UU Harmonisasi Klaster PPH

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 12

UNDANG-UNDANG

HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN

MEMBANGUN SISTEM PERPAJAKAN YANG ADIL, SEHAT, EFEKTIF,


DAN AKUNTABEL
Jakarta, Oktober 2021

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 1


RUU HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN

1. Asas 2. Tujuan
a. keadilan a. Meningkatkan pertumbuhan dan mendukung percepatan
b. kesederhanaan pemulihan perekonomian
c. efisiensi b. Mengoptimalkan penerimaan negara
d. kepastian hukum c. Mewujudkan sistem perpajakan yang berkeadilan dan
e. kemanfaatan berkepastian hukum
f. kepentingan nasional d. Melaksanakan reformasi administrasi, kebijakan perpajakan yang
konsolidatif, dan perluasan basis pajak
e. meningkatkan kepatuhan sukarela Wajib Pajak

3. Muatan Isi dan Pemberlakuan


a. Perubahan UU Pajak Penghasilan (PPh) → berlaku tahun pajak 2022
b. Perubahan UU Pajak Pertambahan Nilai (PPN) → berlaku mulai 1 April 2022
c. Perubahan UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) → berlaku mulai tanggal
diundangkan
d. Program Pengungkapan Sukarela → berlaku 1 Januari s.d. 30 Juni 2022
e. Pajak Karbon → mulai berlaku 1 April 2022
f. Perubahan UU Cukai → berlaku mulai tanggal diundangkan
MATERI PAJAK PENGHASILAN
1. Tarif PPh orang pribadi
Perubahan tarif dan bracket Pajak Penghasilan orang pribadi, agar lebih mencerminkan keadilan.
Lapisan UU PPh UU HPP
Tarif Rentang Penghasilan Tarif Rentang Penghasilan Tarif
I 0 - Rp 50 juta 5% 0 - Rp 60 juta 5%
II >Rp 50 - 250 juta 15% >Rp 60 - 250 juta 15%
III >Rp 250-500 juta 25% >Rp 250-500 juta 25%
IV >Rp 500 juta 30% >Rp 500 juta - 5 miliar 30%
V >Rp 5 miliar 35%

Penghitungan pajak penghasilan orang pribadi diterapkan atas penghasilan yang jumlahnya melebihi
batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
Dalam RUU HPP, besaran PTKP tidak berubah yaitu bagi orang pribadi lajang sebesar Rp4,5 juta per
bulan atau Rp54 Juta per tahun. Tambahan sebesar Rp4,5 juta diberikan untuk Wajib Pajak yang kawin
dan masih ditambah Rp4,5 juta untuk setiap tanggungan maksimal 3 orang.
Pasal Terdampak
• Pasal 7 ayat (1) dan ayat (3) diubah
• Pasal 17 ayat (1) huruf a dan ayat (3) diubah
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
MATERI PAJAK PENGHASILAN
Ilustrasi Penghitungan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Asumsi penghitungan PPh untuk status WP OP lajang (TK/0) (dalam Rp)
Penghasilan/
5 Juta 9 Juta 10 Juta 15 Juta
Bulan
Penghasilan/
60 Juta 108 Juta 120 Juta 180 Juta
tahun
PTKP (TK/0) 54 Juta 54 Juta 54 Juta 54 Juta
Ph. Kena
6 Juta 54 Juta 66 Juta 126 Juta
Pajak (PKP)
UU PPh UU HPP UU PPh UU HPP UU PPh UU HPP UU PPh UU HPP

5% x 6 Juta = 5% x 6 Juta = 5% x 50 Juta = 5% x 54 Juta = 5% x 50 Juta = 5% x 60 Juta = 5% x 50 Juta = 5% x 60 Juta =


Perhitungan 300 ribu 300 ribu 2,5 Juta 2,7 Juta 2,5 Juta 3 Juta 2,5 Juta 3 Juta
PPh Terutang
15% x 6 Juta = 15% x 16 Juta 15% x 6 Juta = 15% x 76 Juta 15% x 66 Juta
-- -- --
900 ribu = 2,4 Juta 900 ribu = 11,4 Juta = 9,9 Juta

Total PPh
300 ribu 300 ribu 3,4 Juta 2,7 Juta 4,9 Juta 3,9 Juta 13,9 Juta 12,9 Juta
Terutang

▪ Perubahan tarif ini tidak menambah beban PPh bagi orang pribadi yang berpenghasilan s.d. Rp5 miliar setahun.
▪ Masyarakat berpenghasilan sampai dengan 4,5jt per bulan tetap tidak membayar PPh sama sekali.
▪ Data dari SPT tahun 2019, dari 11,5 juta WP yang melaporkan SPT hanya 4,9 juta WP yang membayar pajak
▪ Masyarakat dengan penghasilan di atas 4,5jt per bulan, mayoritas akan membayar pajak yang lebih rendah. 4
MATERI PAJAK PENGHASILAN
2. Pengenaan pajak atas natura dan/atau kenikmatan
Natura/Kenikmatan (Fringe Benefit)

Non Taxable Taxable


Non Deductable Deductable

Ketentuan UU PPh (UU 36/2008) yang mengatur natura/kenikmatan bukan objek PPh dan tidak dapat dibiayakan
(nontaxable-nondeductible), perlu disesuaikan karena:
a. Imbalan berupa natura yang bukan merupakan objek pajak, cenderung dinikmati oleh high level employee (direktur,
manajer dan komisaris).
b. Hal ini menimbulkan ketidakadilan horisontal karena penghasilan untuk pegawai yang biasanya berupa gaji/upah
dikenai PPh.
c. Potensi tax planning pemberi kerja yang memanfaatkan tarif PPh Badan < PPh Orang Pribadi dengan pemberian
imbalan berupa natura/kenikmatan.

Pasal Terdampak
• Pasal 4 ayat (1) huruf a dan penjelasannya diubah
• Pasal 4 ayat (3) huruf d diubah
• Pasal 6 ayat (1) huruf n dan penjelasannya ditambahkan
• Pasal 9 ayat (1) huruf e dihapus

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


MATERI PAJAK PENGHASILAN
2. Pengenaan pajak atas natura dan/atau kenikmatan
Substansi perubahan:

UU 36 Tahun 2008 UU HPP


Natura dan/atau kenikmatan secara umum bagi : • Natura dan/atau kenikmatan, secara umum bagi :
a. penerima/karyawan, dikecualikan sebagai objek PPh a. penerima/karyawan, merupakan objek PPh (taxable) kecuali:
(non taxable) kecuali natura dan/atau kenikmatan 1) makanan, bahan makanan, bahan minuman, dan/atau minuman bagi
diberikan oleh bukan WP, WP yang dikenai PPh Final seluruh pegawai;
atau menggunakan deemed profit Pasal 15 UU PPh 2) natura dan/atau kenikmatan yang disediakan di daerah tertentu;
b. pemberi kerja, tidak dapat dibiayakan (non deductible) 3) natura dan/atau kenikmatan yang harus disediakan oleh pemberi kerja
kecuali natura dan/atau kenikmatan bagi seluruh dalam pelaksanaan pekerjaan;
pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk 4) natura dan/atau kenikmatan yang bersumber/dibiayai APBN/D/Desa; atau
natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang 5) natura dan/atau kenikmatan dengan jenis dan/atau batasan tertentu.
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan. b. pemberi kerja, dapat dibiayakan (deductible).
• Pengaturan lebih lanjut mengenai pengecualian natura/kenikmatan dari objek
pajak dan pembebanan biaya diatur dengan atau berdasarkan PP

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


MATERI PAJAK PENGHASILAN
3. Batas peredaran bruto tidak dikenai pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi
Bagi orang pribadi pengusaha yang menghitung PPh dengan tarif final 0,5% (PP 23/2018) dan memiliki
peredaran bruto sampai Rp 500 juta setahun tidak dikenai PPh.

Pasal Terdampak
• Pasal 4 ayat (2) huruf e diubah
• Pasal 7 ayat (2a )ditambahkan
• Pasal 7 ayat (3) diubah
MATERI PAJAK PENGHASILAN

Ilustrasi penghitungan pajak Tuan A pengusaha toko kelontong pada Tahun Pajak 2022:
Peredaran Usaha Peredaran Bruto Peredaran PPh final PPh final terutang
Peredaran Usaha
No Bulan Kumulatif Tidak Kena Pajak Usaha Kena terutang Setelah Sebelum RUU
(Rp)
(Rp) (Rp) Pajak (Rp) RUU HPP (Rp) HPP (Rp)
1 Januari 100,000,000 100,000,000 0 0 500,000
2 Februari 100,000,000 200,000,000 0 0 500,000
3 Maret 100,000,000 300,000,000 0 0 500,000
4 April 100,000,000 400,000,000 0 0 500,000
5 Mei 100,000,000 500,000,000 0 0 500,000
6 Juni 100,000,000 600,000,000 500,000,000 100,000,000 500,000 500,000
7 Juli 100,000,000 700,000,000 100,000,000 500,000 500,000
8 Agustus 100,000,000 800,000,000 100,000,000 500,000 500,000
9 September 100,000,000 900,000,000 100,000,000 500,000 500,000
10 Oktober 100,000,000 1,000,000,000 100,000,000 500,000 500,000
11 November 100,000,000 1,100,000,000 100,000,000 500,000 500,000
12 Desember 100,000,000 1,200,000,000 100,000,000 500,000 500,000
Jumlah 1,200,000,000 700,000,000 3,500,000 6,000,000
Dengan berlakunya RUU HPP maka beban pajak yang harus dibayar Tuan A menjadi berkurang Rp2,5 juta
MATERI PAJAK PENGHASILAN
4. Tarif PPh badan
Tarif PPh Badan ditetapkan tetap menjadi 22%, yang berlaku untuk tahun pajak 2022 dan seterusnya.
Tarif PPh Badan Perbandingan rata-rata Tarif PPh Badan
Tahun Pajak Tarif UU PPh Tarif UU HPP Keterangan 2017 2018 2019 2020 2021
Tahun 2020 - 2021 22% Rata-Rata OECD (%) 23,95 23,53 23,12 22,88 22,81
Tahun 2022 dst. 20% 22% Rata-Rata Amerika (%) 28,29 28,11 27,36 27,33 27,16
Rata-Rata G-20 25,92 25,29 24,90 24,60 24,17
Rata-Rata ASEAN 22,67 22,67 22,67 22,17 22,17
Sumber: KPMG, diolah

