkapi nilai tugas mata kuliah Praktik Klinik Keperawatan Maternitas.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, untuk itu
kritik dan saran sangat saya harapkan guna perbaikan Laporan Kasus ini. Selanjutnya,
semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak, amin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengkajian ............................................................................................. 45
B. Analisa data ........................................................................................... 42
C. Diagnosis Keperawatan .......................................................................... 54
D. Intervensi Keperawatan .......................................................................... 55
ii
E. Implementasi Keperawatan .................................................................... 58
F. Evaluasi Keperawatan ............................................................................ 60
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 61
B. Saran...................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN JURNAL
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis. Selama kehamilan
kebanyakan wanita mengalami perubahan psikologis dan emosional. Banyak wanita
yang mengatakan betapa bahagia karena akan menjadi seorang ibu tetapi tidak jarang
ada wanita yang merasa khawatir jika terjadi masalah dalam kehamilannya (Fatimah,
2017).
1
2
angka kematian ibu di Negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 190/100.000 kelahiran
hidupdanMalaysia 29/100.000 kelahiran hidup, Vietnam 49/100.000 kelahiran hidup
B. Rumusan Masalah
Bagaimana landasan teoritis post partum normal dan asuhan keperawatan
pada pasien dengan post partum normal?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum:
a. Mengetahui asuhan keperawatan pada ibu post partum di ruang kebidanan
RSUD Raden Mattaher Jambi
2. Tujuan Khusus:
a. Mengetahui pengkajian pada ibu post partum di ruang kebidanan RSUD Raden
Mattaher Jambi
3
4
5
serosa terdiri dari darah lama (old blood), serum, leukosit dan debris
jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, warna cairan ini menjadi
kuning sampai putih (lochea alba). Lochea alba mengandung leukosit,
desidua, sel epitel, mucus, serum dan bakteri. Lochea alba bertahan
selama 2-6 minggu setelah bayi lahir (Bobak, 2004).
5) Serviks
Serviks menjadi lunak setelah ibu malahirkan. 18 jam
pascapartum, serviks memendek dan konsistensinya lebih padat kembali
kebentuk semula. Muara serviks berdilatasi 10 cm, sewaktu melahirkan,
menutup bertahap 2 jari masih dapat dimasukkan. Muara serviks hari
keempat dan keenam pascapartum (Bobak, 2004).
6) Vagina dan Perinium
Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan
mucosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang
akan kembali secara bertahap keukuran sebelum hamil, 6-8 minggu
setelah bayi lahir . Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu
keempat (Bobak, 2004:495).
7) Payudara
Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan payudara
selama wanita hamil (estrogen, progesteron, human chrorionic
gonadotropin, prolaktin, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi
lahir. Hari ketiga atau keempat pascapartum terjadi pembengkakan
(engorgement). Payudara bengkak, keras,nyeri bila ditekan, dan hangat
jika diraba (kongesti pembuluh darah menimbulkan rasa hangat).
Pembengkakan dapat hilang dengan sendirinya dan rasa tidak nyaman
berkurang dalam 24 jam sampai 36 jam. Apabila bayi belum menghisap
(atau dihentikan), laktasi berhenti dalam beberapa hari sampai satu
minggu. Ketika laktasi terbentuk, teraba suatu massa (benjolan), tetapi
kantong susu yang terisi berubah dari hari kehari. Sebelum laktasi
dimulai, payudara terasa lunak dan keluar cairan kekuningan, yakni
kolostrum, dikeluarkan dari payudara. Setelah laktasi dimulai, payudara
terasa hangat dan keras waktu disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama
14
48 jam, susu putih kebiruan (tampak seperti susu skim) dapat dikeluarkan
dari putting susu (Bobak, 2004).
8) Laktasi
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada
kelenjar-kelanjar untuk menghadapi masa laktasi. Proses ini timbul
setelah ari-ari atau plasenta lepas. Ari-ari mengandung hormon
penghambat prolaktin (hormon placenta) yang menghambat
pembentukan ASI. Setelah ari-ari lepas ,hormone placenta tak ada lagi
sehingga terjadi produksi ASI. Sempurnanya ASI keluar 2-3 hari setelah
melahirkan. Namun sebelumnya di payudara sudah terbentuk kolostrum
yang bagus sekali untuk bayi, karena mengandung zat kaya Gizi dan
antibodi pembunuh kuman.
9) Sistem Endokrin
Selama postpartum terjadi penurunan hormon human placenta
latogen (HPL), estrogen dan kortisol serta placental enzime insulinase
membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah
menurun pada masa puerperium. Pada wanita yang tidak menyusui, kadar
estrogen meningkat pada minggu kedua setelah melahirkan dan lebih
tinggi dari wanita yang menyusui pascapartum hari ke-17 (Bobak, 2004).
10) Sistem Urinarius
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi)
turut menyebabkan peningkatan fungís ginjal, sedangkan penurunan
kadar steroid setelah wanita melahirkan akan mengalami penurunan
fungsi ginjal selama masa pascapartum. Fungsi ginjal kembali normal
dalam waktu 1 bulan setelah wanita melahirkan. Trauma terjadi pada
uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi
melewati hiperemis dan edema. Kontraksi kandung kemih biasanya akan
pulih dalam 5-7 hari setelah bayi lahir (Bobak, 2004).
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama tiga hari setelah ibu
melahirkan yang disebabkan karena tonus otot usus menurun selama
proses persalinan dan pada awal masa pasca partum. Nyeri saat defekasi
karena nyeri diperinium akibat episiotomi, laserasi, atau hemoroid
(Bobak, 2004).
12) Sistem Kardiovaskuler
Pada minggu ke-3 dan 4 setelah bayi lahir, volume darah biasanya
turun sampai mencapai volume sebelum hamil. Denyut jantung, volume
sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang hamil. Setelah wanita
melahirkan meningkat tinggi selama 30-60 menit, karena darah melewati
sirkuit uteroplasenta kembali ke sirkulasi umum. Nilai curah jantung
normal ditemukan pemeriksaan dari 8-10 minggu setelah wanita
melahirkan(Bobak, 2004).
13) Sistem Neurologi
Perubahan neurologi selama puerperium kebalikan adaptasi
neourologis wanita hamil, disebabkan trauma wanita saat bersalin dan
melahirkan. Rasa baal dan kesemutan pada jari dialami 5% wanita hamil
biasanya hilang setelah anak lahir. Nyeri kepala pascapartum disebabkan
hipertensi akibat kehamilan , strees dan kebocoran cairan serebrospinalis.
Lama nyeri kepala 1-3 hari dan beberapa minggu tergantung penyebab
dan efek pengobatan.
14) Sistem Muskuloskeletal
Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu terjadi selama hamil
berlangsung terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi membantu
relaksasi dan hipermeabilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat
pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke 6-8 setelah
wanita melahirkan (Bobak, 2004).
meningkat menjadi 5 porsi per hari. Satu setara dengan 50-60 gram keju, satu
cangkir susu krim, 160 gram ikan salmon, 120 gram ikan sarden, atau 280
gram tahukalsium (Wiknjosastro, 2006).
d. Magnesium
Magnesium dibutuhkan sel tubuh untuk membantu gerak otot, fungsi
syaraf dan memperkuat tulang. Kebutuhan magnesium didapat pada gandum
dan kacang-kacangan (Wiknjosastro, 2006).
e. Sayuran hijau dan buah
Kebutuhan yang diperlukan setidaknya tiga porsi sehari. Satu porsi
setara dengan 1/8 semangka, ¼ mangga, ¾ cangkir brokoli, ½ wortel, ¼- ½
cangkir sayuran hijau yang telah dimasak, satu tomat (Wiknjosastro, 2006).
f. Karbohidrat
Selama menyusui, kebutuhan karboidrat kompleks diperlukanenam
porsi perhari. Satu porsi setara ddengan ½ cangkir nasi, ¼ cangkir jagung pipi,
satu porsi sereal atau oat, satu iris roti dari bijian utuh, ½ kue maffin dri bijian
utuh, 2-6 biskuit kering atau crackers, ½ cangkir kacang-kacangan, 2/3
cangkir kacang koro, atau 40 gram mi/pasta dari bijian utuh (Wiknjosastro,
2006).
g. Lemak
Rata-rata kebutuhan lemak orang dewasa adalah 41/2 porsi lemak (14
gram porsi) perharinya. Satu porsi lemak sama dengan 80 gram keju, tiga
sendok makan kacang tanah atau kenari, empat sendok makan krim, secangkir
es krim, ½ buah alpukat, 2 sendok makan selai kacang, 120-140 gram daging
tanpa lemak, Sembilan kentang goring, 2 iris cake, satu sendok makan
mayones atau mentega, atau 2 sendok makan salad (Wiknjosastro, 2006).
h. Garam
Selama periode nifas, hindari konsumsi garam berlebihan. Hindari makanan
asin.
i. Cairan
18
n. Eliminasi
1) Miksi
Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya. Miksi
normal bila dapat BAK spontan seetiap 3-4 jam. Kesulitan BAK dapat
disebabkan karena sfingter uretra tertekan oleh kepala janin dan spesmen
oleh iritasi muskulo spingter ani selama persalinan. Lakukan keteterisasi
apabila kandung kemih penih dan sulit berkemih (Yanti dan Sundawati,
2011).
2) Defekasi
Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila
mengalami kesulitan BAB, lakukan diet teratur; cukup cairan, konsumsi
makanan berserat, olahraga, berikan obat perangsang per oral/ rectal atau
lakukan klisma bilamana perlu (Yanti dan Sundawati, 2011)
3) Kebersihan diri atau perineum
Kebutuhan diri berguna mengurangi infeksi dan meningkatkan
perasaan nyaman. Kebersihan diri meliputi kebersihan tubuh, pakaian,
tempat tidur maupun lingkungan. Beberapa hal yang dpat dilakukan ibu
post partum dalam menjaga kebersihan diri adalah sebagai berikut: mandi
teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan alas tempat tidur,
menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal, melakukan perawatan
perineum, mengganti pembalut minimal 2 kali sehari, mencuci tangan
setiap membersihkan daerah genetalia (Yanti dan Sundawati, 2011).
o. Istirahat
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang
dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang
hari. Hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam memenuhi kebutuhan
20
istirahatnya antara lain: anjurkan ibu untuk cukup istirahat, sarankan ibu
untuk melakukanmkegiatan rumah tangga secara perlahan, tidur siang
atau istirahat saat bayi tidur. Kurang istirahat dapat menyebabkan jumlah
ASI berkurang, memperlambat proses involusi uteri, menyebabkan
deperesi dan ketidak mampuan dalam merawat bayi (Yanti dan
Sundawati, 2011)
p. Seksual
Hubungan seksual aman dilakukan begitu darah brhenti. Namun
demikian hubungan seksual dilakukan tergantung suami istri tersebut.
Selama periode nifas, hubungan seksual juga dapat berkurang. Hal yang
dapat menyebabkan pola seksual selama masa nifas berkurang antara
lain: gangguan atau ketidak nyamanan fisik, kelelahan,
ketidakseimbangan berlebihan hormon, kecemasan berlebihan. Program
KB sebaiknya dilakukan ibu setelah masa nifas selesai atau 40 hari (6
minggu), dengan tujuan menjaga kesehatan ibu. Pada saat melakukan
hubungan seksual sebaiknya perhatikan waktu, penggunaan kontrasepsi,
dipareuni, kenikmatan dan kepuasan pasangan suami istri. Beberapa cara
yang dapat mengatassi kemesraan suami istri setelah periode nifas antara
lain: hindari menyebut ayah dan ibu, mencari pengasuh bayi, membantu
kesibukan istri, menyempatkan berkencan, meyakinkan diri, bersikap
terbuka, konsultasi dengan ahlinya (Saiffuddin, 2006).
