Nur Isnaeni Ari Astuti - 17081723 - Skripsi - Revisi 20 Mei
Nur Isnaeni Ari Astuti - 17081723 - Skripsi - Revisi 20 Mei
Nur Isnaeni Ari Astuti - 17081723 - Skripsi - Revisi 20 Mei
BEING)
Oleh :
17081723
FAKULTAS PSIKOLOGI
2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Ada begitu banyak sudut pandang yang digunakan untuk dapat mendefinisikan
remaja. Banyak tokoh yang memberikan definisi remaja seperti Papalia dan Olds
masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13
tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluh tahun. Menurut
Hall (dalamSarwono, 2011) masa remaja merupakan masa sturm und drang (topan
dewasadisekitarnya.
remajaseorangmanusiamulaimembangunjatidiri, memilikikehendakbebas
lingkungan tempat mereka bergaul positif, maka mereka dapat berkembang kearah
yang positif. Tetapi, jika mereka berada dalam lingkungan yang negatif, maka remaja
2
akan terjerumus untuk melakukan hal-hal yang negatif. Dalam hal ini orang tua
Menurut Gumede (dalam Nita Septiani, 2013) pola asuh orang tua yang baik
merupakan hal yang penting jika ingin remaja menyesuaikan diri dengan baik dalam
hubungan dalam keluarga, terutama dengan orang tua merupakan faktor penentu
Keluarga yang harmonis dan utuh merupakan harapan setiap individu dalam
kehidupan berumah tangga terutama bagi anak. Namun, pada kenyataannya tidak
semua anak beruntung dapat tumbuh dalam keluarga yang utuh dengan berbagai
menyebabkan hilangnya fungsi keluarga yang membuat remaja menjadi terlantar dan
tidak memilikitujuan. Remaja akhirnya harus hidup dengan orang lain, entah itu
bersama nenek, paman, bibi atau saudara yang lain, bahkan harus tinggal di Panti
Indonesia (KBBI) kata panti merupakan istilah untuk rumah, tempat dan bisa juga
berarti kediaman. Panti Asuhan sendiri merupakan rumah tempat memelihara dan
merawat anak yatim atau yatim piatu dan sebagainya. Menurut Teja (2014) Panti
3
pada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak
terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua/ wali anak dalam memenuhi
kebutuhan fisik, mental dan sosial kepada anak asuh. Penelitian sebelumnya
kepribadian seperti sikap menarik diri, tidak mampu membentuk hubungan yang
hangat dan dekat dengan orang lain, kurang dapat menyesuaikan diri, sehingga
hubungan mereka bersifat dangkal dan tanpa perasaan (Sahuleka, 2003). Pada tahun
(Psikologizone, 2012). Kemudian, mengacu pada salah satu penelitian di tahun 2007
yang dilakukan oleh Unites States Department of Health and Human Services
(Bruskas, 2008), menunjukkan bahwa lebih dari separuh anak-anak di panti asuhan
mungkin mengalami setidaknya satu atau lebih gangguan mental dan 63%
Data yang dihimpun oleh organisasi Social Save the Children (Teja, 2014)
menyatakanbahwa Indonesia memiliki 8000 panti asuhan yang terdaftar dan 15.000
panti asuhan yang tidak terdaftar. Data ini menempatkan Indonesia pada urutan
pertama negara dengan jumlah panti asuhan terbanyak di dunia. Sementara lebih dari
99% panti asuhan tersebut diselenggarakan oleh masyarakat bukan pemerintah. Hal
4
ini menunjukkan bahwa kesejahteraan anak di Indonesia belum mendapatkan
perhatian penuh dari pemerintah, meskipun hak anak telah dijamin dalam UUD yaitu
dalam ayat 1 pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi“Fakir miskin dan
orang tua lengkap, 15,5% lainnya memiliki satu orang tua, dan hanya 10% yang
