Makalah Kelompok 5 Napza
Makalah Kelompok 5 Napza
Makalah Kelompok 5 Napza
“NAPZA”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa 2
Dosen pembibing: Desi Ariyana Rahayu, M.Kep,
S1 Ilmu Keperawatan (5C)
Disusun Oleh:
Dea Ramadhani (G2A019134)
Rania Wafa Fakhirah (G2A019135)
Athik Dina Nashikha (G2A019136)
Ayu Dika Pertiwi (G2A019138)
Dirgahayu Vega Amalia (G2A019139)
Ima Tukirah (G2A019140)
Wahyu Dwi Yuliyanti (G2A019141)
Assalamualaikum,wr.wb.
Segala puji dan rasa syukur tak lupa kami panjatkan kepada Allah swt. Karena
nikmat yang diberikan, terutama nikmat sehat jasmani dan rohani serta nikmat iman dan
islam. Karena nikmat-Nya itulah kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
“NAPZA” tepat pada waktunya dengan baik dan benar serta sesuai prosedur. Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas kelompok yang di berikan beliau kepada kami
sebagai materi kuliah Keperawatan HIV/AIDSyang harus di pahami dan di mengerti
maksudnya.
Kami menyadari segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik secara
materi maupun dalam penggunaan kata bahasanya. Oleh sebab itu demi kesempurnaan dan
perbaikan dalam penyusunan makalah ini,kami menerima kritik dan saran dari pembaca.
Semoga makalah ini bermanfaat dalam proses belajar dan mengajar
Wassalamu’alaikum wr.wb
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................................................4
B. Tujuan............................................................................................................................................4
BAB II....................................................................................................................................................5
KONSEP DASAR NAPZA...................................................................................................................5
A. Pengertian NAPZA........................................................................................................................6
B. Jenis Jenis NAPZA........................................................................................................................6
C. Etiologi...........................................................................................................................................7
D. Manifestasi Klinis..........................................................................................................................8
E. Dampak Penyalahgunaan NAPZA...............................................................................................9
F. Terapi dan Rehabilitasi...............................................................................................................11
G. Prinsip Penanganan.................................................................................................................13
BAB III.................................................................................................................................................14
ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................................................................14
A. Pengkajian....................................................................................................................................15
B. Diagnosa.......................................................................................................................................18
C. Intervensi Keperawatan..............................................................................................................18
BAB IV.................................................................................................................................................23
PENUTUP............................................................................................................................................39
A. Kesimpulan..................................................................................................................................39
B. Saran.............................................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................40
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
NAPZA merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya. NAPZA meliputi zat alami atau sintetis yang jika dikonsumsi menimbulkan
perubahan fungsi fisik dan psikis, serta menimbulkan ketagihan dan
ketergantungan.Istilah NAPZA digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan yang
menitikberatkan pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan psikis, dan sosial.
Kasus penyalahgunaan NAPZA dari tahun ke tahun terjadi pada seluruh lapisan
masyarakat, khususnya anak jalanan. Anak jalanan adalah anak yang berusia antara 5
sampai dengan 18 tahun yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan
kegiatan hidup sehari-hari di jalanan, baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalan
dan tempat-tempat umum lainnya.
Penggunaan heroin lebih sering dengan suntikan atau injeksi, dan penggunanya
disebut dengan Injection Drug User (IDU). Pemakaian heroin dengan jarum suntik akan
memperbesar risiko timbulnya penyakit fisik seperti HIV, hepatitis, dan penyakit fisik
lainnya. Penyakit fisik ini juga dapat menular dari satu pemakai ke pemakai lainnya
akibat pemakaian jarum suntik secara bersama-sama. Hal ini menjadi perhatian untuk
dicegah karena semakin meluasnya penularan penyakit tersebut (Kementerian Kesehatan,
2012).
Ketergantungan heroin dapat terjadi karena berbagai macam faktor salah satunya
faktor keluarga dan faktor kepribadian. Faktor keluarga yang dimaksud adalah fungsi dari
sebuah keluarga. Kepribadian yang dimaksud adalah kepribadian yang mempermudah
terjadinya ketergantungan. Hal ini menjadi dasar untuk melakukan penelitian ini.