21
2) Abses payudara
Abses payudara berbeda dengan mastitis. Abses payudara terjadi
apabila mastitis tidah ditangani dengan baik, sehingga memperberat
infeksi (Yanti dan Sundawati, 2011).
a) Gejala: sakit pada payudara ibu tampak lebih parah, payudara lebih
mengkilap dan berwarna merah, benjolan terassa lunak karena berisi
nanah (Yanti dan Sundawati, 2011).
b) Penanganan: teknik menyusui yang benar kompres payudara dengan
air hangat dan air dingin secara bergantian, tetap menyusui bayi,
mulai menyusui pada payudara yang sehat, hentikan menyusui pada
payudara yang mengalami abses tetapi asi tetapi dikeluarkan, apabila
abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan antibiotik,
rujuk apabila keadaan tidak membaik (Yanti dan Sundawati, 2011).
3) Putting susu lecet
Putting susu lecet dapat disebabkan trauma pada putting susu saat
menyusui, selain itu dapat pula terjadi rtak dan pembeentukan celah-
celah. Retakan pada putting susu bisa sembuh sendiri dalam waktu 48
jam (Yanti dan Sundawati, 2011).
a) Penyebab: teknik meyusui tidak benar, puting susu terpapar cairan
saat ibu membersihkan putting susu, moniliasis pada mulut bayi
yang menular pada putting susu ibu, bayi dengan tali lidah pendek,
cara menghentikan menyusui yang kurang tepat (Yanti dan
Sundawati, 2011).
b) Penatalaksanaan: cari penyebab susu lecet, bayi disusukan lebih
dahulu pada putting susu yang normal atau lecetnya sedikit, tidak
menggunakan sabun, krim atau alcohol untuk membersihkan putting
susu, menyusui lebih sering 8-12 kali dalam 24 jam, posisi menyusui
harus benar, bayi menyusui sampai ke kalang payudara, keluarkan
25
sedikit ASI dan oleskan ke putting yang lecet dan biarkan kering,
menggunakan BH yang menyangga, bila terasa sangat sakit, boleh
minum obat pengurang rasa sakit, jika penyebabnya monilia, diberi
pengobatan, saluran susu tersumbat (Yanti dan Sundawati, 2011).
c) Gejala: pada payudara terlihat jelas danlunak padaperabaan (pada
wanita kurus), payudara terasa nyeri dan bengkak pada payudara
yang tersumbat.
d) Penanganan: payudara dikompres dengan air hangat dan air dingin
setelah bergantian. Setelah itu bayi disusui, lakukan masase pada
payudara untuk mengurangi nyeri dan bengkak,menyusui bayi
sesering mungkin, bayi disusui mulai dengan pyudara yang
salurannya tersumbat, gunakan bra yang menyangga payudara,
posisi menyusui diubah- ubah untuk melancarkan aliran ASI (Yanti
dan Sundawati, 2011).
4) Hematoma
Hematoma terjadi karena kompresi yang kuat di sepanjang
traktus genitalia, dan tampak sebagai warna ungu pada mukosa vagina
atau perineum yang ekimotik. Hematoma yang kecil diatasi dengan es,
analgetik, dan pemantauan yang terus-menerus. Biasanya hematoma ini
dapat diserap secara alami. Hematoma yang lebih besar atau yang
ukurannya meningkat perlu diinsisi dan didrainase untuk mencapai
hemostasis. Pendarahan pembuluh diligasi (diikat). Jika diperlukan
dapat dilakukan dengan penyumbatan dengan pembalur vagina untuk
mencapai hemostasis. Karena tindakan insisi dan drainase bisa
meningkatkan kecenderungan ibu terinfeksi, perlu dipesankan antibiotik
spektrum luas. Jika dibutuhkan ,berikan transfusi darah.
B. Konsep Episiotomi
1. Pengertian
Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum untuk
memperlebar jalan lahir menurut alur waktu tertentu, insisi dilakukan
pada saat kontraksi, ketika jaringan sedang merentang, agar mudah
terlihat dearahnya, dan perdarahan dengan kemungkinan tidak terlalu
parah (Nurasiah Ai dkk,2014). Pendapat selanjutnya mengatakan
bahwa
Episiotomi adalah suatu tindakan insisi bedah yang dilakukan pada
perineum untuk memudahkan kelahiran pada bagian presentase janin ,
praktik ini harus dibatasi sesuai kebutuhan klinis (Baston Hellen dkk,
2016).
2. Tujuan Episiotomi
1. Fasilitas untuk persalinan dengan tindakan atau menggunakan
instrument
2. Mencegah robekan perineum yang baku atau diperkirakan tidak
mampu beradaptasi terhadap regangan yang berlebihan (misalnya
bayi yang sangat besar atau makrosomnia)
3. Mencegah kerusakan jaringan pada ibu dan bayi pada kasus
presentase upnormal (bokong, muka, ubun-ubun kecil di belakang)
dengan menyediakan tempat lebih luas untuk persalinan yang aman
(Pudiastuti Ratna Dewi, 2012).
3. Etiologi
1. Etiologi yang berasal dari janin menurut (Damayanti dkk, 2014)
a. Janin prematur
b. Janin letak sungsang, letak defleksi
c. Bayi yang besar
Berat seorang bayi normal adalah antara 2.500-4.000 gram. Bayi
besar (makrosomia) adalah bayi dengan berat badan diatas 4
kilogram (Andalas. 2014)
2. Etiologi yang berasal dari ibu
30
4. Jenis-jenis Episiotomi
1. Episiotomi Mediolateralis menurut (Oxorn, 2010)
a) Pemotongan dimulai dari garis tengah fossa vestibula vagina ke
posterior ditengah antara spina ishiadica dan anus10
b) Dilakukan pada ibu yang memiliki perineum pendek dan
pernah rupture grade
c) Kemungkinan perluasan laserisasi ke sphincter ani akan semakin
kecil
d) Penyembuhan terasa lebih sakit dan lama
e) Mungkin ibu merasakan kehilangan darah yang lebih banyak
f) Sulit dijahit
g) Bekas luka parut kurang baik.
h) Intritus vagina melebar
i) Biasanya luka Episiotomi diikuti dengan rasa nyeri karena
berhubungan dengan dyspareunia
2. Episiotomi Medialis
a) Tindakan Episiotomi medialis penyembuhannya tidak terlalu
sakit karena menghindari pembuluh-pembuluh darah dan
syaraf
31
5. Patofisiologi
Ibu dengan persalinan Episiotomi disebabkan adanya pesalinan
yang lama karena ditemukan janin yang prematur, letak sungsang,
janin dengan ukuran besar, selain itu tindakan ini dilakukan karena
kondisi ibu dengan perineum yang kaku, ataupun adanya riwayat
robekan perineum dimasa lalu. Persalinan Episiotomi mengakibatkan
terputusnya jaringan yang dapat menyebabkan penekanan pembuluh
syaraf sehingga timbul rasa nyeri, pada kondisi seperti ini ibu pasti
akan merasa cemas bahkan untuk BAB pun takut, kondisi seperti ini
menyebabkan resti kontipasi. Selain itu terputusnya jaringan juga
menyebabkan rusaknya pembuluh darah dan timbul resiko defisit
volume cairan, apabila tidak dirawat dengan baik ibu akan mengalami
resiko infeksi pada insisi Episiotomi karena kuman akan mudah
berkembang. Pada saat masa nifas setelah 6 minggu persalinan ibu
akan mengalami perubahan fisiologis dan psikologis. Perubahan
fisiologisnya uterus pada ibu berkontaksi kondisi ini menyebabkan ibu
mengeluhkan nyeri. Pada perubahan psikologis ibu mengalami Taking
In, Taking Hold, dan Letting Go. pada fase Taking In biasanya ibu
mengalami kondisi yang lemah terfokus pada diri sendiri sehingga ibu
sangat membutuhkan bantuan dari orang lain yang mengakibatkan
defisit perawatan diri, sedangkan pada fase Taking Hold ibu akan
menjumpai hal baru sehingga ibu membutuhkan banyak informasi dari
32
orang lain, setelah itu perlahan ibu mampu menyesuaikan diri dengan
keluarga sehingga ibu disebut madiri, menerima tanggung jawab dan
peran baru sebagai orang tua fase ini disebut Letting Go.
6. Manifestasi Klinis
1. Laserisasi perineum
Biasanya terjadi sewaktu kepala janin dilahirkan, luas robekan
didefinisikan berdasarkan kedalam robekan :
1) Derajat pertama (robekan mencapai kulit dan jaringan)
2) Derajat kedua (robekan mencapai otot-otot perineum)
3) Derajat ketiga (robekan berlanjut ke otot sfringer ari)
4) Derajat empat (robekan mencapai dinding rectum anterior)
2. Cedera Serviks
Terjadi jika serviks beretraksi melalui kepala janin yang keluar,
laserisasi serviks akibat persalinan terjadi pada sudut lateral ostium
eksterna, kebanyakan dangkal dan perdarahan minimal.
3. Laserasi Vagina
Sering menyertai robekan perineum, robekan vagina cenderung
mencapai dinding lateral (sulsi) dan jika cukup dalam, dapat
mencapai lavetor ani.
7. Indikasi Episiotomi
1. Gawat janin, untuk menolong keselamatan janin, maka persalinan
harus segera diakhiri.
2. Persalinan pervaginium dengan penyulit, misalnya presbo, distokia
bahu, akan dilakukan ekstraksi forcep, ektraksi vacum.
3. Jaringan parut pada perineum ataupun pada vagina
4. Perinium kaku dan pendek
5. Adanya rupture yang membakat pada perineum
6. Premature untuk mengurangi teknan pada kepala janin (Nurasiah Ai
dkk, 2014).
33
8. Kontraindikasi Episiotomi
1. Bila persalinan tidak berlangsung pervaginium
2. Bila terdapat kondisi untuk tejadinya perdarahan yang banyak
seperti penyakit kelainan darah maupun terdapatnya varises yang
luas pada vulva dan vagina
9. Resiko Episiotomi
Tindakan Episiotomi sering kali mengakibatkan ibu mengalami
inkontinensia urine hal ini disebabkan adanya sayatan yang dilakukan
dengan memotong jaringan otot dan kulit, selain itu Episiotomi juga
berkaitan dengan timbulnya trauma pada perineum yang robek. Ibu
yang mengalami tindakan ini memerlukan penjahitan untuk menutup
sayatan dan waktu yang lebih lama untuk pulih, sayatannya juga
memberikan ketidaknyamanan yang dirasakan, ibu juga cenderung
takut untuk bergerak karena merasakan nyeri pada sayatan. Anastesi
lokal yang diberikan kepada ibu sebelum tindakan dilakukan juga
menyebabkan edema, penurunan fleksibilitas dan peningkatan robekan
area sayatan. Pemulihan area perineum yang robek secara alami
menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan sayatan buatan
(Pratami, 2016).
10. Komplikasi
1. Kehilangan Darah
Karena tindakan Episotomi mengakibatkan terputusnya jaringan
sehingga merusak pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan
selain itu juga bisa disebakan karena tindakan Episiotomi terlalu
dini, sedangkan persalinan masih jauh, jika perdarahan merembes
yang tidak diketahui akan menimbulkan hematoma lokal.
2. Dispareunia
Mungkin hanya bersifat sementara, kerena takut, tetapi sekitar 5%
dapat menjadi permanen.
