BA XI 3.5 Dinamika Kependudukan Di Indonesia Untuk Perencanaan Pembangunan
BA XI 3.5 Dinamika Kependudukan Di Indonesia Untuk Perencanaan Pembangunan
BA XI 3.5 Dinamika Kependudukan Di Indonesia Untuk Perencanaan Pembangunan
KELAS
11
Wisnu Sinartejo
2019
A. PENDUDUK DAN SUMBER DATA KEPEDUDUKAN
Penduduk adalah orang yang tinggal di suatu wilayah atau orang yang
secara hukum berhak tinggal di suatu wilayah. Penduduk juga dapat diartikan
sebagai setiap orang atau kumpulan orang yang berada di suatu wilayah dan
terikat oleh aturan-aturan yang berlaku serta saling berinteraksi.
Penduduk merupakan bagian terpenting bagi suatu negara dilihat dari segi
kuantitas maupun kualitasnya. Kajian tentang penduduk dipelajari dalam disiplin
ilmu demografi dan ilmu kependudukan. Demografi adalah ilmu yang mempelajari
analisis statistik terhadap jumlah, distribusi, komposisi penduduk dan komponen
peruahannya. Sedangkan ilmu kependudukan mengkaji antara variabel demografi
dengan ilmu lainnya yang menunjang.
Sebagai salah satu unsur dari sebuah negara, penduduk menjadi modal
utama bagi pembangunan suatu negara. Oleh karena itu perlu diketahui jumlah,
komposisi, dan persebaran penduduk yang berasal dari data kependudukan.
Sumber data kependudukan dibagi menjadi tiga, yaitu sensus peduduk, registrasi
penduduk, dan survey penduduk.
1. Sensus penduduk
Sensus penduduk adalah pencatatan seluruh penduduk secara serentak
dengan tujuan utama untuk mengetahui jumlah penduduk, persebara, dan
karakteristik penduduk. Sensus penduduk dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) seriap 10 tahun sekali. Sensus memiliki tiga dimensi, yaitu:
a. Pencatatan yang menyeluruh terhadap semua orang
Artinya, semua orang yang tinggal di suatu wilayah atau negara wajib
dicatat dan didata tanpa terkecuali.
b. Dilaksanakan pada waktu tertentu
Artinya, sensus hanya dilaksanakan pada suatu waktu tertentu, dan pada
umumnya dilaksanakan setiap 10 tahun sekali.
c. Mencakup suatu wilayah
Artinya, ruang lingkup sensus harus meliputi suatu wilayah adaministratif
tertentu. Hal ini dilakukan dengan menggunakan batasan administratif
negara.
Keterangan :
SR = rasio jenis kelamin
M = jumlah penduduk laki-laki di suatu daerah pada waktu
tertentu
F = jumlah penduduk perempuan di suatu daerah pada waktu
tertentu
k = konstanta, nilainya 100
Contoh :
Pada tahun 2010 di Indonesia jumlah penduduk laki-laki sebesar
119.507.580 jiwa, dan jumlah penduduk perempuan sebesar 118.048.783
jiwa. Hitung sex ratiopenduduk pada tahun tersebut!
119 .507 .580
�� = 118.048.783 x 100 =101,23
Maka diperoleh hasil 51,312 yang dibulatkan ke 51, yang berarti setiap 100
penduduk umur produktif menanggung 51 penduduk umur tidak produktif.
3. Piramida Penduduk
Piramida penduduk adalah grafik berbentuk piramida yang
merupakan gambaran secara visual dari komposisi penduduk menurut
umur dan jenis kelamin. Sumbu horizontal menggambarkan jumlah
penduduk tertentu. Pemilihan skala pada sumbu horizontal bergantung
pada jumlah penduduk dalam persentase dari jumlah pendudukyang
terdapat pada tiap golongan umur di sumbu vertikal. Sumbu vertikal
menggambarkan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan.
Berdasarkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis
kelamin, karakteristik penduduk di suatu daerah atau wilayah dapat
dibedakan menjadi tiga kelompok. Berikut ini contoh piramida
penduduk yang menggambarkan beberapa komposisi penduduk:
Ttotal = (L –M) + (I – E)
Keterangan :
Ttotal = pertumbuhan penduduk total
L = jumlah kelahiran
M = jumlah kematian
I = jumlah imigrasi
E = jumlah emigrasi
Contoh:
Misalkan, jumlah kelahiran kasar penduduk di Pulau Jawa pada tahun
2014 adalah 50.000 jiwa dan jumlah kematian kasar sebanyak 20.000 jiwa.
Diketahui pula jumlah penduduk yang melakukan imigrasi sebanyak
15.000 jiwa dan penduduk yang melakukan emigrasi sebanyak 7.000 jiwa.
Hitunglah pertumbuhan penduduk total di Pulau Jawa pada tahun 2014!
Ttotal = (L – M) + (I – E)
E. PROYEKSI PENDUDUK
Proyeksi penduduk adalah perhitungan jumlah penduduk di masa yang
akan datang berdasarkan asumsi arah perkembangan fertilitas, mortalitas dan
migrasi. Di Indonesia data penduduk yang dapat dipakai dan dipercaya untuk
keperluan proyeksi adalah berasal dari sensus penduduk (SP) yang
dilaksanakan pada tahun yang berakhiran angka 0 (nol) dan survei antar
sensus (SUPAS) pada tahun kelipatan 5 (lima).
1. Manfaat Proyeksi Penduduk
Salah satu sumber data kependudukan yang dianggap paling
lengkap dan akurat adalah hasil sensus penduduk. Akan tetapi sesnsus
dilakukan setiap 5 tahun sekali bahkan pada umumnya di negara sedang
berkembang dilakukan 10 tahun sekali sehingga tidak dapat memenuhi
permintaan data secara mendesak untuk suatu keperluan tertentu. Untuk
tujuan perencanaan pembangunan dan penilaian program baik oleh
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah diperlukan data-data
kependudukan tidak hanya besar atau jumlahnya saja tetapi komposisi
penduduk menurut umur dan jenis kelamin serta karakteristik sosial
ekonomi baik pada saat sekarang maupun untuk masa yang akan datang.
Untuk tujuan tersebut diperlukan teknik estimasi ataupun proyeksi jumlah
penduduk di masa mendatang beserta struktur umurnya.
Pada masa dahulu, pemerintah tertarik pada ‘population projection’
terutama untuk keperluan pajak atau keperluan mengetahui besarnya
kekuatan negaranya. Pada dekade akhir-akhir ini pemerintah memerlukan
proyeksi penduduk sehubungan dengan tanggungjawabnya untuk
memperbaiki kondisi sosial ekonomi dari rakyatnya melalui pembangunan
yang terencana.
Mengingat semua rencana pembangunan, baik ekonomi maupun
sosial, menyangkut pertimbangan tentang jumlahserta karakteristik dari
pendudukdi masa mendatang, proyeksi mengenai jumlah serta struktur
penduduk dianggap sebagai persyaratan minimum untuk proses
perencanaan pembangunan di bidang:
a. Pangan
Untuk menentukan kebutuhan akan bahan pangan sesuai dengan gizi
serta susunan penduduk menurut umur.
b. Kesehatan
Menentukan jumlah medis, dokter, obat-obatan, jumlah tempat tidur di
rumah sakit yang diperlukan selama periode proyeksi.
c. Pendidikan
Proyeksi penduduk dipakai sebagai dasaruntuk memperkirakan jumlah
murid, jumlah guru, gedung-gedung sekolah,, pendidikan pada masa
yang akan datang.
2. Cara Penghitungan Proyeksi Penduduk
Jumlah penduduk di masa yang akan datang dapat diperkirakan
atau diproyeksikan. Informasi mengenai perkiraan jumlah penduduk di
masa yang akan datang sangat penting dalam perencanaan pembangunan.
Misalnya, untuk merencanakan penyediaan sarana dan prasarana
kesehatan, pendidikan, dan perumahan. Berikut ini metode-metode yang
dapat digunakan untuk memproyeksikan penduduk :
a) Model Geometrik
Asumsi dalam model ini adalah penduduk akan
bertambah/berkurang pada suatu tingkat pertumbuhan (persentase)
yang tetap. Misalnya, jika Pn+1 dan Pn adalah jumlah penduduk dalam
tahun yang berurutan, maka penduduk akan bertambah atau berkurang
pada tingkat pertumbuhan yang tetap (yaitu sebesar Pn+1/Pn ) dari
waktu ke waktu. Menurut Klosterman (1990), proyeksi dengan tingkat
pertumbuhan yang tetap ini umumnya dapat diterapkan pada wilayah,
dimana pada tahun-tahun awal observasi pertambahan absolut
penduduknya sedikit dan menjadi semakin banyak pada tahun-tahun
akhir.
Metode geometrik dalam proyeksi penduduk dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
Pn = Po (1 + r)n
Keterangan:
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke-n
Po = jumlah penduduk pada tahun ke-0 atau tahun dasar
n = jumlah tahun antara ke-0 hingga ke-n
r = tingkat pertumbuhan penduduk per tahun (dalam persen)
contoh soal:
Misalkan pada tahun 2001 jumlah penduduk Indonesia tercatat 205 juta
jiwa. Tingkat pertumbuhan penduduk per tahun adalah 1,5%. Berapakah
proyeksi penduduk Indonesia untuk tahun 2016?
Jawab:
Pn = Po (1 + r)n
= 205 (1 + 1,5%)15
= 205 (1 + 0,015)15
= 205 (1,015)15
= 205 (15,225)
= 3.121
Jadi, proyeksi penduduk Indonesia untuk tahun 2016 dengan tingkat
pertumbuhan penduduk 1,5% per tahun adalah 3.121 juta jiwa.
b) Model Aritmatik
Model linear Aritmatik menurut Klosterman (1990) adalah teknik
proyeksi yang paling sederhana dari seluruh model trend. Model ini
menggunakan persamaan derajat pertama (first degree equation).
Berdasarkan hal tersebut, penduduk diproyeksikan sebagai fungsi dari
waktu, dengan persamaan:
Pn = Po {1 + (r.n)}
Keterangan:
Pn = Jumlah penduduk setelah n tahun ke depan.
P0 = Jumlah penduduk pada tahun awal.
r = Angka pertumbuhan penduduk.
n = Jangka waktu dalam tahun.
contoh soal:
Wilayah Jakarta memiliki jumlah penduduk sebanyak 40.000 jiwa pada
tahun 2014 dan pertumbuhan penduduknya sebesar 2% per tahun.
Berapakah jumlah penduduk wilayah jakarta setelah 6 tahun kemudian?
Jawab:
Pn = P0 {1 + (r.n)}
= 40.000 { 1 + (0,02 x 6)}
= 40.000 + 4800
= 44.800 jiwa
Jadi jumlah penduduk Jakarta pada tahun 2020 diperkirakan sebanyak
44.800 jiwa dengan pertumbuhan sebanyak 4.800 jiwa tiap tahunnya.
c) Model Exponensial
Metode eksponensial memiliki asumsi bahwa persentase
pertumbuhan penduduk sama setiap hari. Hasil proyeksi penduduk
dengan menggunakan metode eksponensial akan berbentuk garis
lengkung yang lebih terjal daripada garis lengkung pada metode
geometrik. Metode eksponensial dalam proyeksi penduduk dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
Pn = Po er.n
Keterangan:
Pn = Jumlah penduduk setelah n tahun ke depan.
P0 = Jumlah penduduk pada tahun awal.
r = Angka pertumbuhan penduduk.
n = Jangka waktu dalam tahun.
e = Bilangan eksponensial = 2,7182818.
contoh soal:
Jumlah penduduk wilayah Merauke pada tahun 2013 adalah 10.000 jiwa
dan pertumbuhan penduduk 2% per tahun. Berapakah jumlah
penduduknya pada tahun 2018?
Jawab:
Pn = P0er.n
= 10000 x 2,71828180,02×5
= 10000 x 2,71828180,1
= 11052 jiwa
Jadi jumlah penduduk Merauke pada tahun 2018 sebanyak 11052 jiwa
dengan pertumbuhan sebesar 1052 jiwa tiap tahunnya.
d) Metode Double Time
Adalah perhitungan yang memperkirakan kapan terjadi lonjakan
jumlah penduduk dua kali lipat di suatu wilayah.
contoh soal:
Penduduk Indonesia pada akhir tahun 1991 berjumlah 180 juta jiwa dengan
pertumbuhan penduduk alami 2% per tahun. Jika diproyeksikan, maka
kapan jumlah penduduk Indonesia akan mencapai dua kali lipatnya?
Jawab:
� 70
𝐷� = = = 35 ���ℎ�𝑛
� 2
Jadi jumlah penduduk Indonesia akan menjadi dua kali lipat atau 360 juta
jiwa pada tahun: 1991 + 35 = 2026.
Gambar 2. Kelahiran
Sumber : www.analisadaily.com/tag/k/kelahiran
Keterangan:
B = jumlah anak yang lahir (birth) pada tahun tertentu
P = jumlah penduduk (population) pada pertengahan tahun
k = konstanta (1.000)
Angka kelahiran kasar dapat dibedakan menjadi tiga golongan,
yaitu sebagai berikut.
a. Tinggi, jika angka kelahiran kasar suatu daerah lebih dari 30 tiap
1.000 orang.
b. Sedang, jika angka kelahiran kasar suatu daerah berkisar antara 20-
30 tiap 1.000 orang.
c. Rendah, jika angka kelahiran kasar suatu daerah kurang dari 20 tiap
1.000 orang.
contoh soal:
Pada suatu daerah terdapat penduduk sejumlah 25 juta orang dan
jumlah bayi yang lahir dalam setahun sebanyak 500.000 orang.
Berapakah nilai CBR untuk daerah tersebut?
B
CBR =
P
xk
500 .000
= 25.000.000
x 1.000
= 20 bayi/1.000 wanita
Jadi, nilai CBR daerah tersebut adalah 20 bayi/1.000 wanita.
b. Angka Kelahiran Menurut Umur (Age Specific Birth Rate -ASBR)
Cara pengukuran kelahiran menggunakan metode CBR seringkali
dianggap kurang memuaskan karena tidak memperhatikan pembagian
menurut jenis kelamin dan golongan umur. Oleh karena itu,
digunakanlah cara pengukuran kelahiran dengan mempertimbangkan
umur yaitu cara age specific birth rate (ASBR). ASBR adalah angka yang
menunjukkan jumlah kelahiran setiap 1.000 wanita golongan umur
tertentu setiap tahun. Nilai ASBR dihitung dengan rumus sebagai
berikut.
Bx
����Px= xk
Keterangan :
Bx = jumlah anak yang lahir dari wanita kelompok umur x
Px = jumlah wanita pada kelompok umur x
k = konstanta (1.000)
Penduduk bisa digolongkan dalam kelompok umur tertentu, misalnya
kelompok umur lima tahunan, yaitu 20 – 24 tahun, 25 – 29 tahun, 30 –
34 tahun, dan seterusnya.
contoh soal:
Pada suatu wilayah terdapat 100.000 wanita yang berumur antara 25 –
29 tahun, dan jumlah kelahiran dari wanita dalam kelompok umur
tersebut sebanyak 20.000 orang. Berapakah nilai ASBR wilayah
tersebut?
Bx
����Px= xk
20 . 000
����100.000
= x 1.000
2. Mortalitas (Kematian)
Gambar 3. Mortalitas
Sumber: www.google.com
Keterangan:
D = jumlah kematian
P = jumlah penduduk pada pertengahan tahun
k = konstanta (1.000)
Angka kematian kasar dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu
sebagai berikut.
1) Tinggi, jika angka kematian kasar suatu daerah lebih dari 20 orang
dari setiap 1.000 penduduk.
2) Sedang, jika angka kematian kasar suatu daerah berkisar antara 10 –
20 orang dari setiap 1.000 penduduk.
3) Rendah, jika angka kematian kasar suatu daerah kurang dari 10 orang
dari setiap 1.000 penduduk.
Contoh soal:
Jumlah penduduk suatu negara pada pertengahan tahun adalah 25 juta
jiwa. Pada tahun tersebut terdapat 50.000 orang yang meninggal dunia.
Berapakah tingkat kematian pada negara tersebut?
D
CDR = P
xk
50 . 0 00
= 25.000.000
x 1.000
= 2 orang
Jadi, besar CDR untuk negara tersebut adalah 2 orang dari setiap 1.000
penduduk.
b. Angka Kematian Menurut Umur (Age Specific Death Rate atau ASDR)
Angka kematian menurut umur (age specific death rate atau ASDR)
adalah angka yang menyatakan banyaknya kematian pada kelompok umur
tertentu dari setiap 1.000 penduduk dalam kelompok umur yang sama. Bila
dibandingkan dengan CDR, hasil perhitungan ASDR lebih teliti karena
didasarkan pada kelompok umur. Rumus untuk menghitung angka
kematian menurut umur adalah sebagai berikut.
Keterangan
Dx Px
����� =
xk
Dx = jumlah kematian dalam kelompok
umur x Px = jumlah penduduk pada
kelompok umur x k = konstanta (1.000)
Contoh soal:
Pada suatu daerah terdapat penduduk berusia antara 50 – 55 tahun
sebanyak 1.000.000 orang. Pada golongan umur tersebut terjadi
10.000 kematian dalam setahun. Berapakah besar ASDR untuk
daerah tersebut?
Dx
����Px= xk
10 . 000
����1.000.000
= x 1.000 = 10 orang
Jadi, besar ASDR daerah tersebut adalah 10 orang dari tiap 1.000
penduduk golongan usia 50 – 55 tahun.
3. Migrasi
Migrasi adalah pergerakan atau perpindahan penduduk dari suatu
tempat ke tempat lain, dan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pertambahan penduduk di suatu daerah atau suatu
negara. Migrasi merupakan salah satu dari tiga faktor dasar yang
mempengaruhi pertumbuhan penduduk, selain kelahiran dan kematian.
Migrasi secara regional dan lokal sangat penting, berkaitan
dengan densitas atau kepadatan dan distribusi penduduk yang tidak
merata. Ketidakmerataan inilah yang menjadi salah satu pendorong dan
penarik orang-orang dalam melakukan migrasi.
Pada umumnya, orang melakukan migrasi karena keinginan untuk
meningkatkan taraf hidup. Alasan lain adalah karena adanya faktor-
faktor yang memaksa dirinya untuk berimigrasi dari daerah asalnya
ke daerah yang baru. Contohya adalah bencana alam, konflik sosial,
peperangan, atau tingginya frekuensi tindak kejahatan di suatu wilayah.
G. MOBILITAS PENDUDUK
merupakan gerak penduduk yang melewati batas wilayah dan dalam
periode waktu tertentu. Batas wilayah tersebut umumnya digunakan batas
administrasi seperti batas negara, propinsi, kabupaten, kecamatan,
kelurahan/desa, dan dusun. Mobilitas berkaitan dengan move yang
berarti
bergerak. Mobilitas penduduk merupakan perpindahan yang tidak disertai
dengan unsur niatan untuk menetap di daerah tujuan.
Mobilitas dapat dibedakan antara mobiltas horizontal dan mobilitas
vertikal. Mobilitas vertikal sening disebut perubahan status pekerjaan.
Misalnya seseorang yang sebelumnya bekerja di sektor pertanian sekarang
bekerja di bidang non peranian. Mobilitas horizontal sering disebut dengan
istilah mobilitas geografis, adalah gerak (movement) yang melewati batas
wilayah menuju wilayah yang lain pada periode waktu tertentu.
Badan Pusat Statistik (BPS) dalam melaksanakan sensus penduduk
Indonesia menggunakan batas propinsi menjadi batas wilayah, sedangkan
batas waktu digunakan enam bulan atau lebih. Jadi menurut definisi yang
dibuat BPS, sesorang disebut migran apabila orang bergerak melintasi batas
propinsi menuju ke propinsi lain, dan lamanya tinggal di popinsi tujuan adalah
enam bulan atau lebih. Atau seseorang disebut migran walaupun waktu di
propinsi tujuan kurang dan enam bulan, tetapi orang tersebut berniat untuk
tinggal menetap. Jika waktunya kurang dari 6 bulan dan tidak mempunyai
niatan untuk menetap maka dinamakan mobilitas.
3. Macam-Macam Mobilitas
a. Mobilitas Permanen (Tetap/Migrasi)
Migrasi adalah perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain
dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan. Secara garis besar
migrasi dapat dibagi menjadi dua,yaitu :
1) Migrasi Internasional
Migrasi internasional yang dapat di bedakan atas migrasi masuk
(imigrasi), migrasi keluar (emigrasi) dan remigrasi.
a) Imigrasi
Imigrasi adalah masuknya penduduk suatu negara ke negara kita
baik untuk maksud berkunjung, bekerja ataupun kepentingan
lain dalam waktu tertentu (lebih dari 6 bulan) atau untuk
selamanya.Contoh: Orang Inggris menikah dengan orang
Indonesia kemudian menetap di Indonesia. Imigrasi dalam jumlah
besar biasanya disebabkan oleh konflik di suatu negara.
2) Migrasi Internal/Transmigrasi
Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari daerah yang
padat penduduknya ke daerah yang jarang penduduknya dan
masih berada dalam satu wilayah negara. Contoh:pindahnya
penduduk dari Jawa kedaerah daerah di Sumatra, Kalimantan,
Papua, dsb.
Gambar 9. Permukiman Penduduk Transmigran Sumber:
https://cdn.tmpo.co/data/2012/12/28/id_158477/158477_620.
jpg
diunduh tanggal 18 April 2017
Tujuan Transmigrasi
a) Mengusahakan kekayaan alam di luar pulau jawa.
b) Supaya terjadi asimilasi antar suku sehingga perasaan
kesukuan hilang. Ini merupakan salah satu realisasi dari
Sumpah Pemuda.
c) Untuk pertahanan keamanan dan ketahanan nasional.
d) Penyebaran penduduk supaya merata,sehingga program
pembangunan dapat merata ke seluruh pelosok tanah air.
Jenis-Jenis Transmigrasi
a) Transmigrasi umum, yaitu transmigrasi yang dilakukan dan
dilaksanakansebagai program pemerintah. Konsekuensinya semua
pembiayaan ditanggung oleh pemerintah, seperti ongkos perjalanan,
jaminan hidup selama areal pertaniannya belum menghasilkan,
tempat permukiman, dan perlengkapan lainnya di tempat
transmigrasi.
b) Transmigrasi khusus, yaitu transmigrasi yang dilaksanakan oleh
pemerintah karena suatu keadaan atau tujuan tertentu, seperti ada
bencana, dan transmigrasi yang dilakukan oleh para veteran
TNI/Polri demi menjaga stabilitas keamanan di kawasan tertentu.
c) Transmigrasi spontan (swakarsa), yaitu transmigrasi yang dilakukan
atas prakarsa atau keinginan penduduk sendiri. Sehingga
konsekuensi biayanya ditanggung sendiri oleh penduduk yang
melakukan transmigrasi. Pemerintah hanya menyediakan lahan 2 Ha
di lokasi beserta kelengkapan pertanian termasuk bibit.
d) Transmigrasi swakarya, yaitu transmigrasi yang terjadi atas inisiatif
penduduk, tetapi pembiayaannya ditanggung oleh pemerintah dan
pelaku transmigrasi sendiri. Sehingga ada kerja sama antara pihak
peminat transmigrasi dan penyelenggara transmigrasi, dalam hal ini
pemerintah.
e) Transmigrasi lokal, yaitu transmigrasi yang dilakukan dari suatu
daerah ke daerah lain yang masih dalam kawasan tujuan
transmigrasi dan masih dalam satu provinsi.
f) Transmigrasi bedol desa, yaitu transmigrasi yang dilakukan oleh
seluruh penduduk desa termasuk seluruh aparatur desanya ke pulau
lain, dikarenakan desa tersebut terkena proyek pemerintah, seperti
pembuatan jalan, jembatan, atau bendungan.
g) Transmigrasi sektoral, adalah transmigrasi yang dilakukan oleh
penduduk suatu daerah menuju pulau lain, dimana pembiayaan
ditanggung oleh pemerintah daerah asal para transmigran dan
pemerintah daerah yang menjadi tujuan transmigrasi.
c. Urbanisasi
Pengertian urbanisasi umumnya yang kita kenal adalah perpindahan
dari desa ke kota. Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia adalah, suatu
proses kenaikan proporsi jumlah penduduk yang tinggal di daerah
perkotaan. Urbanisasi dapat diartikan sebagai suatu proses pengkotaan
suatu wilayah. Proses pengkotaan ini dapat diartikan dalam dua pengertian.
Pengertian pertama, adalah merupakan suatu perubahan secara esensial
unsur fisik dan sosial-ekonomi-budaya wilayah karena percepatan
kemajuan ekonomi. Contohnya adalah daerah Cibinong dan Bontang yang
berubah dari desa ke kota karena adanya kegiatan industri. Pengertian
kedua adalah banyaknya penduduk yang pindah dari desa ke kota, karena
adanya penarik di kota, misal kesempatan kerja.
Urbanisasi merupakan suatu proses pembentukan kota, suatu proses
yang digerakkan oleh perubahan struktural dalam masyarakat sehingga
daerah-daerah yang dulu merupakan daerah pedesaan dengan struktur
mata pencaharian yang agraris maupun sifat kehidupan masyarakatnya
lambat laun atau melalui proses yang mendadak memperoleh sifat
kehidupan kota. Pengertian kedua dari urbanisasi adalah, bahwa urbanisasi
menyangkut adanya gejala perluasan pengaruh kota ke pedesaan.
Dari beberapa pengertian mengenai urbanisasi yang diuraikan di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian urbanisasi adalah
merupakan suatu proses perubahan dari desa ke kota yang meliputi
wilayah/ daerah beserta masyarakat di dalamnya dan dipengaruhi oleh
aspek-aspek fisik/ morfologi, sosial, ekonomi, budaya, dan psikologi
masyarakatnya.
d. Ruralisasi
Ruralisasi adalah kebalikan dari urbanisasi, yaitu perpindahan
penduduk dari kota ke desa. Ruralisasi pada umumnya banyak dilakukan oleh
mereka yang dahulu pernah melakukan urbanisasi, namun banyak juga
pelaku ruralisasi yang merupakan orang kota asli. Faktor yang memengaruhi
terjadinya ruralisasi dibedakan menjadi faktor pendorong dan faktor penarik
berikut.
Faktor Pendorong
1) Kejenuhan tinggal di kota.
2) Harga lahan di kota semakin mahal sehingga tidak terjangkau.
3) Keinginan untuk memajukan desa atau daerah asalnya.
4) Merasa tidak mampu lagi mengikuti dinamika kehidupan di kota.
Faktor Penarik
1) Harga lahan di pedesaan relatif lebih murah.
2) Pola kehidupan masyarakatnya lebih sederhana.
3) Suasana lebih tenang, sehingga cocok untuk penduduk usia tua dalam
menjalani masa pensiun.
4) Adanya perasaan keterkaitan dengan daerah asal atau kenangan masa
kecil.
Gambar 13. Jakarta Lengang
Sumber: http://beritatrans.com/cms/wp-
content/uploads/2016/01/Jakarta_Sepi.jpg
diunduh tanggal 18 April 2017
2) Indeks Pengeluaran:
Pengeluaran per Kapita Disesuaikan
Pengeluaran per kapita yang disesuaikan ditentukan dari nilai
pengeluaran per kapita dan paritas daya beli (Purcashing Power Parity-
PPP). Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari
Susenas, dihitung dari level provinsi hingga level kab/kota. Rata-rata
pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar
2012=100. Perhitungan paritas daya beli pada metode baru
menggunakan 96 komoditas dimana 66 komoditas merupakan
makanan dan sisanya merupakan komoditas nonmakanan. Metode
penghitungan paritas daya beli menggunakan Metode Rao.
c. Metodologi IPM dan Perbedaan antara yang Lama dan Baru
Beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam
penghitungan IPM. Angka melek huruf sudah tidak relevan dalam
mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan
kualitas pendidikan. Selain itu, karena angka melek huruf di sebagian
besar daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat
pendidikan antardaerah dengan baik. PDB per kapita tidak dapat
menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah.
Penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM
menggambarkan bahwa capaian yang rendah di suatu dimensi dapat
ditutupi oleh capaian tinggi dari dimensi lain. Berikut ini perbedaan
metode lama dan baru:
1) Indikator
Angka melek huruf pada metode lama diganti dengan Angka
Harapan Lama Sekolah.
Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita diganti dengan Produk
National Bruto (PNB) per kapita.
2) Metode Penghitungan
Metode agregasi diubah menjadi rata-rata aritmatik menjadi
rata-rata geometrik. Dengan menggunakan rata-rata geometrik dalam
menyusun IPM dapat diartikan bahwa capaian satu dimensi tidak
dapat ditutupi oleh capaian di dimensi lain. Artinya, untuk
mewujudkan pembangunan manusia yang baik, ketiga dimensi harus
memperoleh perhatian yang sama besar karena sama pentingnya.
Menggunakan indikator yang lebih tepat dan dapat membedakan
dengan baik (diskrimintif):
1) Dengan memasukkan rata-rata lama sekolah dan angka harapan
lama sekolah, dapat diperoleh gambaran yang lebih relevan dalam
pendidikan dan perubahan yang terjadi.
2) PNB menggantikan PDB karena lebih menggambarkan pendapatan
masyarakat pada suatu wilayah.
d. Menghitung Indeks Komponen IPM dan IPM
Setiap komponen IPM distandardisasi dengan nilai minimum dan
maksimum sebelum digunakan untuk menghitung IPM. Rumus yang
digunakan sebagai berikut.
1) Dimensi Kesehatan:
Ikesehatan = AHH –AHH min
AHHmaks – AHH min
2) Dimensi Pendidikan :
IHLS = RLS – RLSmin
RLSmaks –RLSmin
Ipendidikan = IHLS + IRLS
2
3) Dimensi Pengeluaran :
Ipengeluaran = In (pengeluaran) – In (pengeluaranmin)
In(pengeluaranmaks) – In(pengeluaranmin)
e. Manfaat IPM
1) IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam
upaya membangun kualitas hidup manusia (masayarakat/penduduk).
2) IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu
wilayah/negara.
3) Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai
ukuran kinerja pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu
alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU).
I. BONUS DEMOGRAFI
Fenomena perubahan struktur kependudukan telah terjadi di Indonesai
saat ini, yaitu dengan adanya penduduk usia produktif dalam jumlah tinggi
yang berpotensi menjadi engine of growth bagi perekonomian nasional.
Fenomena itu yang disebut dengan Bonus Demografi, yang diperkirakan akan
mencapai puncaknya pada periode 2010-2025, artinya saat ini (2017) Bonus
Demografi sedang terjadi di Indonesia.
Bonus Demografi berasal dari dua kata yaitu “Bonus” dan
“Demografi”.Kata “Bonus” dalam Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, karya dari
Eko Hadi Wiyono (2007) berarti upah di luar gaji resmi (sebagai
tambahan).Dalam bahasa umum berarti keuntungan tambahan.Sedangkan,
kata “Demografi” berarti ilmu yang berkenaan dengan susunan, jumlah dan
perkembangan penduduk.Jadi, Bonus Demografi dapat diartikan secara
sederhana sebagai tambahan yang menguntungkan dalam hal kependudukan.
Merujuk pada kamus United Nations Multilingual Demografphic (dalam
Kominfo, 2012) mengartikan kata “Demografi” sebagai studi ilmiah tentang
kependudukan, terutama terkait dengan jumlah penduduk, struktur serta
perkembangan penduduk dalam sebuah negara. Jadi, jika mengacu dalam
dunia kependudukan, Bonus demografi merupakan suatu fenomena di mana
struktur penduduk sangat menguntungkan dari sisi pembangunan karena
jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) sangat besar, sedang proporsi
usia muda (di bawah 15 tahun) sudah semakin kecil dan proporsi usia lanjut
(65 tahun ke atas) belum banyak. Banyak kalangan yang menyatakan bahwa
Bonus Demografi adalah saat keemasan bangsa Indonesia untuk menjadi
negara besar yang maju dalam pembangunan.
Tabel 3. Data Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia
J. PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN
Permasalahan penduduk Indonesia diuraikan dalam penjelasan sebagai
berikut:
1. Jumlah penduduk besar
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk
tertinggi di dunia. Indonesia sendiri menduduki peringkat ke 4 dunia
dengan jumlah penduduk sekitar 259 juta (2016 world population data sheet
, page 20) setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk yang
besar merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan. Jumlah
penduduk yang besar ini juga menjadi kendala dalam dalam melaksanakan
pembangunan.