Keparahan ketergantungan heroin pada masingmasing individu berbeda menurut faktor-
faktor yang memperberat. Keparahan ketergantungan heroin dapat diukur dengan
menggunakan WHO ASSIST (Sargo & Subagyo, 2014)
Keluarga menjadi dasar dari terjadinya suatu gangguan jiwa termasuk
ketergantungan. Fungsi dari sebuah keluarga penting artinya bagi perkembangan
seseorang karena semua perkembangan itu diawali di dalam keluarga. Fungsi keluarga
dapat diukur menggunakan skala fungsi keluarga.
Kepribadian adalah corak perilaku dan kebiasaan seseorang yang digunakan untuk
bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari luar maupun dari
dalam. Kepribadian ini terbentuk sejak kecil dan menetap setelah usia 18 tahun (Feist &
Feist., 2013).
1
B. Tujuan
1) Tujuan Umum
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan penulis dapat meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan dalam menerapkan asuhan keperawatan yang bermutu
pada pasien NAPZA
2) Tujuan Khusus
1. Mampu memahami jenis narkoba dan efeknya
2. Mampu menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan penyalahgunaan narkoba
3. Mampu menjelaskan prinsip penanganannya (aspek social dan hukum)
4. Mampu menjelaskan pengkajian apa lagi yang harus didapatkan perawat
5. Mampu menjelaskan diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada pasien
2
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian NAPZA
NAPZA adalah (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) adalah bahan/zat/obat
yang apabila masuk kedalam tubuh manusia bisa mempengaruhi tubuh terutama pada
otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan
fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan
(dependensi) terhadap NAPZA. NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu
zat yang bekerja pada otak, sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, pikiran.
( Eko, 2014).
Penyalahgunaan NAPZA adalah suatu penyimpangan perilaku yang disebabkan
oleh pengguna yang terus-menerus sampai terjadi masalah. Pengguna NAPZA dapat
mengalami kondisi lanjut yaitu: ketergantungan napza yang merupakan suatu kondisi
yang cukup berat dan parah sehingga mengalami sakit yang cukup berat ditandai dengan
ketergantungan fisik (sindrom putus zat dan toleransi). Sindrom putus zat adalah suatu
kondisi dimana individu yang menggunakan napza, menurunkan atau menghentikan
penggunaan napza sehingga akan menimbulkan gejala kebutuhan biologi terhadap
NAPZA (Farida & Yudi, 2010).
B. Jenis Jenis NAPZA
Jenis-jenis NAPZA menurut Eko (2014), jenis-jenis NAPZA meliputi :
1. Heroin : serbuk putih seperti tepung yang bersifat opioid atau menekan nyeri dan juga
depressan SSP.
2. Kokain : diolah dari pohon Coca yang punya sifat halusinogenik.
3. Putau : golongan heroin
4. Ganja : berisi zat kimia delta-9-tetra hidrokanbinol, berasal dari daun Cannabis yang
dikeringkan, konsumsi dengan cara dihisap seperti rokok tetapi menggunakan hidung.
5. Shabu-shabu : kristal yang berisi methamphetamine, dikonsumsi dengan
menggunakan alat khusus yang disebut Bong kemudian dibakar.
6. Ekstasi : methylendioxy methamphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul, mampu
meningkatkan ketahanan seseorang (disalahgunakan untuk aktivitas hiburan di malam
hari).
7. Diazepam, Nipam, Megadon : obat yang jika dikonsumsi secara berlebih
menimbulkan efek halusinogenik.
8. Alkohol : minuman yang berisi produk fermentasi menghasilkan atanol, dengan kadar
diatas 40% mampu menyebabkan depresi susunan saraf pusat, dalam kadar tinggi bisa
memicu Sirosis hepatic, hepatitis alkoholik maupun gangguan system persyarafan
3
Menurut Partodiharjo (2008), NAPZA terbagi menjadi tiga jenis dan terbagi menjadi
beberapa kelopok :
1. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintesis maupun semisintetis. Zat ini dapat mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika memiliki daya adiksi
(ketagihan) yang sangat berat. Narkotika juga memiliki daya toleren (penyesuaian
dan daya habitual (kebiasaan) yang sangat tinggi. Ketiga sifat narkotika inilah yang
menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari “cengkraman”nya.