• Untuk menciptakan APBN yang adil dan sehat perlu mengoptimalkan penerimaan negara dengan tetap menjaga
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
• Kebijakan batas tidak kena pajak dan tarif telah dilakukan penyesuaian dalam RUU HPP.
• Terhadap pelaku usaha UMKM berbentuk badan dalam negeri tetap diberikan insentif penurunan tarif sebesar 50%
sebagaimana diatur dalam Ps 31E.
• Bagi WP orang pribadi dengan peredaran bruto tertentu, diberikan pengecualian pengenaan pajak terhadap peredaran
bruto sampai dengan Rp500 juta.
• Oleh karena itu sesuai salah satu tujuan RUU HPP untuk mengoptimalkan penerimaan negara dengan
mempertimbangkan asas keadilan, Pemerintah perlu mempertahankan tarif PPh badan mulai Tahun Pajak 2022 sebesar
22%.

Pasal Terdampak
• Pasal 17 ayat (1) huruf b diubah KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
MATERI PAJAK PENGHASILAN
5. Penambahan Objek PPh final Pasal 4 ayat (2)
Ketentuan existing belum mengatur perlakuan PPh atas penghasilan berupa bunga atau diskonto surat
berharga jangka pendek yang diperdagangkan di pasar uang secara tegas serta perbedaan pemotongan
pajak yang lebih tinggi dibandingkan instrumen pasar modal (obligasi dan SUN/SBSN) menimbulkan
keengganan pelaku pasar, khususnya nonbank, untuk melakukan transaksi atas instrumen pasar uang di
pasar sekunder.
Oleh karena itu RUU HPP, mengatur penghasilan tersebut untuk dikenai PPh Final yang akan diatur tarif dan
dasar pengenaan pajaknya dalam PP, dengan harapan dapat mendorong pendalaman sektor pasar uang.
Substansi pengaturan:

UU 36 Tahun 2008 UU HPP


mengatur bahwa penghasilan berupa bunga atau
diskonto surat berharga jangka pendek yang
diperdagangkan di pasar uang dikenai PPh Final
belum diatur sesuai dengan ketentuan Pasal 4 ayat (2) huruf a,
yang diatur lebih lanjut dalam atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah.

Pasal Terdampak
• Pasal 4 ayat (2) huruf a diubah
MATERI PAJAK PENGHASILAN
6. Penyesuaian ketentuan penyusutan dan amortisasi
Memperhatikan perkembangan saat ini, banyak Wajib Pajak yang memiliki bangunan permanen dan juga
harta tak berwujud yang memiliki masa manfaat lebih dari 20 tahun seperti hak konsesi jalan tol.
Oleh karena itu perlu:
a. Penyelarasan masa pembebanan penyusutan bangunan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 20
tahun sesuai dengan masa manfaat sebenarnya
b. Penyelarasan masa pembebanan biaya amortisasi sesuai dengan masa manfaat sebenarnya

Substansi Pengaturan:

UU 36 Tahun 2008 UU HPP


• Masa Manfaat untuk bangunan • Memberikan pilihan bagi Wajib Pajak dapat membebankan
permanen adalah 20 Tahun biaya penyusutan bangunan permanen dan amortisasi
• Masa Manfaat kelompok IV harta tak harta tak berwujud yang memiliki masa manfaat lebih dari
berwujud adalah 20 Tahun 20 tahun sesuai dengan masa manfaat yang sebenarnya
berdasarkan pembukuan Wajib Pajak
• Ketentuan lebih lanjut diatur dalam PP

Pasal Terdampak
• Pasal 11 ayat (6a) dan Pasal 11A ayat (2a) ditambahkan
• Pasal 11 ayat (7) dan Pasal 11A ayat (1a) diubah
• Pasal 11 ayat (11) dihapus
TERIMA KASIH

12

Anda mungkin juga menyukai