Laporan 1 Teknik Pencampuran Sediaan Steril
Laporan 1 Teknik Pencampuran Sediaan Steril
Laporan 1 Teknik Pencampuran Sediaan Steril
DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK IIA
SURIANTI 18.115.AF
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Obat adalah senyawa atau campuran senyawa untuk mengurangi gejala atau
menyembuhkan penyakit. Teknik pemberian obat didapati ada berbagai macam cara,
diantaranya secara oral, parenteral, dernal, bucal, sublingual, dan sebagainya (Perry
& Potter., 2005).
I. 2. 1 Maksud Percobaan
I. 2. 2 Tujuan Percobaan
TINJAUAN PUSTAKA
Sediaan steril adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk terbagi-bagi yang
bebas dari mikroorganisme hidup. Pada prinsipnya, yang termasuk sediaan ini antara
lain sediaan parental preparat untuk mata dan preparat irigasi (misalnya infus).
Sediaan parental merupakan jenis sediaan yang unik di antara bentuk sediaan obat
terbagi - bagi, karena sediaan ini disuntikan melalui kulit atau membran mukosa ke
bagian tubuh yang paling efesien, yaitu membran kulit dan mukosa, maka sediaan ini
harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari bahan - bahan toksis lainnya, serta
harus memiliki tingkat kemurnian yang tinggi. Semua bahan dan proses yang terlibat
dalam pembuatan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan
semua jenis kontaminasi, apakah kontaminasi fisik, kimia atau mikrobiologis
(Priyambodo, B., 2007).
Produk steril yang banyak diproduksi di industri farmasi adalah dalam
bentuk larutan terbagi (ampul) dan bentuk serbuk padat siap untuk digunakan
dengan diencerkan terlebih dahulu dengan larutan pembawa (vial). Sediaan parental,
bisa diberikan dengan berbagai rute : intra vena (i.v), sub cutan (s.c), intradermal,
intramuskular (i.m), intra articular, dan intrathecal. Bentuk sediaan sangat
mempengaruhi cara (rute) pemberian. Sediaan bentuk suspensi, misalnya tidak akan
pernah diberikan secara intravena yang langsung masuk ke dalam pembuluh darah
karena adanya bahaya hambatan kapiler dari partikel yang tidak larut, meskipun
suspensi yang dibuat telah diberikan dengan ukuran partikel dari fase dispersi yang
dikontrol dengan hati - hati. Demikian pula obat yang diberikan secara intraspinal
(jaringan syaraf di otak), hanya bisa diberikan dengan larutan dengan kemurnian
paling tinggi, oleh karena sensivitas jaringan syaraf terhadap iritasi dan kontaminasi
(Priyambodo, B., 2007).
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk
yang dilarutkan, atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui selaput lendir.
Injeksi diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumah
obat kedalam sejumlah pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat kedalam
wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda (DepKes., 1979).
Sedangkan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, injeksi adalah injeksi
yang dikemas dalam wadah 100 mL atau kurang. Umumnya hanya laruitan obat
dalam air yang bisa diberikan secara intravena. Suspensi tidak bisa diberikan karena
berbahaya yang dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kapiler
(DepKes., 1995).
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, hal 10 larutan intravena volume
besar adalah injeksi dosis tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah
bertanda volume lebih dari 100 mL.
Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 100 ml yang
diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok.
Asupan air dan elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan minuman dan
dikeluarkan dalam jumlah yang relatif sama, rasionya dalam tubuh adalah air 57%;
lemak 20,8%; protein 17,0%; serta mineral dan glikogen 6%. Ketika terjadi
gangguan hemostatif, maka tubuh harus segera mendapatkan terapi untuk
mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit larutan untuk infus intravenous
harus jernih dan praktis bebas partikel(Lukas, Syamsuni, H.A., 2006).