Berdasarkan Undang-Undang No.35 Tahun 2009, jenis narkotika dibagi ke dalam 3
kelompok, yaitu narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III.
a. Narkotika Golongan I
Narkotika yang berbahaya, zat adiktifnya sangat tinggi, dan tidak untuk
digunakan dengan kepentingan apapun kecuali untuk ilmu pengetahuan dan
penelitian. Contohnya ganja, heroin, kokain, morfin, opium, dan lain-lain.
b. Narkotika Golongan II
Narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, memiliki manfaat untuk pengobatan
dan penelitian. Contohnya adalah petidin dan turunannya, benzetidin,
betametadol, dan lain-lain.
c. Narkotika Golongan III
Narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi bermanfaat untuk
pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah kodein.
2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintetis,
bukan yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku (UU No. 5
tahun 1997 tentang Psikotropika).
Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut :
a. Psikotropika Golongan I
Psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum diketahui manfaat
untuk pengobatan, dan sedang diteliti khasiatnya. Contohnya adalah MDMA,
ekstasi, LSD, dan STP.
b. Psikotropika Golongan II
Psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna untuk pengobatan dan
penelitian. Contohnya adalah amfetamin, metamfetamin, dan metakualon.
c. Psikotropika Golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh : pentobarbital,
flunitrazepam).
4
d. Psikotropika Golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi
dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh : diazepam, bromazepam,
fenobarbital, klonozepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil KB, pil
Koplo, Rohip, Dum, MG)
3. Bahan adiktif lainnya
Golongan adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat
menimbulkan ketergantungan. Contohnya: rokok, kelompok alkohol dan minuman
lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan dan thinner dan zat-zat lain,
seperti lem kayu, penghapus cair, aseton, cat, bensin, yang bila dihisap, dihirup, dan
dicium dapat memabukkan. Jadi alkohol, rokok, serta zat-zat lain yang memabukkan
dan menimbulkan ketagihan juga tertolong NAPZA
C. Rentang Respon
Rentang Respon Penyalahgunaan NAPZA ( Prabowo, E. 2014)
1. Eksperimental ialah kondisi penggunaan pada taraf awal, disebabkan rasa ingin tahu,
ingin memiliki pengalaman yang baru, atau sering dikatakan taraf coba-coba.
2. Rekreasional ialah menggunakan zat od saat berkumpul berama-sama dengan teman
sebaya, yang bertujuan untuk rekreasi bersama teman sebaya.
3. Situasional ialah orang yang menggunakan zat mempunyai tujuan tertentu secara
individual, sudah merupakan kebutuhan bagi dirinya sendiri, seringkali penggunaan
zat ini merupakan cara untuk melarikan diri atau mengatasi masalah yang
dihadapinya. Biasanya digunakan pada saat sedang konflik, stress, frustasi.
4. Penyalahgunaan zat adiktif ialah penggunaan zat yang sudah bersifat patologis,
sudah mulai digunakan secara rutin, paling tidak sudah berlangsung selama 1 bulan,
dan terjadi penyimpangan perilaku dan mengganggu fungsi dalam peran di
lingkungan sosial dan pendidikan.
5. Ketergantungan zat adiktif ialah penggunaan zat yang cukup berat, telah terjadi
ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai oleh adanya
toleransi dan sindroma putus zat. Yang dimaksud sindroma putus zat adalah suatu
kondisi dimana orang yang biasa menggunakan secara rutin, pada dosis tertentu
berhenti menggunakan atau menurunkan jumlah zat yang biasa digunakan, sehingga
menimbulkan gejala pemutusan zat.
D. Etiologi
Menurut Farida dan Yudi (2010) proses terjadinya masalah adalah :
1. Faktor Predisposisi
1) Faktor biologis
a. Keluarga : terutama orangtua yang menyalahgunakan napza.
