Makalah Askep Keputusasaan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ASKEP GANGGUAN PSIKOSOSIAL


KEPUTUSASAAN
Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikologi
Dosen Pengampu: Irfan, S.Kep.,Ns., M.Kep

oleh
Kelompok 5:
Sarmila B0221354
Reskita Saratu B0221535
Wilna Sari Sumiati B0221015
Yunita B0221328
Nurlaeni B0221002

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KSESEHATAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT,yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik dalam penyususan makalah ini, kami tidak lupa
mengucapakan terima kasih kepada berbagai sumber yang karyanya telah dijadikan referensi
dalam menyelesaikan masalah. Kami juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada bapak
dosen yang telah membimbing kami.
Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam
menambah wawasan keilmuan kita, walaupun makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini.

Majene,11 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR KEPUTUSASAAN
B. PROSES PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL (KEPUTUSASAAN)
C. ANALISIS TEORI
D. ANALISIS JURNAL
E. ASUHAN KEPERAWATAN

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keputusasaan merupakan pernyataan subjektif dimana individu memandang adanya
keterbatasan, tidak ada jalan ataupun pilihan yang bisa dipilih, serta tidak mampu
menyelesaikan masalahnya secara mandiri,dengan tanda-tanda antara lain pola tidur yang
tidak efektif, tidak berekspresif, penurunan kontak mata, nafsu makan berkurang, tidak
berinisiatif, respon stimulus yang diakibatan stres kronis, menjaga jarak dengan lawan bicara,
kepasifan, mengangkat bahu sebagai respon bicara, mengungkapkan “tidak bisa”, serta sering
mengeluh (Herdman, (2018).Menurut Beck et al (1974) putus asa merupakan keinginan
negatif serta ketidakberdayaan, berdasarkan hasil yang negatif dapat dikelompokan dilihat
dalam 3 dimensi yaitu dimensi kognitif, dimensi afektif dan dimensi motivasi. Dimensi
emosional meliputi pandangan negatif tentang masa depan, diantaranya kurangnya harapan,
antusiasme, atau kepercayaan.
Dimensi motivasi berfokus pada pikiran serta perasaan negatif tentang kemampuan
individu dalam mengubah ataupun meningkatkan kebahagiaan dimasa depan.Dampak
masalah psikososial keputusasaan yang dikemukakan olehKhan et al., (2019) dalam hasil
penelitianya menyebutkan sebanyak 87% penderita diabetes mengalami depresi. Gangguan
depresi bisa terjadi pada berbagai macam usia. Riskesdas, (2018) menunjukkan hasil bahwa
masalah depresi bisa terjadi pada usia remaja yakni 15 sampai 24 tahun dengan pravelensi
6,2%. Pola pravelensi depresi terus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya
usia. Pravelensi tertinggi terjadi pada umur 75 tahun keatas 8,9%, usia 65-74 tahun sekitar
8,0% serta 55-64 tahun sekitar 6,5%. Hal ini dapat berpengaruh pada pola pikir individu yang
tidak efektiif misalnya nafsu makan menurun, merokok, serta berkurangnya keaktifitasan
fisik (Ismail, (2009).
Sebagai tenaga kesehatan, perawat perlu memberikan perhatian penuh terhadap kondisi
kliennya, meliputi kondisi fisiologis, spiritualitas,sosialitas, budaya serta sosio-psikologis.
Perawat berkewajiban untukmemberi asuhan keperawatan psikososial pada penderita
diabetes. Hal tersebut berupaya sebagai pengurangan terjadinya risiko komplikasi pada
penderita diabetes. Strategi komunikasi dan promosi kesehatan pada penderita diabetes
diterapkan sesuai dengan problem psikososial yang dialami oleh klien yang menderita
keputusasaan (Julyarni, 2016).Sehingga perawat perlu berperan dalam memberikan asuhan
keperawatan jiiwa pada penderita keputusasaan terhadap masyarakat ataupun komunitas
(Keliat, 2011).
Keputusasaan menjadi salah satu masalah psikososial keperawatan yang menarik karena
sering menyebabkan memburuknya keadaan fisik klien dengan presentase yangmasih sedikit
di Jawa Tengah, oleh karena itu penulis berniat untuk memberikan penggambaran mengenai
masalah keperawatan psikososial keputusasaan. Berdasarkan uraian di atas penulis
menyimpulkan bahwaa keputusasaan adalah masalah psikososial yang umum terjadi terhadap
penderita diabetes melitus
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar keputusasaan?
2. Bagaimana perkembangan gangguan psikososial dengan masalah keputusasaan?
3. Bagaimana menganalisis teori mengenai gangguan psikosisoal dengan masalah
keputusasaan?
4. Bagaimana menganalisis jurnal dengan kasus gangguan psikososial(keputusasaan)?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum studi kasus ini adalah memberi gambaran asuhan keperawatan jiwa
terhadap pasien psikososial dengan masalah keputusasaan.
2. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada klien psikososial dengan masalah keputusasaan.
2. Menegakkan diagnosa keperawatan pada klien psikososial dengan masalah
keputusasaan.
3. Menyusun perencanaan asuhan keperawatan pada klien psikososial dengan
masalah keputusasaan.
4. Melaksanakan intervensi asuhan keperawatan pada klienpsikososial dengan
masalah keputusasaan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR KEPUTUSASAAN

