Kel 4 Hadits Ahkam - Tayamum

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

TAYAMUM

Disusun Untuk memenuhi tugas Hadits Ahkam Mua

Dosen pengampu

H. Masduki, S. Ag.,M.A

Disusun oleh Kel 4

HES A

Annisa Dzulqaidah 191130009

Lilis Nurhidayati 191130008

Masmi Yuliana P 191130010

M Ghozi Naufal 191130006

Rizki Fahrurozi 191130029

HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

UIN SULTHAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN 2021


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullah Wabarakatuh

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dengan judul “TAYAMUM” dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap
lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-
hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Demikianlah, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Kami ucapkan, Terima


Kasih.

Serang, 26 April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................1
C. TUJUAN MASALAH............................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................2
1. TATA CARA TAYAMUM DARI ‘AMMAR BIN YASIR...................................2
2. MASALAH SEKALI TEPUKAN DAN MENGUSAP TANGAN SAMPAI SIKU
4
3. TAYAMUM ITU UNTUK MENGHILANGKAN HADATS...............................5
4. TAYAMUM KEMUDIAN MENDAPATI AIR PADA WAKTUNYA.................6
BAB III..............................................................................................................................8
PENUTUP.........................................................................................................................8
A. KESIMPULAN......................................................................................................8
B. SARAN..................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................9

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tayamum adalah tindakan mensucikan diri dari hadas kecil atau hadis


besar dengan memafaatkan pasir dan debu. Tayamum dilakukan sebagai
pengganti wudhu atau mandi wajib apabila tidak tersedia media air. ... Namun,
terdapat dua alasan yang diberikan keringanan oleh Allah SWT untuk
bertayamum yaitu sakit dan tidak ada air. Mengikuti dalil firman Allah dalam
al-Quran, setidaknya ada dua  sebab pasti diperbolehkannya tayamum.
Pertama, karena kondisi yang sakit berat dan ketiadaan air. Kedua, ketika
dalam keadaan bepergian, sepulang dari buang air, atau junub
Rukun tayamum ada empat, yaitu; (1) Niat, bersamaan dengan sapuan
pertama; (2) mengusap seluruh bagian wajah dengan tanah; (3) mengusap
kedua tangan sampai siku; dan (4) tertib. Dalam bertayamum tidak cukup
berniat menghilangkan hadas saja, sebab  tayamum  tidak menghilangkan
hadas. Disunahkan  menghadap kiblat, lalu letakkan kedua telapak tangan
pada debu, dengan posisi jari-jari kedua telapak tangan dirapatkan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana tata cara Tayamum Dari Amr bin Yasir?


2. Apa yang dimaksud dengan tepukan dan mengusap tangan sampai siku
dalam Tayamum?
3. Apa yang dimaksud dengan Tayamum menghilangkan Hadast?
4. Apa itu Tayamum kemudian mendapati air pada waktunya?

C. TUJUAN MASALAH

1. Mengetahui tata cara tayamum yang benar dari Ammar bin Yasir
2. Mengetahui apa itu tepukan dan mengusap tangan sampai siku dalam
Tayamum
3. Mengetahui bahwa tayamum bisa menghilangkan hadats
4. Mengetahui Tayamum sampai mendapati air pada waktunya

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. TATA CARA TAYAMUM DARI ‘AMMAR BIN YASIR