5
b. Metabolik : perubahan metabolisme alkohol yang mengakibatkan
respons fisiologis.
c. Infeksi pada otak : gejala sisa dari ensefalitis, meningitis.
d. Penyakit kronis : kanker, asma, dan lain-lain.
2) Faktor psikologis
a. Tipe kepribadian : dependen, ansietas, depresi, psikopat.
b. Harga diri rendah akibat penganiayaan masa anak-anak.
c. Disfungsi keluarga : keluarga tidak stabil, role model negatif, orang tua
pengguna.
d. Individu yang mempunyai prasaan tidak aman.
e. Cara pemecahan masalah yang menyimpang.
f. Individu dengan krisis identitas.
g. Permusuhan dengan orang tua.
3) Faktor sosial kultural
a. Sikap masyarakat yang ambivalen tentang penggunaan zat
b. Norma kebudayaan : menggunakan halusinogen atau alkohol untuk upaca
adat.
c. Lingkungan : diskotik, mall, lokalisasi, lingkungan rumah kumuh dan padat
d. Kontrol masyarakat kurang terhadap pengguna napza
e. Kehidupan agama yang kurang
f. Perilaku tindak kriminal pada usia dini.
2. Faktor Prespitasi
1) Pernyataan untuk mandiri dan membutuhkan teman sebaya sebagai pengakuan.
2) Reaksi sebagai prinsip kesenangan: menghindari rasa sakit, relaks agar menikmati
hubungan interpersonal
3) Kehilangan sesuatu yang berarti: rumah, sekolah, kelompok teman sebaya
4) Dampak kompleksitas era globalisasi: film/iklan, transportasi lancar.
E. Manifestasi Klinis
Menurut Eko (2014) tanda dan gejala dapat dilihat sebagai berikut :
1. Tingkah laku pasien pengguna zat sedatif hipnotik
1) Menurunnya sifat menahan diri
2) Jalan tidak stabil, koordinasi motorik kurang
3) Bicara cadel, bertele-tele
4) Sering datang ke dokter untuk minta resep
5) Kurang perhatian
6) Sanggat gembira, berdiam, (depresi), dan kadang bersikap bermusuhan
7) Gangguan dalam daya pertimbangan
8) Dalam keadaan yang over dosis, kesadaran menurun, koma dan dapat
menimbulkan kematian
6
9) Meningkatkan rasa percaya diri
2. Tingkah laku pasien pengguna ganja
1) Kontrol diri menurun bahkan hilang
2) Menurunnya motivasi perubahan diri
3) Ephoria ringan
3. Tingkah laku pasien pengguna alkohol
1) Sikap bermusuhan
2) Kadang bersikap murung, berdiam
3) Kontrol diri menurun
4) Suara keras, bicara cadel, dan kacau
5) Agresi
6) Minum alkohol pagi hari atau tidak kenal waktu
7) Partisipasi di lingkungan social kurang
8) Daya pertimbangan menurun
9) Koordinasi motorik terganggu, akibat cenderung mendapat kecelakaan
10) Dalam keadaan over dosis, kesadaran menurun bahkan sampai koma.
4. Tingkah laku pasien pengguna opioda
1) Terkantuk-kantuk
2) Bicara cadel
3) Koordinasi motorik terganggu
4) Acuh terhadap lingkungan, kurang perhatian
5) Perilaku manipulatif, untuk mendapatkan zat adiktif
6) Kontrol diri kurang
5. Tingkah laku pasien pengguna kokain
1) Hiperaktif
2) Euphoria, agitasi, dan sampai agitasi
3) Iritabilitas
4) Halusinasi dan waham
5) Kewaspadaan yang berlebih
6) Sangat tegang
7) Gelisah insomnia
8) Tampak membesar-besarkan sesuatu
9) Dalam keadan over dosis: kejang, delirium, dan paranoid
6. Tingkah laku pasien pengguna halusinogen
1) Tingkah laku tidak dapat diramalkan
2) Tingkah laku merusak diri sendiri
3) Halusinasi, ilusi
4) Distorsi (gangguan dalam penilaian, waktu dan jarak)
5) Sikap merasa diri benar
6) Kewaspadaan meningkat
7) Depersonalisasi
7
8) Pengalaman yang gaib/ajaib
F. Dampak Penyalahgunaan NAPZA
Menurut Alatas (2010), penyalahgunaan NAPZA akan berdampak sebagai berikut :
1. Terhadap kondisi fisik
1) Akibat zat itu sendiri
Termasuk di sini gangguan mental organik akibat zat, misalnya intoksikasi yaitu
suatu perubahan mental yang terjadi karena dosis berlebih yang memang
diharapkan oleh pemakaiannya. Sebaliknya bila pemakaiannya terputus akan
terjadi kondisi putus zat.
