Modul 1 - Bil Riil, Pertidaksamaan, Koordinat Cartesius

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 52

Sistem Bilangan Riil

(Real)

Kalkulus 1

Dasman Johan-FT UIS


Silabus

 Topik 1 Sistem Bilangan, Pertaksamaan dan


Koordinat Kartesius
 Topik 2 Fungsi dan Limit
 Topik 3 Turunan
 Topik 4 Penggunaan Turunan
 Topik 5 Integral
 Topik 6 Penggunaan Integral
 Topik 7 Fungsi-Fungsi Transenden
2
Pendahuluan

 Kalkulus didasarkan pada sistem bilangan


riil (real) dan sifat-sifatnya.
 Sistem bilangan riil adalah himpunan
bilangan riil yang disertai operasi
penjumlahan dan perkalian sehingga
memenuhi aksioma tertentu.

3
 Komponen bilangan riil dapat digambarkan sebagai
berikut :

Bilangan Riil

Bilangan Bilangan
rasional Irrasional

Bilangan Bilangan
pecahan Bulat

Bilangan Bilangan
Bulat Negatif Cacah

4
Bilangan Asli Bilangan nol
Sistem Bilangan / Himpunan Bilangan
 Himpunan Bilangan Asli: N = {1, 2, 3, 4, 5, · · ·}
 Himpunan Bilangan Bulat: Z = {· · ·, −2, −1, 0, 1, 2, 3, · · ·}
 Himpunan Bilangan Rasional: Q = { p/q | p, q ∈ Z, q ≠ 0}
 Gabungan himpunan bilangan rasional dan irrasional disebut
himpunan bi- langan real, disimbolkan R. Jelas N ⊂ Z ⊂ Q ⊂
R.

5
 Notasi Interval: Misalkan a, b ∈ R,
 1. (a, b) = { x | a < x < b }
 2. [a, b] = { x | a ≤ x ≤ b }
 3. [a, b) = { x | a ≤ x < b }
 4. (a, b] = { x | a < x ≤ b }
 5. (a, ∞) = { x | x > a }
 6. [a, ∞) = { x | x ≥ a }
 7. (−∞, b) = { x | x < b }
 8. (−∞, b] = { x | x ≤ b }
 9. (−∞, ∞) = R
 Hati2: −∞ dan ∞ bukan bilangan real, jadi tidak pernah termasuk
6
dalam subset bilangan real
Pendahuluan
Himpunan bilangan riil adalah sekumpulan bilangan
yang dapat mengukur panjang, bersama-sama dengan
negatifnya dan nol. [ Purcell]
Himpunan bilangan rasional adalah bilangan yang
dapat dituliskan dalam bentuk
m
m,n bilangan bulat, dengan n ≠ 0.
n
Apakah bilangan-bilangan rasional berfungsi mengukur
semua panjang ? Tidak. Fakta ini ditemukan oleh orang
Yunani Kuno beberapa abad sebelum Masehi.
7
Pendahuluan

 Kita perhatikan sebuah segitiga siku-siku berikut :

2 1

1
2 merupakan panjang sisi miring sebuah segitiga, tetapi
bilangan ini tidak dapat dituliskan sebagai suatu hasil
bagi 2 bilangan bulat. Jadi bilangan tersebut adalah
bilangan irrasional.

8
Pendahuluan
Contoh bilangan irrasional yang lain adalah 3 , 5 ,π

dan lain-lain.
Secara geometri, sistem bilangan riil digambarkan pada
suatu garis bilangan.
Dari garis bilangan tersebut, muncul suatu yang dinamakan
interval. Interval yaitu suatu himpunan bagian dari R yang
memenuhi pertidaksamaan tertentu.
Definisi interval, notasi dan gambarnya adalah sebagai
berikut :
9
Pendahuluan

Definisi Notasi
{x x < a} (− ∞, a )
{x x ≤ a} [− ∞, a]
{x a < x < b} (a, b)
{x a ≤ x ≤ b} [a, b]
{x x > b} (b, ∞)
{x x ≥ b} [b, ∞)
{x x ∈ ℜ} (∞, ∞)