pertumbuhan pribadi dan sosial karena dapat mencegah terjadinya kenakalan atau
kekerasan remaja (Emadpoor, dkk, 2016; Prabowo, 2017). Individu yang mampu
memahami tujuan hidupnya, memiliki kontrol diri yang baik, menampilkan rasa
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2011-2017 terdapat kasus anak
(Setyawan, 2018). Anak tidak bahagia dan dipenuhi konflik batin akhirnya
5
tidaknya sebuah perhatian dan kasih sayang yang diterima oleh seorang remaja serta
jelas atau tidaknya status diri mereka merupakan pengalaman hidup yang akan
mempengaruhi hasil evaluasi / penilaian remajater hadap dirinya. Hasil dari evaluasi
dengan remaja yang menjadi yatim piatu (remaja yang tidak memiliki/ kehilangan
kedua orang tuanya), dalam hal ini dituntut mereka untuk berkembang secara mandiri
tanpa keterlibatan peran keluarga dalam proses hidup yang mereka jalani. Pada
remaja yang tidak memiliki orang tua tekanan-tekanan yang dialami akan semakin
banyak karena tidak adanya orang tua sebaga isumber kasih sayang, perlindungan dan
sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan
sendiri dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat menciptakan dan mengatur
terdiri dari enam dimensi antara lain penerimaan diri, hubungan positif dengan orang
Namun, kesejahteraan psikologis tidak terjadi begitu saja, ada beberapa faktor yang
6
ekonomi, dukungan sosial, evaluasi terhadap pengalaman hidup, Locus of Control
menimbulkan tekanan akibat perubahan situasi hidup yang bersumber dari kehilangan
figure terdekat, situasi baru atau tak dikenali, tak dapat memperkirakan apa yang akan
dialami selanjutnya, perubahan kebiasaan dan terpisah dari“seccue base”. Selain itu
cap anak panti asuhan seringkali bermakna negatif yang kemudian membuat remaja
tersebut menjadi minder, sedih, tidak percaya diri, malu, hampa, merasa tidak
memiliki tujuan hidup, merasa tidak berarti, bosan dan apatis (Teja, 2014).
Mengingat betapa pentingnya kesejahteraan psikologis bagi masa depan remaja serta
keberlangsungan bangsa dan negara berada ditangan remaja sebagai penerus bangsa,
penelitian terdahulu. Pada penelitian Mekame, dkk (dalam Singh & Suvidha, 2016)
menemukan hasil bahwa anak yatim mengalami internalisasi masalah secara ekstrim
dibanding anak yang tidak yatimdan 34% dilaporkan berfikir untuk bunuh diri. Fawzi
dan Fourad (dalam Singh & Suvidha, 2016) menemukan hasil tingkat depresi sebesar
21%, kecemasan 45% dan harga diri rendah sebesar 23%, serta kelainan
perkembangan sebesar 61%. Ngunu (dalam Singh & Suvidha, 2016) menyebutkan
anak yatim memiliki lebih banyak masalah psikososial dan nilai akademik rendah
daripada anak yang tidak yatim piatu. Penelitian dari Ibrahim,dkk (dalam Singh &
Suvidha, 2016) menyebutkan 20% anak yatim lebih rentan terhadap depresi daripada
7
anak nonyatim. Tsegaye (dalam Singh dan Suvidha, 2016) juga berpendapat anak
yatim piatu memiliki kesejahteraan psikologis yang lebih rendah daripada anak yang
tidak yatim piatu. Sesuai temuan data awal yang yang dilakukan para peneliti
mereka sering mengalami perasaan sedih dan kedua subjek sering menginternalisasi
kondisi yang mereka rasakan dengan afek negatif yang lebih dominan (dalam Singh
Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk menjelaskan tentang kesejahteraan psikologis
kehidupannya.
A. RumusanMasalah
B. TujuanPenelitian
8
C. ManfaatPenelitian
1. ManfaatTeoritis
Panti Asuhan X.