a. Ganja: pemakaian lama menurunkan daya tahan sehingga mudah terserang
infeksi. Ganja juga memperburuk aliran darah koroner.
b. Kokain: bisa terjadi aritmia jantung, ulkus atau perforasi sekat hidung, jangka
panjang terjadi anemia dan turunannya berat badan.
c. Alkohol: menimbulkan banyak komplikasi misalnya gangguan lambung,
kanker usus, gangguan hati, gangguan pada otot jantung dan saraf, gangguan
metabolisme, cacat janin dan gangguan seksual
2) Akibat bahan campuran/pelarut: bahaya yang mungkin tmbul antara lain infeksi,
emboli.
a. Akibat cara pakai atau alat yang tidak steril. Akan terjadi infeksi,
berjangkitnya AIDS atau hepatitis.
b. Akibat pertolongan yang keliru misalnya dalam keadaan tidak sadar diberi
minum.
c. Akibat tidak langsung misalnya terjadi stroke pada pemakaian alkohol atau
malnutrisi karena gangguan absorbsi pada pemakaian alkohol.
d. Akibat cara hidup pasien: terjadi kurang gizi, penyakit kulit, kerusakan gigi
dan penyakit kelamin.
2. Terhadap kehidupan mental emosional
Intoksikasi alkohol atau sedatif-hipnotik menimbulkan perubahan kehidupan mental
emosional yang bermanifestasi pada gangguan perilaku tidak wajar. Pemakaian ganja
yang berat dan lama menimbulkan sindrom amotivasional. Putus obat golongan
amfetamin dapat menimbulkan depresi sampai bunuh diri.
3. Terhadap kehidupan social
Gangguan mental emosional pada penyalahgunaan obat akan mengganggu fungsinya
sebagai anggota masyarakat, bekerja atau sekolah. Pada umumnya prestasi akan
menurun, lalu dipecat/dikeluarkan yang berakibat makin kuatnya dorongan untuk
menyalahgunakan obat.
Dalam posisi demikian hubungan anggota keluarga dan kawan dekat pada umumnya
terganggu. Pemakaian yang lama akan menimbulkan toleransi, kebutuhan akan zat
bertambah. Akibat selanjutnya akan memungkinkan terjadinya tindak kriminal,
keretakan rumah tangga sampai perceraian. Semua pelanggaran baik norma sosial
8
maupun hukumnya terjadi karena kebutuhan akan zat yang mendesak dan pada
keadaan intoksikasi yang bersangkutan bersifat agresif dan impulsif.
10
H. Prinsip Penanganan
1. Penanganan social
1) Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan tidak hanya oleh dokter tetapi juga terapis. Pemeriksaan
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kecanduan yang dialami dan adakah
efek samping yang muncul. Jika si pemakai mengalami depresi atau bahkan
gangguan perilaku, maka terapis akan menyembuhkan efek tersebut baru
melakukan rehabilitasi.
2) Detoksifikasi
Mengatasi kecanduan harus melalui beberapa tahapan dan salah satu yang cukup
berat adalah detoksifikasi. Di sini pengguna harus 100% berhenti menggunakan
obat-obatan berbahaya tersebut. Reaksi yang akan dirasakan cukup menyiksa
mulai dari rasa mual hingga badan terasa sakit. Disamping itu pecandu akan
merasa tertekan karena tidak ada asupan obat penenang yang dikonsumsi seperti
biasa.