10
Pendahuluan

• Sifat-sifat urutan :
 Trikotomi

Jika x dan y adalah suatu bilangan, maka


pasti berlaku salah satu dari x < y atau x >
y atau x = y
 Ketransitifan

Jika x < y dan y < z maka x < z


 Perkalian

Misalkan z bilangan positif dan x < y maka


xz < yz, sedangkan bila z bilangan negatif,
11

maka xz > yz
Polinom / Suku Banyak
 Bentuk umum: p(x) = a0 + a1x + a2x² + · · · + an𝑥𝑥 𝑛𝑛 ,
dengann bilangan asli, a0, a1, · · · , an bilangan2 real
(disebut koefisien dari polinom), dan x bilangan real yang
belum ditentukan (variabel).
 Derajat polinom adalah nilai n terbesar yang koefisiennya
tidak nol.
Contoh: p(x) = 𝑥𝑥 4 − 2𝑥𝑥 3 − 7𝑥𝑥 2 + 8x + 12, derajat p(x)
adalah 4.
 Bilangan real t disebut akar dari polinom p(x) bila p(t) =
0.
 Pada contoh terakhir, t = 2 adalah akar p(x), sebab p(t) =
p(2) = 2⁴ − 2 · 2³ − 7 · 2² + 8 · 2 + 12 = 0
 Polinom Linear/Derajat Satu: p(x) = ax+b, a12 ×= 0 akarnya
x = −ab.
Polinom / Suku Banyak
 Polinom Kuadrat/Derajat Dua: p(x) = a𝑥𝑥 2 + bx + c, a ×≠ 0.
−𝑏𝑏+√𝐷𝐷 −𝑏𝑏−√𝐷𝐷
Akar-akarnya x1 = dan x2 = 2𝑎𝑎 dengan D = b²−
2𝑎𝑎
4acdisebut Diskriminan
 Di sini ada tiga kemungkinan akar:
 D > 0, Dua akar real berbeda (x1 ≠ x2).
 D = 0, Dua akar kembar (x1 = x2).
 D < 0, tidak ada akar real.
 Koefisien a menentukan kecekungan grafiknya.
 Bila a > 0 grafik cekung ke atas (membuka ke atas)
 Sebaliknya bila a < 0 grafinya cekung ke bawah.
 Bila D < 0 dan a > 0 polinom disebut definit positif
(ilustrasikan grafiknya!).
 Bila D < 0 dan a < 0 polinom disebut definit negatif.
13
Polinom / Suku Banyak
 Sifat: Setiap polinom derajat n > 2 dapat difaktorkan atas
faktor-factor linear / kuadrat definit.
 Contoh: p(x) = x⁶ − 1
= (x³ − 1) (x³ + 1)
= (x − 1) (𝑥𝑥 2 + x + 1) (x + 1) (𝑥𝑥 2 − x + 1)

14
Pertidaksamaan
 Pertidaksamaan satu variabel adalah suatu bentuk
aljabar dengan satu variabel yang dihubungkan dengan
relasi urutan.
Bentuk umum pertidaksamaan: A( x ) D( x )
 <
B(x ) E (x )
 dengan A(x), B(x), D(x), E(x) adalah suku banyak
(polinom) dan B(x) ≠ 0, E(x) ≠ 0
 Catatan: Tanda < dapat juga berupa ≤ , > atau ≥
𝑥𝑥𝑥+1 3𝑥𝑥
 Contoh: ≥
𝑥𝑥𝑥−2𝑥𝑥+8 𝑥𝑥⁵+3𝑥𝑥−4
15
Pertidaksamaan
 Menyelesaikan suatu pertidaksamaan adalah mencari
semua himpunan bilangan riil yang membuat
pertidaksamaan berlaku.
 Himpunan dari semua titik x ∈ R yang ’memenuhi’
pertidaksamaan tersebut disebut solusi.
 Cara menyelesaikan pertidaksamaan :
1. Bentuk pertidaksamaan diubah menjadi :

< 0 , dengan cara :


P( x)
Q( x)
 Ruas kiri atau ruas kanan dinolkan
 Menyamakan penyebut dan 16

menyederhanakan bentuk pembilangnya


Pertidaksamaan
1. Dicari titik-titik pemecah dari pembilang dan penyebut
dengan cara P(x) dan Q(x) diuraikan menjadi faktor-
faktor linier dan/ atau kuadrat.
2. Gambarkan titik-titik pemecah tersebut pada garis
bilangan, kemudian tentukan tanda (+, -)
pertidaksamaan di setiap selang bagian yang muncul.
Hati-Hati:
 Jangan mengalikan pertaksamaan dengan bilangan yang
1
tidak diketahui tandanya, ilustrasi: < 1.
x−1
 Sebaiknya, hindari mencoret faktor yang sama, ilustrasi:
(𝑥𝑥− 3 ³(𝑥𝑥+1) 17

≤ 0.
(𝑥𝑥−3)²
Contoh : Menentukan
Himpunan Penyelesaian

1 13 ≥ 2 x − 3 ≥ 5
⇔ 13 + 3 ≥ 2 x ≥ 5 + 3
⇔ 16 ≥ 2 x ≥ 8
⇔8≥ x≥4
⇔ 4≤ x≤8
Hp = [4,8]
4 8

18
Contoh : Menentukan
Himpunan Penyelesaian

2 − 2 < 6 − 4x ≤ 8
1 
⇔ −8 < −4 x ≤ 2 Hp =  ,2 
2 
⇔ 8 > 4x ≥ 2
⇔ 2 ≤ 4x < 8
1 2
1 2
⇔ ≤x<2
2

19
Contoh : Menentukan
Himpunan Penyelesaian

3 2 x 2 − 5x − 3 < 0
⇔ (2 x + 1)(x − 3) < 0
1
Titik Pemecah (TP) : x = − dan x=3
2
++ -- ++

− 1
2
3

 1 
Hp =  − ,3 
 2  20
Contoh : Menentukan
Himpunan Penyelesaian

4 2 x − 4 ≤ 6 − 7 x ≤ 3x + 6
⇔ 2 x − 4 ≤ 6 − 7 x dan 6 − 7 x ≤ 3 x + 6
⇔ 2 x + 7 x ≤ 6 + 4 dan − 7 x − 3 x ≤ −6 + 6
⇔ 9 x ≤ 10 dan − 10 x ≤ 0
10
⇔x≤ dan 10 x ≥ 0
9
10 x≥0
⇔x≤ dan
9
21
Contoh : Menentukan
Himpunan Penyelesaian
 10 
Hp =  − ∞,  ∩ [0, ∞ )
 9

0 10
9
Dari gambar tersebut dapat disimpulkan :
 10 
Hp = 0, 
 9 22
Contoh : Menentukan
Himpunan Penyelesaian
1 2
5. <
x + 1 3x − 1
1 2 -- ++ -- ++
⇔ − <0 3
x + 1 3x − 1 -1 −1
3


(3 x − 1) − (2 x + 2 )
<0
 1 
Hp = (− ∞,−1) ∪  − ,3 
(x + 1)(3x − 1)  3 
3x − 1 − 2 x − 2
⇔ <0
(x + 1)(3x − 1)
1
TP : -1, − ,3
3 23
Contoh : Menentukan
Himpunan Penyelesaian

x +1 x
6. ≤
2− x 3+ x
x +1 x
⇔ − ≤0
2− x 3+ x


( x + 1)(3 + x ) − x(2 − x )
≤0
(2 − x )(3 + x )
2x 2 + 2x + 3
⇔ ≤0
(2 − x )(x + 3)
24
Contoh : Menentukan
Himpunan Penyelesaian

Untuk pembilang 2 x 2 + 2 x + 3 mempunyai nilai


Diskriminan (D) < 0, sehingga nilainya selalu
positif, Jadi TP : 2,-3
Pembilang tidak menghasilkan titik pemecah.

-- ++ --
-3 2

Hp = (∞,−3) ∪ (2, ∞ )
25
Pertidaksamaan nilai mutlak
Definisi nilai mutlak :
 Nilai mutlak x (|x|) didefinisikan sebagai jarak x dari
titik pusat pada garis bilangan, sehingga jarak selalu
bernilai positif.
 Misalkan x ∈ R. Harga mutlak dari x, ditulis

 x ,x ≥ 0
x =
− x , x < 0
 Contoh: |3| = 3, | − 4| = 4, |0| = 0.

26
Pertidaksamaan nilai mutlak

Sifat-sifat nilai mutlak:


1 x = x2
2 x ≤ a, a ≥ 0 ↔ − a ≤ x ≤ a
3 x ≥ a, a ≥ 0 ↔ x ≥ a atau x ≤ − a
4 x ≤ y ↔ x2 ≤ y2

5. x x
=
y y
6. |xy| = |x||y|
Pertidaksamaan nilai mutlak

Sifat-sifat nilai mutlak:


6. Ketaksamaan segitiga
x+ y ≤ x + y ilustrasi |3 + (−4)| ≤ |3| + | − 4|.
28

x− y ≥ x − y
Contoh : Menentukan
Himpunan Penyelesaian

Contoh :
1. 2 x − 5 < 3

Kita bisa menggunakan sifat ke-2.


⇔ −3 < 2 x − 5 < 3
⇔ 5 − 3 < 2x < 3 + 5
⇔ 2 < 2x < 8
⇔1< x < 4
Hp = (1,4 )
1 4

29
Contoh : Menentukan
Himpunan Penyelesaian

2. 2x − 5 < 3
Kita bisa juga menggunakan sifat ke-4,
karena ruas kiri maupun kanan keduanya positif.
⇔ (2 x − 5) < 9
2

⇔ 4 x − 20 x + 16 < 0
2

⇔ 4 x 2 − 20 x + 25 < 9 ++ (1,4) -- ++
⇔ 2 x − 10 x + 8 < 0
2 1 4
⇔ (2 x − 2 )( x − 4 ) < 0 Hp =
TP : 1, 4

30
Contoh : Menentukan Himpunan
Penyelesaian pake definisi

3. 2 x + 3 ≥ 4 x + 5
Kita bisa menggunakan sifat 4

⇔ (2 x + 3) ≥ (4 x + 5)
2 2

⇔ 4 x 2 + 12 x + 9 ≥ 16 x 2 + 40 x + 25
⇔ −12 x 2 − 28 x − 16 ≥ 0
⇔ 3x + 7 x + 4 ≥ 0
2

4 , -1
TP : −
3
31
Contoh : Menentukan
Himpunan Penyelesaian

Jika digambar pada garis bilangan :

++ -- ++
−4 -1
3

Hp = − 4 , ∞  ∩ (− ∞,−1]
 3
 

32
Contoh : Menentukan
Himpunan Penyelesaian

x
4. +7 ≥ 2
2
x x
⇔ +7≥ 2 atau + 7 ≤ −2
2 2
x
⇔ ≥ −5 atau x
≤ −9
2 2
⇔ x ≥ −10 atau x ≤ −18
Hp = [− 10, ∞ ) ∪ (− ∞,−18]

33
-18 -10
Contoh : Menentukan
Himpunan Penyelesaian

5. 3 x − 2 − x + 1 ≥ −2
Kita definisikan dahulu :
x − 2 x ≥ 2  x + 1 x ≥ −1
x−2 =  x +1 = 
2 − x x < 2 − x − 1 x < −1

Jadi kita mempunyai 3 interval :


I II III
(− ∞,−1) [− 1,2) [2, ∞ )

-1 2
34
Contoh : Menentukan
Himpunan Penyelesaian
I. Untuk interval x < −1 atau (− ∞,−1)
3 x − 2 − x + 1 ≥ −2
⇔ 3(2 − x ) − (− x − 1) ≥ −2
⇔ 6 − 3 x + x + 1 ≥ −2
⇔ 7 − 2 x ≥ −2
⇔ −2 x ≥ −9
⇔ 2x ≤ 9
9  9
⇔x≤ atau  − ∞, 
2  2
35
Contoh : Menentukan
Himpunan Penyelesaian