1. Definisi
Keputusasaan adalah situasi emosional dimana seseorang memandang adanya
keterbatasan atau tidak tersedianya alternatif pemecahan pada masalah yang di hadapi
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).Keputusasaan yaitu kondisi subyektif dimana
individu melihatketerbatasan atau tidak adanya alternatif sebagai penyelesaian masalah
dan ketidakmampuan memobilisasi energi demi kepentingannya sendiri (Herdman,
(2018).
2. Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusasaan menurut, Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, (2016) yaitu:
a. Stres jangka panjang
b. Penurunan keadaan fisik
c. Hilangnya kepercayaan terhadap nilai-nilai penting
d. Hilangnya kepercayaan pada kekuatan spriritual
e. Pembatasan kegiatan jangka Panjang
f. Pengasingan
Sedangkan faktor yang mempengaruhi keputusasaan menurut Stuart, (2007) yaitu
faktor predisposisi dan faktor presipitasi, faktor predisposisi dalam kurun waktu itu lebih
dari enam bulan, sedangkan presipitasi kurang dari enam bulan.

a. Faktor predisposisi
1) Faktor Genetik : sikap optimisme terhadap masalah akan sulit dikembangkan
pada individu yang terlahir dan besar dalam keluarga yang mempunyai
riwayat depresi.
2) Kesehatan Mental : seseorang dengan gangguan kejiwaan terutama pada
riwayat depresi yang ditandai dengan ketidakberdayaan dan pesimisme, akan
selalu dibayangi masa depan yang suram, biasanya sangat sensitif terhadap
masalah dan sering merasa putus asa.
3) Kesehatan Jasmani : Individu dengan kondisi fisik yang sehat dan gaya hidup
yang baik akan memiliki kemampuan yang lebih tinggi untuk mengatasi stres
dibandingkan orang yang berpenyakit fisik.
4) Struktur Kepribadian : seseorang dengan konsep negatif dan harga diri yang
rendah akan menimbulkan rasa kepercayaaan diri yang rendah dan tidak
obyektif pada tekanan yang dihadapinya.

b. Faktor presipitasi
1) Faktor kehilangan
2) Terus menerus mengalami kegagalan
3) Faktor lingkungan
4) Keluarga atau orang terdekat
5) Status kesehatan ( penyakit diderita yang dapat mengancam jiwa)