3. Infeksi
34
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang di peroleh untuk post partum normal
menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) (2017)adalah :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
b. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan proses melahirkan
c. Resiko infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses persalinan.
d. Resiko hipovolemia dibuktikan dengan faktor resiko kehilangan cairan
secara aktif
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal
psikologis,proses persalinan dan proses melelahkan.
f. Defisit pengetahuan tentang perawatan bayi baru lahir berhubungan dengan
kurang terpapar informasi
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
39
3) Edukasi
Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
4) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis (mis. cairan NaCl, RL)
Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%)
Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, plasmanate)
Kolaborasi pemberian produk darah.
44
PATHWAYS POST PARTUM
Post Partum
TANDA TANGAN :
45
46
I. BIODATA
a. Nama Ibu : Ibu J
b. Umur : 24 tahun
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : IRT
f. Suku/Bangsa : Jambi/Indonesia
g. Alamat Rumah : Desa Bukit Baling KM 39 RT 14
h. Nama Suami : Bapak E
i. Umur : 27 th
j. Agama : Islam
k. Pendidikan : SMA
l. Pekerjaan : Petani
m. Alamat Rumah : Desa Bukit Baling KM 39RT 14
pertama pasien. Pasien banyak bertanya dengan perawat mengenai apa saja yang harus
dilakukan terhadap bayinya.
1. KeadaanUmum : Lemah
2. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah : 110/ 70 mmHg
b. Nadi : 85 x/menit
c. Suhu : 36,70C
d. Pernafasan : 20 x/menit
3. Buah Dada
a. Konsistensi : Tegang
b. Putting Susu : Menonjol
c. ASI / Colostrum : Sudah Keluar
d. Kelainan : Tidak ada
4. Uterus
a. Kontraksi : Keras
b. Posisi : Antefleksi
c. Tinggi Fundus Uteri : TFU 2 Jari di bawah pusat
5. Lochea
a. Warna / Jenis : Merah/ Lokhea Rubra
b. Banyak : pada hari pengkajian pasien mengatakan baru
sekali ganti softex, pada saat pagi hari setelah lap badan
c. Bau : Khas (amis)
6. Vulva
a. Oedema : Tidak ada
b. Luka : Tidak ada
7. Perineum
a. Efisiotomi : Ada
b. Jenis efisiotomi : insisi mediolateral
c. Jahitan : 4 jahitan
d. Tanda-tandaInfeksi : tidak ada
49
Peran Diri: Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Selama pasien dirawat,
pasien tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai seorang istri karena pasca
melahirkan pasien masih dirawat dan saat ini kondisi pasien masih lemah dan
masih dirawat di RS
Ideal Diri: pasien berharap agar cepat pulih dan dapat menjalankan tugasnya
sebagai seorang istri dan ibu yang baik bagi anaknya nanti
Harga diri: orang-orang terdekat merasa bangga akhirnya pasien dapat melahirkan
secara spontan. Pasien juga merasa bersyukur atas kebahagiaan yang telah
diberikan AllahSWT kepada dirinya.
c. Hubungan dengan Bayi : Pasien sangat senang dengan kehadiran sang buah
hati
d. Hubungan dengan Keluarga : Suami pasien tidak berada didekat pasien karena
sedang bekerja, pasien di jaga oleh ibunya.
e. Self Care :
i. Perawatanbuah dada : Mengerjakan : pasien sudah melakukan
perawatan payudara
Memahami : pasien mengatakan sudah
mengetahui cara perawatan payudara, perawat sudah mengajarkan saat
setelah selesai melahirkan
ii. Perawatan Perineum : Mengerjakan : pasien mengatakan sudah
melakukan perawtan perineum
Memahami : pasien mengatakan sudah
mengetahui cara perawatan perineum, karena perawat sudah mengajarkan
juga sebelumnya
iii. Perawatan Bayi : Mengerjakan : pasien belum melakukan
perawatan pada bayi karena bayi langsung dibawa ke ruang perinatologi
setelah lahir untuk diberikan perawatan
Memahami : Pasien mengatakan ini adalah
anak pertamanya jadi pasien belum memahami bagaimana cara merawat
bayi, terlebih bayinya harus langsung dibawa ke ruang perinatologi, dan
pasien belum ada berinteraksi dengan bayinya.
Kelompok
52
ANALISA DATA
KEMUNGKINAN
NO DATA MASALAH
PENYEBAB
1 Data Subjektif :
pasien mengeluh nyeri pada
daerah perineum, nyeri seperti Agen cidera fisik Nyeri Akut
tersayat, nyeri bertambah
ketika melakukan aktivitas,
skala nyeri 4, nyeri terus
menerus. Pasien mengatakan
terdapat luka pada area
perineum dan dilakukan jahitan
karena melahirkan
Data Objektif:
Terdapat laserasi perineum
derajat 1, pasien dilakukan
episitomi HC IV. Pasien
tampak meringis menahan
nyeri
2 Data Subjektif :
Pasien mengatakan terdapat
luka pada area perineum dan
dilakukan jahitan karena
melahirkan
Luka episiotomi Gangguan integritas
kulit/jaringan
Data Objektif:
Terdapat laserasi perineum
derajat 1, pasien dilakukan
episitomi HC IV
53
Data Objektif:
Pasien banyak bertanya dengan
perawat mengenai apa saja
yang harus dilakukan terhadap
bayinya.
Data Objektif:
Leukosit 18,4x103/uL
54
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 11 Oktober Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik dibuktikan dengan
2021 pasien mengeluh nyeri pada daerah perineum, nyeri seperti tersayat,
09.15 WIB nyeri bertambah ketika melakukan aktivitas, skala nyeri 4, nyeri terus
menerus. Pasien mengatakan terdapat luka pada area perineum dan
dilakukan jahitan karena melahirkan. Terdapat laserasi perineum
derajat 1, pasien dilakukan episitomi HC IV. Pasien tampak meringis
menahan nyeri Kelompok
rotasi 2
senin selasa
rabu
Kelompok
rotasi 2
senin selasa
rabu
RENCANA KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
DX 11 Oktober
1 2021
09.45 WIB 1. Mengkaji lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri, skala nyeri
P: Pasien mengeluh nyeri
Q: Nyeri seperti tersayat
R: Nyeri pada area vagina (perineum)
S: Skala nyeri 4
T: Nyeri bertambah ketika melakukan aktivitasnyeri
terus menerus.
09.45 WIB 2. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
Pasien tampak meringis Kelompok rotasi
09.45 WIB 3. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan 2 senin selasa
memperingan nyeri rabu
Nyeri bertambah ketika melakukan aktivitas
12.30 WIB 4. Menganjurkan menggunakan analgetik secara tepat
12.30 WIB 5. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam
12.30 WIB 6. Mengkolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Asam Mefenamat 3x1
DX 11 Oktober
2 2021
09.45 WIB 1. Memonitor karakteristik luka
Luka bersih, tidak ada kemerahan pada luka, tidak ada
bengkak pada luka, area sekitar luka tidak teraba
hangat
10.00 WIB 2. Memonitor tanda–tanda infeksi
Leukosit 18,4x103/uL
10.00 WIB 3. Melepaskan balutan dan plester secara perlahan
10.00 WIB 4. Membersihkan dengan cairan NACL atau pembersih
non toksik,sesuai kebutuhan Kelompok rotasi
10.10 WIB 5. Memasang balutan sesuai jenis luka 2 senin selasa
10.10 WIB 6. Mengajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri rabu
10.10 WIB 7. Mempertahankan teknik seteril saat perawatan luka
12.00 WIB 8. Memberikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari
59
DX 11 Oktober
3 2021
11.20WIB 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
11.20 WIB 2. Menjelaskan manfaat perawatan bayi
11.20 WIB 3. Mengajarkan memandikan bayi dengan
memperhatikan suhu ruangan 21-240C dan dalam
waktu 5-10 menit, sehari 2 kali
11.20 WIB 4. Mengajarkan perawatan tali pusat
11.35 WIB 5. Menganjurkan memantau tanda vital bayi terutama
suhu tubuh 36,5-37,50C
11.35 WIB 6. Menganjurkan untuk menjemur bayi sebelum jam 9 Kelompok rotasi
pagi 2 senin selasa
11.35 WIB 7. Menganjurkan segera mengganti popok jika basah rabu
11.40 WIB 8. Menganjurkan penggunaan pakaian bayi dan bahan
katun
11.40 WIB 9. Menganjurkan menyusui sesuai kebutuhan bayi
DX 11 Oktober
4. 2021
09.45 WIB 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
2. Membatasi pengunjung
10.00 WIB 3. Memberikan perawatan kulit pada daerah luka
10.00 WIB 4. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
10.00 WIB 5. Mempertahankan teknik aseptic pada pasien
12.10 WIB 6. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi Kelompok rotasi
12.10 WIB 7. Mengajarkan cara mencuci tangan dengan benar 2 senin selasa
12.10 WIB 8. Menganjurkan meningkatkan nutrisi dan cairan rabu
60
EVALUASI
MASALAH
TGL/JAM CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
KEPERAWATAN
Kelompok
rotasi 2
A: Defisit pengetahuan tentang perawatan
senin selasa
bayi
rabu
P: Lanjutkan intervensi/anjuran dan apa yang
diajarkan perawat tentang perawatan bayi baru
lahir dirumah(pasien acc pulang)
A. Kesimpulan
Berdasarkan kasus post partum hari ke 2 Ibu J di Ruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher
Jambi dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:
1. Pada saat pengkajian ditemukan data Ibu J dengan G1P0A0 Hamil 32-33 minggu.
Pengkajian post partum hari 2, persalinan spontan, anak segera menangis. Pada saat
pengkajian pasien mengeluh nyeri pada daerah perineum, nyeri seperti tersayat, nyeri
bertambah ketika melakukan aktivitas, skala nyeri 4, nyeri terus menerus. Pasien
mengatakan terdapat luka pada area vagina dan dilakukan jahitan karena melahirkan.
Terdapat laserasi perineum derajat 1, pasien dilakukan episitomi HC IV. Pasien tampak
meringis menahan nyeri Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang bagaimana cara
merawat bayinya, karena ini adalah anak pertama pasien. Pasien banyak bertanya dengan
perawat mengenai apa saja yang harus dilakukan terhadap bayinya.
2. Diagnosis keperawatan yang ditegakkan pada Ibu J pada adalah nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera fisik, gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan laserasi
perineum, defisit pengetahuan tentang perawatan bayi baru lahir berhubungan dengan
kurang terpapar informasi dan risiko infeksi dibuktikan dengan faktor risiko kerusakan
integritas kulit.
3. Implementasi keperawatan yang dilakukan perawat dilakukan berdasarkan rencana
keperawatan yang telah disusun yaitu manajemen nyeri, perawatan luka, dan pencegahan
infeksi.
B. Saran
1. Bagi Ruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher
Saran bagi Ruang Kebidanan RSUD Raden Mattaher, untuk dapat meningkatkan kegiatan
bagaimana cara perawatan bayi baru lahir, breast care dan dan vulva hygiene/perawatan
perineum kepada ibu post partum di Ruang Kebidanan.
61
62
2. Bagi Mahasiswa
Saran bagi mahasiswa, semoga makalah ini dapat dijadikan referensi yang dapat
menambah pengetahuan bagi kita tentang bagaimana asuhan keperawatan pada ibu
dengan post partum
63
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari Saifuddin. (2011).Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal.
Jakarta; PT Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo
AiYeyeh,Rukiyah,dkk.etal.(2010). Asuhan Kebidanan1.Jakarta:CV.Trans Info Media.
Dessy, T., dkk. (2009). Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Surakarta : Akademi Kebidanan
Mamba‟ul Ulum
Estiwidani dkk. (2008).Konsep Kebidanan.Yogjakarta:Fitramaya.
