Makalah Sejarah Fiqh Islam

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SEJARAH FIQH ISLAM

Disusun & Diajukan Untuk Tugas Tersrtuktur Dalam Mata Kuliah :

PENGANTAR ILMU FIQH

Dosen Pembimbing:

HANNILFI YUSRA, M.Sy

Disusun Oleh

Kelompok 1 :

M. GILANG PRANATA

NESKI DESFIANI

YULYA SYUHADA

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI

TAHUN AJARAN 2021


KATA PENGANTAR
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

‫الحمدهلل رب العالمين و الصالة و السالم على سيدنا محمد و على اله وأصحابه اجمعين‬

Simpuh sujud kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang sederhana
ini.

Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan alam Nabi Muhammad
SAW. Rasul terakhir yang diutus oleh Allah SWT yang telah membawa petunjuk dan
pedoman bagi kehidupan umat manusia di dunia dan akhirat, yaitu agama Islam.

Dalam penyusunan makalah ini Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pengetahuan


dan ilmu Penulis sangat terbatas, sehingga makalah ini Penulis rasakan masih jauh dari
kesempurnaan, namun dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang Penulis miliki, serta
berkat bimbingan dari beberapa pihak akhirnya banyak kendala yang dapat teratasi. Atas
bantuan dan bimbingan serta petunjuk yang Penulis terima. Akhirnya kami selaku Penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin…

Kerinci, Oktober 2021

Penulis

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1

A. Latar Belakang.............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah......................................................................................... 1

