Makalah Mei

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TRANSAKSI YANG DILARANG ISLAM: GHARAR DAN MAISIR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Model Ekonomi
Islam

Dosen Pengampu : Faizatul Almas, S.E.I., M.Si.

Disusun Oleh :

MUDRIK MUSTAGHFIRIN

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimphakan rahmat
dan hidayahnya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Model Ekonomi Islam
yang berjudul “Transaksi Yang Dilarang Islam: Gharar dan Maisir”.

Shalawat serta salam kami haturkan kepada kepada Baginda Nabi Muhammad
SAW dan semoga kita semua bisa mendapat syafa’atnya dihari kiamat nanti. Aamiin Ya
Rabbal alamin. Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Faizatul Almas selaku dosen
pengampu mata kuliah Model Ekonomi Islam yang telah memberikan arahan terkait
dengan penugasan ini. Tanpa bimbingan dari beliau mungkin kami tidak akan dapat
menyelesaikan tugas ini sesuai dengan format yang telah ditentukan. Untuk itu kami tidak
lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masihjauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah untuk kedepannya. Mudah-
mudahan makalah ini bisa bermanfaat bagi kami yang membuat ataupun bagi pembaca
sekalian.

Kendal, 24 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
BAB I.....................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................4
Latar Belakang....................................................................................................................4
Rumusan Masalah...............................................................................................................5
Tujuan.................................................................................................................................5
BAB II....................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................6
Pengertian Dan Hukum Maysir.........................................................................................6
Pengertian Dan Hukum Gharar..........................................................................................7
Gaharar dan Maisir dalam bisnis modern..........................................................................9
BAB III................................................................................................................................13
PENUTUP...........................................................................................................................13
Kesimpulan.......................................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Praktik muamalah atau transaksi perdagangan pada umumnya mengandung


risiko untung dan rugi. Pihak terkait biasanya berharap untuk selalu mendapatkan
keuntungan, tapi belum tentu dalam setiap usahanya akan mendapatkan
keuntungan. Dapat ditekankan bahwa Islam tidak melarang suatu akad yang
hanya terkait dengan risiko atau ketidakpastian. Hanya bila risiko tersebut
sebagai upaya untuk membuat satu pihak mendapatkan keuntungan atas
pengorbanan pihak lain, maka hal tersebut menjadi gharar.
Menurut Ibnu Taimiyah sudah jelas bahwa Allah Swt. dan Rasulullah Saw.
tidak melarang setiap jenis risiko. Begitu juga tidak melarang semua jenis
transaksi yang kemungkinan mendapatkan keuntungan atau kerugian ataupun
netral (tidak untung dan tidak rugi). Yang dilarang dari kegiatan semacam itu
ialah memakan harta orang lain secara tidak benar, bahkan bila tidak terdapat
risiko, bukan risikonya yang dilarang.
Gharar dilarang karena keterkaitannya dengan memakan harta orang lain
dengan cara tidak benar, jadi bukan semata-mata adanya unsur risiko3,
ketidakpastian ataupun disebut pula dengan game of chance (gambling /
maysir). Karena hal ini akan mengakibatkan merugikan bagi pihak lain.
Masyarakat arab jahiliyah, biasa menyimpan tiga anak panah di dalam ka’bah
yang dibalut dengan kertas putih yang bertuliskan lakukan, jangan lakukan,
dan kosong. Sebelum mereka melakukan perjalanan jauh, misalnya, mereka
akan pergi menemui juru kunci ka’bah dan meminta untuk diambilkan salah satu
dari anak panah tersebut. Hal ini adalah merupakan salah satu bentuk game of
chanceyang primitif yaitu yang dilakukan tanpa usaha untuk membuat salah
satu kemungkinan hasil yang diinginkan yang keluar.
Pada aktifitas muamalah modern, baik yang dilakukan oleh lembaga
keuangan maupun yang terjadi di masyarakat, praktik gharar dan maysir juga
kerap terjadi. Melalui makalah ini penulis akan membahas maysir dan gharar
sebagai transaksi yang dilarang dalam Islam.