Henderson C, dan jone K. (2005). Buku Ajar Konsep Kebidanan (Edisi Bahasa Indonesia). Ed.
Yulianti. Jakarta: EGC
Manuaba, IAC., IBagus, dan IGede.(2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan. Edisi kedua. Jakarta: EGC
Marmi.(2012).Asuan Kebidanan Pada Masa Nifas“PeurperiumCare”. Yogyakarta: pustaka
pelajar.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan,Edisi 1.Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI
Prawirohardjo, Sarwono (2005). Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Pusdik neke (2001).Panduan Pengajar Asuhan Kebidanan Fisiologi Bagi dosen Dipolma III
Kebidanan. Jakarta: pusdiknes.
Vivian, Nanny, Lia, Dewi, Tri Sunarsih. (2011). Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta:
Salemba Medika
Varney H, et al.(2007). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Open Access Research
Postpartum management of
hypertensive disorders of pregnancy: a
systematic review
Alexandra E Cairns,1 Louise Pealing,1 James M N Duffy,1 Nia Roberts,2
Katherine L Tucker,1 Paul Leeson,3 Lucy H MacKillop,4 Richard J McManus1
least once between days 3 and 5).8 The guideline stip- of Reviews of Effects and Cochrane Central Register of
ulates thresholds for the increase or commencement Controlled Trials, Cumulative Index to Nursing and
(≥150/100 mm Hg) and the reduction or cessation Allied Health Literature, Embase, Medline, PsycINFO,
(consider <140/90 mm Hg and reduce <130/80 mm Hg) Science Citation Index, Science (Web of Science Core
of antihypertensive medication after birth. However, Collection), Social Science Citation Index and Confer-
little detail is provided about frequency or proportion of ence Proceedings Citation Index. We hand-searched
dose reduction or how to manage multiple medications.8 reference lists and contacted relevant experts for poten-
The American College of Obstetricians and Gynecolo- tially relevant studies, which might have been missed by
gists recommends that BP be monitored in hospital (or electronic searches.12
with an equivalent level of outpatient surveillance) for We included RCTs, quasi-randomised studies, case–
72 hours after birth, and checked again 7–10 days post- control studies, and prospective and retrospective cohort
partum (sooner if a woman is symptomatic).9 In line with studies assessing interventions for hypertension manage-
NICE, they propose treating BP when ≥150/100 mm Hg, ment postpartum in women with HDP (gestational
but add this should be on two measures, 4–6 hours apart. hypertension, pre-eclampsia, chronic hypertension and
They make no suggestion regarding BP thresholds for superimposed pre-eclampsia) arising both during preg-
medication reduction, implying uncertainty about when nancy and de novo in the postnatal period. Consistent
to decrease or stop treatment. with guidance from Cochrane, conference abstracts were
A Cochrane review (search date January 2013) eval- included.5
uated medical interventions for prevention and treat- Two reviewers (AEC/LP) independently screened
ment of postnatal hypertension. This was limited to the titles and abstracts, and then critically reviewed the
randomised controlled trials (RCTs) and included only full text of selected studies to assess eligibility. Discrep-
nine studies.10 Given the paucity of evidence available, ancies were resolved by discussion before independent
due to Cochrane’s restriction to randomised trials alone, extraction of relevant data by the two reviewers. For trials
we have undertaken an updated systematic review of the with multiple intervention arms, we extracted data from
postpartum management of hypertension in women with eligible comparison arms. Data were extracted for the
HDP with a broader scope, including the full range of primary and secondary outcomes outlined in table 1. Due
interventions studied, and incorporating cohort and to the heterogeneous nature of these studies, a narrative
case–control studies, alongside RCTs. The following were synthesis was undertaken.
our specific questions: (1) How should BP be monitored Two reviewers (AEC/LP) independently assessed each
in women with HDP postpartum? (2) What BP thresholds trial’s methodological quality using the Cochrane Collab-
should be used for antihypertensive treatment initiation, oration’s tool for assessing the risk of bias in RCTs,13 and
adjustment and cessation postpartum? (3) Which antihy- the Newcastle-Ottawa Scale for case–control and cohort
pertensive medication(s) should be used in postpartum studies.14 A global assessment of bias across trials was
in women with HDP? (4) What are the benefits and harms made.
of other therapeutic interventions for women with HDP
postpartum?
Results
Our searches yielded 7105 records, and after excluding
Materials and methods duplicates 4561 titles and abstracts were screened
A protocol, with explicitly defined objectives, study (figure 1). Eighty full-text articles were assessed: 35 arti-
selection criteria, and approaches to assessing study cles were excluded (online supplementary appendix S3).
quality, outcomes and statistical methods, was developed Forty-five articles, representing 39 studies (32 randomised
(online supplementary appendix S1). This was registered trials, 2 prospective cohort studies and 5 retrospective
with PROSPERO: International Prospective Register cohort studies) reporting data from 2901 postnatal partic-
of Systematic Reviews (CRD42015015527) and is avail- ipants, met our inclusion criteria (online supplementary
able online (http://www.crd.york.ac.uk/PROSPERO/ appendix S4). Of the 39 studies, 9 (23%) were published
display_record.asp?ID=CRD42015015527). We followed only as conference abstracts. No further details were
the guidelines for meta-analyses and systematic reviews made available following author contact.
outlined by the Preferred Reporting Items for Systematic A range of interventions were assessed, including antihy-
Reviews and Meta-Analyses statement (online supplemen- pertensive medications (18 studies, n=982), loop diuretics
tary appendix S2).11 (4 studies, n=503), parenteral steroids (1 study, n=157),
A systematic literature review was undertaken to capture other medications (6 studies, n=188), uterine curettage
evidence from human studies regarding postpartum (8 studies, n=837) and novel models of care (2 studies,
hypertension management in women with HDP, without n=234). Of the 39 studies, 9 (23%) included ≥100 partic-
restriction by language or publication date (online ipants, and only 2 studies included ≥200 participants.15 16
supplementary appendix S1). We searched the following Four were from lower middle-income settings15 17–19 (clas-
databases, from inception to 16 March 2017: Cochrane sified according to the United Nations20), and 13/39
Database of Systematic Reviews, Database of Abstracts (33%) studies had follow-up periods longer than 7 days
(online supplementary appendix S4). Only 5/39 (13%) telephone contact, and reported no significant difference
and 7/39 (18%) studies, respectively, reported maternal in the postnatal readmission rate compared with standard
mortality or major maternal morbidity, and while the care.26
majority of studies did report some measure of BP
control, three did not (table 2A,B). Of the 39 studies, 19 What BP thresholds should be used for antihypertensive
(49%) reported safety data (table 2A,B). treatment initiation, adjustment and cessation postpartum?
Of the 39 studies, 5 (13%) studies (all evaluating anti- No relevant studies identified.
hypertensive medications) involved mixed antenatal and
postnatal populations.17 21–24 Authors were contacted to Which antihypertensive medication(s) should be used
request their data set for the postnatal participants, but postpartum in women with HDP?
no data were made available. Of the 39 studies, 6 (15%) Fourteen randomised trials (n=645), one quasi-ran-
included participants with chronic hypertension along- domised trial (n=15) and three retrospective cohort
side women with de novo HDP (gestational hypertension studies (n=322) evaluated antihypertensive medications
or pre-eclampsia).22 23 25–31 Twelve of 39 (31%) included (online supplementary appendix S4). Only three studies
women with eclampsia—in one, all participants were reported maternal mortality,29–31 34 35 and three reported
eclamptic (online supplementary appendix S5).17 maternal morbidity; no differences between groups were
Thirty of 32 (94%) included RCTs were judged to be at reported (table 2A).29–31 35 36 Twelve studies reported
high overall risk of bias, by both reviewers, according to safety data, in comparisons between multiple classes of
the Cochrane tool, 23/32 (72%) for multiple domains. antihypertensive agents (table 2A); no clear differences
Only 2 of 32 (6%) were thought to be clearly at low risk of were established, although one study found a greater
bias.29–32 All included cohort studies were deemed to have number of minor side effects reported with oral nifed-
a high risk of bias in at least one domain of the Newcas- ipine than with oral labetalol.27 28
tle-Ottawa Scale (online supplementary appendix S6). The vast majority of included studies evaluated either
acute control of severe hypertension (7/18, 39%) or BP
How should BP be monitored postpartum in women with HDP? control in the few days after delivery and while women
No studies specifically addressed the frequency or method remained hospital inpatients (8/18, 44%). Only three
of postnatal BP monitoring. Two evaluated the impact of studies, two published only as conference abstracts, eval-
postpartum care organisation (n=234), using the post- uated BP control in the weeks and months following
natal readmission rate as their primary outcome (online hospital discharge.25 27 28 37
supplementary appendix S4). Neither reported maternal
mortality or morbidity, safety data nor any measure of BP Calcium-channel blockers
control (table 2B).26 33 Three small studies examined oral nifedipine (n=135);
One assessed introduction of a specialised postpartum nifedipine resulted in a greater decrease in mean arterial
clinic (no further details were given) and demonstrated pressure (MAP) 18–24 hours after childbirth than placebo
an increased postnatal readmission and triage visit rate (intervention group 93.9±1.6 mm Hg, control group
(22% intervention group, 9% control group: difference 100.2±2.6 mm Hg: difference 6.3 mm Hg, P<0.05), but not
13%, P<0.04), although 86% occurred before a partici- at other time points to 48 hours (one RCT, n=31).32 Nifed-
pant was seen in the clinic.33 The second study evaluated ipine controlled severe hypertension to <160/100 mm
specialist nurse follow-up, including home visits and Hg more quickly than labetalol (intervention group
Figure 1 Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses flow chart. BP, blood pressure.