َ ‫ – بَ َعثَنِي اَلنَّبِ ُّي – صلى هللا عليه وسلم – فِي َح‬:‫ض َي هَّللَا ُ َع ْن ُه َما قَا َل‬
,‫اج ٍة‬ ِ ‫س ٍر َر‬ ِ ‫َوعَنْ َع َّما ِر ْب ِن يَا‬
َ ُ ُ ُ
– ‫ ث َّم أتَيْتُ اَلنَّبِ َّي – صلى هللا عليه وسلم‬,‫ص ِعي ِد َك َما تَ َم َّرغ اَلدَّابَّة‬ َّ ‫ فتَ َم َّرغتُ فِي اَل‬,‫ فَلَ ْم أَ ِج ِد اَ ْل َما َء‬, ُ‫فَأ َ ْجنَبْت‬
ْ َ
‫ ثُ َّم‬,ً‫اح َدة‬
ِ ‫ض ْربَةً َو‬ َ ‫ض َر َب بِيَ َد ْي ِه اَأْل َ ْر‬
َ ‫ض‬ َ ‫ “إِنَّ َما َكانَ يَ ْكفِيكَ أَنْ تَقُو َل بِيَ َديْكَ َه َك َذا” ثُ َّم‬:‫ فَقَا َل‬,ُ‫فَ َذ َك ْرتُ َذلِ َك لَه‬
‫سلِم‬ْ ‫ َواللَّ ْفظُ لِ ُم‬,‫ق َعلَ ْي ِه‬ٌ َ‫ َوظَا ِه َر َكفَّ ْي ِه َو َو ْج َههُ – ُمتَّف‬,‫ش َما َل َعلَى اَ ْليَ ِمي ِن‬ ِّ ‫س َح اَل‬
َ ‫ٍ َم‬

Dari ‘Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Nabi shallallahu


‘alaihi wa sallam mengutusku dalam suatu hajat, lantas aku berada dalam
keadaan junub dan tidak mendapati air. Aku menggulung-gulung di tanah
sebagaimana hewan berbolak-balik. Kemudian aku mendatangi
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, aku menceritakan hal tadi pada beliau.
Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Cukup bagimu
melakukan dengan kedua telapak tanganmu seperti ini.” Kemudian beliau
menepukkan kedua telapak tangannya di tanah sekali, kemudian beliau
mengusap tangan kirinya pada tangan kanannya, beliau mengusap punggung
tangannya dan mengusap wajahnya.” (Muttafaqun ‘alaih. Hadits ini adalah
lafaz Muslim) [HR. Bukhari, no. 347 dan Muslim, no. 368]

‫س َح بِ ِه َما َو ْج َههُ َو َكفَّ ْيه‬ َ ‫ض َر َب ِب َكفَّ ْي ِه اَأْل َ ْر‬


َ ‫ ثُ َّم َم‬,‫ َونَفَ َخ فِي ِه َما‬,‫ض‬ ِّ ‫َوفِي ِر َوايَ ٍة لِ ْلبُ َخا ِر‬
َ ‫ َو‬:‫ي‬

Dalam riwayat Bukhari disebutkan,


“Beliau menepukkan kedua telapak tangannya di tanah, lalu beliau tiup kedua
tangan tersebut, kemudian beliau mengusap wajah dan kedua telapak tangan”

FAEDAH HADITS

Pertama: ‘Ammar yang dimaksud di sini adalah ‘Ammar bin Yasir bin ‘Amir
Al-‘Anasi Abul Yaqzhan, bekas budak Bani Makhzum. Ia, ayah, dan ibunya
masuk Islam pada masa awal. Lantas orang musyrik menyiksa mereka. Ketika
itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati mereka dalam keadaan sedang
disiksa di Makkah. Banyak hadits hingga sampai derajat mutawatir yang
menceritakan bahwa kaum pemberontak akan membunuh ‘Ammar bin Yasir.
Berita ini dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hadits-
hadits itu menyebutkan bahwa ‘Ammar dibunuh saat perang Shiffin saat
bersama ‘Ali pada tahun 37 Hijriyah.

2
Kedua: Bolehnya tayamum ketika dalam keadaan junub saat tidak mendapati
air. Tayamum tidaklah khusus untuk hadats kecil, tetapi berlaku juga untuk
hadats besar. Setelah membicarakan bersuci dengan air, ayat Al-Qur’an
menyebutkan

۟ ‫ُوا َمآ ًء فَتَيَ َّم ُم‬


‫وا‬ ۟ ‫سآ َء فَلَ ْم تَ ِجد‬ ْ ‫سفَ ٍر أَ ْو َجآ َء أَ َح ٌد ِّمن ُكم ِّمنَ ٱ ْل َغآئِ ِط أَ ْو ٰلَ َم‬
َ ِّ‫ستُ ُم ٱلن‬ َ ‫ض ٰ ٓى أَ ْو َعلَ ٰى‬
َ ‫َوإِن ُكنتُم َّم ْر‬
۟ ‫س ُح‬
‫وا ِب ُو ُجو ِه ُك ْم َوأَ ْي ِدي ُك ْم‬ َ ‫ص ِعيدًا طَيِّبًا فَٱ ْم‬
َ

“Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat
buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak
mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci);
usaplah mukamu dan tanganmu.” (QS. An-Nisaa’: 43)

Ayat di atas menyebutkan bahwa tayamum itu karena ada dua sebab:

1. Karena hadats kecil pada bagian ayat,


‫أَ ْو َجآ َء أَ َح ٌد ِّمن ُكم ِّمنَ ٱ ْل َغآئِ ِط‬

“atau datang dari tempat buang air.”

