Makalah Luka Bakar&Skin Graft - Klp.4 - 4A-1
Makalah Luka Bakar&Skin Graft - Klp.4 - 4A-1
Makalah Luka Bakar&Skin Graft - Klp.4 - 4A-1
Disusun oleh:
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memeberikan
rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Makalah Dan Analisa Jurnal Asuhan Keperawatan Pada Pasien Luka Bakar Dan Skin Graft.”
Makalah ini kami susun dalam rangka untuk memenuhi salah satu matakuliah
keperawatan kritis. Selain untuk memenuhi tugas kami juga menjadikan bahan ajar
tentang bagaimana perawatan pasien dengan luka bakar dan skin graft. Dalam
penyususnan makalah ini tentunya tidak lepas dari bimbingan, arahan, koreksi, saran dan
dukungan dari berbagai pihak.
Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi penulis dan dapat
bermanfaat juga bagi pembaca serta dapat memberi informasi mengenai masalah
perawatan pasien dengan luka bakar. Kami menyadari makalah yang kami buat masih
kurang sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat kami perlukan dari bapak/ibu
dosen serta dari pembaca untuk menjadikan makalah ini lebih baik.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengkajian ...............................................................................................................................16
B. Diagnosa Keperawatan ......................................................................................................23
C. Perencanaan Keperawatan ..............................................................................................23
ii
F. Prosedur Operasi Skin Graft ..........................................................................................34
G. Proses Penyembuhan Skin Graft ...................................................................................41
H. Komplikasi Skin Graft ........................................................................................................42
I. Asuhan Keperawatan .......................................................................................................44
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................................56
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar adalah cedera terhadap jaringan yang disebabkan oleh kontak
terhadap panas kering (api), panas lembab (uap atau cairan panas), kimiawi
(seperti bahan-bahan korosif), bahan-bahan elektrik (arus listrik atau lampu),
friksi, atau energi elektromagnetik dan radian. Luka bakar menjadi masalah oleh
karena angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Penanganan dan perawatan
luka bakar (khususnya luka bakar berat) memerlukan perawatan yang kompleks
dan masih merupakan tantangan tersendiri karena angka morbiditas dan
mortalitas yang cukup tinggi. Di Indonesia sampai saat ini belum ada laporan
tertulis mengenai jumlah penderita luka bakar dan jumlah angka kematian yang
diakibatkannya.
Di unit luka bakar RSCM Jakarta, pada tahun 1998 dilaporkan sebanyak
107 kasus luka bakar yang dirawat, 62 % dari jumlah tersebut merupakan luka
bakar derajat II – III (> 40 %) dengan angka kematian 37,38%. Angka ini lebih
kurang sama dengan tahun berikutnnya, di tahun 1999 jumlah kasus yang
dirawat adalah 88 kasus, 75 % dari jumlah tersebut merupakan luka bakar derajat
II – III dan dengan angka kematian >40 %dengan masa rawat terpanjang antara 32
– 38 hari.
Pada umumnya pasien luka bakar datang akan mengalami ancaman
gangguan airway (jalan napas), breathing (mekanisme bernapas), dan gangguan
circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau
beberapa saat setelah terjadi trauma, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran
napas akibat cedera inhalasi dalam 48 – 72 jam pascatrauma. Cedera inhalasi
merupakan penyebab kematian utama penderita pada fase akut.
Pada fase ini dapat terjadi pula gangguan keseimbangan sirkulasi cairan
dan elektrolit akibat cedera termal/panas yang berdampak sistemik. Pada luka
bakar berat atau mayor terjadi perubahan permeabilitas kapiler yang akan diikuti
dengan ekstravasasi cairan (plasma protein dan elektrolit) dari intravaskular ke
jaringan interstisial dan mengakibatkan terjadinya hipovolemik intravaskular dan
edema interstisial. Keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik terganggu
sehingga sirkulasi ke bagian distal terhambat yang akhirnya menyebabkan
gangguan perfusi sel atau jaringan atau organ (syok). Syok yang timbul harus
1
segera diatasi dengan melakukan resusitasi cairan. Adanya syok yang bersifat hipodinamik dapat
berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih berkaitan dengan instabilitas sirkulasi.