25.1±13.6 min, control group 43.6±25.4 min: difference Bolus intravenous hydralazine controlled severe hyperten-
18.5 min, P=0.002; one RCT, n=21).21 A single RCT (n=83) sion more quickly than continuous infusion (intervention
reported no significant difference in time taken to control group 65.23±23.38 min, control group 186.36±79.77 min:
BP to <150/100 mm Hg when comparing nifedipine with difference −121.13 min, P<0.001; one quasi-randomised
methyldopa.34 study, n=15 (postnatal)).17 Intramuscular hydralazine
produced a more significant improvement in MAP at
Vasodilators 6 hours than intravenous methyldopa (intervention
Six studies looked at the use of vasodilators (n=252). All group 104.5 mm Hg, control group 112 mm Hg: differ-
used hydralazine via a range of administration routes. ence −7.5 mm Hg, P=0.0057) but not at other time points
Continued
Open Access
5
6
Table 2 Continued
Primary outcome assessment
Safety
Maternal Maternal SBP DBP MAP data
Study ID Intervention Control mortality morbidity control control control reporting Results (for reported outcomes)
23
Hennessy et al Diazoxide Hydralazine SBP control: improved in intervention group
(intravenous bolus) (intravenous bolus) (difference in percentage achieving target BP 23%,
Open Access
P<0.01)
DBP control: improved in intervention group
(difference in percentage achieving target BP 23%,
P<0.01)
Beta-blockers (5 studies)
Garden et al24 Labetalol Dihydralazine DBP control: no statistical analysis
(intravenous (intravenous Safety: no statistical analysis; 1/6 intervention
infusion) infusion) group developed bronchospasm; 4/6 control group
developed tachycardia and 1/6 developed oliguria;
4/6 control group, drug stopped due to a precipitous
fall of DBP to 40–50 mm Hg
Fidler et al42 Timolol (oral) Methyldopa (oral) SBP control: improved in intervention group
(difference 5.1 mm Hg, P<0.05)
DBP control: no significant difference
Safety: no statistical analysis; 1/40 intervention group
became disorientated; 1/40 control group became
hypotensive and 1/40 became drowsy
Mabie et al22 Labetalol Hydralazine MAP control: improved in control group (difference
(intravenous bolus) (intravenous bolus) 7.8 mm Hg, P=0.02)
Safety: no statistical analysis; 1/40 intervention
group developed scalp tingling; 2/20 control group
developed headaches
Shumard et al41 Labetalol (oral) Nifedipine (oral) SBP control: improved in control group (difference in
time to achieve target BP 1 day, P=0.0031)
DBP control: improved in control group (difference in
time to achieve target BP 1 day, P=0.0031)
Sharma et al27 28 Labetalol (oral) Nifedipine (oral) SBP: no significant difference
DBP: no significant difference
Safety: no major side effects reported in either group;
minor side effects more commonly reported in control
group (20% intervention, 48% control, P=0.04)
Thiazides (2 studies)
Gaisin et al25 Indapamide (oral) Methyldopa (oral) SBP control: no significant difference
DBP control: no significant difference
Safety: no statistical analysis, no details reported
Ilshat Gaisin et al37 Indapamide Methyldopa (oral) SBP control: no significant difference
(oral) plus DBP control: no significant difference
ursodeoxycholic Safety: no significant difference; no adverse events
acid (oral) reported in either group
Continued
Open Access
7
8
Table 2 Continued
Primary outcome assessment
Safety
Maternal Maternal SBP DBP MAP data
Study ID Intervention Control mortality morbidity control control control reporting Results (for reported outcomes)
Open Access
49
Weiner et al Ketanserin Placebo SBP control: improved in intervention group
(intravenous (difference in SBP decline 34 mm Hg, P<0.001)
infusion) DBP control: improved in intervention group
(difference in DBP decline 27 mm Hg, P<0.001)
MAP control: improved in intervention group
(difference not stated, P<0.001)
Safety: no statistical analysis; 3/20 intervention
group experienced blurred vision, 1 of these
was hypotensive (responded to hydration); 1/20
intervention group experienced mild euphoria
Montenegro et al 50 Ketanserin Placebo SBP control: improved in intervention group (absolute
(intravenous difference not stated, P<0.001)
bolus+/− infusion) DBP control: improved in intervention group (absolute
difference not stated, P<0.001)
MAP control: improved in intervention group (absolute
difference not stated, P<0.001)
Alternative therapies
Hladunewich et al 51 L-arginine (oral or Placebo SBP control: no significant difference
intravenous bolus) DBP control: no significant difference
MAP control: no significant difference
Safety: no significant difference; no adverse events
reported in either group
Liu et al52 Shengkangbao No intervention SBP control: no significant difference
(oral or intravenous DBP control: no significant difference
bolus)
Steroids
Barrilleaux et al53 54 Dexamethasone Placebo MAP control: no significant difference
(intravenous bolus)
Atrial natriuretic peptide
Shigemitsu et al47 Carperitide (route No intervention Maternal mortality: no significant difference
not specified) MAP control: no significant difference
Safety: no significant difference; no adverse events
reported in either group
Uterine curettage (8 studies)
Salvatore et al58 Uterine curettage No intervention Maternal morbidity: no statistical analysis
SBP control: no statistical analysis
DBP control: no statistical analysis
Continued
For primary outcome assessment where there was a significant difference between groups, the magnitude of the difference is reported; where any adverse events or side effects were
reported, this is presented.
=improved in intervention group; =no significant difference; =improved in control group; =unclear.
5-HT, 5-hydroxytryptamine; BP, blood pressure; DBP, diastolic blood pressure; MAP, mean arterial pressure; NA, not applicable; NS, non-significant; SBP, systolic blood pressure.
Open Access
9
Open Access
to 24 hours (one RCT, n=26).38 39 There was no difference One RCT (n=120) reported significant improvement in
in BP control when comparing oral hydralazine with oral the primary outcome of mean systolic and diastolic BP with
nifedipine (one RCT, n=38) or intravenous labetalol (one oral furosemide versus placebo (magnitude of difference
RCT, n=82).35 40 or time points of measurements not stated, P<0.001).45
Bolus diazoxide was significantly more effective in This was not the case in the other placebo-controlled
achieving a target BP of ≤140/90 mm Hg than intra- RCT, which found no significant difference (n=19).46 Two
venous hydralazine (intervention group 67%, control further RCTs (n=364) found no significant difference in
group 43%; relative risk (RR) 0.64, 95% CI 0.46 to 0.89; BP control with oral furosemide versus usual care.16 19
one RCT, n=37 (postnatal)).23 One retrospective cohort In one of these, subgroup analysis of women with severe
study did not present any statistical analysis.36 pre-eclampsia (n=70) found women who received oral
furosemide had a significantly lower systolic BP at day 2
Beta-blockers postpartum (intervention group 142±13 mm Hg, control
Five studies assessed the efficacy of beta-blockers (four group 153±19 mm Hg: difference −11 mm Hg, P<0.004),
RCTs and one retrospective cohort study, n=305). Two but not at other time points.16 In the other trial (n=100),
RCTs compared intravenous labetalol with intravenous furosemide reduced the need for additional antihyper-
hydralazine/dihydralazine; one involved only six post- tensive treatment during the 3 days of therapy (interven-
natal women and presented no statistical analysis of the tion group 8.0%, control group 26.0%: difference 18%,
data.24 The other found a significantly greater mean P=0.017), but this difference did not persist to hospital
maximal decrease in MAP with intravenous labetalol discharge.19
(intervention group 25.5±11.2 mm Hg, control group
33.3±13.2 mm Hg: difference −7.8 mm Hg, P=0.02; one Other drugs
RCT, n=32 (postnatal)).22 Results conflicted regarding Five RCTs, one quasi-randomised study and one retro-
whether oral labetalol was more or less effective than spective cohort study investigated the utility of different
oral nifedipine; a cohort study reported that labetalol drug classes in HDP postpartum (online supplementary
controlled BP less rapidly than nifedipine (intervention appendix S5). Three studies reported safety data, but
group 2.7 days, control group 1.7 days: difference 1.0 only one reported maternal mortality, demonstrating no
days, P=0.0031; one retrospective cohort study, n=128).41 difference between groups,47 and none reported major
However, this result was not replicated by an RCT, where maternal morbidity (table 2B).
the time to BP control was similar in the two groups Three small, crossover RCTs examined the use of selec-
(n=50).27 28 Neither study demonstrated a difference in tive serotonin receptor inhibitors (SSRIs) compared with
the postnatal length of stay (n=178). Timolol was effec- placebo (n=55). All studies showed a significant reduc-
tive in decreasing diastolic BP on the first day postnatal tion in BP with SSRIs compared with placebo (range
when compared with methyldopa (intervention group 25.6–34 mm Hg).48–50 These data suggest efficacy for
88.7 mm Hg, control group 93.8 mm Hg: difference this drug class in hypertension management but do not
−5.1 mm Hg, P<0.05; one RCT, n=80).42 provide any information regarding relative effectiveness
compared with standard antihypertensive drugs. Only
Other antihypertensive medications one study reported safety data; although no statistical
No statistically significant difference was found between analysis was performed, there were a number of side
oral clonidine and oral captopril in the incidence of effects reported in the intervention group.49
episodes of severe hypertension postpartum (one RCT, Two studies evaluated alternative therapies (n=117);
n=90).29–31 Two RCTs evaluating indapamide versus there was no difference in BP control with L-arginine
methyldopa found no difference in BP control over 6–12 supplementation compared with placebo (one RCT,
months postpartum (n=60).25 37 One retrospective cohort n=45).51 One reported accelerated recovery of albumin-
study (n=140) compared reserpine with phenobarbital; uria with the administration of shengkangbao (Chinese
the results suggested that reserpine might achieve faster herbal medicine) versus placebo (one quasi-randomised
and greater BP reduction (data extracted from graphs; study, n=72). However, the clinical relevance of this
no statistical analysis). No adverse events were reported outcome is uncertain; there was no difference between
in the intervention group.43 44 groups in the secondary outcomes of systolic BP, diastolic
BP or serum creatinine, and no safety data were reported.52
What are the benefits and harms of other therapeutic A single RCT assessed corticosteroids in the manage-
interventions for women with HDP postpartum? ment of severe pre-eclampsia postpartum (n=157).53 54
Loop diuretics No difference was demonstrated between groups in the
Four RCTs (n=503) examined loop diuretics versus placebo primary outcome of antihypertensive medication require-
or usual care in postpartum hypertension management in ment, or in the secondary outcomes of MAP or need for
women with HDP. None reported maternal mortality or critical care admission, and no safety data were reported.
safety data. Only two reported major maternal morbidity, There were small, statistically significant differences
neither demonstrating a difference between groups found in some laboratory values (platelet count, lactate
(table 2B).16 19 dehydrogenase and aspartate transaminase). However,
the authors acknowledged that the absolute differences One study demonstrated that a greater proportion
were too small to be clinically relevant.53 of the intervention group attained the target BP of
A very small retrospective cohort study suggested an <140/90 mm Hg at 24 (intervention group 9/20 (45%),
improvement in MAP with the addition of carperitide control group 3/28 (11%): difference 34%, no P value
(atrial natriuretic peptide) to standard therapy (n=16), quoted) and 48 hours postpartum (intervention group
and no adverse effects related to the intervention were 14/20 (70%), control group 8/28 (29%): difference
reported.47 However, the magnitude of the difference was 41%, no P value quoted).58 Two studies did not present
not published, and the study was too small to draw any the size of the difference between groups.57 61
firm conclusions.
versus placebo,48–50 but no published data were identified further limiting the comparability of trials. Increasingly,
comparing their efficacy with standard antihypertensive core outcome sets are being produced, with a view to
treatment, making it difficult to draw meaningful conclu- trials reporting as standard a minimum set of outcomes
sions about their clinical application. Neither study eval- that are clinically meaningful and important to patients.68
uating postpartum care organisation reported maternal We hope in the future that this would enhance our ability
mortality or morbidity, or any measure of BP control, to synthesise results from different studies to produce
with both selecting postnatal readmissions as their high-quality evidence. There is consensus about trying to
primary outcome. An increased postnatal readmission move away from surrogate outcomes, for example time
rate, however, may not necessarily reflect harm; it might to BP control, as they cannot effectively substitute for
instead suggest that a particular model of care can better clinically important outcomes. An important and clini-
detect problems in the community and admit appropri- cally meaningful end point should measure how a patient
ately, ultimately resulting in a lower risk to patients. feels, functions or survives .