B. PROSES PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL (KEPUTUSASAAN)


1. Proses Terjadinya Masalah
Klien dengan depresi biasanya memiliki pandangan negatif pada stressor sejak
awal. Klien beranggapan bahwa masalah ini 100% buruk, dan tidak akan ada hikmah
atas semua masalah yang dihadapinya. Misalnya, ketika seseorang terdiagnosis
menderita diabetes mellitus seseorang akan sulit untuk menerima fonis
tersebut,dibalik itu hikmahnya ia akan lebih memperhatikan pola makan dengan baik.
Semua masalah yang muncul hampir dianggap negatif.Dengan persepsi yang salah
hal ini akan memicu klien untuk berperilaku dan berfikir salah. Persepsi yang pasti
muncul adalah “saya sial, saya menderita, saya tidak mampu, tidak ada harapan,
semuanya buruk”, kondisi ini semakin buruk karena kurangnya sistem pendukung
yang memadai misalnya keluarga, tetangga, teman, terutama iman. Sehingga
muncullah fase akumulasi stresor dan stresor lain yang akan memperburuk situasinya.
Klien akan semakin merasakan ketidakberdayaan dan muncul niat untuk menyakiti
diri sendiri bahkan bunuh diri, hal ini dapat memicu kemunculan rasa rendah diri dan
menjadi tekanan internal.Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya depresi, antara
lain faktor herediter dan genetik, kepribadian premorbid, fisik, psikobiologis,
neurologis, biokimia dalam tubuh, keseimbangan elektrolit dan sebagainya. Biasanya
depresi disebabkan oleh trauma fisik misalnya pembedahan, penyakit menular,
kecelakaan, faktor psikologis seperti kehilangan kasih sayang, persalinan dan harga
diri.

2. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis keputusasaan menurut (Rochmawati et al., 2020)adalah :
a. Pernyataan subjektif klien mengenai situasi hidup yang terasa hampa dan tiada
harapan (“Saya tidak dapat melakukan sesuatu”).
b. Suka mengeluh serta terlihat murung.
c. Tidak banyak berbicara, lebih banyak diam atau enggan bicara sama sekali.
d. Melihatkan kesedihanan yang mendalam, afek menurun.
e. Menjauhkan diri pada lingkungan atau anti sosial.
f. Kontak mata menurun.
g. Mengangkat bahu pertanda masa bodoh.
h. Terlihat sering blue mood (murung).
i. Selera makan menurun atau menghilang.
j. Pola tidur terganggu.
k. Keterlibatan saat perawatan menurun.
l. Sikap pasif saat menerima perawatan
m. Menurunnya perhatian dan keterlibatan pada orang lain yang dianggap bermakna
Manifestasi klinis lain juga dikekemukakan oleh Carpenito-Moyet, (2009) dalam
Sutedjo, (2016) antara lain :
a. Karakteristik utama (Mayor)
Mengungkapkan sikap apatis yang mendalam, luar biasa, dan dan bertahan
dalam menanggapi kondisi yang dianggap tidak mungkin, seperti pernyataan
“Masa depanku tampak gelap bagiku”.
1) Fisiologis
a) Menurunya respon terhadap rangsangan
b) Kekurangan energi
c) Peningkatan jumlah tidur

2) Emosional
Klien dengan gangguan keputusasaan biasanya merasa :
a) Mereka tidak memiliki kesempatan dan tidak ada alasan untuk
percaya hari depan.
b) Ketidakmampuan mencari kemakmuran, keberuntungan, atau
nikmat tuhan.
c) Kurangnya makna dan tujuan hidup.
d) Perasaan kehilangan dan kekurangan.
e) Kosong atau kehilangan aktivitas.
f) Demoralisasi.
g) Tidak berdaya.

b. Karakteristik tambahan (Minor)


Karakter yang meliputi aspek fisiologis dan emosional ini kemuungkinan
muncul pada klien dengan keputusasaan:
1) Fisiologis: Anoreksia, penurunan berat badan
2) Emosional
Klien merasa:
a) Merasa ada benjolan di tenggorokan, tegang
b) Merasa kecewa
c) Dibanjiri oleh rasa ketidakmampuan (Saya hanya “tidak bisa…”)
d) Merasa bahwa mereka berada “diujung talinya”
e) Kehilangan kepuasan dari peran dan hubungan
f) Rentan atau mudah diserang

Klien juga mempertunjukkan adanya:


a) Kontak mata yang buruk
b) Motivasi yang menurun
c) Mendesah
d) Regresi
e) Depresi
f) Pengunduran diri

