Tugas 2 PBB

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 2 PBB

Contoh Dokumen SSPD-BPHTB

Analisa Dokumen SSPD BPHTB


1. Kop Surat
Tulisan “Berfungsi sebagai Surat Pemberitahuan Objek Pajak; Pajak Bumi
dan Bangunan (SPOP PBB)”, menunjukkan hubungan antara BPHTB dengan PBB.
PBB adalah pajak yang timbul karena memiliki dan/atau menguasasi dan/atau
mendapatkan manfaat atas bumi dan/atau bangunan. Sedangkan BPHTB adalah bea
yang harus dibayar karena memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan. Sehingga
hubungannya adalah, bila orang pribadi atau badan memperoleh hak atas tanah
dan/atau bangunan, bisa ditunjuk sebagai Wajib Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Nama dan Alamat Wajib Pajak


Menerangkan siapa pemilik objek pajak dan kemana SSPD BPHTB ditujukan.

3. NOP (Nomor Objek Pajak)


Nomor Objek Pajak adalah nomor unik yang menunjukkan identitas tiap-tiap
objek pajak. Nomor ini bersifat Unik, Permanen dan Standar. Adapun format
penomoran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Nomor Objek Pajak ditetapkan sebanyak 18 digit dengan contoh formatnya sebagai
berikut (XX.XX.XXX.XXX.XXX-XXXX.X)
2 Digit pertama : Kode Provinsi
2 Digit Kedua : Kode Kabupaten/Kota
3 Digit Ketiga : Kode Kecamatan
3 Digit Keempat : Kode Desa/Kelurahan
3 Digit Kelima : Kode Nomor Blok.
4 Digit Keenam : Kode Nomor Urut Objek Pajak.
1 Digit Ketujuh : Kode Khusus/ Cek Digit.

4. Letak Tanah dan/atau Bangunan


Menerangkan dimana Objek Pajak/BPHTB berada.
5. Dasar Pengenaan BPHTB
Dalam UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal
87 Ayat 1 dan Perda Kota Batam Nomor 1 tahun 2011 tentang Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan Pasal 4 Ayat 1, ditentukan bahwa yang menjadi dasar
pengenaan BPHTB adalah Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP).

6. Objek Pajak
Pada contoh di atas objek pajak ada dua yaitu Tanah (Bumi) dan Bangunan. Sesuai
dengan Pasal 2 Ayat 2, Objek Pajak Bea Perolehan Hak atas Bumi dan Bangunan
adalah perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.
7. Penghitungan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
Klasifikasi dan besarnya NJOP atas permukaan bumi berupa tanah dan bangunan
ditetapkan sesuai dengan NJOP SPPT PBB.
Berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri Keuangan PMK-150/PMK.03/2010,
diketahui nilai NJOP per m² untuk bumi adalah sebesar 335.000,00 (kelas 073,
pengelompokan Nilai Jual Bumi >308.000,00 s.d. 362.000,00) dan bangunan
1.200.000,00 (kelas 021, pengelompokan Nilai Jual Bangunan > 1.304.000,00 s.d.
1.366.000,00).
NJOP
Objek Pajak Luas (m²)
Per m² Jumlah
Tanah (Bumi) 124 335.000 41.540.000
Bangunan 38 1.200.000 45.600.000
NJOP PBB 87.140.000

8. Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP)


Penetapan NPOP sesuai dengan yang diatur di Perda BPHTB Pasal 4 ayat 2 huruf (a)
s.d. huruf (n), yaitu Harga Transaksi dan Nilai Pasar. Jika Harga Transaksi atau Nilai
Pasar tidak diketahui, atau lebih rendah daripada NJOP yang digunakan dalam
pengenaan PBB, dasar pengenaan yang dipakai adalah NJOP PBB.
Singkatnya, NJOP PBB bisa menjadi NPOP BPHTB, apabila harga transaksi/nilai
pasar lebih rendah dari NJOP PBB.
Pada contoh di atas Harga Transaksi/Nilai Pasar (Rp 112.000.000,00) lebih tinggi
daripada NJOP PBB (Rp 87.140.000,00), sehingga yang dijadikan NPOP adalah
Harga Transaksi/Nilai Pasar.

9. Harga Transaksi/ Nilai Pasar.


Pada contoh di atas Harga Transaksi/Nilai Pasar adalah Rp 112.000.000,00.
Harga Transaksi/Nilai Pasar yang dicantumkan harus sesuai dengan akta jual
beli/akta hibah/surat keputusan pemberian hak atau surat ukur untuk perolehan hak
baru/akta waris. Sebelum WP melakukan pembayaran BPHTB, Pemerintah daerah
melakukan penaksiran harga jual sendiri diluar ketentuan NJOP ketika melakukan
proses validasi yang berupa verifikasi lapangan untuk memastikan kebenaran objek
jual beli dalam hal ini adalah tanah dan bangunan.

10. Jenis Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan


Pada contoh di atas tidak diberikan keterangan pada kolom Jenis Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan. Karena terdapat Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena
Pajak (NPOPTKP) sebesar Rp 70.000.000,00, dapat diperkirakan bahwa Jenis
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pemindahan hak karena transaksi
jual beli
(Kode 01).
Jenis Perolehan Hak Kod Jenis Perolehan Hak Kode
e
Pemindahan Hak - Penggabungan usaha 10
- Jual Beli 01 - Peleburan usaha 11
- Tukar Menukar 02 - Pemekaran usaha 12
- Hibah 03 - Hadiah 13
- Hibah Wasiat 04 - Perolehan Hak RSS dan KPR 14
- Waris 05 bersubsidi
- Pemasukan dlm 06 - Pemberian hak baru 15
perseroan/bdn hukum lainnya - Pemberian hak baru sbg 16
- Pemisahan hak yang 07 kelanjutan pelepasan hak’
mengakibatkan peralihan - Pemberian hak baru di luar 17
- Pelaksanaan putusan hakim 08 pelepasan hak
Sumber: Lampiran Petunjuk Pengisian SPPD BPHTB

11. Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP)


Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 1 tahun 2011 Pasal 4, dijelaskan
besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan sebesar Rp
70.000.000,00 (tujuh puluh juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak.
Hal tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan diatasnya yaitu UU Nomor 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 87, dimana besarnya Nilai
Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan paling rendah sebesar
Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak.

12. Tarif BPHTB


Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 1 tahun 2011 Pasal 5, tarif Bea
Perolehan Hak atas Bumi dan Bangunan ditetapkan sebesar 5% (lima perseratus).
Tarif tersebut merupakan tarif tunggal dan flat rate.
Sesuai dengan ketentuan peraturan diatasnya yaitu UU Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 88, tarif Bea Perolehan Hak atas
Bumi dan Bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 5% (lima persen).

12. Penghitungan BPHTB


BPHTB = tarif x (NPOP – NPOPTKP)

NPOP sebagai dasar pengenaan BPHTB 112.000.000


NPOPTKP 70.000.000
NPOPKP 42.000.000
BPHTB Terutang:
5% x 42.000.000 2.100.000
BPHTB yang harus dibayar 2.100.000
Pada dasarnya, sistem pemungutan BPHTB menganut sistem self assessment. Prinsip
ini memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung dan membayar
sendiri pajak yang terutang dengan menggunakan surat setoran BPHTB dan
melaporkannya tanpa harus menunggu surat ketetapan pajak. Namun, dengan
adanya proses verifikasi lapangan dan penetapan dari Pemda terhadap Harga
Transaksi/Nilai Pasar, mengakibatkan sistem pembayaran BPHTB tidak sepenuhnya
bersifat self assesment, namun juga menganut sistem official assessment.

Sumber:

 UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah


 Peraturan Menteri Keuangan PMK-150/PMK.03/2010 tentang Klasifikasi
Dan Penetapan Nilai Jual Objek Pajak Sebagai Dasar Pengenaan Pajak Bumi
dan Bangunan
 Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 1 tahun 2011 tentang Bea Perolehan
Hak atas Bumi dan Bangunan
 Buku Materi Pokok Pajak Bumi dan Bangunan Modul 5

Anda mungkin juga menyukai