In light of the heterogeneous nature of research in this The Cochrane review included only nine randomised
field, when designing this review, we included all inter- trials (author names in bold in online supplementary
ventions targeting hypertension management, but not appendix S4). We believe our review adds to this, as an addi-
end-organ complications, including eclampsia. There- tional 30 studies are included (19 predating the Cochrane
fore, trials evaluating magnesium sulfate were outside the search, and 11 subsequent to it), providing a current and
scope of this review. We acknowledge the relevance of this complete summary of all available research in the field.
therapy in women with severe pre-eclampsia, especially in The contrast between the scales of the two reviews high-
the immediate postnatal period, and a Cochrane review lights a lack of high-quality evidence, despite a reason-
suggests there is no uncertainty regarding the effective- ably high number of research studies being conducted
ness of this therapy.66 to answer the question about how hypertension should
A strength of this review is that cohort studies, case– be managed postpartum in women with HDP. In future,
control studies and quasi-randomised studies were studies need to be more robust and better designed to
eligible in addition to RCTs, and no language or date address the research questions adequately. Furthermore,
restrictions were imposed, resulting in a comprehen- in spite of these extensions, the body of evidence iden-
sive review that provides evidence suggesting significant tified was substantially smaller than that underpinning
research gaps, consistent with the findings from the antenatal hypertension management; 18 studies (n=982),
Cochrane review (2013).10 The applicability of the find- not restricted to RCTs, evaluated antihypertensive medi-
ings and recommendations from this review is restricted cations postpartum. Furthermore, the size of all but a few
by the low quality of included studies; both reviewers individual studies was small. In comparison, a Cochrane
judged the vast majority to be at high overall risk of bias. review (2014) evaluating antihypertensive medication for
Nearly a quarter of the included studies were published mild to moderate hypertension in pregnancy included 49
only as conference abstracts, and therefore not subjected RCTs (n=4723).69 Moreover, the quantity and quality of
to peer review. Data extraction was restricted to the infor- evidence supporting the management of HDP are vastly
mation provided in the abstracts (no authors provided less than that available for essential hypertension outside
additional data on request). These were limiting factors pregnancy, where individual RCTs commonly involve
in our analysis, but we nonetheless felt it was important to several thousand participants.70
include these studies for completeness, especially given This review demonstrates a lack of good-quality evidence
the paucity of evidence that exists in this field. A further for postpartum hypertension management, emphasising
justification for their inclusion is that half of the trials the need for further RCTs directly comparing different
reported in conference abstracts never reach full publi- antihypertensive agents, BP thresholds for medication
cation, and positive trials are more likely to be published adjustment and different models of care, with outcome
than negative ones,67 which has the potential to skew the measures other than postnatal readmissions. We believe
results of a review if they are omitted. the studies examining uterine curettage justify further
A further limitation of this review is that the majority research to evaluate clinically meaningful outcomes and
of identified studies did not report substantive clin- procedural risks. It might be pragmatic to confine this to
ical outcomes such as maternal mortality, morbidity or curettage at caesarean section, given concerns regarding
harms. Without these, it is difficult to define properly surgical intervention after vaginal birth; an additional
the potential role of proposed interventions in clin- anaesthetic is not required; infection risk is lowered
ical practice. The incidence of adverse maternal and within a sterile surgical field compared with the transcer-
neonatal outcomes, particularly in high-resource settings, vical route; and curettage under direct vision limits perfo-
is low, meaning adequately powering studies for real ration risk. This might be beneficial in women with severe
outcomes of interest is financially demanding. There- pre-eclampsia, where BP control during pregnancy has
fore researchers often employ surrogate outcomes. Addi- been challenging despite multiple medications.55
tionally, the range of outcomes reported in included
studies was broad and inconsistent, with BP changes in Acknowledgements The authors would like to thank Dr Ly-Mee Yu, Dr Helen
particular being measured in a variety of different ways, Cotton and Dr Victoria E Cairns for their assistance with translation.
Contributors AEC drafted the protocol with JMND, and drafted and piloted the data 17. Begum MR, Quadir E, Begum A, et al. Management of hypertensive
extraction sheet. These were reviewed by RJMcM, LP, KLT, LHM and PL. NR and AEC emergencies of pregnancy by hydralazine bolus injection vs
wrote the search strategy, and the online searches were conducted by NR. AEC and continuous drip–a comparative study. Medscape Womens Health
LP reviewed the search results independently and carried out the data extraction. 2002;7:1.
18. Mallapur A, Renuka B, Katageri G, et al. Role of postpartum
This manuscript was drafted by AEC and reviewed by RJMcM, JMND, LP, NR, KLT, curettage in recovery of severe preeclampsia and eclampsia
LHM and PL. AEC will be the guarantor. patients-a randomised controlled trial. Int J Gynaecol Obstet
Funding The research was funded by the National Institute for Health Research 2015;131:E191.
(NIHR) Collaboration for Leadership in Applied Health Research and Care Oxford at 19. Veena P, Perivela L, Raghavan SS. Furosemide in postpartum
management of severe preeclampsia: a randomized controlled trial.
Oxford Health NHS Foundation Trust, and via a Research Professorship awarded to
Hypertens Pregnancy 2017;36:84–9.
RJMcM (NIHR-RP-02-12-015). The views expressed are those of the author(s) and 20. United Nations Department of Economic and Social Affairs. World
not necessarily those of the NHS, the NIHR or the Department of Health. economic situation and prospects. New York, United States of
Competing interests None declared. America: United Nations, 2016.
21. Vermillion ST, Scardo JA, Newman RB, et al. A randomized, double-
Provenance and peer review Not commissioned; externally peer reviewed. blind trial of oral nifedipine and intravenous labetalol in hypertensive
emergencies of pregnancy. Am J Obstet Gynecol 1999;181:858–61.
Data sharing statement Extra data can be accessed via the Dryad data repository
22. Mabie WC, Gonzalez AR, Sibai BM, et al. A comparative
at http://datadryad.org/ with the doi:10.5061/dryad.pb6f2. trial of labetalol and hydralazine in the acute management of
Open Access This is an Open Access article distributed in accordance with the severe hypertension complicating pregnancy. Obstet Gynecol
terms of the Creative Commons Attribution (CC BY 4.0) license, which permits 1987;70:328–33.
23. Hennessy A, Thornton CE, Makris A, et al. A randomised
others to distribute, remix, adapt and build upon this work, for commercial use,
comparison of hydralazine and mini-bolus diazoxide for hypertensive
provided the original work is properly cited. See: http://creativecommons.org/ emergencies in pregnancy: the PIVOT trial. Aust N Z J Obstet
licenses/by/4.0/ Gynaecol 2007;47:279–85.
© Article author(s) (or their employer(s) unless otherwise stated in the text of the 24. Garden A, Davey DA, Dommisse J. Intravenous labetalol and
article) 2017. All rights reserved. No commercial use is permitted unless otherwise intravenous dihydralazine in severe hypertension in pregnancy. Clin
Exp Hypertens B 1982;1:371–83.
expressly granted. 25. Gaisin IR, Iskchakova AS, Shilina LV. Indapamide in the management
of post-partum hypertension: a randomized, case-control study. Eur
Heart J 2013;34:P1426.
26. York R, Brown LP, Samuels P, et al. A randomized trial of early
discharge and nurse specialist transitional follow-up care of high-risk
References childbearing women. Nurs Res 1997;46:254–61.
1. Podymow T, August P. Postpartum course of gestational 27. Sharma KJ, Greene N, Kilpatrick SJ. 40: Oral labetalol compared
hypertension and preeclampsia. Hypertens Pregnancy to oral extended release nifedipine for persistent postpartum
2010;29:294–300. hypertension: a randomized controlled trial. Am J Obstet Gynecol
2. Goel A, Maski MR, Bajracharya S, et al. Epidemiology and 2016;214:S27–8.
mechanisms of De Novo and persistent hypertension in the 28. Sharma KJ, Greene N, Kilpatrick SJ. Oral labetalol compared to oral
postpartum period. Circulation 2015;132:1726–33. nifedipine for postpartum hypertension: a randomized controlled trial.
3. Chames MC, Livingston JC, Ivester TS, et al. Late postpartum Hypertens Pregnancy 2017;36:44–7.
eclampsia: a preventable disease? Am J Obstet Gynecol 29. Noronha Neto C C, Maia SS, Katz L, et al. Clonidine versus captopril
2002;186:1174–7. for severe postpartum hypertension: a randomized controlled trial.
4. Kayem G, Kurinczuk JJ, Spark P, et al. Maternal and obstetric factors PLoS One 2017;12:e0168124.
associated with delayed postpartum eclampsia: a national study 30. Amorim MMR, Noronha-Neto C, Maia SB, et al. Clonidine compared
population. Acta Obstet Gynecol Scand 2011;90:1017–23. with captopril for severepostpartum hypertension. Obstet Gynecol
5. Watson DL, Sibai BM, Shaver DC, et al. Late postpartum eclampsia: 2015;125:42S.
an update. South Med J 1983;76:1487–9. 31. Katz L, Noronha Neto C, Maia S, et al. Clonidine versus captopril
6. Martin JN, Thigpen BD, Moore RC, et al. Stroke and severe for severe postpartum hypertension: a randomized controlled trial.
preeclampsia and eclampsia: a paradigm shift focusing on systolic Pregnancy Hypertens 2015;5:29–30.
blood pressure. Obstet Gynecol 2005;105:246–54. 32. Barton JR, Hiett AK, Conover WB. The use of nifedipine during the
7. Berks D, Steegers EA, Molas M, et al. Resolution of hypertension and postpartum period in patients with severe preeclampsia. Am J Obstet
proteinuria after preeclampsia. Obstet Gynecol 2009;114:1307–14. Gynecol 1990;162:788–92.
8. National Institute for Health and Care Excellence. NICE clinical 33. Bibbo C, Celi A, Thomas AM, et al. Does the addition of a specialized
guideline 107: hypertension in pregnancy: the management of postpartum clinic improvethe care of women with preeclampsia?
hypertensive disorders during pregnancy, 2011. Obstet Gynecol 2014;123:39S.
9. ACOG Task Force on Hypertension in Pregnancy. Hypertension in 34. Sayin NC, Altundag G, Varol FG. Efficacy of alpha-methyldopa and
pregnancy: American college of obstetricians and gynecologists, nifedipine in the treatment of postpartum hypertension. [Turkish]
2013. Postpartum hipertansiyon tedavisinde alfametildopa ve nifedipinin
10. Magee L, von Dadelszen P. Prevention and treatment of postpartum etkinligi. J Turk Ger Gynecol Assoc 2005;6:118–22.
hypertension. Cochrane Database Syst Rev 2013;4. 35. Vigil-De Gracia P, Ruiz E, López JC, et al. Management of severe
11. Moher D, Shamseer L, Clarke M, et al. Preferred reporting items for hypertension in the postpartum period with intravenous hydralazine
systematic review and meta-analysis protocols (PRISMA-P) 2015 or labetalol: a randomized clinical trial. Hypertens Pregnancy
statement. Syst Rev 2015:4:1. 2007;26:163–71.
12. McManus RJ, Wilson S, Delaney BC, et al. Review of the usefulness 36. Palot M, Jakob L, Decaux J. Arterial hypertensions of labor and the
of contacting other experts when conducting a literature search for post-partum period. [French] Les Hypertensions Arterielles Du Travail
systematic reviews. BMJ 1998;317:1562–3. Et Du Post-Partum. Rev Fr Gynecol Obstet 1979;74:173–6.
13. Higgins JP, Altman DG, Gøtzsche PC, et al. The Cochrane 37. Ilshat Gaisin IR, Iskchakova AS, Shilina LV. Control of
Collaboration’s tool for assessing risk of bias in randomised trials. cardiovascular risk factors with ursodeoxycholic acid and
BMJ 2011;343:d5928. indapamide in postpreeclamptic nursing mothers: Results from
14. Wells GA, Shea B, O'Connell D, et al. The Newcastle-Ottawa Scale a randomized, case-control 1-year study. Eur J Prev Cardiol
(NOS) for assessing the quality of nonrandomised studies in meta- 2014;21:S120.
analyses. 2017 http://www.ohri.ca/programs/clinical_epidemiology/ 38. Griffis KR, Martin JN, Palmer SM, et al. Utilization of hydralazine
oxford.htm (accessed 14 Jul 2017). or alpha-methyldopa for the management of early puerperal
15. Ragab A, Goda H, Raghib M, et al. Does immediate postpartum hypertension. Am J Perinatol 1989;6:437–41.
curettage of the endometrium accelerate recovery from 39. Martin JN, Griffis KR, Martin RW, et al. Early puerperal hypertension
preeclampsia-eclampsia? A randomized controlled trial. Arch management: hydralazine vs methyldopa. Clin Exp Hypertens B
Gynecol Obstet 2013;288:1035–8. 1988;8:431.