2. Karena hadats besar pada bagian ayat,


ْ ‫أَ ْو ٰلَ َم‬
َ ِّ‫ستُ ُم ٱلن‬
‫سا‬

“atau kamu telah menyentuh perempuan.” Menyentuh perempuan yang


dimaksud dalam ayat ini adalah hubungan intim (jimak).

Ketiga: Tata cara tayamum karena junub sama dengan tata cara tayamum
karena mengalami hadats kecil. Tata cara keduanya adalah menepuk tanah
dengan kedua telapak tangan dengan sekali tepukan, lalu telapak tangan kiri
mengusap bagian dalam telapak tangan kanan dan punggung telapak tangan
kanan, dilanjutkan mengusap wajah.

Keempat: Dalam riwayat pertama disebutkan mengusap kedua telapak tangan


dahulu lalu mengusap wajah. Sedangkan dalam riwayat kedua disebutkan
wajah lalu kedua telapak tangan. Yang kedua ini sesuai dengan ayat,

۟ ‫فَٱ ْم َسح‬
ُ‫ُوا بِ ُوجُو ِه ُك ْم َوأَ ْي ِدي ُكم ِّم ْنه‬

“usaplah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.” (QS. Al-Maidah: 6).

Perlu diketahui bahwa kebanyakan riwayat itu menyebutkan mengusap wajah


dahulu dari mengusap kedua telapak tangan. Mendahulukan mengusap wajah

3
lalu telapak tangan adalah urutan yang disebutkan dalam Al-Qur’an karena
ayat wudhu juga menunjukkan urutan. Adapun riwayat mengusap kedua
telapak tangan, perlu dipahami bahwa huruf “waw” tidak menunjukkan
urutan. Huruf “waw” hanyalah “muthlaq al-jam’i“, hanya menunjukkan
penggabungan.

Kelima: Boleh menggunakan sedikit debu saat menempel debu yang banyak
pada kedua telapak tangan dengan cara meniupnya, kemudian mengusap
wajah dan kedua telapak tangan.

2. MASALAH SEKALI TEPUKAN DAN MENGUSAP TANGAN SAMPAI


SIKU

َ ‫سو ُل هَّللَا ِ – صلى هللا عليه وسلم – – التَّيَ ُّم ُم‬


‫ض ْربَتَا ِن‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ض َي هَّللَا ُ َع ْن ُه َما قَا َل‬
ِ ‫َو َع ِن اِ ْب ِن ُع َم َر َر‬
َ‫ص َّح َحاَأْل َئِ َّمةُ َو ْقفه‬ ْ ُ َ َ َ ْ َ َ ْ ٌ
َ ‫ َو‬,‫ض ْربَة لِليَ َد ْي ِن إِلى ال ِم ْرفق ْي ِن – َر َواهُ الدَّا َرقطنِ ُّي‬ َ ‫ َو‬,‫ض ْربَةٌ لِ ْل َو ْج ِه‬
َ

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda, “Tayamum itu dua kali tepukan, satu tepukan
untuk wajah dan satu tepukan untuk kedua telapak tangan sampai siku.” (HR.
Ad-Daruquthni dan disahihkan oleh para imam bahwa hadits ini mawquf).
[HR. Ad-Daruquthni, 1:180; Al-Hakim, 1:287; Ibnu ‘Adi, 5:188. Syaikh
‘Abdullah Al-Fauzan mengatakan bahwa sanad hadits ini dhaif. 1

FAEDAH HADITS

Pertama: Tayamum cukup dengan sekali tepukan untuk wajah dan kedua
telapak tangan. Inilah yang lebih tepat menurut Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan.
Dalam madzhab Imam Ahmad, seandainya menepuk dua kali yaitu sekali
untuk wajah dan sekali untuk kedua telapak tangan, itu boleh. Menurut Imam
Syafii dan ashabur ro’yi, tayamum itu dua kali tepukan.

Kedua: Yang tepat, pada saat mengusap tangan saat tayamum hanya pada
telapak tangan saja hingga pergelangan tangan. Kedua telapak tangan inilah
yang dimaksudkan dalam ayat,

۟ ‫فَٱ ْم َسح‬
ُ‫ُوا بِ ُوجُو ِه ُك ْم َوأَ ْي ِدي ُكم ِّم ْنه‬

“usaplah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.” (QS. Al-Maidah: 6).

1
Minhah Al-‘Allam fii Syarh Bulugh Al-Maram, 2:85].

4
Tangan (al-yad) jika disebutkan secara mutlak, yang dimaksud adalah telapak
tangan sebagaimana dalam ayat,

‫سا ِرقَةُ فَا ْقطَ ُعوا أَ ْي ِديَ ُه َما‬


َّ ‫ق َوال‬
ُ ‫سا ِر‬
َّ ‫َوال‬

“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan


keduanya.” (QS. Al-Maidah: 38). Tangan pencuri hanyalah dipotong hingga
telapak tangan. Inilah ijmak ulama.

Adapun dalam ayat wudhu disebutkan,

ِ ِ‫َوأَ ْي ِديَ ُك ْم إِلَى ٱ ْل َم َراف‬


‫ق‬

“dan tanganmu hingga siku.” (QS. Al-Maidah: 6). Ayat yang menyebutkan
mutlak tidak bisa dibawa ke ayat yang menyebutkan muqoyyad (ada
tambahan hingga siku). Karena yang satu membicarakan tayamum, yang
satunya lagi membicarakan wudhu, hukumnya berbeda. Ayat wudhu memakai
istilah al-ghuslu (membasuh/ mencuci). Sedangkan, ayat tayamum memakai
istilah al-mas-hu (mengusap). Wallahu a’lam.

3. TAYAMUM ITU UNTUK MENGHILANGKAN HADATS

‫ضو ُء‬
ُ ‫ص ِعي ُد ُو‬ َّ ‫سو ُل هَّللَا ِ – صلى هللا عليه وسلم – – اَل‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫َوعَنْ أَبِي ُه َر ْي َرةَ – رضي هللا عنه – قَا َل‬
,‫ش َرتَهُ – َر َواهُ اَ ْلبَ َّزا ُر‬
َ َ‫سهُ ب‬ ِ ‫ فَإ ِ َذا َو َج َد اَ ْل َما َء فَ ْليَت‬, َ‫سنِين‬
َّ ‫ َو ْليُ ِم‬,َ ‫َّق هَّللَا‬ ْ ‫ َوإِنْ لَ ْم يَ ِج ِد اَ ْل َما َء َع‬,‫سلِ ِم‬
ِ ‫ش َر‬ ْ ‫اَ ْل ُم‬
‫سالَه‬ َ ‫ص َّو َب اَلدَّا َرقُ ْطنِ ُّي إِ ْر‬
َ ْ‫ ]و] لَ ِكن‬,‫ص َّح َحهُ اِبْنُ اَ ْلقَطَّا ِن‬ َ ‫ُ َو‬

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tanah itu merupakan alat berwudhu
bagi orang Islam meskipun ia tidak menjumpai air hingga sepuluh tahun.
Maka jika ia telah mendapatkan air, hendaklah ia bertakwa kepada Allah dan
menggunakan air untuk mengusap kulitnya.” (Diriwayatkan oleh Ad-
Darutuqhni bahwa hadits ini mursal) [HR. Al-Bazzar dalam Mukhtashar
Zawaidnya, 1:175. Hadits ini mursal menurut Ad-Daruquthni sebagaimana
disebutkan oleh Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan.2

FAEDAH HADITS

Pertama: Tayamum itu sebagai muthahhir (menyucikan) dan menghilangkan


hadats. Tayamum bukanlah hanya mubiihan lish sholaah (hanya dibolehkan
untuk shalat). Karena dalam hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
2
Syaikh Abdullah Al fauzan dalam Minhah Al-‘Allam fii Syarh Bulugh Al-Maram, 2:89].

5
menyebut tayamum sebagai wudhu seorang muslim. Pendapat ini dipilih oleh
Imam Abu Hanifah, salah satu pendapat dari Imam Ahmad, menjadi pilihan
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim, dan ulama lainnya. Pendapat
pertama ini berbeda dengan pendapat jumhur ulama (madzhab Imam Malik,
Syafii, dan masyhur dari Imam Ahmad) bahwa tayamum hanyalah mubiihan
lish shalaah (hanya dibolehkan untuk shalat). Jumhur ulama tidaklah
menghukumi tayamum sebagai penghilang hadats.

Pendapat terkuat adalah pendapat pertama bahwa tayamum itu untuk


menghilangkan hadats secara temporer hingga menemukan air atau hingga
sanggup menggunakan air. Alasannya:

1. Setelah penyebutan tayamum disebutkan

‫ج َو ٰلَ ِكن يُ ِري ُد لِيُطَ ِّه َر ُك ْم‬


ٍ ‫َما يُ ِري ُد ٱهَّلل ُ لِيَ ْج َع َل َعلَ ْي ُكم ِّمنْ َح َر‬

“Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan


kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu.” (QS. Al-Maidah: 6).
Allah menginginkan tayamum itu untuk menyucikan sebagaimana air juga
untuk menyucikan.

2. Tayamum adalah pengganti bersuci dengan air. Sebagaimana dalam


kaidah disebutkan,
‫أَ َّن البَ َد َل لَهُ ُح ْك ُم الم ْبد َِل‬

“Hukum badal (pengganti) sama dengan hukum yang digantikan.” Jika


bersuci dengan air akan menghilangkan hadats, tentu tayamum juga akan
menghilangkan hadats.

Kedua: Tayamum untuk keadaan junub kemudian setelah itu mampu


menggunakan air, diperintahkan untuk mandi. Wallahu a’lam.

4. TAYAMUM KEMUDIAN MENDAPATI AIR PADA WAKTUNYA

‫س‬َ ‫ولَ ْي‬-


َ َ‫صاَل ة‬ َّ ‫ض َرتْ اَل‬َ ‫ فَ َح‬,‫سفَ ٍر‬ َ ‫ – َخ َر َج َر ُجاَل ِن فِي‬:‫ي – رضي هللا عنه – قَا َل‬ َ ‫َوعَنْ أَبِي‬
ِّ ‫س ِعي ٍد اَ ْل ُخ ْد ِر‬
,‫ضو َء‬ َّ ‫ فَأَعَا َد أَ َح ُد ُه َما اَل‬.‫ت‬
ُ ‫صاَل ةَ َوا ْل ُو‬ ِ ‫ ثُ َّم َو َجدَا اَ ْل َما َء فِي اَ ْل َو ْق‬,‫صلَّيَا‬
َ َ‫ ف‬,‫ص ِعيدًا طَيِّبًا‬َ ‫ فَتَيَ َّم َما‬-‫َم َع ُه َما َما ٌء‬
َ‫صبْت‬ َ َ‫ “أ‬:ْ‫ فَقَا َل لِلَّ ِذي لَ ْم يُ ِعد‬,ُ‫سو َل هَّللَا ِ – صلى هللا عليه وسلم – فَ َذ َك َرا َذلِكَ لَه‬ ُ ‫ ثُ َّم أَتَيَا َر‬,‫َولَ ْم يُ ِع ِد اَآْل َخ ُر‬
َ َّ‫ ]و] الن‬,َ‫ “لَ َك اَأْل َ ْج ُر َم َّرتَ ْي ِن” – َر َواهُ أَبُو دَا ُود‬:‫صاَل تُكَ” َوقَا َل لِآْل َخ ِر‬
‫سائِ ّي‬ َ ‫سنَّةَ َوأَ ْج َزأَ ْت َك‬ُّ ‫ُ اَل‬

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Ada dua orang
laki-laki keluar bepergian lalu datanglah waktu shalat sedangkan mereka tidak