Selama proses detoksifikasi, dokter akan meringankan efek yang tidak
mengenakkan tersebut dengan memberikan obat. Di samping itu, pecandu juga
harus memperbanyak minum air agar tidak terkena dehidrasi serta
mengkonsumsi makanan bergizi untuk memulihkan kondisi tubuh. Lamanya
proses ini sangat bergantung pada tingkat kecanduan yang dialami serta tekad
yang dimiliki oleh si pemakai untuk sembuh.
3) Stabilisasi
Setelah proses detoksifikasi berhasil dilewati, selanjutnya dokter akan
menerapkan langkah stabilisasi. Tahapan ini bertujuan untuk membantu
pemulihan jangka panjang dengan memberikan resep dokter. Tidak hanya itu,
pemikiran tentang rencana ke depan pun diarahkan agar kesehatan mental tetap
terjaga dan tidak kembali terjerumus dalam bahaya obat-obatan terlarang.
4) Pengelolaan Aktivitas
Jika sudah keluar dari rehabilitasi, pecandu yang sudah sembuh akan kembali ke
kehidupan normal. Diperlukan pendekatan dengan orang terdekat seperti
keluarga dan teman agar mengawasi aktivitas mantan pemakai. Tanpa dukungan
penuh dari orang sekitar, keberhasilan dalam mengatasi kecanduan obat
terlarang tidak akan lancar.
2. Penanganan Hukum
1) Pengawasan terhadap produksi Napza, termasuk tindakan pemberantasan dan
tindakan yang keras terhadap pabrik dan penanam
2) Operasi-operasi untuk merusak praktik penyelundupan Napza
3) Investigasi dan penahanan/pemenjaraan orang-orang yang diduga terlibat dalam
perdagangan Napza kelas kakap
4) Penangkapan dan penghukuman orang-orang yang terlibat dalam pasar
perdagangan Napza
11
5) Penangkapan dan penghukuman orang-orang yang didakwa dengan penguasaan
atau penggunaan Napza yang diawasi
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1) Identitas pasien
Nama : Tn. Y
Umur : 20 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku bangsa. : Indonesia
Agama : Islam
Tanggal pengkajian : 16 April 2021
Penanggung jawab :
Nama : Ny. R
Umur : 35 th
2) Riwayat Kesehatan
a. keluhan utama : Sejak 5 bulan terakhir. Keluarga resah karena anak sering
pergi tidak pulang, pandangan mata layu, bengong, berbohong, bersikap kasar,
acuh tak acuh dengan urusan keluarga.
b. Riwayat penyakit sekarang:gangguan perilaku mental dan social
3) faktor perispondensi
Harga diri rendah,banyaknya tempat untuk memperoleh NAPZA dengan mudah ,
dan perilaku kontrol masyarakat kurang terhadap penggunaan napza
4) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: klien intoksikasi
b. Tanda-tanda vital
c. Tekanan darah : normal
d. Nadi : takikardi
e. Suhu : meningkat, berhubungan dengan gangguan keseimbangan cairan
elektrolit
f. Pernafasan : sesak nafas, nyeri dada
g. Berat badan : mengalami penurunan akibat nafsu makan menurun
h. Keluhan fisik : mengantuk, nyeri, tidak bisa tidur, kelelahan.
5) Psikososial
13
a) Genogram
Genogram minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien
dan keluarga.Menjelaskan : seseorang yang berada dalam disfungsi keluarga
akan tertekan dan ketertekanan itu dapat merupakan faktor penyerta bagi
dirinya terlibat dalam penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA, kondisi
keluarga yang tidak baik itu adalah: 1) Keluarga yang tidak utuh: orang tua
meninggal, orang tua cerai, dll, 2) Kesibukan orang tua, 3) hubungan
interpersonal dalam keluarga tidak baik.
b) Konsep Diri
Citra tubuh : klien merasa tubuhnya baik-baik saja
Identitas : klien kurang puas terhadap dirinya
Peran : klien anak keberapa dari berapa saudara
Ideal diri : klien menginginkan keluarga dan orang lain menghargainya
Harga diri : kurangnya penghargaan keluarga terhadap perannya
c) Hubungan sosial
Banyak mengurung diri dalam kamar, menghindari bertemu anggota keluarga
lainnya karena takut ketahuan, dan menolak makan bersama. Bersikap tidak
ramah, kasar terhadap anggota keluarga lainnya, dan mulai suka berbohong.
d) Status Mental
1) Penampilan
Tidak rapi, tidak sesuai dan cara berpakaian todak seperti biasanya
2) Pembicaraan
Kaji cara bicara klien apakah cepat, keras, gagap, apatis, lambat atau
membisu. Biasanya klien menghindari kontak matalangsung, berbohong
atau memanipulasi keadaan, benggong/linglung.
3) Aktivitas Motorik
4) Kelambatan : hipoaktifitas (lesu), katalepsi (gangguan kesadaran)
5) Peningkatan : gelisah, TIK, grimasen (gerakan otot muka yang berubah-
ubah, tidak dapat dikontrol), tremor, kompulsif (kegiatan yang dilakukan
berulang)
14
Kontak mata kurang dan cepat tersinggung. Biasanya klien akan menunjukan
curiga
g) Persepsi
Biasanya klien mengalami halusinasi
h) Proses Pikir
Klien pecandu ganja mungkin akan banyak bicara dan tertawa sehingga
menunjukkan tangensial. Beberapa NAPZA menimbulkan penurunan
kesadaran, sehingga kien mungkin kehilangan asosiasi dalam berkomunikasi
dan berpikir.
i) Isi Pikir
Pecandu ganja mudah pecaya mistik, sedangkan amfetamin menyebabkan
paranoid sehingga menunjukkan perilaku phobia. Pecandu amfetamin dapat
mengalami waham curiga akibat paranoidnya.
j) Tingkat Kesadaran
Menunjukkan perilaku binggung, disorientasi dan sedasi akibat pengaruh
NAPZA.
k) Memori
Golongan NAPZA yang menimbulkan penurunan kesadaran mungkin akan
menunjukkan gangguan daya ingat jangka pendek.
l) Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Secara umum klien NAPZA mengalami penurunan konsentrasi. Pecandu
ganja mengalami penurunan berhitung.
m)Kemampuan Penilaian
Penurunan kemampuan menilai terutama dialami oleh klien alkoholik.
Gangguan kemampuan penilaian dapat ringan maupun bermakna.
n) Daya Tilik Diri
Apakah mengingkari penyakit yang diderita atau menyalahkan hal-hal diluar
dirinya.
6) Sumber Koping
Yang sangat dibutuhkan untuk membantu individu terbebas dari peyalahgunaan
zat yaitu kemampuan individu untuk melakukan komunikasi yang efektif,
ketrampilan menerapkan sikap asertif dalam kehidupan sehari-hari, perlunya
dukungn sosial yang kuat, pemberian alternative kegiatan yang menyenangkan,
ketrampilan melakukan teknik reduksi stress, ketrampilan kerja dan motivasi
untuk mengubah perilaku.
7) Mekanisme koping
Individu dengan penyalahgunaan zat seringkali mengalami kegagalan dalam
mengatasi masalah. Mekanisme koping sehat dan individu tidak mampu
mengembangkan perilaku adaptif.