B. Rumusan masalah
1. Pengertian Combustio / Luka Bakar ?
2. Klasifikasi Combustio / Luka Bakar ?
3. Fase Combustio / Luka Bakar ?
4. Etiologi Combustio / Luka Bakar ?
5. Patofisiologi Combustio / Luka Bakar ?
6. Manifestasi Klinis Combustio / Luka Bakar ?
7. Pemeriksaan Penunjang Combustio / Luka Bakar ?
8. Penatalaksanaan Luka Bakar ?
9. Komplikasi Luka Bakar ?
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Luka Bakar ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Combustio / Luka Bakar.
2. Untuk Mengetahui Klasifikasi Combustio / Luka Bakar.
3. Untuk Mengetahui Fase Combustio / Luka Bakar.
4. Untuk Mengetahui Etiologi Combustio / Luka Bakar.
5. Untuk Mengetahui Patofisiologi Combustio / Luka Bakar.
6. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis Combustio / Luka Bakar.
7. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Combustio / Luka Bakar.
8. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Luka Bakar.
9. Untuk Mengetahui Komplikasi Luka Bakar.
10. Untuk Mengetahui Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Luka Bakar.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar:
a. Luka bakar derajat I (super ficial partial-thickness)
Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di dalam
proses penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka bakar
derajat pertama tampak sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan,
terdapat gelembung gelembung yang ditutupi oleh daerah putih, epidermis
yang tidak mengandung pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang
berwarna merah serta hiperemis.
Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan
biasanya sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka tampak
sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitifitas setempat.
Luka derajat pertama akan sembuh tanpa bekas.
b. Luka bakar derajat II (Deep Partial-Thickness)
Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa
reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh, dasar luka berwarna
merah atau pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal, nyeri
karena ujungujung saraf teriritasi. Luka bakar derajat II ada dua:
1) Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis, apendises
kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih
utuh. Luka sembuh dalam waktu 10-14 hari.
2) Derajat II dalam (deep)
Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit seperti
folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian masih
utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit
yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari
satu bulan.
c. Luka bakar derajat III ( Full Thickness)
Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam,
apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
rusak, tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau coklat, kering,
letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar karena koagulasi protein
pada lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri. Penyembuhan
lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan.
4
3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
a. Luka bakar ringan/ minor
1) Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
2) Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
3) Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka,
tangan, kaki, dan perineum.
b. Luka bakar sedang (moderate burn)
1) Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka
bakar derajat III kurang dari 10 %
2) Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa
> 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
3) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang
tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar berat (major burn)
1) Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas
usia 50 tahun
2) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir
pertama
3) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
4) Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi)
tanpa memperhitungkan luas luka bakar
5) Luka bakar listrik tegangan tinggi
6) Disertai trauma lainnya
7) Pasien-pasien dengan resiko tinggi.
4. Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh yang Terbakar
Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan beberapa
metode yaitu :
a. Rule of Nine
1) Kepala dan leher : 9%
2) Lengan masing-masing 9% : 18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4) Tungkai maisng-masing 18% : 36%
5) Genetalia/perineum : 1%
i. Total : 100%
5
b. Diagram
Penentuan luas luka bakar secara lebih lengkap dijelaskan dengan diagram
Lund dan Browder sebagai berikut :
6
terjadi menyebabkan:
a. Proses inflamasi dan infeksi.
b. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak
berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.
c. Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka
dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini
adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi,
deformitas dan kontraktur
7
3. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil.
Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap
serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat
menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru.
4. Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi
jalan nafas akibat edema.
5. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh.
Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan
percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan.
6. Zat kimia (asam atau basa)
7. Radiasi
8. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.
8
Pathway
1
.Bahan Kimia Termis Radiasi Listrik/petir
Masalah Keperawatan:
Biologis LUKA BAKAR Psikologis
Gangguan Citra Tubuh
Defisiensi pengetahuan
Anxietas
Glukoneogenesis
Gagal jantung Gagal ginjal GagalGagalglukogenolisis
hepar
fungsi sentral
MK:
Ketidakseimbanga n njutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
9
E. Patofisiologi
Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu
sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi
elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein
atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi
destruksi jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ visceral dapat mengalami
kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan burning
agent. Nekrosis dan keganasan organ dapat terjadi.
Kedalam luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan
lamanya kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air panas
dengan suhu sebesar 56.10 C mengakibatkan cidera full thickness yang serupa.
Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal
periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang
terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase
hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar
yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas
kapiler dan kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang
intravaskuler ke dalam ruanga interstisial.
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada
volume darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan dan
berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi
penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf simpatik akan melepaskan
ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi dan frekuensi denyut nadi.
Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24 hingga 36 jam
pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6-8 jam.
Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang
dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan
meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar.
Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal
menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia. Komplikasi ini
dinamakan sindrom kompartemen.
Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat
terjadi syok luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam
sebelum luka bakar ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon
10
kadar natrium serum terhadap resusitasi cairan bervariasi. Biasanya hipnatremia
terjadi segera setelah terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan dijumpai sebagai
akibat destruksi sel massif. Hipokalemia dapat terhadi kemudian dengan
berpeindahnya cairan dan tidak memadainya asupan cairan. Selain itu juga terjadi
anemia akibat kerusakan sel darah merah mengakibatkan nilai hematokrit
meninggi karena kehilangan plasma. Abnormalitas koagulasi yang mencakup
trombositopenia dan masa pembekuan serta waktu protrombin memanjang juga
ditemui pada kasus luka bakar. Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada
luka bakar berat, konsumsi oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai
akibat hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi renal dapat berubah sebagai
akibat dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi
cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah lewat
tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat tubulus
renal sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor
inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum,
gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka
bakar bereisiko tinggi untuk mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan
ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama pasca luka bakar
menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya menyebabkan
hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme.
F. Manifestasi Klinis
Kedalaman dan Bagian Kulit Gejala Penampilan Perjalanan
Penyebab Luka Bakar Yang terkena Luka Kesembuhan
11
Terbakar oleh nyala api Sensitif bintik minggu
terhadap merah,epidermis Pembentukan
udara yang retak, permukaan parutdan
dingin luka basah depigmentasi
Edema Infeksi dapat
mengubahnya
menjadi derajat tiga
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium :
a. Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah yang banyak
sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera
b. Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan
sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang
diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.
c. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau
inflamasi
d. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera
inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan
karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
e. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan
cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin
12
menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi
ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
f. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
g. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema
cairan.
h. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi
ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
i. Ureum
j. Protein
k. Hapusan Luka
l. Urine Lengkap, dllRontgen : Foto Thorax, dll
2. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
3. CVP : Untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar lebih
dari 30% dewasa dan lebih dari 20% pada anak
13
6. Pada luka bakar dalam pasien harus segera di bawa ker Rumah Sakit yang
memiliki unit luka bakar dan selama perjalanan pasien sudah terpasang infus.
7. Resusitasi
8. Pada luka bakar berat penanganannya sama seperti diatas. Namun bila terjadi
syok segera di lakukan resusitasi ABC.
a) Pernafasan:
1) Udara panas, mukosa rusak, oedem, obstruksi.
2) Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin, iritasi, Bronkhokontriksi,
obstruksi, gagal nafas.
b) Sirkulasi
gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra
vaskuler, hipovolemi relatif, syok, ATN, gagal ginjal.
a. Airway Management
1) Bersihkan jalan napas dengan tangan dan mengangkat dagu pada pasien
tidak sadar.
2) Lindungi jalan napas dengan nasofarigeal.
3) Pembedahan (krikotiroldotomi) bila indikasi trauma silafasial/gagal
intubasi.
b. Breathing/Pernapasan
1) Berikan supplement O2.
2) Nilai frekuensi napas dan pergerakkan dinding toraks.
3) Pantau oksimetri nadi dan observasi.
c. Circulation
1) Nilai frekuensi nadi dan karakternya
2) Ambil darah untuk cross match, DPL, ureum dan elektrolit.
3) Perawatan local
Untuk luka bakar derajat I dan II biasa dilakukan perawatan lokal yaitu
dengan pemberian obat topical seperti salep antiseptic contoh golongan:
silver sulfadiazine, moist exposure burn ointment, ataupun yodium
providon.
9. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
10. Resusitasi cairan Baxter.
Untuk pemberian cairan intravena pada pasien luka bakar bias menggunakan
rumus yang di rekomendasikan oleh Envans, yaitu:
14
Luas luka dalam persen x BB(kg) = mL NaCl /24 jam
Luas luka dalam persen x BB (kg) = mL Plasma/24 jam
2000 cc gluksosa 5%/24 jam
15
I. Komplikasi Combustio/ Luka Bakar
1. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal
2. Sindrom kompartemen. Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya
pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan
mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat.
Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan
terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan
obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia.
3. Adult Respiratory Distress Syndrome. Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat
gangguan ventilasi dan pertukaran gas sudah mengancam jiwa pasien.
4. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling. Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus
merupakan tanda-tanda ileus paralitik akibat luka bakar. Distensi lambung dan
nausea dapat mengakibatnause. Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat
stress fisiologik yang massif (hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh
darah okulta dalam feces, regurgitasi muntahan atau vomitus yang berdarha, ini
merupakan tanda-tanda ulkus curling.
5. Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik
yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya biasanya
pasien menunjukkan mental berubah, perubahan status respirasi, penurunan
haluaran urine, perubahan pada tekanan darah, curah janutng, tekanan cena
sentral dan peningkatan frekuensi denyut nadi.
6. Gagal ginjal akut. Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan
resusiratsi cairan yang tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin
terdektis dalam urine.
16
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar (Combustio) adalah nyeri,
sesak nafas. Nyeri dapat disebabkan kerena iritasi terhadap saraf. Dalam
melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality
(p,q,r,s,t). sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien mengalami
luka bakardan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul
penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada
penurunan ekspansi paru.
3. Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyebab lamanya kontak,
pertolongan pertama yang dilakukan serta keluhan klien selama menjalan
perawatan ketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi beberapa fase :
fase emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan pola bak), fase akut (48 jam
pertama beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif (menjelang klien pulang)
4. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum
mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai
riwaya penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat
dan alkohol
5. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang
berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga,
kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah
kesehatan, serta kemungkinan penyakit turunan
6. Riwayat psiko sosial
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body image yang
disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan perubahan.
Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang laam sehingga
mengganggu klien dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa
cemas, dan takut.
a. Bernafas
Pada klien yang terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi). Yang dikaji adalah serak; batuk mengii; partikel karbon
dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi
cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka
17
bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan
dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema
paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
b. Makan dan Minum
Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apabila terjadi
perubahan pola menimbulkan masalah bagi klien. Pada pemenuhan
kebutuhan nutrisi kemungkinan didapatkan anoreksia, mual, dan muntah.
c. Eliminasi:
haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam;
diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi);
penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih
besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
d. Gerak dan Aktifitas :
Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang
sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
e. Istirahat dan Tidur
Pola tidur akan mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh kondisi klien
ddan akan mempengaruhi proses penyembuhan
f. Pengaturan Suhu
Klien dengan luka bakar mengalami penurunan suhu pada beberapa jam
pertama pasca luka bakar, kemudian sebagian besar periode luka bakar akan
mengalami hipertermia karena hipermetabolisme meskipun tanpa adanya
infeksi
g. Kebersihan diri
Pada pemeliharaan kebersihan badan mengalami penurunan karena klien
tidak dapat melakukan sendiri.
h. Rasa Aman
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area
kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler
lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan
cairan/status syok.
1) Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan
variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung
18
gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring
posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
2) Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit
mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus;
lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih
dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat
berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
3) Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah
nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran
masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal
tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian
terbakar. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor,
kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).
i. Rasa Nyaman
Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif
untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar
ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka
bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka
bakar derajat tiga tidak nyeri.
j. Sosial
masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Sehingga klien
mengalami ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.
k. Rekreasi
Mengetahui cara klien untuk mengatasi stress yang dialami
l. Prestasi
Mempengaruhi pemahaman klien terhadap sakitnya
m. Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki oleh klien akan mempengaruhi respon klien
terhadap penyakitnya
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan
gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar
mencapai derajat cukup berat
19
b. TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga
tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama
c. Pemeriksaan kepala dan leher
1) Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut
setalah terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas
luka bakar
2) Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya
benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata
yang rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar
3) Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu
hidung yang rontok.
4) Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena
intake cairan kurang
5) Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan
dan serumen
6) Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai
kompensasi untuk mengataasi kekurangan cairan
d. Pemeriksaan thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak
maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru,
auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi
e. Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada
area epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
f. Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat
pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber
infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.