Jadi Hp1 =  − ∞,  ∩ (− ∞,−1)


9
 2

-1 9
2
Dari gambar garis bilangan tersebut dapat disimpulkan
bahwa hasil irisan kedua interval tersebut adalah (− ∞,−1)
sehingga Hp1 = (− ∞,−1)

36
Contoh : Menentukan
Himpunan Penyelesaian

II. Untuk interval − 1 ≤ x < 2 atau [− 1,2)


3 x − 2 − x + 1 ≥ −2
⇔ 3(2 − x ) − (x + 1) ≥ −2
⇔ 6 − 3 x − x − 1 ≥ −2
⇔ 5 − 4 x ≥ −2
⇔ −4 x ≥ −7
⇔ 4x ≤ 7
7  7
⇔ x≤ atau  − ∞, 
4  4 37
Contoh : Menentukan
Himpunan Penyelesaian

Jadi Hp2 =  − ∞,  ∩ [− 1,2 )


7
4

-1 7 2
4
Dari gambar garis bilangan tersebut dapat disimpulkan
bahwa hasil irisan dua interval tersebut adalah  7
 7 − 1, 4 
sehingga Hp2 = − 1, 
 4
38
Contoh : Menentukan
Himpunan Penyelesaian

III. Untuk interval x≥2 atau [2, ∞ )


3 x − 2 − x + 1 ≥ −2
⇔ 3(x − 2 ) − (x + 1) ≥ −2
⇔ 3 x − 6 − x − 1 ≥ −2
⇔ 2 x − 7 ≥ −2
⇔ 2x ≥ 5
5 5 
⇔x≥
2
atau  2 , ∞ 

39
Contoh : Menentukan
Himpunan Penyelesaian

Jadi Hp3 =  5 , ∞  ∩ [2, ∞ )



2 

2 5
2
Dari gambar garis bilangan tersebut dapat disimpulkan
bahwa hasil irisan dua interval tersebut adalah  5 
sehingga  2 , ∞ 
5 
Hp3 =  , ∞ 
2 
40
Contoh : Menentukan
Himpunan Penyelesaian

Hp = Hp1 ∪ Hp 2 ∪ Hp3

 7 5 
Hp = (− ∞,−1) ∪ − 1,  ∪  , ∞ 
 4 2 
Untuk lebih mempermudah, masing-masing interval
digambarkan dalam sebuah garis bilangan

41
Contoh : Menentukan
Himpunan Penyelesaian

7 5
-1 4 2

-1 7 5
4 2

-1 7 5
4 2

 7 5 
Jadi Hp = − ∞,  ∪  , ∞ 
 4 2 
42
Soal Latihan

Cari himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan


1 x + 2 ≥ 1− x
4 − 2x
x − 2 x +1
2 ≤
x 2
x+3
3 2 − x + 3 − 2x ≤ 3

4 x +12 + 2 x + 2 ≥ 2

5 2x + 3 ≥ 4x + 5

6 x + 3x ≤ 2
43
Koordinat Cartesius

 Sistem Koordinat Kartesius / Persegi Panjang Pelopor: Pierre de


Fermat (1629) & Rene´ Descartes (1637)