C. ANALISA TEORI
Teori hopelessness
Dalam Abramson et al., (1989) menjelaskan bahwa “an expectancy that positive
consequences will not occur, or that negative consequences will occur” , yang artinya adalah
harapan bahwa konsekuensi positif tidak akan terjadi atau konsekuensi negatif akan terjadi.
Orang yang mengalami keputusasaan akan merasa tidak ada harapan untuk mewujudkan
suatu yang diinginkan atau setiap apa yang dilakukan tidak akan berhasil menyelesaikan
masalah.
Kasus (Keputusasaan):
Ny.A usia 57 tahun dirawat diruang penyakit dalam dengan keluhan sesak nafas sejak satu
minggu sebelum masuk rumah sakit.Hasil pengkajian:Klien memiliki riwayat Tb paru sejak
januari 2017,namum setelah menjalani pengobatan OAT selama 5 bulan,klien putus obat
karena terjadi masalah pada fungsi hatinya akibat dari pengobatan OAT,klien juga memiliki
riwayat DM tipe 2.Setahun yang lalu klien pernah jatuh sampai saat ini klien tidak bisa
berjalan.sebelum sakit klien menyatakan masih bisa melalukan aktivitas sehari-hari,namun
saat ini harus dibantu oleh orang lain.Klien jarang keluar rumah dan lebih senang mengurung
diri dikamar.klien mengatakan capek,pasrah dengan kondisinya dan ingin mati saja.Menurut
klien tidak ada harapan sembuh lagi.Klien merasa selalu merepotkan orang lain terutama
anak-anaknya.Klien sering menangis,kadang menolak minum obat,sulit konsentrasi dan lebih
banyak diam.
Analisis :
Sesuai kasus yang kami angkat pada gangguan psikososial dengan masalah keputusasaan
ini cocok dengan teori hopelessness (teori harapan). Nah, pada teori telah dijelaskan bahwa
orang yang mengalami keputusasaan akan merasa tidak ada harapan untuk mewujudkan
sesuatu yang diingin atau setiap apa yang dilakukan tidak akan berhasil menyelesaikan
masalah.Pada kasus yang kami angkat, disini terdapat bahwa pasien merasa tidak ada lagi
harapan untuk sembuh dari penyakitnya. Kemudian pasien juga merasa tidak dapat
mewujudkan sesuatu yang diingkan yaitu sembuh dari penyakit yang di deritanya.

D. ANALISIS JURNAL
STUDI KASUS : Pengaruh story telling terhadap keputusasaan
Terapi cerita (telling story therapy)berdasarkan konsep pada kenyataan bahwa dibalik
kehidupan seseorang atau sekelempok orang kita akan disuguhi serangkaian cerita yang
melatarbelakangi kehidupan orang yang bersangkutan.Jika ditarik lebih jauh kita dapat
mengatakan bahwa dalam penyelesaian masalah kita mulai dari cerita yang ada termasuk
cerita tentang masalah tadi dan diikuti dengan cerita baru sebagaimana diharapkan dari
penyelesain masalah yang ada dan membangun konstruksi cerita baru yang diinginkan.Hal
tersebut terbukti bahwa story telling dapat menciptakan rasa nyaman pada seseorang yang
mengalami permasalahan.dari hasil penelitian ini,menunjukkan bahwa setelah dilakukan
therapy story telling menunjukkan bahwa sebagian besar orang dapat menangani
keputusasaan.
E. ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS :
Seorang wanita, Ny.A berusia 57 tahun dirawat diruang penyakit dalam dengan keluhan
sesak nafas sejak satu minggu sebelum masuk rumah sakit.Hasil pengkajian:Klien memiliki
riwayat Tb paru sejak januari 2017,namum setelah menjalani pengobatan OAT selama 5
bulan,klien putus obat karena terjadi masalah pada fungsi hatinya akibat dari pengobatan
OAT,klien juga memiliki riwayat DM tipe 2.Setahun yang lalu klien pernah jatuh sampai
saat ini klien tidak bisa berjalan.sebelum sakit klien menyatakan masih bisa melalukan
aktivitas sehari-hari,namun saat ini harus dibantu oleh orang lain.Klien jarang keluar rumah
dan lebih senang mengurung diri dikamar.klien mengatakan capek,pasrah dengan kondisinya
dan ingin mati saja.Menurut klien tidak ada harapan sembuh lagi.Klien merasa selalu
merepotkan orang lain terutama anak-anaknya.Klien sering menangis,kadang menolak
minum obat,sulit konsentrasi dan lebih banyak diam.
Identitas Pasien
Nama : Ny.A
Umur : 57 tahun

