Makalah Corak Tafsir
Makalah Corak Tafsir
Makalah Corak Tafsir
ijtima’i
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tafsir (ayat-ayat
pendidikan).
Dosen pengampu: Dr. Saiman Sholeh, M.Pd
Di susun oleh:
1. Nandi Saepulloh :1986208043
2. Wafa Ajeng Mawaddah :1986208081
3. Maula Huzzaifa :1986208195
4. Wally Siti Ambarwati : 1986208098
Kelas : 5 B Malam
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JL. Printis Kemerdekaan 1 Babakan No. 33 Cikokol Kec. Tangerang (021)
5573198
Kota Tangerang, Banten 15118
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan
makalah Inovasi Kurikulum dengan judul “Corak Tafsir : At-tafsir as-sufi, al-
fiqh, al-falsafi, al- ilmi, dan al-adabi wa al-ijtima’i” tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.
Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi
para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki
makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
A. Pengertian Corak Tafsir...................................................................3
B. Macam-Macam Corak Tafsir...........................................................3
C. Literatur Tafsir Al-Qur'an Di Indonesia...........................................9
BAB III PENUTUP..........................................................................................10
KESIMPULAN.................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................11
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian corak tafsir?
2. Apa sajakah corak penafsiran itu?
3. Bagaimana letak perbedaan penafsiran masing-masing corak tafsir
ilmi, corak tafsir Fiqh, corak Falsafi, corak Shufi, corak Adabi dan
Ijtima’i?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian corak tafsir.
2. Untuk mengetahui macam-macam corak penafsiran.
3. Untuk mengetahui letak perbedaan penafsiran masing-masing corak tafsir ilmi,
corak tafsir Fiqh, corak Falsafi, corak Shufi, corak Adabi dan Ijtima’i.
2
BAB II
PEMBAHASAN
11 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai pustaka :,Jakarta, 2005), hal-
220
2.
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, op.cit., h. 388
3
Tafsîr al-Shufiyah, yakni tafsir yang didasarkan atas olah sufistik,
dan ini terbagi dalam dua bagian; tafsîr shûfi nadzary dan tafsîr
shûfi isyary. Tafsir sufi nadzary adalah tafsir yang didasarkan atas
perenungan pikiran sang sufi (penulis) seperti renungan filsafat dan ini
tertolak. Tafsir sufi isyary adalah tafsir yang didasarkan atas
pengalaman pribadi (kasyaf) si penulis seperti tafsîr al-Qur`an al-
`Adzîm karya al-Tustari, Haqâiq al-Tafsîr karya al-Sulami dan `Arâis
al-Bayân fî Haqâiq al-Qur`ankarya al-Syairazi.
Tafsir sufi isyari ini bisa diterima (diakui) dengan beberapa syarat,
(1) ada dalil syar`i yang menguatkan, (2) tidak bertentangan dengan
syari’at/rasio, (3) tidak menafikan makna zahir teks. Jika tidak
memenuhi syarat ini, maka ditolak. Corak penafsiran Sufi ini
didasarkan pada argumen bahwa setiap ayat al-Qur’an secara potensial
mengandung 4 tingkatan makna: Zhahir, Batin, Hadd, dan matla’.
23. Moh Quraish Shihab, Sejarah & Ulum al- Qur’an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001). hal.180
4
mengandung arti berseru atau memanggil. Tuhan mereka panggil dan
Tuhan melihat dirinya kepada mereka. Dengan perkataan lain, mereka
berseru agar Tuhan membuka hijab dan menampakkan dirinya kepada
mereka.
5
seputar pendapat-pendapat imam madzhab. Tafsir fiqhi inijuga dikenal
dengan tafsir ahkam, yaitu tafsir yang lebih berorientasi kepada ayat-
ayat hukum dalam al-Qur’an (ayat-ayat ahkam). Tafsir fiqhi lebih
populer dengan sebutan tafsir ahkam karena lebih berorientasi pada
ayat-ayat hukum dalam Al Qur’an. Orang yang pertama berhak
menyandang predikat mufassir adalah Rasulullah SAW, kemudian
para shahabat.
Setelah ini periode mufassir tabi’in, kemudian periode mufassir
tabi’it tabi’in dan orang-orang yang setelahnya, yang pada periode
mereka ini dinamakan periode tadwin (pengodifikasian). Seiring
dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dengan cabang-cabangnya
tafsirpun terus berkembang sampai periode mutakhirin.
Di antara kitab-kitab yang tergolong tafsir fiqh adalah Ahkam al-
Quran karya al-Jassas (w. 370 H); Ahkam al-Quran karya Ibn
al-‘Arabi (w. 543 H); dan Al-Jami‘ li ahkam al-Quran karya al-Qurtub
(w. 671 H).
b. Sistematika Tafsir Fiqhi
Dalam sistematika penulisan kitab tafsir dikenal adanya 3 sistematika:
1) Mushafi yaitu penyusunan kitab tafsir dengan berpedoman pada
susunan ayat-ayat dan surat-surat dalam mushaf dengan memulai dari
surat al-Fatihah, al-Baqarah dan seterusnya sampai surat al-Nas.
2) Nuzuli yaitu dalam menafsirkan Al-Qur’an berdasarkan kronologis
turunnya surat-surat Al-Qur’an.
3) Maudhu’i yaitu menafsirkan Al-Qur’an berdasarkan topik-topik
tertentu dengan mengumpulkan ayat-ayat yang ada hubungannya
dengan topik tertentu kemudian ditafsirkan.
Al Qurtuby sebagai representasi dari tafsir fiqhi dalam menulis kitab
tafsirnya memulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat al-
Nas. Dengan demikian ia memakai sistematika Mushafi, yaitu dalam
menafsirkan Al-Qur’an sesuai dengan urutan ayat dan surat yang
terdapat dalam mushaf.
c. Contoh tafsir fiqhi
…واقيموالصّالة وأتواال ّزكاة واركعوامع الرّاكعين
(Surat Al Baqarah 43)
Dalam menafsirkan ayat di atas, Al Qurtubi membagi pembahasan
ayat ini menjadi 34 masalah. Di antara pembahasan yang menarik adalah
masalah ke 16. Dia mendiskusikan berbagai pendapat tentang status anak
kecil yang menjadi imam shalat. Di antara tokoh yang mengatakan tidak
boleh adalah al Thawri, Malik dan Ashab Al Ra’yi. Dalam masalah ini al-
6
Qurtubi berbeda pendapat dengan mazhab yang dianutnya, menurutnya
anak kecil boleh menjadi imam jika memiliki bacaan yang baik.
3. al-falsafi
4. al- ilmi
45. Moh Quraish Shihab, Sejarah & Ulum al- Qur’an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001). hal.180
7
penafsiran model al-Fakhr al-Raziy dan Thanthawi Jawhari karena
dianggap terlalu berlebihan dalam penafsiran ilmiah dan terkesan
memaksakan diri membuat kaitan antara ayat-ayat al-Qur’an dan ilmu
pengetahuan.6
Contoh Q.S al-Baqarah [02]: 61 yang bercerita tentang kaum
Nabi Musa yang tidak puas dengan makan satu jenis makanan di
pegunungan
ت اأْل َرْ ضُ ِمن بَ ْقلِهَا
ُ ِك ي ُْخ ِرجْ لَنَا ِم َّما تُ ْنب ُ َو إِ ْذ قُ ْلتُ ْم يَا ُموْ َسى لَن نَّصْ بِ َر َعلَ َى طَ َع ٍام َوا ِح ٍد فَا ْد
َ َّع لَنَا َرب
صلِهَا قَا َل أَتَ ْستَ ْب ِدلُوْ نَ الَّ ِذيْ هُ َو أَ ْدنَى بِالَّ ِذيْ ه َُو خَ ْي ٌر
َ ََوقِثَّآئِهَا َوفُوْ ِمهَا َو َع َد ِسهَا َوب
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak
bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu
mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan
bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya,
ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang
merahnya”. Musa berkata: “Maukah kamu mengambil yang rendah
sebagai pengganti yang lebih baik?
Thantowi Jauhari (w. 1940 M) mengomentari ayat ini dengan
mengambil teori ilmiah Eropa, yakni bahwa model kehidupan Baduwi
di pedesaan atau pegunungan, yang biasanya orang mengkonsumsi
makanan manna wa salwa (jenis makanan yang tanpa efek samping)
dengan kondisi udara yang bersih, jauh lebih baik daripada model
kehidupan di perkotaan yang biasanya orang suka mengkonsumsi
makanan siap saji, daging-daging, dan berbagai ragam makanan
lainnya, ditambah lagi polusi udara yang sangat membahayakan
kesehatan.
5. al-adabi wa al-ijtima’i
a. Pengertian Adabi Ijtima’i
Tafsir adabi Ijtima’i sebagaimana disebutkan oleh al Farmawi
adalah Corak tafsir yang menitikberatkan penjelasan ayat-ayat al
Qur’an pada Aspek ketelitian redaksinya lalu menyusun kandungannya
dalam redaksi yang indah dengan penonjolan aspek-aspek petunjuk al
Qur’an bagi kehidupan, serta menghubungkan pengertian ayat tersebut
dengan hukum alam yang berlaku dalam masyarakat dan
pembangunan dunia.7
b. Tokoh-tokoh Adabi Ijtima’i
Tokoh utama corak adabi ijtima’i ini adalah Muhammad Abduh
sebagai peletak dasarnya,85 dilanjutkan oleh muridnya Rasyid Ridha, di
56 Rohimin, Metodologi Ilmu Tafsir dan Aplikasi Model Penafsiran, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007),
hlm. 94
8
era selanjutnya adalah Fazlurrahman, Muhammad Arkoun. Selanjutnya
yang masih menjadi bagian dari para mufassir dengan corak ini akan
disebutkan berikut ini bersama karya-karya tafsirnya.
1) Tafsir Al-Manar, oleh Rasyid Ridha (w. 1345 H).
2) Tafsir Al-Maraghi, oleh Syekh Muhammad Al-Maraghi (w.
1945 M).
3) Tafsir Al-Qur'an Al-Karim, karya Al-Syekh Mahmud
Syaltut .
4) Tafsir Al-Wadhih, karya Muhammad Mahmud Baht Al-
Hijazi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
7.
Quraish Syihab, Membumikan al-Qur’an (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2007), ctk. I, hlm. 108.
8. Quraish Syihab, Studi Kritis Tafsir al-Manar ,(Bandung: Pustaka Hidayah, 1994), hlm. 11.
9
Corak diartikan oleh para mufassir sebagai kecenderungan atau spesifik
seorang mufassir. Hal ini dilatar belakangi oleh pendidikan, lingkungan
dan akidahnya (keyakinannya). Diantara macam-macam corak tafsir yaitu;
corak ‘Ilmi, corak Fiqhi, corak Falsafi, corak Shufi, corak Adabi Ijtima’i.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.makalah.my.id/2016/07/makalah-ulumul-tafsir-corak-
tafsir.html
10
https://ashrafvancho.blogspot.com/2016/12/corak-corak-penafsiran-al-
quran.html
http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/6961/3/BAB%20II.pdf
https://makalahratih.blogspot.com/2013/02/macam-macam-corak-
tafsir.html
11
wally (penjawab) : Tafsri ‘Ilmi adalah menafsirkan ayat-
ayat al qur’an berdasarkan pendekatan Ilmiyah atau menggali
kandungan al qur’an berdasarkan teori-teori ilmu pengetahuan
12