 Sumbu horizontal dinamakan sumbu-x (absis) dan sumbu vertikal dina-


makan sumbu-y (ordinat). Setiap pasangan terurut bilangan (a,b)
dapat digambarkan sebagai sebuah titik pada koordinat tersebut dan
sebaliknya, setiap titik pada bidang koordinat Kartesius
berkorespondensi dengan satu buah pasangan bilangan (a,b).
44
Koordinat Cartesius
Jarak dua titik di bidang
 Misalkan P(x1,y1) dan Q(x2,y2) dua buah titik pada bidang,
jaraknya adalah d(P,Q) =
Garis Lurus
 Bentuk umum: Ax + By + C = 0 dengan A,B,dan C konstanta.
Nilai A dan B tidak boleh nol secara bersamaan.
 Grafik garis lurus ditentukan oleh dua titik (x1,y1) dan (x2,y2)
yang memenuhi persamaan tersebut.
Hal-Hal khusus:
 Bila A = 0, persamaan berbentuk y = −C/B, grafiknya sejajar
sumbu-x.
 Bila B = 0, persamaan berbentuk x = −C/A, grafiknya sejajar
sumbu-y.
 Bila A,B tak nol, Ax + By + C = 0 ⇐⇒ y = −A/B x − C/B.
Koordinat Cartesius
 Misalkan (x1, y1) dan (x2, y2) dua titik pada garis
tersebut. Kemiringan garis didefinisikan sebagai
𝑌𝑌𝑌−𝑌𝑌𝑌
m= 𝑋𝑋𝑋−𝑋𝑋𝑋
, disebut gradien
𝐴𝐴
 Buktikan bahwa m = −𝐵𝐵

 Persamaan garis lurus yang melalui dua titik (x1, y1)


𝑌𝑌−𝑌𝑌𝑌 𝑋𝑋−𝑥𝑥1
dan (x2, y2) : 𝑌𝑌𝑌−𝑌𝑌𝑌 = 𝑋𝑋2−𝑥𝑥1
Koordinat Cartesius

 Persamaan garis lurus dengan kemiringan m


melalui titik (x1,y1) : Y-Y1 = m (X-X1)
 Misalkan garis l1 dan l2 dua buah garis
dengan kemiringan m1 dan m2. Kedua garis
tersebut sejajar ⇐⇒ m1 = m2
 Kedua garis tersebut saling tegak lurus ⇐⇒
m1 · m2 = −1
Akar Kuadrat

 Misalkan x ≥ 0. Akar kuadrat dari x,


ditulis √x adalah bilangan real non-
negatif a sehingga a² = x.
 Ilustrasi: (a) √9 = 3, (b) −4 ² =
4.
 Secara umum : Bila b ∈ R, maka
𝑏𝑏𝑏 = |b|
Pertidaksamaan yang memuat nilai mutlak
dan akar kuadrat
Sifat-Sifat:
 |x| < a ⇐⇒ −a < x < a
 |x| > a ⇐⇒ x < −a atau x > a
 Untuk mencari solusi pertidaksamaan yang
memuat nilai mutlak / akar kuadrat, usahakan
menghilangkan nilai mutlak / akar
kuadratnya, lalu diselesaikan sebagai
pertidaksamaan rasional.
Pertidaksamaan yang memuat nilai mutlak
dan akar kuadrat
Contoh2:
1. |x − 4| ≤ 1.5
2. |2x + 3| ≤ |x − 3|
3. Benarkah pernyataan berikut ?
−1 ≤ x ≤ 3 =⇒ |x| < 1
4. Tentukan bilangan positif δ supaya
pernyataan berikut benar:
(a) |x − 2| < δ =⇒ |5x − 10| < 1
(b) |x − 2| < δ =⇒ |6x − 18| < 24.
5. 𝑥𝑥 − 1 < 1
Koordinat Cartesius
Soal-Soal Latihan:
1. |2x − 7| < 3
2. |2x − 3| > 3
3. |x − 2| < 3 |x + 7|
4. |x − 2| + |x + 2| > 7
5. |x − 2| + |x + 2| < 3
6. |x + x1| ≤ 2
7. 1 < |x − 2| < 3
8. |x − 3| + |x − 2| + |x + 1| < 7
9. |x − 3| + |x − 2| + |x + 1| < 2
10. |x − 3| + |x − 2| + |x + 1| > 8
Koordinat Cartesius

Soal-Soal Latihan:
11. Cari bil. δ postif supaya
a. |x−5| < δ =⇒ |3x−15| < 6
b. |x−4| < δ =⇒ |3x−15| < 6

12. Tunjukan
2x²+3x+2
|x| ≤ 2 =⇒ I |≤ 8
x²+2

Anda mungkin juga menyukai