15
8) Mekanisme Pertahanan Ego
Pertahanan ego yang digunakan pada individu penyalahgunaan zat meliputi
penyangkalan terhadap masalah, rasionalisasi, projeksi, tidak tanggung jawab
terhadap perilakunya, dan mengurangi jumlah alkohol atau obat yang digunakan
B. Diagnosa
1. Harga diri rendah situasional hubungan dengan perilaku tidak konsisten dengan nilai
(D.0087)
2. Koping tidak efektif berhubungan dengan ketidak adekuatan strategi koping (D.0096)
3. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penyalahgunaan zat (D.0085)
C. Intervensi Keperawatan
16
rendah dan tenang
lakukan kegiatan
pengalihan terhadap
sumber agitasi
cegah perilaku pasif dan
agresif
beri penguatan positif
terhadap keberhasilan
mengendalikan perilaku
lakukan pengekangan
fisik sesuai indikasi
hindari bersikap
menyudutkan dan
menghentikan
pembicaraan
hindari sikap
mengancam dan
berdebat
hindari berdebat atau
menawar batas perilaku
yang telah di tetapkan
Edukasi
informasi keluarga
bahwa keluarga sebagai
dasar pembentukan
kognitif
:
17
mengatasi masalah meningkat o Diskusikan kelebihan
-verbalisasi kelemahan diri dan kekurangan dari
meningkat setiap solusi
-Verbalisasi pengakuan o Fasilitasi melihat situasi
masalah meningkat secara realistic
-verbalisasi menyalahkan o Motivasi
orang lain menurun mengungkapkan tujuan
-verbalisasi rasionalisasi perawatan yang
kegagalan menurun diharapkan
o Fasilitasi pengambilan
keputusan secara
kolaboratif
o Hormati hak pasien
untuk menerima atau
menolak informasi
o Fasilitasi menjelaskan
keputusan kepada orang
lain, jika perlu
o Fasilitasi hubungan
antara pasien, keluarga,
dan tenaga kesehatan
lainnya
Edukasi
o Informasikan alternative
solusi secara jelas
o Berikan informasi yang
diminta pasien
Dukungan Penampilan
Peran
18
-verbalisasi mrasakan Terapeutik:
sentuhan melalui indra Pertahankan lingkungan
penciuman meningkat yang aman
-distorsi sensori meningkat Lakukan tindakan
-perilaku halunisasi meningkat keselamatan ketika
tidak dapat mengontrol
perilaku ( mis. Limit
setting, pembatasan
wilayah, pengekangan
fisik, seklusi )
Diskusikan perasaan
dan respon terhadap
halusinasi
Hindari perdebatan
tentang validitas
halusinasi
Edukasi
Anjurkan memonitor
sendiri situasi terjadinya
halusinasi
Anjurkan bicara pada
orang yang dipercaya
untuk memberi
dukungan dan umpan
balik korektif terhadap
halusinasi
Anjurkan melakukan
distraksi ( mis.
Mendengarkan musik,
melakukan aktifitas dan
teknik relaksasi )
Ajarkan pasien dan
keluarga cara
mengontrol halusinasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
obat antipsikotik dan
19
antiansietas, jika perlu
20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
NAPZA adalah (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) adalah bahan/zat/obat yang
apabila masuk kedalam tubuh manusia bisa mempengaruhi tubuh terutama pada
otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan
fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan
(dependensi) terhadap NAPZA. NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu
zat yang bekerja pada otak, sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, pikiran.
( Eko, 2014).
Kasus penyalahgunaan NAPZA dari tahun ke tahun terjadi pada seluruh lapisan
masyarakat, khususnya anak jalanan. Anak jalanan adalah anak yang berusia antara 5
sampai dengan 18 tahun yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan
kegiatan hidup sehari-hari di jalanan, baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalan
dan tempat-tempat umum lainnya.
B. Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, H., 2010. Penanggulangan Korban Narkoba. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Asmandi. 2008. Teknik Prosedral Keperawatan: Konsep dan Aplikasi
Asmandi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakart: EGC
Bulecheck, dkk. 2016. Nursing Interventions Classifikation (NIC). Edisi 6.
Yogyakarta: Mocomedia
Kusumawati, F. dan Hartono Y. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Lazarus RS, S Folkman. (1984). Stress, Appraisal, and Coping. New York: McCiraw.
Masjid, A. 2007. Bahaya Penyalahgunaan Narkoba. Semarang: PT Bengawan Ilmu
Nasir dan Abdul Muhith. 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: SalembaMedik
Notoatmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi.
Jakarta: Rhineka Cipta
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitan Ilmu Keperawatan.
Jakarta: SalembaMedika
Partodiharjo, S., 2008. Kenali NARKOBA dan Musuhi Penyalahgunaannya.
Jakarta : Penerbit Erlangga
22