Menurut prinsip kerjanya, sediaan injeksi steril dapat dibuat dengan 2 cara, yaitu :
1. Alat :
c.) Kasa
d.) Nampan
2. Bahan :
d.) Nacl
B. Cara kerja
1. Penyiapan
Sebelum menjalankan proses pencampuran obat suntik, perlu
dilakukan langkah langkah sebagai berikut:
1) Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan dengan prinsip 5
BENAR (benar pasien, obat, dosis, rute dan waktu pemberian)
2) Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima (nama obat, jumlah, nomer
batch, tgl kadaluarsa), serta melengkapi form permintaan.
3) Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak
jelas/tidak lengkap.
4) Menghitung kesesuaian dosis.
5) Memilih jenis pelarut yang sesuai.
6) Menghitung volume pelarut yang digunakan.
7) Membuat label obat berdasarkan: nama pasien, nomer rekam medis, ruang
perawatan, dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal
pembuatan, dan tanggal kadaluarsa campuran. (contoh label obat, Gambar.
1 )
Gambar. 1
8) Membuat label pengiriman terdiri dari : nama pasien, nomer rekam medis,
ruang perawatan, jumlah paket. (contoh label pengiriman, Gambar. 2)
Gambar. 2
(a) Pindahkan semua larutan obat dari leher ampul dengan mengetuk-
ngetuk bagian atas ampul atau dengan melakukan gerakan J-
motion.
(b) Seka bagian leher ampul dengan alkohol 70 %, biarkan mengering.
(c) Lilitkan kassa sekitar ampul.
(d) Pegang ampul dengan posisi 45º, patahkan bagian atas ampul
dengan arah menjauhi petugas. Pegang ampul dengan posisi ini
sekitar 5 detik.
(e) Berdirikan ampul.
(f) Bungkus patahan ampul dengan kassa dan buang ke dalam kantong
buangan.
2) Pegang ampul dengan posisi 45º, masukkan spuit ke dalam ampul,
tarik seluruh larutan dari ampul, tutup needle.
3) Pegang ampul dengan posisi 45º, sesuaikan volume larutan dalam
syringe sesuai yang diinginkan dengan menyuntikkan kembali larutan
obat yang berlebih kembali ke ampul.
4) Tutup kembali needle.
5) Untuk permintaan infus Intra Vena , suntikkan larutan obat ke dalam
botol infus dengan posisi 45º perlahan-lahan melalui dinding agar
tidak berbuih dan tercampur sempurna.
6) Untuk permintaan Intra Vena bolus ganti needle dengan ukuran yang
sesuai untuk penyuntikan.
7) Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah terkontaminasi ke
dalam kantong buangan tertutup.
3. Pelaksanaan praktikum
1. Protap pencampuran sediaan ampul
a.) Mengupayakan tidak ada obat dileher ampul dengan cara mengetuk-
ngetuk bagian atas ampul
b.) Membersihkan ampul dengan alcohol 70%
c.) Mematahkan bagian leher dengan arah menjauhi petugas dan gunakan
kasa pada waktu mematahkan
d.) Pada waktu menarik larutan dari ampul usahakan posisi 450
e.) Membersihkan botol infus dengan alcohol 70% dan keringkan
f.) Menyuntikkan sediaan obat kedalam botol infus
g.) Menutup botol infus dengan sealing
BAB 1V
dengan menggunakan
Neurosanbe dilakukan
mematahkan usahakan
orang.
2. Proses memasukkan
atau lebel
4. Proses penarikan obat
dengan menggunakan
Ranitidine dilakukan
mematahkan usahakan
5.
Proses memasukkan
6.
atau lebel
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pencampuran sediaan steril harus dilakukan secara aseptis oleh tenaga yang
terlatih, karena ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti kontaminasi terhadap
produk, paparan sediaan terhadap petugas serta lingkungan (terutama untuk sediaan
sitostatika).
3.2. Saran
Sebaiknya Pencampuran obat suntik seharusnya dilakukan oleh farmasis di
Rumah Sakit, Pekerjaan kefarmasian tersebut memerlukan teknik khusus dengan latar
belakang pengetahuan antara lain sterilitas, sifat fisikokimia dan stabilitas obat,
ketidaktercampuran obat,
DAFTAR PUSTAKA