Kel 4 Hadits Ahkam - Tayamum
Kel 4 Hadits Ahkam - Tayamum
Kel 4 Hadits Ahkam - Tayamum
Dosen pengampu
H. Masduki, S. Ag.,M.A
HES A
FAKULTAS SYARIAH
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dengan judul “TAYAMUM” dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap
lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-
hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................1
C. TUJUAN MASALAH............................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................2
1. TATA CARA TAYAMUM DARI ‘AMMAR BIN YASIR...................................2
2. MASALAH SEKALI TEPUKAN DAN MENGUSAP TANGAN SAMPAI SIKU
4
3. TAYAMUM ITU UNTUK MENGHILANGKAN HADATS...............................5
4. TAYAMUM KEMUDIAN MENDAPATI AIR PADA WAKTUNYA.................6
BAB III..............................................................................................................................8
PENUTUP.........................................................................................................................8
A. KESIMPULAN......................................................................................................8
B. SARAN..................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................9
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui tata cara tayamum yang benar dari Ammar bin Yasir
2. Mengetahui apa itu tepukan dan mengusap tangan sampai siku dalam
Tayamum
3. Mengetahui bahwa tayamum bisa menghilangkan hadats
4. Mengetahui Tayamum sampai mendapati air pada waktunya
1
BAB II
PEMBAHASAN
َ – بَ َعثَنِي اَلنَّبِ ُّي – صلى هللا عليه وسلم – فِي َح:ض َي هَّللَا ُ َع ْن ُه َما قَا َل
,اج ٍة ِ س ٍر َر ِ َوعَنْ َع َّما ِر ْب ِن يَا
َ ُ ُ ُ
– ث َّم أتَيْتُ اَلنَّبِ َّي – صلى هللا عليه وسلم,ص ِعي ِد َك َما تَ َم َّرغ اَلدَّابَّة َّ فتَ َم َّرغتُ فِي اَل, فَلَ ْم أَ ِج ِد اَ ْل َما َء, ُفَأ َ ْجنَبْت
ْ َ
ثُ َّم,ًاح َدة
ِ ض ْربَةً َو َ ض َر َب بِيَ َد ْي ِه اَأْل َ ْر
َ ض َ “إِنَّ َما َكانَ يَ ْكفِيكَ أَنْ تَقُو َل بِيَ َديْكَ َه َك َذا” ثُ َّم: فَقَا َل,ُفَ َذ َك ْرتُ َذلِ َك لَه
سلِمْ َواللَّ ْفظُ لِ ُم,ق َعلَ ْي ِهٌ َ َوظَا ِه َر َكفَّ ْي ِه َو َو ْج َههُ – ُمتَّف,ش َما َل َعلَى اَ ْليَ ِمي ِن ِّ س َح اَل
َ ٍ َم
FAEDAH HADITS
Pertama: ‘Ammar yang dimaksud di sini adalah ‘Ammar bin Yasir bin ‘Amir
Al-‘Anasi Abul Yaqzhan, bekas budak Bani Makhzum. Ia, ayah, dan ibunya
masuk Islam pada masa awal. Lantas orang musyrik menyiksa mereka. Ketika
itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati mereka dalam keadaan sedang
disiksa di Makkah. Banyak hadits hingga sampai derajat mutawatir yang
menceritakan bahwa kaum pemberontak akan membunuh ‘Ammar bin Yasir.
Berita ini dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hadits-
hadits itu menyebutkan bahwa ‘Ammar dibunuh saat perang Shiffin saat
bersama ‘Ali pada tahun 37 Hijriyah.
2
Kedua: Bolehnya tayamum ketika dalam keadaan junub saat tidak mendapati
air. Tayamum tidaklah khusus untuk hadats kecil, tetapi berlaku juga untuk
hadats besar. Setelah membicarakan bersuci dengan air, ayat Al-Qur’an
menyebutkan
“Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat
buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak
mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci);
usaplah mukamu dan tanganmu.” (QS. An-Nisaa’: 43)
Ayat di atas menyebutkan bahwa tayamum itu karena ada dua sebab:
Ketiga: Tata cara tayamum karena junub sama dengan tata cara tayamum
karena mengalami hadats kecil. Tata cara keduanya adalah menepuk tanah
dengan kedua telapak tangan dengan sekali tepukan, lalu telapak tangan kiri
mengusap bagian dalam telapak tangan kanan dan punggung telapak tangan
kanan, dilanjutkan mengusap wajah.
۟ فَٱ ْم َسح
ُُوا بِ ُوجُو ِه ُك ْم َوأَ ْي ِدي ُكم ِّم ْنه
“usaplah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.” (QS. Al-Maidah: 6).
3
lalu telapak tangan adalah urutan yang disebutkan dalam Al-Qur’an karena
ayat wudhu juga menunjukkan urutan. Adapun riwayat mengusap kedua
telapak tangan, perlu dipahami bahwa huruf “waw” tidak menunjukkan
urutan. Huruf “waw” hanyalah “muthlaq al-jam’i“, hanya menunjukkan
penggabungan.
Kelima: Boleh menggunakan sedikit debu saat menempel debu yang banyak
pada kedua telapak tangan dengan cara meniupnya, kemudian mengusap
wajah dan kedua telapak tangan.
FAEDAH HADITS
Pertama: Tayamum cukup dengan sekali tepukan untuk wajah dan kedua
telapak tangan. Inilah yang lebih tepat menurut Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan.
Dalam madzhab Imam Ahmad, seandainya menepuk dua kali yaitu sekali
untuk wajah dan sekali untuk kedua telapak tangan, itu boleh. Menurut Imam
Syafii dan ashabur ro’yi, tayamum itu dua kali tepukan.
Kedua: Yang tepat, pada saat mengusap tangan saat tayamum hanya pada
telapak tangan saja hingga pergelangan tangan. Kedua telapak tangan inilah
yang dimaksudkan dalam ayat,
۟ فَٱ ْم َسح
ُُوا بِ ُوجُو ِه ُك ْم َوأَ ْي ِدي ُكم ِّم ْنه
“usaplah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.” (QS. Al-Maidah: 6).
1
Minhah Al-‘Allam fii Syarh Bulugh Al-Maram, 2:85].
4
Tangan (al-yad) jika disebutkan secara mutlak, yang dimaksud adalah telapak
tangan sebagaimana dalam ayat,
“dan tanganmu hingga siku.” (QS. Al-Maidah: 6). Ayat yang menyebutkan
mutlak tidak bisa dibawa ke ayat yang menyebutkan muqoyyad (ada
tambahan hingga siku). Karena yang satu membicarakan tayamum, yang
satunya lagi membicarakan wudhu, hukumnya berbeda. Ayat wudhu memakai
istilah al-ghuslu (membasuh/ mencuci). Sedangkan, ayat tayamum memakai
istilah al-mas-hu (mengusap). Wallahu a’lam.