C. Tujuan........................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 2

A. Pengertian Fiqih............................................................................................ 2

B. Sejarah Perkembangan Fiqih zaman Rasulullah SAW................................. 3

C. Sejarah Perkembangan Fiqih Zaman Sahabat............................................... 4

D. Sejarah Perkembangan Fiqih Zaman Tabi’in................................................ 6

E. Sejarah Perkembangan Fiqih Zaman Kontemporer...................................... 7

BAB III PENUTUP........................................................................................... 9

A. Kesimpulan................................................................................................... 9

B. Saran.............................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 10

BAB
ii I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Fiqih adalah ilmu tentang hukum-hukum syaria’at yang bersifat praktis, yaitu
hukum-hukum yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan mukallaf. Atau fiqih adalah
hukum-hukum itu sendiri.
Ilmu fiqih adalah salah satu disiplin ilmu yang sangat penting kedudukannya
dalam kehidupan umat islam. Fiqih termasuk ilmu yang muncul pada masa awal
berkembang agama islam. Secara esensial, fiqih sudah ada pada masa Nabi SAW,
walaupun belum menjadi sebuah disiplin ilmu tersendiri. Karena Semua persoalan
keagamaan yang muncul waktu itu, langsung ditanyakan kepada Nabi SAW. Maka
seketika itu solusi permasalahan bisa terobati, dengan bersumber pada Al Qur’an sebagai
al wahyu al matludan sunnah sebagai alwahyu ghoiru matlu. Baru sepeninggal Nabi
SAW, ilmu fiqh ini mulai muncul, seiring dengan timbulnya permasalahan-permasalahan
yang muncul dan membutuhkan sebuah hukum melalui jalan istimbat.
Penerus Nabi Muhammad SAW diteruskan oleh para sahabat,tabi’in dan ulama’
hingga sampai pada zaman kita sekarang ini. Perkembangan ilmu fiqih bisa kita
klasifikasikan secara periodik menurut masanya, yaitu: Masa Rosulullah SAW, Masa
Para Sahabat, Masa Tabi’in, Masa Imam Mujtahid (masa pembukuan Fiqh), dan masa
kontemporer.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Fiqih?
2. Bagaimana sejarah perkembangan Fiqih zaman Rasulullah SAW?
3. Bagaimana sejarah perkembangan Fiqih zaman sahabat?
4. Bagaimana sejarah perkembangan Fiqih zaman tabi’in?
5. Bagaimana sejarah perkembangan Fiqih zaman kontemporer?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Fiqih
2. Mengetahui sejarah perkembangan Fiqih zaman rosulullah saw
3. Mengetahui sejarah perkembangan Fiqih zaman sahabat
4. Mengetahui sejarah perkembangan Fiqih zaman tabi’in
5. Mengetahui sejarah perkembangan Fiqih zaman kontemporer
BAB II
1
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fiqih
Kata “fiqih”, secara etimologis berarti “paham yang mendalam”. Bila “paham” dapat
digunakan untuk hal-hal yang bersifat lahiriyah, maka fiqih berarti paham yang
menyampaikan ilmu zhahir kepada ilmu batin. Karena itulah al-Tirmizi menyebutkan, “Fiqh
tentang sesuatu,”berarti mengetahui batinnya sampai kepada kedalamannya. Secara definitif,
fiqh berarti “Ilmu tentang hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliah yang digali dan
ditemukan dari dalil-dalil yang tafsili”.1
Kata “tafsili” dalam definisi itu menjelaskan tentang dalil-dalil yang digunakan
seorang faqih atau mujtahid dalam penggalian dan penemuannya. Karena itu, ilmu yang
diperoleh orang awam dari seorang mujtahid yang terlepas dari dalil tidak termasuk ke dalam
pengertian fiqh. Al-Amidi memberikan definisi fiqh yang berbeda dengan definisi di atas,
yaitu: “Ilmu tentang seperangkat hukum-hukum syara’ yang bersifat furu’iyah yang berhasil
didapatkan melalui penalaran atau istidlal”. Kata “furu’iyah” dalam definisi al-Amidi ini
menjelaskan bahwa ilmu tentang dalil dan macam-macamnya sebagai hujjah, bukanlah fiqh
menurut artian ahli ushul, sekalipun yang diketahui itu adalah hukum yang bersifat nazhari
Dengan menganalisa kedua definisi yang disebutkan di atas dapat ditemukan hakikat
dari fiqh yaitu:
a. Fiqh itu adalah ilmu tentang hukum Allah;
b. Yang dibicarakan adalah hal-hal yang bersifat amaliyah furu’iyah;
c. Pengetahuan tentang hukum Allah itu didasarkan kepada dalil tafsili;
d. Fiqh itu digali dan ditemukan melalui penalaran dan istidlal seorang mujtahid atau faqih.
Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan, “Fiqh itu adalah dugaan kuat yang
dicapai oleh seorang mujtahid dalam usahanya menemukan hukum Allah”.
Kajian ilmu fiqh itu adalah mengetahui hukum dari setiap perbuatan mukallaf, tentang
halal, haram, wajib, mandub, makruh atau mubahnya. Beserta dalil-dalil yang menjadi dasar
ketentuan-ketentuan hukum tersebut, apakah dalilnya itu dinyatakan dalam Al-Qur’an atau
As-Sunnah.

B. Sejarah Perkembangan Fiqih Zaman Rosulullah SAW

1 Yahya, imam Dinamika ijtihad Nu cet. Isemarang:wali songo press, 2009. Hal. 38
2
Ini Zaman berlangsung selama 20 tahun beberapa bulan yang di bagi menjadi dua
masa yakni, masa makkah dan masa madinah.masa ini juga di sebut sebagai periode
pertumbuhan,masa ini di mulai sejak kebangkitan(bi’tsah) nabi muhammad saw hingga
beliau wafat(12 rabi’ul awwal 11hijriyah /8 juni 632 masehi)
Pada masa mekkah yaitu ketika nabi masih melakukan dakwah perorangan secara
sembunyi-sembunyi dengan memberikan penekanan kepada aspek tauhid.kemudian diikuti
dengan dakwa terbuka.masa itu berlangsung kurang lebih 13 tahun dan hanya sedikit ayat
hukum yg di turunkan.hal ini memang wajar bagaikan mendirikan sebuah bangunan,
fondasilah yg di buat terlebih dahulu.setelah itu di bangunlah bagian lainnya di atas fondasi
itu.begitu pula membangun manusi beragama,keimanan dan tauhidlah yang perlu di
tanamkanterlebih dahulu karena memang itulah dasar dari pada agama itu sendiri.2
Pada masa ini risalah kenabian beridsi tentang ajaran-ajaran akidah dan ahlaq.
Kesemua ini di masa rosulullah di terangkan dalam al-qur’an sendiri dan kemudian di
perjelas lagi oleh rosulullah dalam sunahnya.hukum yang di tetapkan dalam al-qu’an atau
sunnah kadana-kadang dalam bentuk jawaban dari sebuah pertanyaan atau di sebabkan
terjadinya sesuatu kasus atau merupakan keputusan yg di keluarkan rosulullah ketika
memutuskan sesuatu perkara.
Pada masa itu hanya ada dua sumber Fiqih yaitu al-qur’an dan sunnah.pada masa ini
dalam mengambil keputusan amaliyah para sahabat tidak perlu melakukan ijtihad sendiri
karena,mereka dapat bertanya langsung pada rosulullah jika mendapati suatu masalah yang
belum mereka ketahui.demikian pula untuk memahami kedua sumber hukum syari’ah ini
para sahabat tidak membutuhkan metodologi khusus,karena mereka mendengarkannya
langsung dari rosulullah saw.
Pada masa selanjutnya ialah masa madinah yakni sejak rosulullah hijrah ke
madinah.pada masa rosulullah ini terbentuklah negara islam di madinah.pada masa ini islam
dengan sendirinya memerlukan seperangkat aturan hukum yang dapat mengatur sistem
kehidupan masyarakat islam di madinah itu.olehkarena itu,secara berangsur-angsur wahyu
allah swt mulai berisi hukum-hukum,baik karena suatu peristiwa kemasyarakatan yang
memang memerlukan penanganan yuridis dari rosulullah saw,ataupun karena adanya
pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan oleh masyarakat,atau juga wahyu yang di turunkan
allah swt tanpa suatu sebab.3

2Yasid, abu,fiqh realitas, yogyakarta: pustaka belajar, 2005, hal. 46


3 Ammer Ali, Sayed, The spirit of islam, Alih bahasa Djamadi. PT. Pembangunan Jakarta, 1996, Jilid
II, Hal.158. 3
Pada masa ini ilmu Fiqih lebih bersifat praktis dan realis dalam arti hal ini kaum
muslim mencari hukum dari suatu peristiwa tersebut betul-betul terjadi.misal pada masa itu
ada seorang muslim/muslimin yang mengalami suatu kasus atau peristiwa yang memerlukan
pemecahan masalah atau bisa di sebut di perlukan solusi,jadi pada masa ini para kaum islam
itu langsung mencari hukum-hukumnya langsung dengan menanyakan kepada rosulullah saw
untuk menemukan suatu solusi dari peristiwa/kasus itu.
Kebanyakan pada masanya rosulullah ini adalah ayat turun setelah terjadinya suatu
peristiwa jadi,ada peristiwa dahulu dan setelah itu baru turun ayat dari allah swt.sumber
hukum pada masa rosulullah ini adalah wahyu yang di turunkan kepada nabi muhammad saw
baik yang kata-kata dan maknanya langsung dari allah swt (al-qur’an) maupun hanya
maknanya dari allah swt,sedang kata-katanya dari rosulullah saw(hadis).masa ini berlangsung
sekitar pada 622 masehi hingga rosulullah wafat 11 hijriyah.perjalanan Fiqih tidak berhenti
pada masa rosulullah saw ini namun di lanjutukan/di teruskan oleh para sahabat nabi.

C. Sejarah Perkembangan Fiqih Zaman Sahabat


Periode ini bermula dari 11 hijriyah sejak rosulullah wafat hingga akhir abad pertama
hijriyah kurang lebih 101 hijriyah. pada masa sahabat dunia islam sudah meluas, yang
mengakibatkan adanya masalah-masalah baru yang timbul, oleh karena itu tidaklah
mengherankan apabila pada periode sahabat ini di bidang hukum di tandai dengan penafsiran
para dan ijtihadnya dalam kasus yang tidak ada nash-nya. Disamping itu juga terjadi hal-hal
yang tidak menguntungkan yaitu pecahnya masyarakat islam menjadi beberapa kelompok
yang bertentangan secara tajam. Yang menurut Ammer Ali, pada hakikatnya: ”permusuhan
suku dan permusuhan padang pasir yang di korbankan oleh perselisihan dinasti”.
Perselisihan suku ini memang ada pada zaman jahiliyah, kemudian pada zaman Rasulullah
dinetralisasi dengan konsep dan perlaksanaan ukhuwah islamiyah.
Diperiode sahabat ini, kaum muslimin telah memiliki rujukan hukum syariat yang
sempurna berupa Alquran dan Hadis Rasul. Hanya tidak semua orang dapat memahami
materi atau kaidah hukum yang terdapat pada kedua sumber (Alquran dan Hadis) itu secara
benar karena,
1. Tidak semua orang yang mempunyai kemampuan yang sama maupun karena masa
atau pergaulan mereka yang tidak begitu dekat denga nabi, banyak di antara kaum
Muslimin yang tidak memahami sumber tersebut seorang diri tanpa bantuan orang
lain.
4
2. Belum tersebar luasnya materi atau teori-teori hukum itu dikalangan kaum
Muslimin akibat parluasan daerah seperti diatas.
3. Banyaknya peristiwa hukum baru yang belum pernah terjadi pada masa Rasulullah
yang ketentuan hukmnya secara pasti tidak ditemukan dalam nash syariat.
Didorong oleh ketiga hal tersebut , para sahabat merasa dituntut untuk memberikan
tantangan segala hal yang perlu dijelaskan, memberi tafsiran terhadap ayat atau hadis serta
memberi fatwa tentang kasus-kasus yang terjadi pada masa itu, tapi tidak ditemukan
ketentuan hukumnya dalam nash denga melakukan ijtihad.
Para sahabat dalam melakukan ijtihad terdapat perbedaan pendapat yaitu:
1. Kebanyakan ayat alquran dan hadis bersifat zhanny dari sudut pengertiannya.
2. Belum termodifikasinya hadis nabi yang dapat dipedomani secara utuh dan menyeluruh.
3. Lingkungan dan kondisi daerah yang dialami serta dihadapi oleh sahabat tidak sama.
Cara berijtihad para sahabat adalah pertama-tama dicari nashnya dalam Alquran, apabila
tidak ada, dicari dalam hadis, apabila tidak ditemukan baru berijtihad dengan bermusyawarah
diantara para sahabat. Walaupun demikian tidaklah menutupi kemungkinan adanya ijtihad
para sahabat dalam masalah-masalah yang sifatnya pribadi, tidak berkaitan secara langsung
dengan kemaslahatan umum. Dalam masalah-masalah ijtihadnya termasuk dalam hal-hal
yang belum ada nashnya para sahabat berijtihad.
Jadi, pada masa sahabat ini sudah ada tiga sumber hukum yaitu Al-Quran, Alsunnah
dan Ijtihad sahabat. Ijtihad terjadi dengan ijtihad jama’i dalam masalah-masalah yang
berkaitan dengan kemaslahatan umum dan dengan ijtihad fardhi dalam hal-hal yang bersifat
pribadi
Untuk bentuk ijtihad fardhi, ada kemungkinan terjadi perpedaan pendapat dikalangan
1. Tidak semua ayat Al-Quran dan Sunnah itu qath’i dalilnya dan penunjukannya
2. Hadis belum terkumpul dalam satu kitab dan tidak semua sahabat hafal hadist.
3. Lingkungan di mana para sahabat brdomisili tidaklah sama, keperluan-keperluannya
berbeda dan penerapan juga berlainan.4
Pada masa sahabat, islam sudah menyebar luas misalnya kenegeri Persia, Irak, Syam Dan
mesir. Negara-negara tersebut telah memiliki kebudayaan yang tinggi, mempunyai adat-adat
kebiasaan tertentu,peraturan-peraturan dan ilmu pengetahuan. Bertemunya islam dengan
selanjutnya. Bahkan juga mendorong ijtihad para sahabat. Seprti misalnya kasus Usyuur (bea
5
cukai barang-barang impor), kasus muallaf dan lain-lain pada zaman Umar bin Khattab.

4 Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqih, al dar Al Kawaetiyah, Mesir, 1968.
D. Sejarah Perkembangan Fiqih pada zaman tabi’in
Periode Tabi’in dimulai setelah lepas kekuasaan Ali sebagai khalifah dan kemudian
tampuk kekuasaan dipegang oleh pemerintahan Muawiyah bin Abi Sofyan yang berakhir
pada awal abad 2 H, seiring dengan berakhirnya dinasti Umayah. Tokoh-tokoh fiqih pada
masa ini adalah murid-murid dari sahabat Nabi. Beberapa fenomena yang berkembang pada
waktu itu diantaranya :
1. Kaum muslimin terpecah menjadi beberapa firqah karena motif politik.
2. Ulama-ulama muslimin telah menyebar ke beberapa negara besar islam.
3. Tersiar riwayat hadist yang sebelumnya hal itu dilarang dan belum dibukukan.
4. Terdapat manipulasi hadist karena motif politik.5
Secara umum, terjadi perbedaan pendapat di kalangan para sahabat Nabi SAW,
sedangkan para tabi’in mengambil pendapat-pendapat tersebut dari para sahabat. Mereka
menghafal apa yang mereka dengar berupa Hadist dari Nabi SAW dan pendapat-pendapat
para sahabat sekali us memahaminya, mengumpulkan apa saja yang diperselisihkan
dikalangan sahabat, dan mentarjih sebagian pendapat atas sebagian yang lainnya. Dalam
pendapat mereka, suatu pendapat meskipun berasal dari para sahabat senior, bisa lenyap
(tidak berlaku), semisal pendapat tersebut menyeselisihi Hadist Nabi SAW yang masyhur di
tengah-tengah mereka.
Dengan demikian, masing-masing ulama tabi’in memiliki madzhab yang dianutnya,
sehingga masing-masing daerah memiliki imam panutan,seperti : Sa’id bin Musayyib dan
Salim bin Abdillah bin Umar di Madinah. Ulama Madinnah yang terkenal setslah mereka
adalah Az-Zuhri, Yahya bin Sa’id dan Rabi’ah bin Abdirrahman, Atha’ bin Abi Rabbah di
Mekkah, Ibrahim An Nakha’i dan Asy Sya’bi di Kufah, Al Hasan di Bashrah, Thawus bin
Kaisan di Yaman,dan Makhul di Syam.
Allah SWT menjadikan orang-orang haus akan ilmu mereka, ingin mendapat ilmu
serta mengambil darinya Hadist Rasulullah SAW, serta mengambil madzhab dan penelitian
para ulama tersebut. Dan juga meminta fatwa, dan mengajukan berbagai kasus yang
berkembang di tengah-tengah mereka kepada para ulama tersebut.
Jadi, masing-masing kelompok memiliki pandangan tersendiri tentang suatu masalah
6
menurut hasil penelitian yang mereka lakukan. Namun, perkara yang sudah menjadi
kesepakatan para ulama, mereka pegang dengan kuat. Adapun masalah-masalah ikhtilaf
(perselisihan pendapat), mereka pilih mana yang terkuat dan paling rajih. Apabila tidak
menemukan jawaban atas suatu persoalan dari hadist-hadistn yang mereka hafal, Mereka
5 Ibid
tidak serta merta menggunakan isyarat dan petunjuk (dari dalil-dalil yang mereka hafal).
Dengan cara itu, mereka merndapatkan permasalahan yang cukup banyak dalam setia bab
fiqih.6

E. Sejarah Perkembangan Fiqih Pada Zaman Kontemporer


Perkembangan fiqih kontemporer pada intinya merupakan respon fiqih terhadap
masalahp-masalah baru yang tidak memiliki legitimasi (mengesahkan) klasik. Walaupun
fiqih klasik tidak memiliki legitimasi terhadap persoalan baru bukan berarti fiqih klasik tidak
mampu mampu menjawab persoalan baru, justru salah satu prinsip pembentukan fiqih
kontemporer harus berpijak kepada fiqih klasik, dan metedologi pembentukan fiqih sebagai
pijakan dasar pembentukan fiqih kontemporer (dasar ini sering terlupakan oleh pakar fiqih
ketika menyelesaikan persoalan baru).
Semakin majunya perkembangan teknologi dunia, tak heran kalau fiqih klasik menjadi
sorotan orang-orang modernis (liberaris) yang beranggapan fiqih klasik sudah tidak akurat
lagi pada zaman ini dan harus direnovasi kembali, bagi mereka tidak semua permasalahan di
zaman serba mesin ini mampu dijawab dan di respon oleh kitab yamg dikarang pada ratusan
tahun yang silam, ketika zaman mesin “sederhana”. Oleh karenanya, kata kelompok modernis
ini, diperlukan kajian atau bahkan ijtihad baru, karena kitab kuning lahir dan tercipta untuk
menjawab permasalahan di masanya.
Menurut persepsi orang-orang modernis mereka beranggapan bahwa akal ( rasio) di
atas segala-galanya dalam penentuan hukum. Menurur mereka setiap individu bebas
menentukan hukum permasalahannya. Kelompok ini juga berpandangan bahwa ulama-ulama
dulu juga manusia biasa yang karangannya masih perlu dikritisi dan di kaji ulang, sehingga di
perlukan ijtihad baru yng lebih toleran dan bebas.
Menurut Dr.Yusuf Al-qardawy dalam menganalisa fiqih kontemporer, beliau membagi
dalam tiga golongan besar, yaitu tradisionalis, liberalis, dan mederatis.
1. Golongan pertama adalah golongan yang mengedepankan pemahaman literalistikatas
teks-teks agama tanpa memandang perubahan zaman sehingga dalam golongan ini
7
terjadi taqlid buta atas ulama-ulama terdahulu, tanpa adanya pembaharuan sama
sekali. Dalam pandangan mereka, nash-nash yang sudah ada tidak boleh lagi digugat
atau di kritis sehingga dengan adanya keyakinan seperti ini, pola fikir mereka menjadi
kaku dan jumud. Maka tidak heran kalau banyak dari golongan ini yang berpikiran

6 Shahih Fiqih Sunnah(judul asli: Shahih Fiqh As Sunnah wa Adillatuhu wa Taudhih Madzahib Al
A-immah), karya Abu Malik Kamal bin As Sayyid, cet.III At Tazkia.
ekstim dan fundamental. Akibatnya mereka mengklaim golongan yang selain mereka
adalah kafir
2. Golongan yang kedua yaitu golonga liberalis yang selalu mengedepankan rasio dari
pad wahyu tuhan. Sehingga terjadilah pembentukan sautu hukum , karena suatu
masalah apabila di hukumi oleh akal tanpa berpegangpada nash-nash Al-Qur’an dan
hadist maka akan terjadi kontroversi melihay minimnya kemampuan akal dalam
menandingi kalam tuhan.
3. Golongan yang ketiga adalah golongan orang-orang moderat atau kalau tidak
berlebihan penulis namakan golonagan ini dengan golongan yang mencoba
mengkolaborasi antara teks- teks klasik dengan teks-teks yang lebih bebas dan
terbuka sehingga tidak terjadi lagi ke diskuki kakuan dan taqlid buta, di antatanya
dengadi bukanya forum-fourm atau seminar-seminar untuk menetukan suatu hukum
masalah.7

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan 8
Begitu panjang perjalanan ilmu Fiqih dari kemunculannya hingga sekarang dan
mungkin hingga puluhan tahun ke depan Fiqih akan selalu berkembang karena memang
hukum islam yang ada di dalam al-qur’an sebagai sumber utama islam dan ilmu Fiqih dan
menjadi tempat olah berpikir para ahli agama untuk merespon masalah yang muncul
sehingga syariat islam akan selalu relevan sebagai sumber solusi masalah yang muncul
sepanjang zaman.
7 Sayyid Sabiq, fiqhus sunnah, beirut , tahun 1968. Hal. 89
Ketika datang imam-imam yang bermpat ,mereka mengikuti tradisi generasi yang
sebelum mereka .imam-imam itu telah mencurahkan segala kemampuan yang ada pada
mereka untuk memperkenalkan ilmu Fiqih ini dan membimbing manusia.dan mereka
melarang orang bertaklid atau mengikuti secara membabi buta tanpa mengetahui dalil-dalil
atau alasannya.

B. Saran
Penulisan makalah ini di harapkan dapat bermanfaat untuk memperdalam
pemahaman mahasiswa Agar mempunyai wawasan yang luas tentang hukum-hukum Islam,
mempunyai kepekaan yang tinggi dalam bermadzhab dan mempunyai tanggung jawab besar
dalam beragama .
Makalah ini baik untuk dijadikan literatur bacaan,rujukan penulisan ilmiah islamiah
dan bahan kajian-kajian keagamaan lainnya.
Menurut kelompok kami,ilmu Fiqih adalah ilmu yang sangat penting,karena isi dari
pada pokok bahasan yang terkandung di dalamnya adalah hukum-hukum dalam islam.dan
demikian Fiqih akan selalu berkembang dan terus berkembang dan aka selalu aktual dan di
terima oleh berbagai elemen masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
9

Abdul wahab khalaf, ilmu ushulil fiqh,majlisul ala al indunisilid da’watil islamiah, Jakarta,
1972

Arnold, Thomas w., 1983. The chalipate,routladge, london.

Baqillani,al,i’jaz al-qur’an,Daar al-maarif,t.th.kairo

Beik,muhammad al-khudhari, 1969. Ushul Fiqih,Darul fikri, Mesir

Proyek Perguruan Tinggi Agama , pengantar ilmu Fiqih, jakarta, 1981


Sayyid Sabiq, fiqhus sunnah, beirut , tahun 1968

Sulaiman Rasyid, H. Fiqh islam, penerbit at-thahiriyah, jakarta, tahun 1976

Yahya, imam Dinamika ijtihad Nu cet. Isemarang:wali songo press, 2009.

Yasid, abu,fiqh realitas, yogyakarta: pustaka belajar, 2005

10

Anda mungkin juga menyukai