16. Ascarelli MH, Johnson V, McCreary H, et al. Postpartum 40. Walss Rodríguez RJ, Villarreal Ordaz F. [Management of severe
preeclampsia management with furosemide: a randomized clinical pre-eclampsia in the puerperium. Comparative study of sublingual
trial. Obstet Gynecol 2005;105:29–33. nifedipine and hydralazine]. Ginecol Obstet Mex 1991;59:207–10.
41. Shumard K, Yoon J, Huang C, et al. 718: Peripartum anti- Preeclampsia–Eclampsia? A Randomized Controlled Trial. Obstet
hypertensive choice affects time to blood pressure control in Gynecol Surv 2014;69:121–2.
treating hypertensive disorders of pregnancy. Am J Obstet Gynecol 56. HUNTER CA, Howard WF, McCORMICK CO. Amelioration of the
2016;214:S378. hypertension of toxemia by postpartum curettage. Am J Obstet
42. Fidler J, Smith V, De Swiet M. A randomized study comparing timolol Gynecol 1961;81:884–9.
and methyldopa in hospital treatment of puerperal hypertension. Br J 57. Gocmen A, Yayla M, Ceylan Erden A, et al. The effect of postpartum
Obstet Gynaecol 1982;89:1031–4. curettage in severe preeclampsia and eclampsia in recovery (Ağır
43. Krebs A. [Experience with serpasil and luminal in the management of preeklampsı ve eklampsi in iyileşmesinde postpartum kuretajin etkisi).
pregnancy-and puerperal toxemias]. Gynaecologia 1956;141:255–60. Perinatoloji Dergisi 1996;4:24.
44. Krebs A. [Tests of reserpine and phenobarbital in therapy of 58. Salvatore CA, Carduz E, Ciccivizzo E, et al. [“Postpartum curettage
toxicosis of pregnancy and puerperium]. Geburtshilfe Frauenheilkd in severe toxemia with and without premature loosening of the
1956;16:410–22. placenta”]. Matern Infanc 1967;26:275–86.
45. Amorim M, Katz L, Cursino T, et al. Postpartum furosemide for 59. Magann EF, Martin JN, Isaacs JD, et al. Immediate postpartum
accelerating recovery in women with severe preeclampsia: A curettage: accelerated recovery from severe preeclampsia. Obstet
randomized clinical trial. Int J Gynaecol Obstet 2015;131:E195. Gynecol 1993;81:502–6.
46. Matthews G, Gornall R, Saunders NJ. A randomised placebo 60. Magann EF, Bass JD, Chauhan SP, et al. Accelerated recovery from
controlled trial of loop diuretics in moderate/severe pre-eclampsia, severe preeclampsia: uterine curettage versus nifedipine. J Soc
following delivery. J Obstet Gynaecol 1997;17:30–2. Gynecol Investig 1994;1:210–4.
47. Shigemitsu A, Akasaka J, Shigetomi H, et al. Use of carperitide for 61. Gomez LM, De la Vega GA, Ludmir J, et al. Immediate postpartum
postpartum diuresis of severe preeclampsia. Pregnancy Hypertens curettage accelerates clinical recovery in severe preeclampsia.
2015;5:145.
Obstet Gynecol 2005;105:111S.
48. Weiner CP, Serotonin SML. 5HT) receptor blockade in puerperal pre-
62. Alkan A, Tugrul S, Oral O, et al. Effects of postpartum uterine
eclampsia. Clin Exp Hypertens B 1982;1:195.
curettage on maternal well-being in severe preeclamptic patients.
49. Weiner CP, Socol ML, Vaisrub N. Control of preeclamptic
Clin Exp Obstet Gynecol 2006;33:55–8.
hypertension by ketanserin, a new serotonin receptor antagonist. Am
63. Webster J, Koch HF. Aspects of tolerability of centrally acting
J Obstet Gynecol 1984;149:496–500.
50. Montenegro R, Knuppel RA, Shah D, et al. The effect of serotonergic antihypertensive drugs. J Cardiovasc Pharmacol 1996;27:S49–54.
blockade in postpartum preeclamptic patients. Am J Obstet Gynecol 64. Committee JF. British National Formulary (BNF). 71st edn. BMJ
1985;153:130–3. Publishing Group Ltd and Royal Pharmaceutical Society, 2016.
51. Hladunewich MA, Derby GC, Lafayette RA, et al. Effect of L-arginine 65. Tan LK, de Swiet M. The management of postpartum hypertension.
therapy on the glomerular injury of preeclampsia: a randomized BJOG 2002;109:733–6.
controlled trial. Obstet Gynecol 2006;107:886–95. 66. Duley L, Gulmezoglu AM, Henderson-Smart DJ, et al. Magnesium
52. Liu Z, Wang XY, Yan NN. [Treatment of albuminuria in gestational sulphate and other anticonvulsants for women with pre-eclampsia.
hypertension puerpera in the severe preeclampeia stage by TCM Cochrane Database Syst Rev 2010;11.
therapy for stasis-removing and diuresis]. Zhongguo Zhong Xi Yi Jie 67. Scherer RW, Langenberg P, von Elm E. Full publication of results
He Za Zhi 2009;29:222–4. initially presented in abstracts. Cochrane Database Syst Rev
53. Barrilleaux PS, Martin JN, Klauser CK, et al. Postpartum intravenous 2007;2:MR000005.
dexamethasone for severely preeclamptic patients without 68. Khan K. The CROWN Initiative: journal editors invite researchers to
hemolysis, elevated liver enzymes, low platelets (HELLP) syndrome: develop core outcomes in women's health. Br J Obstet Gynaecol
a randomized trial. Obstet Gynecol 2005;105:843–8. 2014;121:1181–2.
54. Barrilleaux PS, Martin J, Klauser C, et al. Adjunctive intravenous 69. Abalos E, Duley L, Steyn DW. Antihypertensive drug therapy for mild
dexamethasone in patients with severe preeclampsia not to moderate hypertension during pregnancy. Cochrane Database
complicated by HELLP syndrome. Am J Obstet Gynecol Syst Rev 2014;2.
2003;189:S94. 70. National Institute for Health and Care Excellence. NICE clinical
55. Caughey AB. Editorial Comment: Does Immediate Postpartum guideline 127: hypertension in adults: diagnosis and management,
Curettage of the Endometrium Accelerate Recovery From 2011.
Abstrak
Kejang post partum masih merupakan kasus utama penyebab morbiditas dan mortalitas maternal diseluruh
dunia. Diagnosis banding penyebab kejang antara lain kejang akut, gangguan metabolik, hipoglikemi dan hipo/
hipernatremia, jejas otak traumatik, iskemia otak sesaat ataupun cerebrovasculair accident, perdarahan intrakranial,
perdarahan subarachnoid, meningitis, ensefalitis, eklampsia, gejala akut kecanduan alkohol, gejala akut kecanduan
benzodiazepine atau barbiturate, dural puncture, dan posterior reversible encephalopathy syndrome (PRES). Pada
pasien ini terjadi kejang pada hari kedelapan post partum, dengan penyebab utama kejang berasal dari masalah
kardiovaskular. Manajemen kejang pada pasien ini dimulai dengan upaya resusitasi cairan, dilanjutkan pengelolaan
dukungan airway-breathing-circulation, dan kemudian penyingkiran kandidat diagnosis terhadap infeksi Covid-19,
Mendelson syndrome, infeksi lain, gangguan keseimbangan elektrolit, dll. Kerjasama multidisiplin dokter spesialis
sangat membantu pencapaian kesembuhan, meskipun masih perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan terutama bila
ada perencanaan kehamilan berikutnya.
Abstract
Post partum seizures are still the leading cases of maternal morbidity and mortality worldwide. The differential
diagnosis of the causes of seizures are acute seizures, metabolic disorders, hypoglycemia and hypo/hypernatremia,
traumatic brain stroke, temporary brain ischemia or cerebrovascular accident, intracranial hemorrhage, subarachnoid
hemorrhage, meningitis, encephalitis, eclampsia, acute symptoms of alcohol addiction, acute symptoms of
benzodiazepine or barbiturate addiction, dural puncture, dan posterior reversible encephalopathy syndrome
(PRES). In this patients there is a seizure on the eighth day of post partum, with the main cause coming from
cardiovasculair problems. Seizure management in these patients begins with fluid resuscitation efforts, continued
with airway-breathing-circulation support, and then removal of diagnosis candidates : Covid-19 infection,
Mendelson syndrome, other infections, electrolyte balance disorders, etc. Multidisciplinary cooperation of the
specialist doctors is very helpful in achieving recovery, although it still needs follow-up examination especially
when there is planning for the next pregnancy
BPAP, Pins 27, Pasb 16, rate 29, PEEP 11, trigger tablet ivabradine 2 x 5 mg. Dokter spesialis paru
2, FIO2 100% memberikan hasil volume ekspirasi dalam konsultasi juga memberikan tambahan
tidal 400–470 ml, laju napas 29 x/m, SpO2 83– terapi (sesuai dengan persangkaan telah terjadi
85%, dan masih didapatkan pink froothy sputum. Mendelson syndrome) obat steroid indexon 2x6
Tekanan darah 100–120/70–80 mmHg, MAP 110 mg, bisolvon 3x4 mg, dan antibiotika profilaksis
mmHg, laju nadi 160–170 x/m, teraba nadi kuat meropenem 3x1 gram. Karena terjadi peningkatan
angkat, terpasang norepinephrine 100 µg/kgBB/ suhu tubuh pasien yang dicurigai terjadi akibat
menit. Suhu tubuh 39,5oC. Kesadaran masih mastitis, maka hal ini dikonsultasikan kepada
dalam pengaruh sedasi, dengan GCS E1VxM1, dokter spesialis Kebidanan dan Kandungan
pupil bulat isokor dan reflek cahaya positif. dengan usulan diberikan bromocriptine, namun
Produksi urine lebih kurang 60 ml/jam. Abdomen diputuskan ditunda oleh dokter tersebut karena
tampak luka pasca seksio sesarea, bising usus
ada. Didapatkan edema ekstremitas tanpa
sianosis. Assessment: pasca kejang + penurunan
kesadaran (pasca seksio sesarea 8 hari), disertai
desaturasi, pneumonia, kardiomegali, takikardia
(dengan gambaran supraventriculair tachycardia,
SVT), hipertermia, dan proteinuria (+3). Pasien
mendapat terapi sonde D5% 6x 50 ml, cairan
intravena RL 500 cc/24jam, pelumpuh otot
rocuronium 20 mg/jam, analgesik morfin 1 mg/
jam, sedasi midazolam 2 mg/jam. Posisi head-up
30o, anti-ulcer pantoprazole 2x40 mg, prokinetik
gastrointestinal metoclopramide 2x10 mg,
antibiotika profilaksis levofloxacine 1x750 mg,
paracetamol intravena 4 x I gram, KCl intravena
50 meq/24 jam, dan ivabradine oral/sonde 2x5
mg. Injeksi amiodarone dilanjutkan dengan 300
mg/6 jam untuk terapi SVT.
Gambar 2. Mastitis.
Pemeriksaan penunjang, baik pemeriksaan ulang
maupun baru, yang telah dimintakan sebelumnya
memberikan hasil sebagai berikut : Natrium 146
meq/L, Kalium 2,8 meq/L, Cl 111 meq/L, Ca 9,9
meq/L, P 5,1 meq/L, Mg 2,5 meq/L. Kadar SGOT
36 IU/L dan SGPT 18 IU/L, dan albumin 3,95 g/
dL. Ureum 25,2 mg/dL dan kreatinin 0.95 mg/dL.