6
mempunyai air, maka mereka bertayamum dengan tanah suci dan menunaikan
shalat. Kemudian mereka menjumpai air pada waktu itu juga. Lalu salah
seorang dari keduanya mengulangi shalat dan wudhu, sedangkan yang lainnya
tidak. Kemudian mereka menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan menceritakan hal itu kepadanya. Maka beliau bersabda kepada orang yang
tidak mengulanginya, ‘Engkau telah melakukan sesuai sunnah dan shalatmu
sudah sah bagimu.’ Beliau bersabda kepada yang lainnya, ‘Engkau
mendapatkan pahala dua kali.’” (Diriwayatkan oleh Abu Daud dan An-Nasa’i)
[HR. Abu Daud, no. 338 dan An-Nasai, 1:213. Hadits ini ada kritikan apakah
termasuk hadits mursal ataukah hadits mawshul yang bersambung. Syaikh Al-
Albani menyatakan bahwa sanad hadits yang mawshul (bersambung) itu
sahih. 3

FAEDAH HADITS

Pertama: Jika ada yang tayamum lalu shalat, kemudian ia mendapati air pada
waktu shalat, shalat yang sudah dikerjakan sebelumnya tidak perlu diulang.
Itulah yang sesuai tuntunan.

Kedua: Hadits ini menjadi dalil bahwa siapa yang tayamum kemudian shalat,
lalu ia mendapati air setelah ia shalat, kemudian ia mengulangi shalat, ia
mendapatkan pahala. Hal ini dengan syarat, ia menganggapnya itu wajib. Ia
tidak mengetahui kalau tidak mengulangi itulah yang sesuai tuntunan. Adapun
jika ia mengetahui hukum syari bahwa yang sesuai tuntunan adalah tidak
mengulangi shalat, tetapi ia mengulanginya biar mendapatkan pahala dua kali,
seperti ini dihukumi keliru karena menyelisihi tuntunan dengan sengaja.

Ketiga: Siapa saja yang tayamum lalu ia mendapati air, ada tiga keadaan
dalam hal ini: Mendapati air di luar waktu shalat, ia tidak mengulangi shalat.
Hal ini ada ijmak dari para ulama. Mendapati air setelah shalat, tetapi masih
dalam waktu shalat, seperti ini tidak ada pengulangan, bahkan tidak
disyariatkan untuk diulang menurut pendapat terkuat dari para ulama. Inilah
pendapat jumhur dan pendapat imam madzhab yang empat. Mendapati air saat
dalam keadaan shalat, misalnya ia utus seseorang untuk mencari air dan ia
sendiri mengerjakan shalat, yang lebih baik dan lebih hati-hati adalah
membatalkan tayamum dan shalat, lalu berwudhu, kemudian memulai shalat
dari awal

3
Minhah Al-‘Allam fii Syarh Bulugh Al-Maram, 2:93-95].

7
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Jadi tayammum adalah pengganti bersuci dengan air untuk melaksanakan


sholat. Secara etimologis (bahasa), tayamum berarti kehendak (al-qasdu), atau
kehendak melakukan hal tertentu. Dalam istilah fiqih, tayamum diartikan
sebagai proses mengusapkan debu atau tanah yang suci pada muka dan kedua
tangan sebagai pengganti wudhu dan mandi besar, untuk dapat melaksanakan
ibadah, seperti sholat. Tayamum wajib dilakukan pada saat air tidak ada, atau
kondisi ketika seseorang tidak bisa menggunakan air. Tayammum sah
dilaksanakan jika mengerjakan semua rukun dan syarat-syarat sah tayammum.
Tayammum juga bias dilakukan dengan dinding.

B. SARAN

Penulis berharap semoga makalah ini mempunyai manfaat kepada


pembacanya juga kami membutuhkan kritik membangun dari audien untuk
menyempurnakan makalah kami ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Minhah Al-‘Allam fii Syarh Bulugh Al-Maram

2. Sumber https://rumaysho.com/25586-bulughul-maram-tentang-tayamum-
bahas-tuntas.html

3. A. Hassan, Tarjamah Bulughul Maram Ibnu Hajar Al-Asqalani, cetakan XX


VII

Anda mungkin juga menyukai