ضو ُء
ُ ص ِعي ُد ُو َّ سو ُل هَّللَا ِ – صلى هللا عليه وسلم – – اَل ُ قَا َل َر:َوعَنْ أَبِي ُه َر ْي َرةَ – رضي هللا عنه – قَا َل
,ش َرتَهُ – َر َواهُ اَ ْلبَ َّزا ُر
َ َسهُ ب ِ فَإ ِ َذا َو َج َد اَ ْل َما َء فَ ْليَت, َسنِين
َّ َو ْليُ ِم,َ َّق هَّللَا ْ َوإِنْ لَ ْم يَ ِج ِد اَ ْل َما َء َع,سلِ ِم
ِ ش َر ْ اَ ْل ُم
سالَه َ ص َّو َب اَلدَّا َرقُ ْطنِ ُّي إِ ْر
َ ْ ]و] لَ ِكن,ص َّح َحهُ اِبْنُ اَ ْلقَطَّا ِن َ ُ َو
FAEDAH HADITS
5
menyebut tayamum sebagai wudhu seorang muslim. Pendapat ini dipilih oleh
Imam Abu Hanifah, salah satu pendapat dari Imam Ahmad, menjadi pilihan
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim, dan ulama lainnya. Pendapat
pertama ini berbeda dengan pendapat jumhur ulama (madzhab Imam Malik,
Syafii, dan masyhur dari Imam Ahmad) bahwa tayamum hanyalah mubiihan
lish shalaah (hanya dibolehkan untuk shalat). Jumhur ulama tidaklah
menghukumi tayamum sebagai penghilang hadats.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Ada dua orang
laki-laki keluar bepergian lalu datanglah waktu shalat sedangkan mereka tidak
6
mempunyai air, maka mereka bertayamum dengan tanah suci dan menunaikan
shalat. Kemudian mereka menjumpai air pada waktu itu juga. Lalu salah
seorang dari keduanya mengulangi shalat dan wudhu, sedangkan yang lainnya
tidak. Kemudian mereka menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan menceritakan hal itu kepadanya. Maka beliau bersabda kepada orang yang
tidak mengulanginya, ‘Engkau telah melakukan sesuai sunnah dan shalatmu
sudah sah bagimu.’ Beliau bersabda kepada yang lainnya, ‘Engkau
mendapatkan pahala dua kali.’” (Diriwayatkan oleh Abu Daud dan An-Nasa’i)
[HR. Abu Daud, no. 338 dan An-Nasai, 1:213. Hadits ini ada kritikan apakah
termasuk hadits mursal ataukah hadits mawshul yang bersambung. Syaikh Al-
Albani menyatakan bahwa sanad hadits yang mawshul (bersambung) itu
sahih. 3
FAEDAH HADITS
Pertama: Jika ada yang tayamum lalu shalat, kemudian ia mendapati air pada
waktu shalat, shalat yang sudah dikerjakan sebelumnya tidak perlu diulang.
Itulah yang sesuai tuntunan.
Kedua: Hadits ini menjadi dalil bahwa siapa yang tayamum kemudian shalat,
lalu ia mendapati air setelah ia shalat, kemudian ia mengulangi shalat, ia
mendapatkan pahala. Hal ini dengan syarat, ia menganggapnya itu wajib. Ia
tidak mengetahui kalau tidak mengulangi itulah yang sesuai tuntunan. Adapun
jika ia mengetahui hukum syari bahwa yang sesuai tuntunan adalah tidak
mengulangi shalat, tetapi ia mengulanginya biar mendapatkan pahala dua kali,
seperti ini dihukumi keliru karena menyelisihi tuntunan dengan sengaja.
Ketiga: Siapa saja yang tayamum lalu ia mendapati air, ada tiga keadaan
dalam hal ini: Mendapati air di luar waktu shalat, ia tidak mengulangi shalat.
Hal ini ada ijmak dari para ulama. Mendapati air setelah shalat, tetapi masih
dalam waktu shalat, seperti ini tidak ada pengulangan, bahkan tidak
disyariatkan untuk diulang menurut pendapat terkuat dari para ulama. Inilah
pendapat jumhur dan pendapat imam madzhab yang empat. Mendapati air saat
dalam keadaan shalat, misalnya ia utus seseorang untuk mencari air dan ia
sendiri mengerjakan shalat, yang lebih baik dan lebih hati-hati adalah
membatalkan tayamum dan shalat, lalu berwudhu, kemudian memulai shalat
dari awal
3
Minhah Al-‘Allam fii Syarh Bulugh Al-Maram, 2:93-95].
7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
8
DAFTAR PUSTAKA
2. Sumber https://rumaysho.com/25586-bulughul-maram-tentang-tayamum-
bahas-tuntas.html