PPT 15,4 detik, APTT 30,4 detik, BT 3 detik, CT
13 detik, INR 1,27, d-dimer 13,02 ng/ml , IL-6
297,3 pg/mL, CRP 77,2 mg/L dan procalcitonin
>200 ng/mL. PCR Covid-19 negatif. Karena
d-dimer meningkat, maka ditambahkan heparin
5000 IU bolus, diteruskan dengan 500 IU/jam.
hasil pH 7,42, pCO2 37 mmHg, pO2 250 mmHg, hasil: pH 7,53, pCO2 33 mmHg, pO2 251
HCO3- 23,8 mmHg, BE 0 mEq/L, SaO2 100%, mmHg, HCO3 27,4 mmHg, BE 4,9 mEq/L,
dan AaDO2 345 mmHg. Natrium 148 meq/L, SaO2 100%, dan AaDO2 243 mmHg, natrium
kalium 3,1 meq/L, Ca 0,46 meq/L, Cl 114 148 meq/L, kalium 3,1 meq/L, dan laktat 2,5
meq/L dan laktat 2,3 mg/dL. Albumin 3,38 g/ mg/dL. Albumin 3,38 g/dL, BUN 41,2 mg/dL,
dL, BUN 41,2 mg/dL, dan kreatinin 1,31 mg/ dan kreatinin 1,31 mg/dL. Pemeriksaan PCR
dL. Pemeriksaan mikrobiologi memberikan hasil Covid-19 ulang memberikan hasil negatif. Hasil
bahwa pewarnaan BTA terhadap sputum negatif,
kultur urine tidak didapatkan pertumbuhan kuman,
pewarnaan KOH sputum negatif, pewarnaan gram
terhadap sputum juga tidak didapatkan kuman.
kultur sputum tidak ada pertumbuhan kuman. 85–100 x/m, teraba nadi kuat angkat, tanpa
norepinephrine dan dobutamin. Suhu 37–37,3 oC.
Perawatan Hari ke-5 Kesadaran GCS E4V5M6, pupil bulat isokor dan
Oksigen diberikan lewat non rebreathing mask reflek cahaya positif. Produksi urine lebih kurang
(NRM) tersambung pada Jackson Rees 8 lpm, 100 ml/jam. Abdomen tampak luka pasca seksio
laju napas 12–20 x/m, SpO2 96-98%, sputum sesarea, bising usus ada. Didapatkan edema
mukopurulen minimal. Tekanan darah 95-125/50- ekstremitas tanpa sianosis. Diagnosis kerja adalah
65 mmHg, laju nadi 90-107 x/m, teraba nadi kuat pasca kejang + penurunan kesadaran (pasca seksio
angkat, dengan terpasang norepinephrine 25 µg/ sesarea hari ke 13), pneumonia, kardiomegali,
kgBB/menit dan dobutamin 3 µg/kgBB/jam. dan proteinuria (+3). Diberikan terapi sonde
Suhu 37–37,3oC. Kesadaran GCS E4V5M6, pupil enterasole 6x200 ml, diet ditingkatkan ke bubur
bulat isokor dan reflek cahaya positif. Produksi kasar, cairan intravena D5% 500 cc/24 jam. Posisi
urine lebih kurang 110 ml/jam. Abdomen tampak head-up 30o, anti-ulcer pantoprazole 2 x 40 mg,
luka post SC, bising usus ada. Didapatkan edema prokinetik gastrointestinal metoclopramide 2 x 10
ekstremitas tanpa sianosis. Assessment: pasca mg, antibiotika profilaksis levofloxacine 1x750
kejang + penurunan kesadaran (pasca seksio mg dan meropenem 3x1 g, indexon dihentikan,
sesarea hari ke 12), pneumonia, kardiomegali, bisolvon 3x4 mg, paracetamol intravena 4xI
takikardia, dan proteinuria (+3). Terapi: sonde gram, KCL dihentikan dan diganti KSR 3x1 tab,
enterasole 6x200 ml ditambahkan diet bubur heparin dihentikan dan diganti aspilet 1x80 mg.
halus, cairan intravena D5% 500 cc/24jam. Injeksi furosemide dihentikan. Tablet peroral
Dobutamin dan norepinephrine diturunkan cripsa 1x2,5 mg, dan digoxin 2x0,25 mg.
bertahap. Posisi head-up 30o, anti-ulcer
pantoprazole 2x40 mg, prokinetik gastrointestinal Pemeriksaan mikrobiologi terhadap darah (kultur
metoclopramide 2x10 mg, antibiotika profilaksis darah aerob maupun anaerob) memberikan
levofloxacine 1x750 mg dan meropenem 3x1 g, hasil negatif (tidak ada pertumbuhan kuman).
indexon 2 x 6 mg, bisolvon 3 x 4 mg, paracetamol Pemeriksaan ulang echocardiography
intravena 4xI gram. Metamizole dihentikan. memberikan hasil perbaikan kondisi: katup-katup
KCL diberikan 25 mEq/24 jam, heparin 500 tak tampak kelainan, dimensi ruang jantung
IU/jam, injeksi furosemide 3 mg/jam. Tablet normal, fungsi sistolik LV menurun (50%), fungsi
peroral cripsa 1x2,5 mg, dan digoxin 2x0,25 mg. sistolik RV normal, fungsi diastolik normal,
analisa segmental LV normokinetik, terdapat
Pasien mulai dipersiapkan untuk pindah ke LVH, dan tampak efusi perikardial minimal
ruang perawatan biasa. Beberapa pemeriksaan
penunjang diulangi dan didapatkan kadar Perawatan Hari ke-7
hemoglobin 12,7 gr/dL, hematokrit 39,2%, Oksigen diberikan lewat kateter nasal 2-4 lpm,
leukosit 15,87 x103/µl. Pemeriksaan gas darah laju napas 12–20 x/m, SpO2 99-100%, sputum
: pH 7,49, pCO2 37 mmHg, pO2 116 mmHg, tidak ada. Tekanan darah 105–120/55–60 mmHg,
HCO3- 28,2 mmHg, BE 4,7 mEq/L, SaO2 99%, laju nadi 70–95 x/m, teraba nadi kuat angka. Suhu
dan AaDO2 265 mmHg. Pemeriksaan Natrium tubuh 37–37,3oC. Kesadaran GCS E4V5M6, pupil
143 meq/L, Kalium 3,0 meq/L, dan Cl 110 meq/L. bulat isokor dan reflek cahaya positif. Produksi
Albumin 3,42 g/dL, BUN 22,8 mg/dL, dan urine lebih kurang 100 ml/jam. Abdomen tampak
kreatinin 0,79 mg/dL. APTT 28,5 detik, d-dimer luka pasca seksio sesarea, bising usus ada.
11,19 ng/ml, laktat 3,3 mg/dL dan procalcitonin Didapatkan edema ekstremitas tanpa sianosis.
0,72 ng/mL. Assessment: pasca kejang + penurunan kesadaran
(pasca seksio sesarea hari ke 14), disertai
Perawatan Hari ke-6 pneumonia, kardiomegali, dan proteinuria (+3).
Oksigen lewat kateter nasal 2-4 lpm, laju napas Terapi: sonde enterasole 6x200 ml dan bubur
12–20 x/m, SpO2 98–100%, sputum tidak ada. kasar, cairan intravena D5% 500 cc/24 jam. Posisi
Tekanan darah 90–115/50–65 mmHg, laju nadi head-up 30o, anti-ulcer pantoprazole 2 x 40 mg,
124 Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia
ke-4. Secara bertahap rencana tappering off obat 2. Hunt D, Crane D, Brown S. Postpartum
dilanjutkan, dan sebagian dikonversi ke bentuk Seizures. 2018 [cited 2021 Aug 14]. Tersedia
tablet. Secara ringkas bahwa pada pasien ini yang dari https://www.emra.org/emresident/
semula diduga terjadi eklampsia, tetapi karena article/postpartum-seizures/
perubahan hemodinamik yang tidak mengarah
ke diagnostik eklampsia, maka terjadi kesulitan 3. Bin Idu M, Wei Chieh Tan J. Rare case of late
dalam menegakkan diagnosis definitif. Dengan post-partum seizure preceding peri-partum
tetap memperhatikan beberapa kemungkinan cardiomyopathy presentation. Ann Cardiol
yang bisa menyebabkan kejang, baik intrakranial Cardiovasc Med. 2020; 4(1): 1034
maupun ekstrakranial, maka dilakukan upaya-
upaya supportive dan terapi simptomatis mulai dari 4. James J, Jose J. Postpartum Woman with
terapi terhadap kondisi desaturasi, terapi terhadap seizures. Images In Emergency Medicine.
gangguan irama jantung (takikardia, SVT) dan 2017;69(1): 151.
kardiomiopati, terapi terhadap kemungkinan
Mendelson syndrome, terapi terhadap hipertermia 5. El Ameen NA, Amin MF, Kotb A. MRI
(ada mastitis), terapi elektrolit, maupun supportif of the brain in postpartum convulsions;
terhadap kerja gastrointestinal dan fungsi ginjal. pose diagnostic dilemmas. The Egyptian
Dengan mengerjakan terapi-terapi supportif dan Journal of Radiology and Nuclear Medicine.
simptomatis diatas, sekaligus mengupayakan 2017;48(4): 999–1004
ekslusi satu demi satu kandidat diagnosis, pasien
ini ternyata dapat terbantu dan pulih ke kondisi 6. Reynaud Q, Killian M, Tardy B. An
yang baik dan stabil. uncommon case of post partum seizures.
Internal medicine flashcard. 2015;26(9):
IV. Simpulan E41-2.
Pada pasien ini kami menarik kesimpulan bahwa 7. Chhabra A, Jagtap S. Postpartum seizures
penyebab utama kejang berasal dari masalah with posterior reversible encephalopathy
kardiovaskular, yang kemudian mengganggu syndrome following cesarean delivery for
fungsi kerja otak, dan menyebabkan terjadi triplets. Journal of Obstetric Anaesthesia and
kejang. Kesimpulan ini kami ambil mengingat Critical Care. 2014;4(1): 50–2.
bahwa dalam rangkaian terapi terhadap pasien
ini, terapi kardiovaskular secara menonjol 8. Jamadarkhana S, Law RC. Seizures in
memberikan pengaruh positif terhadap disfungsi the early post-partum period: A diagnostic
organ pasien, dan bahwa lama terapi/perawatan dilemma. Indian J Anaesth. 2012; 56(2):
pasien cukup pendek yang sering menjadi ciri 183–5
dari perawatan pasien kritis dengan gangguan
kardiovaskuler sesaat. Untuk pasien ini masih 9. Ng MD, Manikappa S. Postpartum seizure
perlu dilakukan assessment lanjutan terutama and ischaemic stroke following dural
bila ada perencanaan kehamilan berikutnya. puncture and epidural blood patch. Anaesth
Intensive Care 2012; 40: 347–51
Daftar Pustaka
10. Dogani R, Horasanlf B, Ozcimen EE,
1. Tantillo GB, Jetté N, Yoo JY, Stone J, Basarani B, Kaya Y. A case of postpartum
Egerman M, Dhamoon MS. Pregnancy- seizures following spinal anesthesia an
related complications and risk of postpartum epidural blood patch. Gynecol Obstet Reprod
readmission for seizures and epilepsy: A Med. 2011;17(2):110–2
national study. Epilepsia, 2020; 61(9):1990–8