2. ManfaatPraktis
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KesejahteraanPsikologis
1. PengertianKesejahteraanPsikologis
Sebelummemahamimengenaikesejahteraanpsikologis,
well-beingataubiasadisebutkesejahteraanpsikologismerupakanistilah yang
digunakanuntukmenggambarkankesehatanpsikologisindividuberdasarkanpemenuhank
Ryff (1989)
menjelaskanbahwakesejahteraanpsikologismerupakansebuahkondisidimanaindividum
10
yang tinggimenunjukkanindividumemilikihubungan yang
menunjukkanbahwaindividumemilikitujuanpribadi dan
tujuandalampekerjaannya.Diener (1984)
berpendapatbahwakesejahteraanpsikologismerupakanperasaansubjektif dan
evaluasiindividuterhadapdirinyasendiri.
Kesejahteraanpsikologisdapatmenjadigambaranmengenaitingkattertinggi dan
sedangdilaksanakannya.
Dari
beberapadefinisidiatasdapatdisimpulkanbahwakesejahteraanpsikologismerupakankon
11
memilikikemampuanmengaturlingkungan, memilikihubunganbaikdengan orang lain
dan berusahaberkembang.
2. DimensiKesejahteraanPsikologis
Ryffmendefinisikankonsepkesejahteraanpsikologisdalamenamdimensi, yakni:
a. Dimensipenerimaandiri(self-acceptance)
tinggidalamdimensipenerimaandiriapabilaiamemilikisikap yang
ada pada dirinya, baikkualitasdiri yang baikmaupun yang buruk. Selainitu orang
positifdarikehidupannyadimasalalu.
seseorangdikatakanmemilikinilai yang
rendahdalamdimensipenerimaandiriapabilaiamerasakurangpuasterhadapdirinyas
kehidupannyadimasalalu, memilikimasalahdengankualitastertentudaridirinya,
12
lain. Selainitu, individutersebutmemilikikepedulianterhadapkesejahteraan orang
(Ryff, 1995).
merasafrustasidalammembinahubungan interpersonal,
tidakberkeinginanuntukberkompromidalammempertahankanhubungandengan
orang lain.
c. Dimensiotonomi (autonomy)
dapatmengaturtingkahlakudaridalamdiri,
kurangmemilikiotonomiakansangatmemperhatikan dan
13
penilaian orang lain untukmembuatkeputusanpenting,
d. Dimensipenguasaanlingkungan(environmental mastery)
Seseorang yang
baikdalamdimensipenguasaanlingkunganmemilikikeyakinan dan
kompetensidalammengaturlingkungan.
nilaipribadi.
kurangbaikakanmengalamikesulitandalammengatursituasisehari-hari,
merasatidakmampuuntukmengubahataumeningkatkankualitaslingkungansektarn
e. Dimensitujuanhidup(purpose in life)
14
Sebaliknya, seseorang yang kurangmemilikitujuanhidup, kehilangan rasa
f. Dimensipertumbuhanpribadi(personal growth)
baikditandaidenganadanyaperasaanmengenaipertumbuhan yang
Berdasarkanuraian di
atasdapatdisimpulkanbahwakondisipsikologisindividu yang
positifdapatdilihatmelaluikemampuanindividutersebutdalammemenuhidimensi-
a. Faktordemografis
Faktordemografis yang
dapatmempengaruhikesejahteraanpsikologis(psychological well-being)
15
menurutRyff dan Keyes (1995) yaituusia, jeniskelamin, status sosialekonomi
dan budaya.
b. Status SosialEkonomi
Perbedaankerlassosialmempengaruhikondisikesejahteraanpsikologisseora
c. Dukungansosial
dokter, maupunorganisasisosial.
d. Evaluasiterhadappengalamanhidup
Pengalamanhidupmencangkupberbagaibidangkehidupandalamberbagaipe
riodekehidupan. Evaluasiindividuterhadapkesejahteraanpsikologis.
