B Indo7

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

Meneladani Kehidupan dalam Cerita Pendek


 

Sumber Gambar : Jawabe

Cerpen sebagai sebuah karya sastra merupakan tiruan dari kenyataan yang telah
diolah dengan pemikiran, gagasan, serta imajinasi penulisnya. Oleh karena itu, di dalam
sebuah cerpen terkandung nilai-nilai kehidupan yang dapat dipetik sebagai bahan
perenungan atau pembelajaran oleh pembaca. Nilai-nilai tersebut dalam cerpen dapat
ditemukan secara tersurat maupun tersirat.
Adapun ciri-ciri dari cerpen secara umum adalah sebagai berikut:
1. Panjang karangan ± 3-10 halaman (kurang dari 10.000 kata ) 
2. Ceritanya singkat, pendek, padat, dan berarti dan lebih pendek daripada novel. 
3. Ceritanya fiktif dan rekaan 
4. Penggunaan kata-katanya sangat ekonomis 
5. Habis dibaca sekali duduk 
6. Penokohannya sangat sederhana, singkat, dan tidak mendalam
7. Sumber cerita dari kehidupan sehari-hari 
8. Mengangkat masalah tunggal kehidupan pelaku 
9. Tokoh-tokohnya mengalami konflik sampai pada penyelesaian 
10. Penggunaan kata-katanya (khas) dan mudah dikenal masyarakat 
11. Meninggalkan kesan mendalam dan efek terhadap perasaan pembaca 
12. Menceritakan satu kejadian dari terjadinya perkembangan jiwa dan krisis 
13. Beralur tunggal dan lurus 

A.      Mengidentifikasi Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerpen


Cerita pendek (cerpen) merupakan karangan pendek yang berbentuk prosa. Cerpen
menurut fiksinya adalah cerita yang terediri dari 500-5000 kata yang biasanya selesai dibaca
dalam waktu 10-30 menit. Bahasa yang digunakan seperti bahasa sehari-hari. Sebuah
cerpen mengisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa dan
pengalaman. Oleh karena hanya mengisahkan masalah sederhana dan diceritakan secara
singkat, tokoh dalam cerpen tidak sampai mengalami perubahan nasib.
Sebuah cerpen ditulis oleh seorang pengarah sehingga cerpen tidak terlepas dari
kehidupan sehari-hari. Cerita dalam cerpen mengandung sebuah nilai-nilai kehidupan yang
berbeda di sekitar pengarang cerpen. Pada umumnya penulis cerpen tidak menuliskan nilai-
nilai kehidupan secara langsung, tetapi menuliskannnya secara tersirat dalam cerpen. Nilai
dalam cerpen adalah sesuatu yang dapat diambil atau dipetik dari sebuah cerpen yang
bersifat menambah pengetahuan dan memberikan hiburan.
Nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen sebagai berikut.
1. Nilai Moral, yaitu nilai yang berkaitan dengan akhlak/budi pekerti/susila atau baik buruk
tingkah laku.
2. Nilai Sosial/Kemasyarakatan, yaitu nilai yang berkaitan dengan norma yang berada di
dalam masyarakat.
3. Nilai Religius/Keagamaan, yaitu nilai yang berkaitan dengan agama.
4. Nilai Pendidikan/Edukasi, yaitu nilai yang berkaitan dengan perubahan tingkah laku dari
yang buruk ke yang baik.
5. Nilai Politis, yaitu nilai-nilai yang berkaitan dengan pemerintahan.
6. Nilai Etika, yaitu nilai-nilai yang berkiatan dengan sopan santun.
7. Nilai Budaya, yaitu nilai yang berkaitan dengan adat istiadat.
8. Nilai Kemanusiaan, yaitu nilai yang berhubungan dengan sifat-sifat manusia.
Agar dapat memahami isi cerpen termasuk nilai-nilai yang ada di dalamnya, perlu
diawali dengan sejumlah pertanyaan. Jenis-jenis pertanyaan tersebut di antaranya
pertanyaan pemahaman literal, interpretatif, integratif, kritis, dan kreatif.
1.         Pertanyaan Literal
a.       Di mana dan kapan cerita tersebut terjadi?
b.      Siapa saja tokoh cerita dalam cerpen tersebut?
2.         Pertanyaan Interpretatif
a.       Apa maksud tersirat dari tindakan tokoh A?
b.      Apa makna lugas dari perkataan tokoh B?
3.         Pertanyaan Integratif
a.       Cerpen tersebut bercerita tentang apa?
b.      Apa amanat yang dapat dipetik dari cerpen tersebut?
4.         Pertanyaan Kritis
a.       Berdasarkan nilai sosial bolehkah tindakan tokoh A dilakukan?
b.      Apa kelebihan cerpen tersebut berdasarkan masalah yang diangkat?
5.         Pertanyaan Kreatif
a.       Jika Anda dalam posisi A, apakah yang Anda lakukan?
b.      Bagaimana jika tokoh utama dalam cerpen tersebut meninggal?

B.       Mendemonstrasikan Salah Satu Nilai Kehidupan yang Dipelajari dalam Teks Cerpen
Setelah Anda membaca cerpen, manfaat apakah yang Anda dapatkan? Dengan
membaca cerpen selain Anda mendapatkan pesan atau wawasan tertentu, Anda juga dapat
belajar mengenai kehidupan. Hal ini karena cerpen mengangkat permasalahan-
permasalahan kehidupan yang dekat dengan kita sehingga dengan membaca cerpen, Anda
lebih bijak dalam menyikapi dan menyelesaikan permasalahan kehidupan.

C.      Menganalisis Unsur-Unsur Pembangun dalam Cerpen


Cerpen dibangun oleh unsur intrinsik dan ekstrinsik
1. Unsur-Unsur Intrinsik
  a). Tema
     Tema adalah gagasan yang menjalin struktur unsur cerita. Tema suatu cerita
menyangkut segala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih
sayang, kecemburuan, dan sebaginya. Tema jarang dituliskan secara tersurat oleh
pengarangnya. Untuk dapat merumuskan tema, kita harus terlebih dahulu mengenali
rangkaian peristiwa yang membentuk alur cerita dalam cerpen itu.
b). Amanat
Amanat merupakan ajaran atau pesan yang hendak disampaikan pengarang. Amanat
dalam cerpen umumnya bersifat tersirat disembunyikan pengarangnya dibalik
peristiwa-peristiwa yang membentuk isi cerita. kehadiran amanat, pada umumnya
tidak bisa lepas dari tema cerita.
c). Penokohan
Penokohan merupakan cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan
karakter tokoh-tokoh dalam cerita.
Berikut cara-cara penggambaran karakteristik tokoh :
- Teknik analitik langsung
- Penggambaran fisik dan perilaku tokoh
- Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh
- Penggambaran tata kebahsaan
- Pengungkapan jalan pikiran tokoh
- Penggambaran oleh tokoh lain.
d). Alur
   Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab
akibat ataupun bersifat kronologis. pola-pola pengembangan cerita harus menarik,
mudah dipahami, dan logis. Jalan cerita suatu cerpen kadang-kadang berbelit-belit
dan penuh kejutan, juga kadang-kadang sederhana.
e). Latar
    Latar atau setting meliputi tempat, waktu, dan budaya yang digunakan dalam suatu
cerita. Latar dalam suatu cerita bisa bersifat faktual atau bisa pula yang imajinatif.
Latar berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas keyakinan pembaca
terhadap jalnnya suatu cerita
f). Gaya Bahasa
  Dalam cerita penggunaan bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau
suasana persuasif serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan
hubungan dan interaksi antara sesama tokoh.

2.      Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang beradad di luar karya sastra, tetapi secara tidak
langsung memengaruhi penciptaan karya sastra tersebut. Unsur ekstrinsik meliputi latar
belakang kehidupan pengarang, dan situasi sosial budaya ketika karya sastra itu diciptakan.
Struktur dan kaidah cerita pendek
1)   Tahapan pengenalan situasi cerita (exposition, orientation).
Berupa pengenalan tokoh, latar, dan sebagainya.
2)   Tahapan pengungkapan peristiwa (complication).
Dibagian ini disajikan peristiwa awal yang menimbulkan berbagai masalah,
pertentangan, ataupun kesukaran para tokoh.
3)    Tahapan menuju pada adanya konflik (rising action).
Terjadi penigkatan perhatian kegembiraan, kehebohan, ataupun keterlibatan berbagi
situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran.
4)    Tahapan puncak konflik (turning point/klimaks).
Bagian cerita yang paling besar dan mendebarkan. Ditentukan perubahan nasib
beberapa tokohnya.
5)      Tahapan penyelesaian (ending atau coda).
Bagian ini berisi penjelasan tentang sikap atau nasib-nasib para tokohnya setelah
setelah mengelami peristiwa puncak itu.

Cerpen tergolong ke dalam jenis fiksi naratif. Posisi pengarang dalam menyampaikan
ceritanya, yakni sebagai berikut :
a. Berperan langsung sebagai orang pertama, sebagai tokoh yang terlibat dalam cerita
yang bersangkutan. Pengarang menggunakan kata aku, saya, kami.
b. Berperan sebagai orang ketiga, berperan sebagai pengamat. Ia tidak terlibat di
dalam cerita. Pengarang menggunakan kata dia

Ciri kebahasaan cerpen, sebagai berikut :


a. Banyak kalimat bermakna lampau, ditandai Ketika itu, beberapa tahun yang lalu,
telah terjadi.
b. Menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis). Contoh
sejak saat itu, setelah itu, mula-mula, kemudian.
c. Menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa, seperti menyuruh,
membershkan
d. Mengguakan kata kerja yang menunjukan kalimat tak langsung, contoh mengatakan
bahwa, menceritakan tentang, mengungkapkan, menanyakan
e. Menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan
tokoh. Contoh merasakan, menginginkan, mendambakan
f. Menggunakan dialog. Ditandai tanda (“……”)
g. Menggunakan kata sifat.

Anda mungkin juga menyukai