4
B. Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud dengan Maysir ?
b) Apa yang dimaksud dengan Gharar?
c) Bagaimana Menurut Pandangan Islam mengenai Maysir dan Gharar.
d) Gaharar dan Maisir dalam bisnis modern

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

a) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan maisir


b) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan gharar
c) Untuk mengetahui bagaimana pandangan islam mengenai Maysir dan
Gharar
d) Untuk mengetahui gharar dalam bisnis modern

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Hukum Maysir


1. Pengertian Maysir
Maisir adalah transaksi yang digantungkan pada suatu keadaan yang tidak
pasti dan bersifat untung-untungan. Identik dengan kata maisir adalah qimar.
Menurut Muhammad Ayub, baik maisir maupun qimar dimaksudkan sebagai
permainan untung-untungan (game of cance). Dengan kata lain, yang dimaksudkan
dengan maisir adalah perjudian.
Kata maisir dalam bahasa Arab secara harfiah adalah memperoleh sesuatu
dengan sangat mudah tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa bekerja.
Yang biasa disebut berjudi. Judi dalam terminologi agama diartikan sebagai “suatu
transaksi yang dilakukan oleh dua pihak untuk kepemilikan suatu benda atau jasa
yang menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain dengan cara mengaitkan
transaksi tersebut dengan suatu tindakan atau kejadian tertentu”
Agar bisa dikategorikan judi harus ada tiga unsur untuk dipenuhi: pertama,
adanya taruhan harta/materi yang berasal dari kedua pihak yang berjudi. Kedua
adanya suatu permainan yang digunakan untuk menetukan pemenang dan yang
kalah. Ketiga, pihak yang menang mengambil harta (sebagian/seluruhnya) yang
menjadi taruhan, sedangkan pihak yang kalah kehilangan hartanya. Contoh maisir
ketika jumlah orang-orang masing-masing kupon togel dengan ‘harga’ tertentu
dengan menembak empat angka. Lalu diadakan undian dengan cara tertentu untuk
menentukan empat angka yang akan keluar. Maka ini adalah undian yang haram,
sebab undian ini telah menjadi bagian aktifitas judi. Didalamnya ada unsur taruhan
dan ada pihak yang menang dan yang kalah, dimana yang menang materi yang
berasal dari pihak yang kalah. Ini tidak diragukan lagi adalah karakter-karakter judi
yang najis.
Judi diharamkan oleh Islam beradasarkan dalil yang qoth’I; judi dalam Al-
quran dinyatakan sebagai sesuatu yang mengandung rijs yang berarti busuk, kotor,
dan termasuk perbuatan setan, ia juga sangat berdampak negatif pada semua aspek
kehidupan. Mulai dari aspek ideologi, politik, ekonomi, social, moral, sampai
budaya. Bahkan , pada gilirannya akan merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa

6
dan bernegara. Sebab, setiap perbuatan yang melawan perintah Allah SWT pasti
akan mendatangkan celaka.

2. Hukum Maysir

Niat tidak menghalalkan cara berjudi untuk membantu orang yang


memerlukan. Al-Maysir (perjudian) terlarang dalam syariat Islam, dengan dasar
alQur’an, as-Sunnah dan Ijma’. Dalam al-Qur’an terdapat firman Allah yang
artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
beruntung.” (QS. Al-Maidah:90)

Dari as-Sunnah, terdapat sabda Rasulullah SAW

“Barangsiapa yang menyatakan kepada saudaranya, ‘mari aku bertaruh


denganmu’ maka hendaklah dia bersedekah” (HR. Bukhari- Muslim)

Dalam hadis ini Nabi Muhammad SAW menjadikan ajakan bertaruh baik dalam
pertaruhan atau muamalah sebagai sebab membayar kafarat dengan sedekah, ini
menunjukkan keharaman pertaruhan.

B. Pengertian Dan Hukum Gharar


1. Pengertian Gharar
Gharar atau disebut juga taghrir adalah situasi dimana terjadi incomplete
information karena adanya uncertainty to both  parties (ketidakpastian dari
kedua belah pihak yang bertransaksi). 
Gharar merupakan larangan utama kedua dalam transaksi muamalah setelah
riba. Penjelasan pasal 2 ayat (3) peraturan Bank Indonesia no.10/16/PBI/2008
tentang perubahan atas peraturan Bank Indonesia no.9/19/PBI?2007 tentang
pelaksanaan prinsip syari’ah dalam kegiatan penghipunan Dana dalam
penyaluran Dana serta pelayanan Jasa Bank Syari’ah memberikan pengertian
mengenai Gharar sebagai transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki,
tidak diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi
dilakukan kecuali diatur lain dalam syari’ah. Gharar mengacu pada

7
ketidakpastian yang disebabkan karena ketidakjelasan berkaitan dengan objek
perjanjian atau harga objek yang diperjanjikan dalam akad. Sedangkan definisi
menurut beberapa Ulama:

a. Imam syafi’i : Gharar adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi dalam


pandangan kita dan akibat yang paling mungkin muncul adalah yang paling
kita takuti (tidak dihendaki).
b. Wahbah al-Zuhaili: Gharar adalah penampilan yang menimbulkan
kerusakan atau sesuatu yang tampaknya menyenangkan tetapi hakikatnya
menimbulkan kebencian.
c. Ibnu Qayyim: Gharar adalah yang tidak bisa diukur penerimaannya, baik
barang itu ada maupun tidak ada, seperti menjual hamba yang melarikan diri
dan unta yang liar.
2. Hukum Gharar
Pada Hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang
berbunyi:
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli al-hashah dan
jual beli gharar”
Dalam masalah jual beli, mengenal kaidah gharar sangatlah penting, karena
banyak permasalahan jual-beli yang bersumber dari ketidak jelasan dan adanya
unsur taruhan di dalamnya. Imam Nawawi mengatakan : “Larangan jual beli
gharar merupakan pokok penting dari kitab jual-beli. Oleh karena itu Imam
Muslim menempatkannya di depan. Permasalahan yang masuk dalam jual-beli
jenis ini sangat banyak, dan tidak terhitung”. Dan adapun isu hukum yang
timbul dari pada hadist tersebut ialah tentang definisi atau maksud gharar yang
dilarang dalam hadist ini. Jika dikaji karya-karya fiqh klasik tentang makna
gharar, boleh dikatakan terdapat berbagai definisi dari pada para fuqaha’
tentang konsep gharar. Dan dalam makalah ini pemakalah akan menyajikan
pembahasan tentang hadist yang disebutkan di atas. Baik itu dari segi makna
gharar itu sendiri, maupun pentafsiran gharar itu sendirin dari hadist tersebut
menurut para pakarnya.

8
C. Gaharar dan Maisir dalam bisnis modern

1. Gharar Dalam Bisnis Modern


a. Jual beli dengan sistem Ijon
Diantara bentuk jual beli yang mengandung gharar dan yang nyata-nyata
telah dilarang oleh Nabi Saw ialah jual beli dengan sistem ijon. Diriwayatkan
dari sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah Saw
melarang penjualan buah-buahan (hasil tanaman) hingga menua. Para Sahabat
bertanya,” Apa maksudnya telah menua?” Beliau menjawab,”Bila telah
berwarna merah.” Kemudian beliau bersabda,”Bila Allah menghalangi masa
panen buah-buahan tersebut (gagal panen), maka dengan sebab apa engkau
memakan harta saudaramu (uang pembeli)?”
Dengan demikian jelaslah bahwa sistem ijon adalah penjualan yang terlarang
dalam syari’at Islam, baik sistem ijon yang hanya untuk sekali panen atau
untuk berkali-kali hingga beberapa tahun lamanya.

b. Membeli Janin Hewan


Diantara bentuk jual beli yang mengandung unsur gharar sehingga terlarang
dalam syari’at ialah memperjualbelikan janin hewan. Sahabat Abdullah bin
Umar Radhiyallahu anhu mengisahkan bahwa Rasulullah Saw melarang jual
beli janin (hewan) yang masih ada dalam perut induknya. Akad ini dahulu
biasa dilakukan di zaman jahiliah. Dahulu seseorang membeli seekor unta, dan
tempo penyerahannya ialah bila unta yang ia miliki telah melahirkan seekor
anak, dan selanjutnya anaknya tersebut juga telah beranak.

c. Menjual Barang Yang Belum Menjadi Miliknya


Diantara bentuk akad penjualan yang terlarang karena mengandung gharar
ialah menjual barang yang belum menjadi milik penjual. Dari sahabat Hakim
bin Hizam Radhiyallahu anhu ia mengisahkan, “Aku pernah bertanya kepada
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam “Wahai Rasulullah, ada sebagian
orang yang datang kepadaku, lalu ia meminta agar aku menjual kepadanya
barang yang belum aku miliki, dengan terlebih dahulu aku membelinya dari
pasar? “Rasulullah Saw menjawab, “ janganlah engkau menjual sesuatu yang
tidak ada padamu”.

9
d. Jual beli yang objek transaksinya tidak ada ujudnya (ma’dun).