Locus of Control
didefinisikansebagaisuatuukuranharapanumumseseorangmengenaipengendalian
dapatmemberikanperamalanterhadapkesejahteraanpsikologis(psychological
well-being).
16
f. FaktorReligiusitas
dalammenghadapimasalahpribadi, 2).
Keterlibatanreligiusmerupakanprediktorevaluasikepuasanhidup.
a. Religiusitas
lebihtinggisertamengalamidampaknegatifperistiwatraumatis yang
lebihrendahjikadibandingkandenganindividu yang
dimanahasilanalisismenunjukkanadanyahubunganpositif dan
b. Dukungansosial
17
Pada faktorinimenurut Cohen dan Syme (dalam Calhoun dan Accocella,
1990) menyebutkanbahwadukungansosialdapatberkaitaneratdengan
memberikandukungansosialinidisebutsebagaisumberdukungansosial.
Bagaimanasumberdukungansosialinipenting, karenaakanmempengaruhi
religiusitassertadukungansosial.
1. DefinisiRemaja
dalamrentangkehidupananakdianggapsudahdewasaapabilasudahmampumengadakanr
18
tidakmemberikanpengertianremajasecaraeksplisitmelainkansecaraimplisitmelaluipeng
ertian masa remaja(adolescence). Papalia dan Olds (2001) yang mendefinisikan masa
usiaakhirbelasantahunatauawalduapuluhtahun.
dewasadisekitarnya.
remajadibagimenjaditigafasebatasanumur, yaitu:
2. Ciri-ciriRemaja
pentingdimanasemuaperkembanganitumenimbulkanperlunyapenyesuaian
b. Masa remajasebagaiperiodeperalihan
19
Peralihantidakberartiterputusdenganatauberubahdariapa yang
telahterjadisebelumnya.
Tetapiperalihanmerupakanperpindahandarisatutahapperkembanganketahapperk
pada tahapberikutnya.
c. Masa remajasebagaiperiodeperubahan
juga menurun.
d. Masa remajasebagaiusiabermasalah
guru-guru,
sehinggakebanyakanremajatidakberpengalamandalammengatasimasalah. 2).
20
Remajamerasadirimandiri, sehinggamerekainginmengatasimasalahnyasendiri,
penyesuaiandiridenganstandarkelompoklebihpentingdaripadabersikapindividual
mengawasikehidupanremajamudatakutbertanggungjawab dan
Semakintidakrealistikcita-citanyaiasemakinmenjadimarah. Remajaakansakithati
21
mengecewakannyaataukalauiatidakberhasilmencapaitujuan yang
ditetapkannyasendiri.
Semakinmendekatnyausiakematangan, para
remajamenjadigelisahuntukmeninggalkanstereotipbelasantahun dan
untukmemberikankesanbahwamerekasudahhampirdewasa,
terlibatdalamperbuatanseks.
22
(1976) dan Salami (1998) remajadarirumah yang
dalam penelitian terdahulu. Pada penelitian Mekame, dkk (dalam Singh & Suvidha,
2016) menemukan hasil bahwa anak yatim mengalami internalisasi masalah secara
ekstrim dibanding anak yang tidak yatimdan 34% dilaporkan berfikir untuk bunuh
diri. Fawzi dan Fourad (dalam Singh & Suvidha, 2016) menemukan hasil tingkat
depresi sebesar 21%, kecemasan 45% dan harga diri rendah sebesar 23%, serta
kelainan perkembangan sebesar 61%. Ngunu (dalam Singh & Suvidha, 2016)
menyebutkan anak yatim memiliki lebih banyak masalah psikososial dan nilai
akademik rendah daripada anak yang tidak yatim piatu. Penelitian dari Ibrahim,dkk
(dalam Singh & Suvidha, 2016) menyebutkan 20% anak yatim lebih rentan terhadap
depresi daripada anak nonyatim. Tsegaye (dalam Singh dan Suvidha, 2016) juga
berpendapat anak yatim piatu memiliki kesejahteraan psikologis yang lebih rendah
daripada anak yang tidak yatim piatu. Sesuai temuan data awal yang yang dilakukan
para peneliti terhadap dua remaja yatim di Surabaya melalui wawancara menyatakan
bahwa mereka sering mengalami perasaan sedih dan kedua subjek sering
menginternalisasi kondisi yang mereka rasakan dengan afek negatif yang lebih
23
Kesejahteraanpsikologismerupakan salah
satufaktorpentingdalampertumbuhanpribadi dan
sosialkarenadapatmencegahterjadinyakenakalanataukekerasanremaja (Emadpoor,
merasamampumenjalanikehidupan,
sertamendapatdukunganmerupakancerminandariseseorang yang
Kesejahteraanpsikologisadalahsebuahkondisidimanaindividumempunyaisikap
Pemenuhankriteriakesejahteraanpsikologisterdiridarienamdimensiantara lain
Religiusitas.
internal remaja yang tinggal di PantiAsuhan. Remaja yang tinggal bersama orang tua
24
kandung akan cenderung memiliki kesejahteraan psikologis yang lebih baik, namun
j. PertanyaanPenelitian
i. Pertanyaan Utama
Adapun pertanyaanutamadalampenelitianiniyaitu :
remaja di PantiAsuhan X ?
ii. PertanyaanKhusus
Adapun pertanyaankhususdalampenelitianiniantaralain :
1. Bagaimanapenerimaandiriremajaterhadapkenyataanhidupnya?
sesuaidengandirinya?
5. Bagaimanagambarantujuanhidupremaja?
6. Bagaimanaremajamengembangkanpotensidalamdirinya?
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. PendekatanPenelitian
remaja dalam hal ini merupakan remaja yang menjadi yatim piatu. Menelaah
lebih jauh bahwa kesejahteraan psikologis pada setiap individu berbeda. Hal
26
dan Taylor, sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J. Moleong,
penelitiankualitatifadalahprosedurpenelitian yang
Adapun
tujuandaripenelitiandeskriptifadalahuntukmembuatpencandraansecarasistematis,
Penelitianinidigunakanuntukmengetahuibagaimanakesejahteraanpsikologis pada
remajayatimpiatu di PantiAsuhan X.
metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna oleh seorang individu atau
sekelompok individu yang berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati secara holistik (L.
27
B. Batasan Istilah
Kesejahteraanpsikologisadalahsebuahkondisidimanaindividumempunyaisikap
Pemenuhankriteriakesejahteraanpsikologisterdiridarienamdimensiantara lain
mempengaruhikesejahteraanpsikologisyaitufaktordemografis, status
Remajayatimpiatu???
Remaja Yatim Piatu untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam memahami judul
untuk penelitian ini adalah: sebuah kondisi dimana individu mempunyai sikap yang
positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan sendiri dan
mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat menciptakan dan mengatur lingkungan yang
28
harmonis dengan kebutuhannya, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan
diri (Ryff, 1989). Pemenuhan kriteria kesejahteraan psikologis terdiri dari enam
dimen siantara lain penerimaandiri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi,
yatim piatu yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan individu atau sekelompok
individu yang berusia 13 – 20 tahun yang sudah tidak memiliki orang tua ( tidak
1. Organisasi Data
Sebelummelakukanorganisasi data,
penelitimembuatrefleksi-refleksiterhadapjawaban yang
29
kurangtepatatautidakjelas,
diperolehpenelitiakandijabarkandalambentuknarasiuntukmendukunghasil
2. Koding
temasehinggadapatmendeskripsikanfenomenapenelitiandengancaramemah
amihasiltranskip data.
3. AnalisisTematik
Penelitimenggunakananalisistematikuntukmemungkinkanpenelitimenemu
atautematersebutditampilkansecaraacakdalamkumpulaninformasi.
kualisifikasiterkaitdengantematersebutatauhal-hal di
30
antaraataugabungandari yang telahdisebutkan. Analisa
tematikdaripenelitianiniyaitukesejahteraan psikologis.