20
g. Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada
muskuloskleletal, kekuatan otot menurun karena nyeri
h. Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun
bila supplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat
(syok neurogenik)
i. Pemeriksaan kulit
1) Luas luka bakar
Untuk menentukan luas luka bakar dapat digunakan salah satu metode
yang ada, yaitu metode “rule of nine” atau metode “Lund dan Browder”
2) Kedalaman luka bakar
Kedalaman luka bakar dapat dikelompokan menjadi 4 macam, yaitu luka
bakar derajat I, derajat II, derajat III dan IV, dengan ciri-ciri seperti telah
diuraikan dimuka.
3) Lokasi/area luka
Luka bakar yang mengenai tempat-tempat tertentu memerlukan
perhatian khusus, oleh karena akibatnya yang dapat menimbulkan
berbagai masalah. Seperti, jika luka bakar mengenai derah wajah, leher
dan dada dapat mengganggu jalan nafas dan ekspansi dada yang
diantaranya disebabkan karena edema pada laring . Sedangkan jika
mengenai ekstremitas maka dapat menyebabkan penurunan sirkulasi ke
daerah ekstremitas karena terbentuknya edema dan jaringan scar. Oleh
karena itu pengkajian terhadap jalan nafas (airway) dan pernafasan
(breathing) serta sirkulasi (circulation) sangat diperlukan. Luka bakar
yang mengenai mata dapat menyebabkan terjadinya laserasi kornea,
kerusakan retina dan menurunnya tajam penglihatan.
Ekstrimitas atas
18% 18% 18 %
(kanan dan kiri)
21
Badan depan 18% 18% 18%
Ektrimitas bawah
27% 31% 30%
(kanan dan kiri)
Genetalia 1% 1% 1%
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute
abnormal luka.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan hilangnya barier kulit dan terganggunya
respons imun.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar terbuka.
4. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan saraf yang terbuka, kesembuhan luka dan
penanganan luka bakar.
5. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan deformitas dinding dada,
keletihan otot-otot pernafasan, hiperventilasi.
C. Perencanaan Keperawatan
Rencana Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
22
HT normal mukosa, nadi adekuat,
Tekanan darah, nadi, suhu tekanan darah ortostatik), jika
tubuh dalam batas normal diperlukan
Tidak ada tanda-tanda Monitor vital sign
dehidrasi, elastisitas turgor Monitor masukan
kulit baik, membran makanan/cairan dan hitung
mukosa lembab, tidak ada intake kalori harian
rasa haus yang berlebihan Kolaborasikan pemberian
cairan IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
Dorong masukan oral
Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
Tawarkan snack (jus buah,
buah segar)
Kolaborasi dengan dokter
Atur kemungkinan tranfusi
Persiapan untuk tranfusi
Hypovolemia Management
23
Monitor berat badan
Dorong pasien untuk
menambah intake oral
Pemberian cairan IV monitor
adanya tanda dan gejala
kelebihan volume cairan
Monitor adanya tanda gagal
ginjal
24
central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
Tingkatkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik bila
perlu infection protection
(proteksi terhadap infeksi)
Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
Monitor hitung granulosit,
WBC
Monitor kerentanan terhadap
infeksi
Pertahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kulit pada
area epidema
Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
Inspeksi kondisi luka/insisi
bedah
Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
Dorong masukkan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindar
25
infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
26
6. Tidak mengalami berapa lama nyeri akan
gangguan tidur berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur.
11. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
27
mempertahankan menyebabkan tekanan.
kelembaban kulit dan
perawatan alami
28
3. Tanda Tanda vital 2. Pertahankan jalan nafas yang
dalam rentang normal ( paten
tekanan darah, nadi, 3. Atur peralatan oksigenasi
pernafasan ) 4. Monitor aliran oksigen
5. Pertahankan posisi pasien
6. Observasi adanya tanda-tanda
hipoventilasi
7. Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fuktuasi tekanan
darah
3. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan irama
pernafasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernafasan
abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing triad (
tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik
)
13. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
29
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SKIN GRAFT
Skin graft dilakukan pada pasien yang mengalami kerusakan kulit yang
hehat sehingga terjadi gangguan pada fungsi kulit itu sendiri, misalnya pada luka
bakar yang hebat, ulserasi, biopsi, luka karena trauma atau area yang terinfeksi
dengan kehilangan kulit yang luas. Penempatan graft pada luka bertujuan untuk
mencegah infeksi, melindungi jaringan yang ada di bawahnya serta
mempercepat proses penyembuhan. Dokter akan mempertimbangkan
pelaksanaan prosedur skin graft berdasarkan pada beberapa faktor yaitu:ukuran
luka, tempat luka dan kemampuan kulit sehat yang ada pada tubuh (Blanchard,
2006:2).