Data Fokus

Data Objektif :
1. Klien mempunyai riwayat TB paru sejak januari 2017
2. Putus obat OAT akibat masalah pada fungsi hati
3. Klien riwayat DM type 2
4. Setahun yang lalu pernah jatuh dan tidak bisa berjalan hingga sekarang
5. Klien jarang keluar rumah
6. Lebih sering mengurung diri dikamar
7. Klien sering menangis dan menolak minum obat

Data Subjektif :
1. Sebelum sakit klien mengatakan masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Klien mengatakan capek,pasrah dengan kondisinya dan ingin mati saja.
3. Menurut klien tidak ada harapan sembuh lagi.
4. Klien selalu merasa merepotkan orang lain terutama anak-anaknya.

Diagnosa
Keputusasaan berhubungan dengan penurunan kondisi fisiologis
Intervensi

TUJUAN DAN KRITERIA


NO DIAGNOSA INTERVENSI
HASIL

1. Keputusasaan b.d Setelah dilakukan tindakan Mandiri :


penurunan kondisi keperawatan selama 3x24 1. Bangun hubungan yang kompleks
fisiologis jam,masalah keputusasaan b.d dengan klien .
penurunan kondisi fisiologis 2. Stimulasi kognitif dengan klien.
dapat diatasai dibuktikan 3. Bantu perawatan diri klien.
dengan 4. Hadir dan mampu menjadi pendengar
Kriteria Hasil: yang baik untuk klien.
1. Klien menerima status 5. Kaji sumber ketakutan klien
kesehatan 6. Beri klien terapi musik untuk
2. Klien dapat mengontrol menenangkan pikiran
depresi 7. Bantu klien memenuhi kebutuhan
3. Klien mendapat semangat spiritual
untuk hidup
4. Klien mau melanjutkan Keluarga:
terapi 8. Beri edukasi kepada keluarga klien
tentang status kesehatan klien
9. Anjurkan keluarga agar meluangkan
waktu dengan klien
10. Anjurkan keluarga untuk
mengingatkan kepada klien kepada
Tuhannya

Kolaborasi:
11. Kolaborasi dengan fisikolog terkait
masalah psikis bila diperlukan
Data Fokus
Data Objektif :
1. Putus obat OAT akibat masalah pada fungsi hati
2. Klien memiliki riwayat DM type 2
Data Subjektif :
1. Klien mengatakan capek,pasrah dengan kondisinya dan ingin mati saja
2. Menurut klien tidak ada harapan sembuh lagi
3. Klien merasa selalu merepotkan orang lain terutama anak-anaknya
4. Klien jarang keluar rumah dan lebih senang mengurung diri dikamar

Diagnosa :
Ketidakefektifan koping berhubungan dengan krisis situasi
Intervensi

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI

2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Individu :