4. TahapanInterpretasi/analisis
yaitukesejahteraan psikologis.
1. TahapPersiapanPenelitian
diperlukanuntukmelaksanakanpenelitian, yaitusebagaiberikut:
penelitimerumuskankerangkaberpikirsesuaidenganfenomena yang
31
b. Mempersiapkanacuanteoritis. Penelitimencari dan
mempersiapkanacuanteoritis yang
akandigunakansebagaiacuandalampenelitian
penulisandilanjutkandenganpenulisanlatarbelakangmasalah, tujuanpenelitian,
metodepenelitian.
digunakanuntukmengarahkanpenelitidalamwawancarasertamembuatpertanyaa
Pedomanwawancaradimulaidenganmenyusunlandasanteorimengenaikesejahte
piatu.Landasanteoritersebutkemudiandisusunmenjadisejumlahpertanyaan
alattulis.
penelitiakanmenghubungicalonrespondenpenelitianuntukmenjelaskantentangp
32
menanyakankesediaannyauntukberpartisipasidalampenelitian (informed
consent). Dalampenelitianini.
penelitimencarirespondenpenelitiandengancarabertanya
Setelah mendapatkaninformasitersebut,
penelitikemudianmenghubungiresponden dan
Selanjutnyapenelitiberusahauntukmendapatkankesediaanresponden agar
bersediaberpatisipasidalampenelitianini.
g. Membangunrapportdanmenentukanjadwalwawancara. Setelah
lokasibertemuselanjutnyauntukmelakukanwawancarapenelitian.
2. TahapPelaksanaan
consent
kepadarespondenuntukditandatanganisebagaipersetujuanrespondenuntukdiwawan
33
dan respondentelahterbangundenganbaik, dilanjutkandengan proses pengambilan
tentunyapenelitimembuatjadwalpertemuan yang
telahdisepakatibersamadenganresponden.
E. MetodePengumpulan data
dilakukanpenelitiuntukmemperolehpengetahuanmengenaimakna-maknasubjektif
34
Wawancaradilakukandenganmenggunakanpedomanumum yang
berbicaralebihbanyakmengenaitopiktanpadiarahkanuntukmemberikanjawaban
yang diamati.
F. Kredibilitas Data
Kredibilitasmerupakanistilah yang
digunakandalampenelitiankualitatifuntukmenggantikankonsepvaliditas.
Kredibilitaspenelitiankualitatifterletak pada
keberhasilannyamencapaimaksudmengeksplorasimasalahataumendeskripsikan
keberhasilanpenelitiandalammengungkapkangambaran strategi
regulasiemosipascaputuscinta. Penelitiakanmendokumentasikansecaralengkap,
35
akanmelakukankonfirmasikembalikepadarespondenmengenai data dan analisa
G. Analisis Data
dilakukansebagaiberikut :
1. Reduksi data
catatanringkasankemudianmelakukanpengkodeanuntukmenyesuaikanberdasar
2. Penyajian data
36
Data yang sudahdikelompokkan dan sudahdisesuaikandengankode-
mudahdipahamisecarakeseluruhan.
3. Penarikankesimpulan
telahdikajiditulissebagailaporan.
Daftar Pustaka
37
On Mediating Role of Academic Motivation. International Journal of Mental
Health and Addiction, 14(3), 284–290.
Kartono, K. (2010). Psikologi Wanita jilid 2: Mengenal Wanita sebagai Ibu dan
Nenek. Bandung: Mandar Maju
38
Sahuleka, J. M. 2003. PantiAsuhansebagaiSuatuLingkunganbagiPerkembangan
Anak.SkripsiSarjana. Jakarta: FakultasPsikologi Universitas Indonesia.
Singh, A., & Suvidha. (2016). Well-being of Orphans : A Review on Their Mental
Health Status. International Journal of Scientific Research in Science and
Technology, 180-184.
39