30
Daerah resipien diantaranya adalah luka-luka bekas operasi yang luas
sehingga tidak dapat ditutup secara langsung dengan kulit yang adadisekitarnya
dan memerlukan tambahan kulit agar daerah bekas operasi dapat tertutup
sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung secara optimal (Heriady,
2005:2).
1. Autograft
Pemindahan atau pemotongan kulit dari satu lokasi ke lokasi lain pada
orang yang sama.
2. Allograft
3. Xenograft
Klasifikasi skin graft berdasarkan ketebalan kulit yang diambil dibagi menjadi 2,
yaitu ( Heriady, 2005:2 ) :
31
STSG dapat bertahan pada kondisi yang kurang bagus
mempunyai tingkat aplikasi yang lebih luas. STSG digunakan untuk
melapisi luka yang luas, garis rongga, kekurangan lapisan mukosa,
menutup flap pada daerah donor dan melapisi flap pada otot. STSG juga
dapat digunakan untuk mencapai penutupan yang menetap pada luka
tetapi sebelumnya harus didahului dengan pemeriksaan patologi untuk
menentukan rekonstruksi yang akan dilakukan.
FTSG lebih sesuai pada area yang tampak pada wajah bila flap
(potongan kulit yang disayat dan dilipat) pada daerah setempat tidak
diperoleh atau bila flap dari daerah setempat tidak dianjurkan. FTSG
32
lebih menjaga karakteristik dari kulit normal termasuk dari segi warna,
tekstur/susunan, dan ketebalan bila dibandingkan dengan STSG. FTSG
juga mengalami lebih sedikit pengerutan selama penyembuhan. Ini
adalah sama pentingnya pada wajah serta tangan dan juga daerah
pergerakan tulangsendi. FTSG pada anak umumnya lebih disukai karena
dapat tubuh dengan sendirinya. Prosedur FTSG memiliki beberapa
keuntungan antara lain :relatif sederhan, tidak terkontaminasi / bersih,
pada daerah luka memiliki vaskularisasi yang baik dan tidak mempunyai
tingkat aplikasi yang luas seperti STSG.
Daerah donor untuk STSG dapat diambil dari daerah mana saja di tubuh
seperti perut, dada, punggung, pantat, anggota gerak lainnya. Namun, umumnya
yang sering dilakukan diambil dari kulit daerah paha (Heriady,2005:2). Daerah
donor dari paha lebih disukai karena daerah ini lebih lebar dan lebih mudah
sembuh (Bakar, 2003:1). Daerah pantat juga dapat digunakan sebagai daerah
donor, tetapi biasanya pasien akan mengeluh nyeri setelah operasi dan akan
33
memerlukan bantuan untuk merawat luka. Menurut Rives (2006), kulit kepala
dapat digunakan pada prosedur FTSG untuk melapisi daerah wajah yang luas
dan terutama berguna untuk luka bakar yang hebat dengan ketersediaan daerah
donor yang terbatas. Untuk luka pada tangan,daerah lengan atas bagian dalam
dapat dipertimbangkan untuk dijadikan daerah donor.
Pasien dengan luka akibat aliran vena yang lamban (stasis vena) atau
ketidakcukupan arteri perlu untuk diobati terlebih dahulu sebelum melakukan
pemindahan kulit. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemungkinan graf
tedapat bertahan hidup (Rives, 2006:5). Luka juga harus bebas dari jaringanyang
mati dan bersih dari bakteri. Bakteri yang berjumlah lebih dari 100.000/cm² akan
berkumpul sehingga dapat menyebabkan graft gagal.