Contohnya:
Ada seseorang yang memiliki pohon durian dan pohon tersebut nampak
memilki bunga,si A yang merupakan sorang penjual buah durian di pasar
membayar buah durian tersebut sebelum matang atau masih dalam keadaan
bunga. Si B pun menyetujuinya dan menerima uang dari si A yang telah
membayar pohon si B. Suatu saat si A ingin memanen buah yang telah di
belinya tersebut kepada si B tetapi kenyataanya buah tersebut kebanyakan
rusak,tidak sesuai dengan harapan si A.
Dalam contoh di atas jelas kita lihat bahwa si A dirugikan karena tidak
mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan si A. Islam merupakan agama
yang paling sempurna melarang jual beli seperti itu. dalam buku yang ditulis
oleh Afzalur Rahman kitab suci Al-Qur’an dan Hadis dengan tegas telah
melarang semua transaksi bisnis yang mengandung unsur kecurangan dalam
segala bentuk terhadap pihak lain : Hal itu mungkin dalam bentuk penipuan
atau kejahatan,atau memperoleh keuntungan dengan tidak semestinya atau
resiko. Yang menuju ketidakpastian di dalam suatu bisnis atau sejenisnya.

2. Maysir Dalam Bisnis Modern


Bisnis modern sekarang ini banyak sekali mengandung tiga unsur yang
sangat dilarang dalam perekonomian Islam, yakni riba, maysir dan gharar. Hal ini
terjadi tidak lepas dari keinginan pelaku bisnis untuk mendapatkan keuntungan
yang besar, cepat dan mudah.

sebuah contoh maysir dalam bisnis modern yang kami dapatkan dari sebuah
artikel penelitian mengenai maysir yaitu pada industri asuransi. Suatu penyelidikan
sementara terhadap bisnis asuransi konvensional menunjukkan bahwa asuransi
tersebut sangat menyerupai perjudian dan perusahan-perusahan asuransi sama
halnya dengan ‘bank taruhan’ karena menerima premi dari peserta asuransi,
membayar klaim kerugian resiko atau kematian pada penderita. Dan sejumlah ahli
ekonomi telah menyatakan bahwa asuransi konvensional adalah suatu bentuk
perjudian atau spekulasi. Oleh karena itu, asuransi konvensional tidak dapat
dianggap sebagai aktivitas yang berlatar belakang kerja sama.

10
Pada jaman sekarang ini bentuk-bentuk perjudian sudah berkembang demikian
pesatnya dan dikemas dengan indah. Contoh-contoh bentuk perjudian yang dikemas
dalam bentuk investasi, permainan dan lainnya adalah:

e. Bermain valas

Bermain valas dikategorikan perjudian karena pemilik dana menyerahkan


sejumlah uang tertentu pada agen untuk mendapatkan keuntungan tanpa adanya
proses jual beli valas yang sesungguhnya. Transaksi ini dikemas dengan nama
investasi pada pasar uang. Sesungguhnya tidak ada barang yang ditransaksikan,
semuanya bersifat semu. Pemilik dana tidak menerima valuta asing yang dibelinya,
agen tidak menyerahkan valas yang diamanatkan untuk dibeli oleh pemilik dana.
Transaksi seperti ini dikategorikan perjudian dan haram dilakukan.

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan


fatwa terkait jual beli mata uang, yaitu NO: 28/DSN-MUI/III/2002. Transaksi valas
yang diijinkan adalah berbentuk transaksi Spot. Transaksi spot yaitu transaksi
pembelian dan penjualan valuta asing (valas) untuk penyerahan pada saat itu (over
the counter) atau penyelesaiannya paling lambat dalam jangka waktu dua hari.
Hukumnya adalah boleh, karena dianggap tunai, sedangkan waktu dua hari
dianggap sebagai proses penyelesaian yang tidak bisa dihindari (mimmaa laa budda
minhu) karena merupakan transaksi internasional. Adapun transaksi valas yang
tidak diperbolehkan berbentuk forward, swap dan option. Transaksi Forward, yaitu
transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan pada saat
sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang, antara 2 x 24 jam
sampai dengan satu tahun. Mekanisme transaksi forward:

Transaksi forward hukumnya adalah haram, karena harga yang digunakan


adalah harga yang diperjanjikan (muwa'adah) dan penyerahannya dilakukan di
kemudian hari, padahal harga pada waktu penyerahan tersebut belum tentu sama
dengan nilai yang disepakati (mengandung gharar dan dharar ), kecuali dilakukan
dalam bentuk forward agreement untuk kebutuhan yang tidak dapat dihindari (lil
hajah). Transaksi Swap, yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas dengan
harga spot yang dikombinasikan dengan pembelian antara penjualan valas yang
sama dengan harga forward. Transaksi swap hukumnya haram, karena mengandung
unsur maisir (spekulasi). Mekanisme transaksi swap:

11
Transaksi Option, yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka
membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit
valuta asing pada harga dan jangka waktu atau tanggal akhir tertentu. Hukumnya
haram, karena mengandung unsur maisir (spekulasi).

f. Bermain Indeks Harga Saham

Berbeda dengan jual beli saham, di mana pemilik dana membeli saham dan
memperoleh sertifikat saham senilai uang yang diserahkannya. Dalam transaksi ini
yang ditransaksikan adalah indeks harga sahamnya dan bukan sahamnya. Pemilik
dana menyerahkan uang tertentu (dikemas dengan nama investasi) kepada manajer
investasi (agen) untuk ditransaksikan dalam indeks harga saham. Salah satu contoh
adalah Indeks Hanseng, merupakan salah satu bursa saham cukup besar di
Hongkong. Manajer investasi akan memberikan informasi kepada investor (pemilik
dana) mengenai perkembangan indeks harga saham dan memberikan saran untuk
membeli atau menjual. Transaksi seperti ini haram karena mengandung unsur
maisir (perjudian). Tidak ada transaksi barang di dalamnya, yang ada adalah jual
beli secara semu. Investor mempertaruhkan uangnya untuk mendapatkan
keuntungan dari transaksi (permainan) tersebut tanpa adanya transaksi jual beli
secara riil.

g. Bermain Bursa Emas

Tidak jauh berbeda dengan dua contoh di atas, dalam kegiatan ini emas
yang ditransaksikan bersifat semu. Pemilik dana menyerahkan sejumlah uang
kepada agen (manajer investasi) untuk dimainkan dalam bursa emas. Manajer
investasi akan memberitahukan perkembangan harga emas dunia dan memberikan
saran untuk membeli atau menjual emas yang dimiliki pemilik dana. Emas yang
dimaksud di sini tidak pernah diterima barangnya oleh pemilik dana. Karena
bersifat permainan untuk mengambil keuntungan tanpa adanya transaksi riil, maka
hukumnya haram karena masuk dalam kategori jual beli ’inah atau jual beli yang
tidak terpenuhi syarat rukunnya.

12
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Gharar adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi dalam pandangan kita dan
akibat yang paling mungkin muncul adalah yang paling kita takuti (tidak
dihendaki). Dalam syari’at Islam, jual-beli gharar ini terlarang. Dengan dasar sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallama dalam hadis Abu Hurairah yang artinya:
“Rasulullah melarang jual-beli al-hashah dan jual beli gharar.”
2. Maisir adalah transaksi yang digantungkan pada suatu keadaan yang tidak pasti dan
bersifat untung-untungan. Al-Maysir (perjudian) terlarang dalam syariat Islam,
dengan dasar al-Qur’an, as-Sunnah dan Ijma’. Dalam alQur’an terdapat firman
Allah yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) 13 berhala, mengundi nasib dengan panah,
adalah termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu beruntung.” (QS. Al-Maidah:90). Dari as-Sunnah, terdapat sabda Rasulullah
SAW “Barangsiapa yang menyatakan kepada saudaranya, ‘mari aku bertaruh
denganmu’ maka hendaklah dia bersedekah” (HR. Bukhari- Muslim)

13
Daftar Pustaka
Wahab, MuhammadAbdul. 2019. Gharar dalam Transaksi Modern. Jakarta Selatan:
Rumah Fiqih Publishing.
Zulfa, Nabila. Bentuk Maisir Dalam Transaksi Keuangan. Jurnal Hukum Ekonomi Islam,
Vol. 2, No. 1, July 2018.

Hosen, Nadratuzzaman. ANALISIS BENTUK GHARAR DALAM TRANSAKSI


EKONOMI. Al-Iqtishad: Vol. I, No. 1, Januari 2009.

Ash-Shawi Shalah, al-Mushlih Abdullah.2004. Fikih Ekonomi Keuangan Islam. Jakarta:


Darul Haq,
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/15699/1/Muhammad%20Arif_Sebelum%20Revisi.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai