MATERI AJAR POLA Dan FAKTOR INTERAKSI DESA KOTA

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 29

MATERI AJAR BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING

BIDANG STUDI GEOGRAFI


INTERAKSI KERUANGAN DESA DAN KOTA

Oleh:

NAMA : DEVRIYANTO

UKG : 201699496261

PROGRAM STUDI GEOGRAFI


PENDIDIKAN PROFESI GURU
UNIVERSITAS KHAIRUN
2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya. Dan tak lupa shalawat serta salam semoga tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga serta para sahabatnya.

Banyak tantangan dan hambatan yang dihadapi selama penyusunan materi ajar ini.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kurangnya pengalaman penulis.
Namun berkat bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, tantangan dan hambatan
tersebut menguap dan akhirnya dapat diatasi.

Materi ajar ini berjudul:


“MATERI AJAR BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING
BIDANG STUDI GEOGRAFI
INTERAKSI KERUANGAN DESA DAN KOTA”

Disusun untuk salah satu tugas dalam Pendidikan Profesi Guru (PPG) Angkatan IV Bidang
Studi Geografi Universitas Khairun Tahun 2021.

Sadar akan kekurangan penulis, maka dalam penulisan atau penyusunan materi ajar
ini banyak memerlukan bantuan dari berbagai pihak, baik dalam bentuk do’a, dukungan
moril, meteril, langsung maupun tak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu.

Penulis,

Devriyanto

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................v
PETA KONSEP...................................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Deskripsi Singkat.....................................................................................................1
1.2 Relevansi .................................................................................................................1
1.3 Petunjuk Belajar ......................................................................................................1
BAB II INTI
2.1 Capaian Pembelajaran .............................................................................................2
2.2 Sub Capaian Pembelajaran ......................................................................................2
2.3 Uraian Materi : Interaksi Keruangan Desa dan Kota ........................... ..................3
2.3.1 Struktur Keruangan dan Perkembangan Desa ................................................4
2.3.2 Struktur Keruangan dan Perkembangan Kota ................................................14
2.3.3 Pola dan Faktor-faktor Interaksi Desa dan Kota ............................................24
2.4 Tugas .......................................................................................................................39
2.5 Forum Diskusi .........................................................................................................39

BAB III PENUTUP


3.1 Rangkuman ..............................................................................................................40
3.2 Tes Formatif ............................................................................................................43
3.3 Kunci Jawaban Tes Formatif ...................................................................................45

DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Desa dan kota


Gambar 2. Bentuk Desa Linier
Gambar 3. Bentuk Desa Menyebar
Gambar 4. Struktur Ruang Kota menurut Teori Konsentris
Gambar 5. Struktur Ruang Kota menurut Teori Sektoral
Gambar 6. Struktur Ruang Kota menurut Teori Inti Ganda
Gambar 7. Struktur Ruang Kota menurut Teori Bergel
Gambar 8. Teori Konsektoral
Gambar 9. Teori Historis
Gambar 10 Teori Poros
Gambar 11. Wilayah dengan konektivitas tinggi
Gambar 12. Wilayah dengan konektivitas rendah
Gambar 13. Alur Pokok Interaksi Keruangan
Gambar 14. Regional Complementary
Gambar 15. Intervening Opportunity
Gambar 16. Skema Zona Interaksi desa dan kota

iv
PETA KONSEP

- Pengertian Desa
- Ciri Desa
Struktur Keruangan dan - Klasifikasi Desa
Perkembangan Desa - Fungsi Desa
- Pola Keruangan Desa

- Pengertian Kota
- Ciri Kota
INTERAKSI KERUANGAN Struktur Keruangan dan
DESA DAN KOTA - Klasifikasi Kota
Perkembangan Kota
- Fungsi Kota
- Struktur Ruang Kota

- Pengertian Interaksi Desa dan Kota


- Pola Interaksi
Pola dan Faktor-faktor - Faktor yang mempengaruhi
Interaksi Desa dan Kota Interaksi Desa dan Kota
- Zona Interaksi
- Dampak Interaksi Desa dan Kota

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Deskripsi Singkat


Desa adalah perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis,
sosial, ekonomis, politik, kultural setempat dalam hubungan dan pengaruh timbal balik
dengan daerah lain. Dalam modul ini memuat pengertian desa, faktor-faktor
pembentuk desa, fungsi desa, ciri-ciri masyarakat desa, potensi desa serta
pembangunan desa. Kota merupakan suatu wilayah yang sebagian besar arealnya
terdiri atas wujud hasil budaya manusia tempat pemusatan penduduk yang tinggi dan
sumber mata pencaharian di luar sector pertanian.
1.2 Relevansi
Setelah mempelajari materi ajar ini siswa diharapkan mampu:
1.2.1 Menganalisa Struktur Keruangan dan Perkembangan Desa
1.2.2 Menganalisa Struktur Keruangan dan Perkembangan Kota
1.2.3 Menganalisis Pola dan Faktor-faktor Interaksi Desa dan Kota

1.3 Petunjuk Belajar


1.3.1 Bacalah materi ajar ini sebaik-baiknya dengan cermat.
1.3.2 Jika diperlukan, lengkapilah pengetahuan yang anda peroleh dari refrensi lain yang
dibutuhkan.
1.3.3 Setelah membaca kerjakan latihan soal pada bagian akhir materi ajar ini. Saudara
harus mendapatkan skor minimal 70. Minimal 7 soal harus dijawab dengan benar,
1.3.4 Jika belum tuntas dalam belajar materi ajar ini, kembali pelajari dengan seksama
sampai tuntas.

1
BAB II
INTI

2.1 Capaian Pembelajaran


Melalui materi ajar ini, setiap peserta didik diharapkan menguasai materi tentang
Interaksi Keruangan Desa dan Kota yaitu:
2.1.1 Menganalisa Struktur Keruangan dan Perkembangan Desa
2.1.2 Menganalisa Struktur Keruangan dan Perkembangan Kota
2.1.3 Menganalisis Pola dan Faktor-faktor Interaksi Desa dan Kota

2.2 Sub Capaian Pembelajaran


Peserta memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang Interaksi Keruangan Desa
dan Kota yang meliputi:
2.2.1 Struktur Keruangan dan Perkembangan Desa
2.2.2 Struktur Keruangan dan Perkembangan Kota
2.2.3 Pola dan Faktor-faktor Interaksi Desa dan Kota

2
2.3 Uraian Materi : Interaksi Keruangan Desa dan Kota
2.3.1 Struktur Keruangan dan Perkembangan Desa
2.3.2 Struktur Keruangan dan Perkembangan Kota
2.3.3 Pola dan Faktor-faktor Interaksi Desa dan Kota
2.3.3.1 Pengertian Interaksi Desa dan Kota
Interaksi dapat diartikan sebagai suatu hubungan timbal balik yang saling
berpengaruh antardua wilayah atau lebih yang dapat menimbulkan gejala,
kenampakan ataupun permasalahan baru. Interaksi keruangan meliputi hal-hal
berikut ini.
a. Hubungan timbal balik antar dua wilayah atau lebih, misalnya antara
kota dan desa, antara kota dan kota, antara daerah industri dan daerah
pemasaran, antara daerah yang padat penduduknya dan daerah yang
jarang penduduknya, serta antara suatu negara dan negara lainnya.
b. Dalam hubungan timbal balik wilayah ini terdapat proses pergerakan,
yaitu
1) Pergerakan manusia atau mobilitas,
2) Pergerakan atau perpindahan gagasan dan informasikomunikasi,
seperti informasi tentang teknologi, keindahan suatu wilayah, dan
bencana alam, serta
3) Pergerakan materi atau benda yang dinamakan transportasi, seperti
perpindahan hasil pertanian, produksi industri, dan barang tambang.
Akibat hubungan antar dua wilayah tersebut maka timbul gejala, kenampakan atau
permasalahan baru. Gejala-gejala tersebut sifatnya dapat menguntungkan (positif)
ataupun merugikan (negatif).
2.3.3.2 Pola Interaksi

Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, penduduk di suatu harus berhubungan


dengan penduduk di tempat lain. Aktivitas perekonomian penduduk menyebabkan
terjadinya perdagangan (hubungan dagang), jual beli barang dan jasa. Dalam segala

3
aspek seperti sosial, ekonomi, politik, budaya, pertahanan dan keamanan, mental,
spiritual selalu ada hubungan antara penduduk dari satu tempat ke tempat yang lain.
Terdapat berbagai konsep dalam rangka analisa keruangan untuk
mengungkapkan aspek interaksi antara dua wilayah atau lebih, diantaranya adalah
dengan menggunakan model Gravitasi. Sir Issac Newton telah menyumbangkan
hukum fisika yang berharga berupa Hukum Gaya Tarik (Hukum Gravitasi) pada
tahun1687. Dia mengemukakan bahwa tiap massa akan memiliki gaya tarik
terhadap tiap titik di sekitarnya. Karena itu, bila ada dua massa yang berhadapan
satu sama lain, maka kedua massa itu akan saling menarik. Gaya tarik menarik itu
berbanding lurus dengan massa-massanya dan berbanding terbalik dengan kuadrat
jaraknya. Secara matematis gaya gravitasi dinyatakan dengan rumus:

Model tersebut kemudian diterapkan dalam bidang geografi untuk


mengukur kekuatan interaksi keruangan antara dua wilayah atau lebih oleh W.J.
Reilly (1929). Berdasarkan teorinya dikemukakan bahwa kekuatan interaksi antara
dua wilayah atau lebih dapat diukur dengan memperhatikan jumlah penduduk
masing-masing wilayah dan jarak mutlak antara wilayah-wilayah tersebut, yang
dinyatakan dengan rumus:

4
Penguatan Karakter: Contoh

Peserta tekun dan teliti Diketahui : 3 buah kota. Jumlah penduduk


mengaplikasi rumus untuk kota A adalah 1000 orang, kota B 2000 orang
menentukan besarnya interaksi
dan kota C adalah 3000 orang. Jarak kota A ke
antar wilayah.
B adalah 25 km, sedangkan dari kota B ke C
adalah 100 km.

Ditanyakan : manakah dari ketiga kota


tersebut yang lebih besar kekuatan
interaksinya, apakah antara kota A dan B
atau kota B dan C?

Perbandingan kekuatan interaksi keruangan beberapa wilayah dengan


menggunakan rumus Reilley dapat diterapkan apabila:
a. kondisi penduduk meliputi tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, mata
pencaharian, mobilitas, keadaan budaya dan laian-lain dari tiap-tiap wilayah
yang sedang dibandingkan relatif sama.
b. kondisi alam terutama bentuk wilayah atau reliefnya sama.
c. keadaan prasarana dan sarana transportasi yang menghubungkan wilayah-
wilayah
yang sedang dibandingkan interaksinya relatif sama.

Di dalam kenyataannya bisa saja interaksi antara kota B dan C lebih kuat
dibandingkan dengan kota A dan B, karena kondisi wilayah yag menghubungkan B
dan C merupakan daerah pedataran dan didukung prasarana jalan yang baik.
Sedangkan di wilayah A dan B merupakan jalur perbukitan dengan prasarana jalan
yang kurang baik. Oleh sebab itu ketiga hal di atas perlu dipertimbangkan dalam
menghitung besarnya gravitasi menurut Reilly.

5
Selain Teori Gravitasi juga terdapat Teori Titik Henti (the breaking point theory)
sebagai modifikasi dari Teori Gravitasi Reilley. Teori ini berusaha memberikan
suatu cara dalam memperkirakan lokasi garis batas yang memisahkan wilayah-
wilayah perdagangan dari dua buah kota yang berbeda ukurannya. Selain itu, juga
dapat digunakan untuk memperkirakan penempatan lokasi industri atau pelayanan-
pelayan sosial antara dua wilayah, sehingga mudah dijangkau oleh penduduk. Inti
dari teori ini adalah, bahwa jarak titik henti atau titik pisah dari pusat perdagangan
yang lebih kecil ukurannya adalah berbanding lurus dengan jarak antara kedua
pusat pedagangan tersebut, dan berbanding terbalik dengan satu ditambah akar
kuadrat jumlah penduduk dari wilayah yang penduduknya lebih besar dibagi
dengan jumlah penduduk pada wilayah yang lebih sedikit penduduknya. Secara
matematis dapat dinyatakan dengan rumus:

Salah satu faktor yang sangat menentukan untuk terjadinya interaksi antar wilayah
adalah sarana dan prasarana transportasi. Kualitasnya sangat berpengaruh terhadap
kelancaran mobilitas (pergerakan) barang dan jasa dari satu tempat ke tempat
lainnya. Suatu wilayah dengan wilayah lain biasanya dihubungkan oleh jalur-jalur
transportasi, baik jalur transportasi darat, laut maupun udara, sehingga membentuk
pola-pola jaringan tertentu di dalam ruang muka bumi (spatial network systems).
Kompleksitas jaringan tersebut sebagai salah satu tanda kekuatan interaksi antar
wilayah. Suatu kawasan yang dihubungkan oleh jaringan jalan yang kompleks tentu
memiliki pola interaksi keruangan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain

6
yang hanya dihubungkan oleh satu jalur transportasi. Untuk lebih jelasnya
perhatikan gambar berikut:

C
A

B D

Gambar 11. Wilayah dengan konektivitas tinggi

D
B

Gambar 12. Wilayah dengan konektivitas rendah

Untuk mengetahui kekuatan interaksi antar kota dalam suatu wilayah dilihat dari
jaringan jalan digunakan rumus indeks konektivitas dikemukakan oleh K.J
Kansky, sebagai berikut.

7
2.3.3.3 Faktor yang mempengaruhi Interaksi Desa dan Kota

Pola dan kekuatan interaksi antardua wilayah atau lebih sangat


dipengaruhi oleh keadaan alam dan sosial daerah tersebut, serta kemudahan-
kemudahan yang dapat mempercepat proses hubungan kedua wilayah itu.
Menurut Edward Ullman ada tiga faktor utama yang mendasari atau
mempengaruhi timbulnya interaksi antarwilayah, yaitu
a. Adanya wilayah-wilayah yang saling melengkapi
(regional complementarity);
b. Adanya kesempatan untuk berinteraksi (intervening opportunity);
c. Adanya kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang (spatial
transfer ability)

Gambar 13. Alur Pokok Interaksi Keruangan

Regional Complementary
Adanya wilayah yang berbeda dalam ketersediaan atau kemampuan
sumberdaya menimbulkan komplementaritas regional. Di satu pihak ada
wilayah yang kelebihan atau surplus sumberdaya, misalnya sumberdaya
barang tambang, hasil hutan, sumber daya pertanian dan barang industri.
Dilain pihak ada daerah yang kekurangan atau minus bahkan tidak memiliki
sumber daya tersebut, padahal daerah tersebut sangat membutuhkannya.
Keadaan ini akan mendorong terjadinya interaksi antara kedua wilayah
tersebut, karena keduanya saling membutuhkan, yaitu sebagai produsen dan
konsumen.

8
Perhatikan Gambar 2 skema komplementaris regional.

Gambar 14. Regional Complementary

CONTOH:
Gresik merupakan Kabupaten panghasil ikan bandeng mencapai 88.410 ton/tahun.
Ikan bandeng tersebut dipasarkan ke beberapa kota di Jawa Timur seperti Surabaya,
Mojokerto, Jombang, Malang, Kediri, dll. Disisi lain, kebutuhan akan sayur mayur,
buah-buahan dipenuhi dari Kediri, Malang, Pasuruan, dan Mojokerto terutama
sayur kentang, wortel, kubis, selada, bawang putih dll.

Intervening Opportunity
Kesempatan berinteraksi (intervening oppotunity) dpat diartikan
sebagai suatu kemungkinan perantara yang dapat menghambat timbulnya
interaksi antarwilayah. Untuk lebih jelasnya, perhatikan Gambar 3 skema
melemahnya interaksi akibat intervening oppotunity.
Berdasarkan Gambar 3 sebenarnya secara potensial antara wilayah A
dan B sangat mungkin terjalin hubungan timbal balik, sebab wilayah A
kelebihan sumber daya X dan kekurangan sumber daya Y, sedangkan
keadaan di wilayah B sebaliknya. Namun, karena kebutuhan masing-masing
wilayah itu secara langsung telah dipenuhi oleh daerah C maka interaksi
antara wilayah A dan B jadi melemah.
Intervening oppotunity dapat pula diartikan sebagai suatu hal atau
keadaan yang dapat melemahkan pola interaksi antar wilayah, sebagai

9
akibat adanya alternatif pengganti suatu sumber daya yang dibutuhkan oleh
suatu daerah. Perhatikan Gambar 3 melemahnya interaksi keruangan akibat
adanya sumber daya alternatif.

Gambar 15. Intervening Opportunity

CONTOH:
Di Jawa Timur, selain Gresik ikan bandeng juga dihasilkan oleh Kabupaten
Sidoarjo. Kebutuhan konsumsi masyarakat Kota Surabaya akan ikan bandeng
dipenuhi oleh komoditas yang berasal dari Gresik. Karakteristik ikan bandeng yang
dihasilkan oleh petambak dari Gresik dirasa lebih murah. Tetapi saat ini konsumsi
ikan bandeng yang dihasilkan oleh petambak dari Sidoarjo meningkat karena rasa
ikan bandeng yang lebih gurih dan tidak berbau lumpur, akibatnya permintaan ikan
bandeng dari Gresik menjadi berkurang karena adanya ikan bandeng dari Sidoarjo
di pasar trandisional.

Spatial Transfer Ability

Faktor terakhir yang mempengaruhi pola interaksi antarwilayah


adalah kemudahan pemindahan dalam ruang (spatial transfer ability), baik
proses pemindahan manusia, gagasan dan informasi atau pun

10
prosespemindahan barang . faktor ini sangat berhubungan dengan bentuk
interaksi ini antara lain:
a. Jarak mutlak dan relatif antara satu wilayah dan wilayah lainnya;
b. Biaya angkutan atau biaya transportasi yang memindahkan manusia,
barang, gagasan dan informasi dari suatu tempat ke tempat lainnya;
c. Kemudahan dan kelancaran prasarana transportasi antarwilayah,
seperti kondisi jalan, relief wilayah yang dilewati, dan jumlah
kendaraan sebagai sarana transportasi.

WILAYAH B

WILAYAH A

Minus Sumber Daya X tetapi memiliki


Surplus Sumber Daya X sumber daya Z sebagai pengganti
kebutuhan sumber daya X

Gambar 15. Spatial Transfer Ability

CONTOH
Kemudahan Transfer Transfer Ability Pengangkutan barang atau
juga orang memerlukan biaya. Biaya untuk terjadinya interaksi tersebut
harus lebih rendah dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh. Jika
biaya tersebut terlalu tinggi dibandingkan dengan keuntungannya, maka
interaksi antar ruang tidak akan terjadi. Kemudahan transfer dan biaya yang
diperlukan juga sangat tergantung pada ketersediaan infrastruktur sarana
dan prasarana yang menghubungkan daerah asal dan tujuan. Jalan yang
rusak dan sulit untuk dicapai akan mengurangi kemungkinan terjadinya
interaksi karena biaya untuk mencapainya juga akan lebih mahal. Sebagai
contoh, seseorang akan menjual sayuran dari wilayah A ke wilayah B,
namun jalan menuju wilayah B mengalami kerusakan, sehingga tidak bisa
dilalui. Akibatnya, orang tersebut tidak jadi menjual sayuran ke wilayah B.
B. Letak dan Luas Indonesia

11
Jarak mutlak adalah jarak sebenarnya dari dua tempat atau lebih
yang ingin kita ketahui kekuatan interaksinya. Misalnya, jarak Bandung-
Jakarta adalah 180 km. Jarak relatif lebih ditekankan pada waktu yang
dibutuhkan untuk mengadakan perpindahan manusia, barang dan jasa, serta
gagasan da informasi dari suatu tempat ke tempat lainnya. Oleh karena itu,
jarak relatif dapat diperpendek melalui kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi , serta kemudahan dan kelancaran prasarana dan sarana
transportasi. Contohnya, apabila kita pergi ke Bandung ke Jakarta yang
jaraknya 180 km dengan berjalan kaki maka akan memakan waktu sampai
berhari-hari. Waktu tersebut dapat diperpendek menjadi sekitar 4,5 jam saja
seandainya kita menggunakan kendaraan. Jarak relatif kadangkala disebut
juga jarak menyenangkan .
Selain jarak absolut dan relatif, dalam geografi dikenal pula lokasi
absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut berkenan dengan posisi suatu
wilayahberdasarkan koordinat garis lintang dan garis bujur. Misalnya
wilayah Republik Indonesia terletak pada 6o lu – 11o LS dan 95o BT – 141o
BT. Lokasi relatif adalah posisi suatu wilayah terdapat kondisi wilayah yang
ada disekitarnya. Misalnya wilayah Republik Indonesia terletak di antara
rangkaian Pegunungan Mediterania dan Pegunungan Sirkum Pasifik. Lokais
relatif juga dapat didasarkan atas kondisi-kondisi nonfisik. Lokais relatif
suatu tempat akan memberikan gambaran mengenai keterbelakangan
perkembangan atau kemajuan wilayah dibandingkan dengan wilayah-
wilayah lain di sekitarnya. Posisi relatif ini sering pula dinamakan situation.
Berdasarkan jenisnya, interaksi keruangan dapat dibedakan menjadi
empat macam, yaitu
• keruangan ekonomi,
• keruangan politik,
• keruangan sosial,
keruangan manusia dan lingkungan

12
2.3.3.4 Zona Interaksi

Suatu wilayah kota yang berinteraksi dengan wilayah pedesaan, kekuatan


hubungannya sesuai dengan jarak ke pusat kota dan membentuk wilayah
tertentu. Semakin jauh letak suatu daerah dari pusat kota maka semakin lemah
interaksinya dengan pusat kota tersebut. Wilayah-wilayah interaksi tersebut
membentuk lingkaran-lingkaran yang dimulai di pusat kota sampai ke wilayah
pedesaan. Menurut Bintarto (1983), wilayah-wilayah atau zona interaksi adalah
sebagai berikut.
a. City diartikan sebagai pusat kota
b. Suburban (subdaerah perkotaan), yaitu suatu wilayah yang lokasinya
berdekatan dengan pusat kota. Wilayah ini merupakan tempat tinggal
para penglaju. Penglaju adalah penduduk yang melakukan mobilitas
harian (tanpa menginap ke kota)
c. Suburban fringe (jalur tepi subdaerah perkotaan) yaitu suatu wilayah
yang dilingkari subdaerah perkotaan. Wilayah ini merupakan peralihan
kota dan desa
d. Urban fringe (jalur tepi daerah perkotaan paling luat), yaitu semua
batas wilayah terluar suatu kota. Wilayah ini ditandai dengan sifat-
siratnya yang mirip dengan wilayah kota, kecuali wilayah pusat kota.
e. Rural urban fringe (jalur batas desa dan kota), yaitu suatu wilayah yang
terletak antara kota dan desa yang ditandai dengan pola penggunaan
lahan campuran antara sektor pertanian dan nonpertanian.
f. Rural merupakan daerah pedesaan.

13
Gambar 16. Skema Zona Interaksi desa dan kota

2.3.3.5 Dampak Interaksi Desa dan Kota


a. Wujud interaksi kota dan desa yang sering terjadi.
1) Pergerakan barang dari desa ke kota atau sebaliknya
2) Pergerakan gagasan dan informasi, terutama dari kota ke desa.
3) Pergerakan manusia dalam bentuk rekreasi, urbanisasi, ruralisasi, atau
mobilitas penduduk, baik yang sifatnya sirkulasi maupun komutasi. Proses
interaksi antar wilayah yang berlangsung secara terus-menerus dapat
menimbulkan pengaruh bagi kedua wilayah, baik bersifat positif maupun
negatif terhadap aspek-aspek ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat.

b. Pengaruh positif
1) Tingkat pengetahuan penduduk meningkat. Pengetahuan didapat dengan
masuknya SD dan SMP ke wilayah pedesaan. penduduk desa juga dapat
melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi di kota. interaksi desa
dan kota juga mempermudah informasi yang diterima penduduk desa,
terutama melalui media massa.
2) Adanya lembaga pendidikan di pedesaan dapat memberikan sumbangan
yang berarti dalam meningkatkan peran serta penduduk dalam proses
pembangunan.

14
3) Melalui pengembangan sarana dan prasarana transportasi yang
menghubungkan kota dan desa, wilayah pedesaan akan semakin terbuka
dengan tetap selektif di dalam menerima pola hidup kota. Terbukanya
hubungan kota dan desa diharapkan dapat meningkatkan perekonomian
penduduk.
4) Melalui penggunaan teknologi tepat guna ke wilayah pedesaan
diharapkan dapat meningkatkan aneka produksi dan pendapatan
masyarakat.
5) Masuknya para ahli ke daerah pedesaan akan bermanfaat bagi penduduk
pedesaan , terutama dalam menciptaka berbagai peluang yang
beorientasi ekonomi,=.
6) adanya hubungan yang lancar antarkota dan desa, manfaatnya tidak saja
dirasakan oleh penduduk desa, tetapi juga oleh penduduk kota.Misalnya,
aneka produksi pertanian dapat dipasok untuk memenuhi konsumsi
wilayah kota.

c. Dampak negatif interaksi desa dan kota


1) lancarnya hubungan kota dan desa dapat menyebabkan timbulnya
dorongan bagi penduduk desa berusia muda untuk bekerja dikota. Bila
kenyataan ini dibiarkan maka pada suatu waktu wilayah desa akan
kehilangan tenaga kerja berusia produktif.
2) Wilayah pedesaan akan menjadi lahan yang menarik bagi orang kota
sehingga tidak sedikit orang-orang membelinya untuk berbagai
keperluan, misalnya untuk tempat peristirahaatan, tempat rekreasi dan
lokasi industri.
Bila tanpa pengaturan yang jelas dan tegas tentang peruntukan lahan
pedesaan, suatu saat tidak tertutup kemungkinan akan muncul berbagai
masalah sosial, seperti hilangnya kawasan hijau, menyempitnya
kepemilikan lahan pertanian, serta menurunnya kemampuan lahan

15
sebagai daerah tangkapan hujan (catchment area) dan peresapan air
(recharge area).
3) Adanya penetrasi budaya kota yang kurang sesuai dengan tradisi
pedesaan, baik secara kontak langsung maupun melalui perantara
media.
hal itu dapat menimbulkan “gangguan” bagi stabilitas budaya pedesaan.
4) munculnya daerah-daerah kumuh (slum area) di wilayah perkotaan
yang biasanya dihuni oleh penduduk desa yang gagal bersaing dalam
kerasnya kehidupan kita.

MASALAH 1

Suasana pemukiman kumuh padat penduduk di bantaran kali di Jakarta, Selasa


(4/8/2020).

Dampak Negatif Interaksi Desa Kota Terhadap KOTA

Suasana pemukiman kumuh padat penduduk di bantaran kali di Jakarta, Selasa (4/8/2020).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan jumlah penduduk miskin Indonesia mencapai
26,42 juta orang per Maret 2020. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Penyebab terjadinya fenomena slum area (permukiman kumuh)


tersebut? Lalu bagaimana solusinya?

16
MASALAH 2

Suasana gotong royong dan perubahan gaya hidup masyarakat desa.

Prihatin Terhadap Budaya Gotong Royong yang Semakin Memudar.


Kondisi riil dalam kehidupan sehari-hari kehidupan ekonomi misalnya, yang semula masyarakat pedesaan
sebagian besar pada sektor pertanian, setelah masuknya masa industrialisasi, semangat gotong royong
masyarakat berkurang, hal ini disebabkan karena masyarakat sekarang cenderung besifat individualistis,
sehingga ada anggapan umum ” hidup bebas asal tidak mengganggu kehidupan orang lain”. Kondisi riil
lainnya seperti pola pikir agamis yang menjadi ciri bangsa berketuhanan, sekarang ini semakin tergeser oleh
pola pikir materialis yang mengukur dan menilai sesuatu berdasarkan nilai material. Dalam kehidupan
bernegara pun masyarakat kita yang dulunya menjunjung tinggi budaya musyawarah untuk mencapai mufakat
sebagai metode mengambil keputusan, kini hanya mementingkan golongan sebagai pimpinan partai politik
saja.
(Artikel ini ditulis oleh : Lamijan, S.Sos, M.Si, Published: 20 October 2012)

Apa saja tradisi pedesaan yang mulai hilang akibat adanya


penetrasi budaya kota yang kurang sesuai dengan tradisi
pedesaan? Penyebabnya? Solusinya?

17
2.4 Tugas
Mengukur besaran konektifitas, interaksi, dan titik henti.

2.5 Forum Diskusi


Proses interaksi antar wilayah yang berlangsung secara terus-menerus dapat menimbulkan
pengaruh bagi kedua wilayah, baik bersifat positif maupun negatif terhadap aspek-aspek
ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat. Peserta didik dibagi menjadi 2 kelompok dengan
tema kasus yang berbeda, tema 1 Adanya penetrasi budaya kota yang kurang sesuai dengan
tradisi pedesaan, tema 2 munculnya daerah-daerah kumuh (slum area) di wilayah perkotaan
2 tema tersebut merupakan dampak negatif interaksi desa dan kota, silahkan rumuskan penyebab
dan solusi dalam kasus tema 1 dan 2….

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Rangkuman
Interaksi dapat diartikan sebagai suatu hubungan timbal balik yang saling
berpengaruh antardua wilayah atau lebih yang dapat menimbulkan gejala,
kenampakan ataupun permasalahan baru. Bentuk interaksi antar wilayah
dibedakan menjadi regional complementary, intervening opportunity, spatial
transfer ability. Berdasarkan jenisnya, interaksi keruangan dapat dibedakan
menjadi empat macam, yaitu keruangan ekonomi, keruangan politik,
keruangan sosial, keruangan manusia dan lingkungan.
Pengaruh positif dari adanya interaksi antar wilayah antara lain tingkat
pengetahuan penduduk meningkat, adanya lembaga pendidikan di pedesaan
dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam meningkatkan peran serta
penduduk dalam proses pembangunan, melalui pengembangan sarana dan
prasarana transportasi yang menghubungkan kota dan desa, wilayah pedesaan
akan semakin terbuka dengan tetap selektif di dalam menerima pola hidup
kota. Terbukanya hubungan kota dan desa diharapkan dapat meningkatkan
perekonomian penduduk, melalui penggunaan teknologi tepat guna ke wilayah
pedesaan diharapkan dapat meningkatkan aneka produksi dan pendapatan
masyarakat, masuknya para ahli ke daerah pedesaan akan bermanfaat bagi
penduduk pedesaan , terutama dalam menciptaka berbagai peluang yang
beorientasi ekonomi, adanya hubungan yang lancar antarkota dan desa,
manfaatnya tidak saja dirasakan oleh penduduk desa, tetapi juga oleh
penduduk kota.Misalnya, aneka produksi pertanian dapat dipasok untuk
memenuhi konsumsi wilayah kota.
Dampak negatif interaksi desa dan kota antara lain lancarnya hubungan
kota dan desa dapat menyebabkan timbulnya dorongan bagi penduduk desa
berusia muda untuk bekerja dikota. Bila kenyataan ini dibiarkan maka pada
suatu waktu wilayah desa akan kehilangan tenaga kerja berusia produktif,

19
wilayah pedesaan akan menjadi lahan yang menarik bagi orang kota sehingga
tidak sedikit orang-orang membelinya untuk berbagai keperluan, adanya
penetrasi budaya kota yang kurang sesuai dengan tradisi pedesaan, baik secara
kontak langsung maupun melalui perantara media. hal itu dapat menimbulkan
“gangguan” bagi stabilitas budaya pedesaan, munculnya daerah-daerah kumuh
(slum area) di wilayah perkotaan yang biasanya dihuni oleh penduduk desa
yang gagal bersaing dalam kerasnya kehidupan kita.
Suatu wilayah kota yang berinteraksi dengan wilayah pedesaan,
kekuatan hubungannya sesuai dengan jarak ke pusat kota dan membentuk
wilayah tertentu. Semakin jauh letak suatu daerah dari pusat kota maka
semakin lemah interaksinya dengan pusat kota tersebut. Wilayah-wilayah
interaksi tersebut membentuk lingkaranlingkaran yang dimulai di pusat kota
sampai ke wilayah pedesaan.

20
3.2 Tes Formatif
1. Adanya tukar menukar barang dalam bentuk perdagangan adalah ciri utama desa ….
A. Swadaya
B. Swasembada
C. Swakarya
D. Perdagangan
E. Industri
2. Masyarakat desa sering kali nampak berinteraksi dengan tetangga secara lebih akrab. Hal
ini menunjukkan solidaritas yang bersifat ….
A. Gemeinschaft
B. Gesellschaft
C. Mekanik
D. Organik
E. Tinggi
3. Keadaan masyarakat desa pada umumnya adalah sebagai berikut….kecuali….
A.Jumlah penduduk di desa lebih besar jika dibandingkan jumlah penduduk di kota
B. Tingkat pendapatan penduduk desa rendah
C. Para pemuda desa memiliki keterampilan yang rendah
D. Tingkat kesehatan penduduk desa rendah
E. Kehidupan banyak berhubungan dengan
4. Nama kota:
1) Semarang
2) Jakarta
3) Bandung
4) Yogyakarta
5) Tembagapura
Kota kota di Indonesia yang sejarah pertumbuhan berasal dari pusat administratif
pemerintah adalah….
A. 1 dan 2
B. 1 dan 5
C. 2 dan 4

21
D. 3 dan 4
E. 4 dan 5
5. Kawasan terbangun pinggiran kota, atau disebut sebagai kawasan marjinal, yang memiliki
karakteristik “desa bukan dan kota belum” adalah:
A. urban center
B. suburban
C. urban fringe
D. rural fringe
E. rural center
6. Perhatikan aspek berikut :
1. perdistribusian barang lancar
2. tingkat pendidikan meningkat
3. perubahan tingkah laku
4. pendapatan penduduk meningkat
5. peniruan mode berpakaian
Dari pernyataan di atas, akibat interaksi desa – kota dalam aspek budaya ditunjukan oleh
nomor ….
A. 1 dan 2
B. 1 dan 3
C. 2 dan 4
D. 3 dan 5
E. 4 dan 5
7. Jumlah penduduk kota X =4.000.000 jiwa dan jumlah penduduk kota Y =2.000.000 jiwa,
sedangkan jarak antar ke kota tersebut = 40 km, maka seorang pengusaha akan membangun
usahanya sejauh ....
A. 13,3 km dari Y
B. 16,5 km dari X
C. 14,5 km dari Y
D. 14,5 km dari X
E. 23,5 km dari Y
8. Diketahui penduduk Kota Semarang 1.500.000 jiwa, kota Demak 750.000 jiwa dan kota
Ungaran 500.000 jiwa . Jarak semarang-demak 30km. Jarak semarangu Ungaran 16km .
Titik henti interaksi antara kota semarang-demak diukur dari demak adalah….

22
A. 12,45 km
B. 17,55 km
C. 20,45 km
D. 25,55 km
E. 30,45 km
9. Kecenderungan baru dalam pembangunan perkotaan berupa bangunan yang terintegrasi
yang di dalamnya terdiri dari permukiman, fasilitas umum, fasilitas perdagangan,
perkantoran, dan fasilitas rekreasi adalah ….
A. mall
B. super-block
C. kondominium
D. rusunawa
E. rusunami
10. Pernyataan berikut yang merupakan tujuan perwilayahan bagi pembangunan di Indonesia
adalah..
A. Meratakan pembangunan disemua wilayah
B. Arus informasi dari luar wlayah semakin meningkat
C. Akulturasi budaya penduduk asal dan pendatang
D. Peningktan sikap penduduk menghadapi era globalisasi
E. Peningkatan intensitas penggunaan komunikas dan teknologi
3.3 Kunci Jawaban Tes Formatif
1. B 6. D
2. C 7. A
3. A 8. B
4. C 9. B
5. C 10. A

23
DAFTAR PUSTAKA

Bintarto, 1977, Pengantar Geografi Kota, Yogyakarta, UP Spring.


Daryanto, Arief, 2003, Disparitas Pembangunan Perkotaan-Perdesaan di Indonesia,
Agrimedia, Volume 8 No. 2 Tahun 2003.
Endra Saleh Atmawidjaja, 2012, Pengenalan Kota dan Perkotaan, makalah, ”Pelatihan
Kader Pelopor Penataan Ruang”, Jakarta 18 Juli 2012.
Muta’ali Lutfi, 2011, Kapita Selekta Pembangunan Wilayah, Badan Penerbit Fakultas
Geografi (BPFG) Universitas Gajah Mada, Yogjakarta.
Muta’ali Lutfi, 2013, Pengembangan Wilayah Perdesaan (Prespektif Keruangan), Badan
Penerbit Fakultas Geografi (BPFG) Universitas Gajah Mada, Yogjakarta.
______________, 2012, Daya Dukung Lingkungan untuk Perencanaan Pembangunan
Wilayah, Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG) Universitas Gajah Mada, Yogjakarta
Sibarani Sofian, 2012, ”Pengantar Perancangan Kota (short introduction to Urban
Planning), makalah, ”Pelatihan Kader Pelopor Penataan Ruang”, Jakarta 18 Juli 2012.
Suhardjo, 2008, Geografi Perdesaan: Sebuah Ontologi, Ideas Media, Yogjakarta
Yunus, Hadi Sabari, 2009, Klasifikasi Kota, Pustaka Pelajar, Yogjakarta

24

Anda mungkin juga menyukai