F. Prosedur Operasi
Teknik operasi yang hati-hati adalah syarat penting agar graft dapat
hidup. Setelah melakukan prosedur anestesi dengan tepat baik menggunakan
lokal, regional atau general anestesi, tindakan selanjutnya adalah
mempersiapkan luka untuk pemindahan kulit. Ini termasuk membersihkan luka
dengan larutan garam atau betadine yang diencerkan, kemudian membersihkan
luka dengan pengeluaran benda asing dan membuang jaringan yang rusak atau
yang terinfeksi atau biasa disebut debridement serta mencapai hemostasis
dengan cermat (Brooker, 2001:122). Kontrol hemostatik yang baik dapat
diperoleh dengan pengikatan, tekanan yang lembut, pemberian substansi topikal
sebagai vasokonstriksi, misalnya epinefrin atau alat bedah pembakar dengan
tenagalistrik (electrocautery). Penggunaan alat ini harus diminimalkan karena
34
dapat mengganggu kehidupan jaringan. Penggunaan obat topikal atau epinefrin
yang disuntikkan pada daerah donor atau resipien tidak akan membahayakan
kelangsungan hidup graft (Rives, 2006:6). Teknik operasi yang dilakukan pada
tiap jenis skin graft tentunya akan berbeda-beda, tergantung pada jenis yang
akan digunakan. Menurut Rives (2006), teknik operasi yang dilakukan antara
lain sebagai berikut :
35
a) Pemotongan
2) Drum Dermatom
36
kulityang pertama menempel pada drum dengan
menggunakan lem khusus atau plester pelekat. Alat ini
juga dapat mengikuti polayang tidak teratur dengan tepat
untuk dipotong dengan perubahan pola yang diinginkan
dengan direkatkan pada kulit dan drum. Kerugian dari
penggunaan alat ini adalah kemungkinan terjadinya
cedera pada operator sendiri akibat ayunan mata pisau,
penggunaan agen yang mudah terbakar seperti eter atau
aseton untuk membersihkan daerah donor dan
memindahkan permukaan minyak untuk memastikan
terjaminnya perlekatan yang kuatantara kulit dan drum
dermatom serta diperlukannya teknik keahlian yang tinggi
agar dapat menggunakan peralatan operasi dengan aman
dan efektif (River, 2006:8).
3) Free-Hand
37
pemahaman yang tepat dan kurang tepat mengenai mata
pisau. Hal ini akan membingungkan bagi anggota ruang
operasi yang kurang berpengalaman. Penempatan mata
pisau bedah nomor 15 digunakan pada ketebalan 0,015
inci dan dapat digunakan untuk memeriksa penempatan
ketebalan yangsama dan tepat.
b) Pelubangan
38
resipien memiliki garis yang tidak teratur. Bagian graft dilubangi
agar cairan pada lukadapat keluar melalui graft daripada
berakumulasi dibawah graft. Perluasan bagian graft ini tidak akan
dapat mengatasi adanya hematom pada dasar graft. Bila telah
mengalami proses penyembuhan, graft akan tampak seperti kulit
buaya. Karena teknik ini kurang baik dari segi estetika dan
terjadinya pengerutan yang lebih lanjut, maka penggunaan teknik
ini harus dihindari pada daerah pergerakan dan wajah, tangan dan
area lain yang terlihat.
c) Pemasukan graft
39
pertama jarummelewati graft kemudian melalui margin disekitar
luka untuk mencegah pengangkatan graft dari dasar luka.
d) Pembalutan
40
G. Proses Penyembuhan
1. Perlekatan dasar
2. Penyerapan Plasma
3. Revaskularisasi
4. Pengerutan luka
41
Kemampuan skin graft untuk melawan terjadinya pengerutan
berhubungan dengan komponen ketebalan kulit yang digunakan sebagai
graft.
5. Regenerasi
6. Reinnervasi
7. Pigmentasi
H. Komplikasi
42
1. Kegagalan graft
6. Hiperpigmentasi
7. Nyeri
43
2002:214). Reseptor nyeri yang merupakan serabut saraf mengirimkan
cabangnya ke pembuluh darah lokal, sel mast, folikel rambut, kelenjar
keringat dan melepaskan histamin, bradikinin, prostaglandin, dan
macam-macam asam yang tergolong stimuli kimiawi terhadap nyeri.
Nosiseptor berespon mengantar impuls ke batang otak untuk merespon
rasa nyeri.
8. Hematom
I. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
b. Diagnosa Keperawatan
44
1) Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan trauma jaringan.
Tujuan :
Kriteria hasil :
b) Skala nyeri 0 – 4
Intervensi :
Tujuan :
Kriteria hasil :
Intervensi :
46
Tujuan :
Kriteria hasil :
Intervensi :
Tujuan:
Kriteria hasil :
Intervensi :
47
1. Tentukan kemampuan saat ini dan hambatan untuk
berpartisipasidalam perawatan.
Tujuan:
Kriteria hasil :
Intervensi :
48
6) Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan primer, trauma jaringan, tindakan invasif.
Tujuan :
Kriteria hasil :
Intervensi :
d. Implementasi / Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah perwujudan dari rencana keperawatan yang
meliputi tindakan-tindakan yang direncanakan oleh perawat.
Dalam melaksanakan proses keperawatan harus kerja sama
dengan tim kesehatan-kesehatan yang lain, keluarga klien, dan dengan
klien sendiri, yang meliputi 3 hal :
1. Melaksanakan tindakan keperawatan dengan memperhatikan kode
etik dengan standar praktek dan sumber-sumber yang ada.
2. Mengidentifikasi respon klien.
49
3. Mendokumentasikan/mengevaluasi pelaksanaan tindakan
keperawatan dan respon pasien.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan :
1. Kebutuhan klien
2. Dasar dari tindakan
3. Kemampuan perseorangan dan keahlian/keterampilan dari perawat.
4. Sumber-sumber dari keluarga dan klien sendiri.
5. Sumber-sumber dari instansi.
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran dari keberhasilan rencana
keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien. Tahap evaluasi
merupakan kunci keberhasilan dalam menggunakan proses keperawatan.
Adapun evaluasi klien dengan post skin graft dilakukan berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dan asuhan keperawatan
dikatakan berhasil apabila dalam evaluasi terlihat pencapaian kriteria
tujuan perencanaan yang diberikan pada klien dengan post skin graft.
50
BAB IV
ANALISA JURNAL
51
pada luka bakar derajat II .
a) Kadar albumin kelompok A
2,87 +- 0,50 menjadi 3,40 +- 0,33
(p= 0,000) dan kelompok C 3,04
+- 0,33 menjadi 2,88 +- 0,21
(p=0,000).
b) kadar MDA kelompok A 3,97
+- 0,52 menjadi 3,64 +- 0,49
(p=0,000) kelompok C 4,01 +-
1,02 menjadi 5,16 +- 1,27
(p=0,001) .
52
(p=0,001) .
Jurnal II : Efek Madu dalam proses epitalisasi luka bakar Derajat II Dangkal
53
3. C Ya Rancangan ini dimaksudkan
untuk mengetahui efek madu
(Comparasion)
dalam proses epitalisasi luka
bakar Derajat II Dangkal.
4. O Ya Hasil penelitian menunjukan
secara klinis proses epitelisasi
(Outcome)
luka bakar balut madu lebih
cepat dibandingkan dengan
balut kasa tulle. Namun secara
staistik tidak didapatkan
perbedaan yang bermakna pada
proses epitelisasi luka bakar
derajat duadangkal yang dibalut
madu dan kasa tulle.
Penyembuhan luka bakar
derajat dua dangkal yang diberi
madu secara klinis berlangsung
lebih cepat dari yang diberi
kasa tulle. Namun secara
statistik, tidak didapatkan
perbedaan yang bermakna pada
proses epitelisasi luka bakar
yang diberimadu dan kasa tulle
5. T Ya 16April 2011 – 6 Mei 2011
(Time)
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka bakar adalah kerusakan jaringan tubuh terutama kulit akibat trauma
panas, elektrik, kimia dan radiasi (Smith, 1998). Penyebab luka bakar yang paling
sering disebabkan karena api. Luka bakar perlu mendapatkan perhatian karena
angka kejadiannya terus meningkat dan memerlukan perawatan di rumah sakit.
Skin graft adalah Tindakan transplantasi kulit dengan melepaskan
sebagian atau seluruh tebal kulit dari daerah donor ke daerah yang
54
membutuhkan (resipien=host), dimana dibutuhkan suplai darah baru untuk
menjamin kehidupan kulit yang dipindahkan.
55
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/16543/3/BAB_I.pdf
56