koping b.d krisis keperawatan,masalah - Berikan penilaian (kemampuan
situasi ketidakefektifan koping pada klien penyesuaian pasien terhadap
dapat teratasi ditandai dengan: perubahan-perubahan dalam citra
1.Tingkat depresi : tubuh, sesuai dengan indikasi.
- Tidak ada gangguan konsentrasi - Dukung pasien untuk
(mampu berkonsentrasi saat mengidentifikasi deskripsi yang
melakukan sesuatu) realistik terhadap adanya
- Tidak ada kehilangan minat pada perubahan dalam peran.
kegiatan (ikut berpartisipasi - Berikan suasana penerimaan.
dalam kegiatan di - Cari jalan untuk memahami
lingkungannya) perspektif pasien terhadap situasi
- Tidak ada perasaan tidak yang penuh stres.
berharga (pasien lebih - Tidak mendukung pembuatan
menerima keadaan sehingga keputusan saat pasien berada pada
dapat merasa dirinya bahagia ) situasi stres berat (tidak
- Tidak ada pikiran kematian yang membiarkan pasien tidak minum
berulang (pasien merasa obat dan menepis keinginan pasien
bersyukur masih hidup) segera mati)
- kesedihan tidak ada (tidak sering - Dukung penggunaan sumber-
menangis) sumber spiritual.
- keputusasaan tidak ada (selalu - Mengenalkan pasien kepada
optimis) seseorang atau kelompok yang
telah melewati pengalaman yang
2. Resolusi rasa bersalah : salah.
- mengidentifikasikan pikiran - Dukung pasien untuk bisa
negative yang berlebihan. mengidentifikasi kekuatan dan
- menceritakan perasaan ke orang kemampuan diri.
terdekat. - Berikan keterampilan social yang
tepat.
3. Penerimaan : status kesehatan - Dukung pasien untuk bisa
- dapat mengenali dan menerima mengidentifikasi kekuatan.
realitas situasi kesehatan. - Bantu pasien untuk
- Dapat melaporkan harga diri mengidentifikasi respon positif dari
yang positif. orang lain.
- Dapat melakukan tugas-tugas - Bantu pasien untuk menerima
perawatan diri. ketergantungan terhadap orang lain
dengan tepat.
- Dukung pasien untuk menerima
tantangan baru.
- Manfaatkan kelompok pendukung
selama masa transisi untuk
membantu pasien beradaptasi
dengan kondisinya.
- Ciptakan suasana menyenangkan.
- Dorong agar setiap anggota
kelompok untuk dapat
menyampaikan pikiran dan
pengetahuannya.
- Anjurkan pasien dalam kegiatan
social dan masyarakat.
2. Keluarga
- Dukung keterlibatan keluarga
dengan cara yang tepat.
- Identifikasi tingkat dukungan
keluarga, keuangan dan sumber
daya lainnya.
- Monitor situasi keluarga saat ini
dan jaringan dukungan.
- Instruksikan keluarga mengenai
minat dan dukungan mereka
terhadap kondisi pasien.
- Libatkan keluarga dalam
perawatan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keputusan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat keterbatasan atau
tidak ada alternatif atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi energi
yang dimilikinya (NANDA, 2005).
Keputusan menggambarkan individu yang tidak melihat adanya kemungkinan untuk
meperbaiki hidupnya dan bersih keras mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat
membantunya.
Keputusasaan berbeda dengan ketidakberdayaan, orang yang putus asa tidak melihat
adanya solusi untuk permasalahannya atau tidak menemukan cara untuk mencapai apa yang
diinginkannya. Sebaliknya orang yang tidak berdaya masih dapat menemukan alternatif
untuk masalah tersebut, tetapi tidak mampu melakukan sesuatu untuk mewujudkannya karna
kurangnya kontrol dan sumber yang tersedia.

B. SARAN
1. Bagi seorang perawat perlu memperhatikan kondisi klien secara komprehensif, tidak
hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu kesatuan yang utuh yang meliputi
biopsikososialkultural.
2. Bagi mahasiswa diharapkan dapat makin memperbanyak pengetahuan dari berbagai
referensi tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan keputusasaan.
3. Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas perawat
dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat untuk memperoleh
pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan untuk mengatasi masalah pada pasien
dengan keputusasaan.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unissula.ac.id/23680/1/40901800048_fullpdf.pdf
Di akses pada, 11 Februari 2023
https://www.scribd.com/embeds/136442295/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf Di akses pada, 11
Februari 2023
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Situasi Kesehatan Jiwa Di Indonesia. Diakses pada 11 Februari
2023 melalui halaman https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/InfoDati
n-Kesehatan-Jiwa.pdf
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Duagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) (Edisi 1). Jakarta :
Persatuan Perawat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai