Dokumen tersebut membahas 7 kesalahan manajemen sumber daya manusia yang sering terjadi, yaitu tidak tersedianya informasi data karyawan yang akurat, meremehkan pelatihan karyawan, merekrut karyawan secara tergesa-gesa, memberikan deskripsi pekerjaan yang kurang jelas, menilai karyawan secara subjektif, tidak mematuhi peraturan ketenagakerjaan, dan melakukan pemutusan hubungan kerja secar
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1K tayangan6 halaman
Dokumen tersebut membahas 7 kesalahan manajemen sumber daya manusia yang sering terjadi, yaitu tidak tersedianya informasi data karyawan yang akurat, meremehkan pelatihan karyawan, merekrut karyawan secara tergesa-gesa, memberikan deskripsi pekerjaan yang kurang jelas, menilai karyawan secara subjektif, tidak mematuhi peraturan ketenagakerjaan, dan melakukan pemutusan hubungan kerja secar
Dokumen tersebut membahas 7 kesalahan manajemen sumber daya manusia yang sering terjadi, yaitu tidak tersedianya informasi data karyawan yang akurat, meremehkan pelatihan karyawan, merekrut karyawan secara tergesa-gesa, memberikan deskripsi pekerjaan yang kurang jelas, menilai karyawan secara subjektif, tidak mematuhi peraturan ketenagakerjaan, dan melakukan pemutusan hubungan kerja secar
Dokumen tersebut membahas 7 kesalahan manajemen sumber daya manusia yang sering terjadi, yaitu tidak tersedianya informasi data karyawan yang akurat, meremehkan pelatihan karyawan, merekrut karyawan secara tergesa-gesa, memberikan deskripsi pekerjaan yang kurang jelas, menilai karyawan secara subjektif, tidak mematuhi peraturan ketenagakerjaan, dan melakukan pemutusan hubungan kerja secar
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6
TUGAS MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
KASUS-KASUS BERBAGAI KESALAHAN MANAJEMEN SDM YANG
SERING TERJADI
Disusun oleh :
Nama : Anisa Rahma Dini
kelas : 3C Npm : 201061201080 Mata Kuliah : Manajemen SDM KASUS-KASUS BERBAGAI KESALAHAN MANAJEMEN SDM YANG SERING TERJADI
1. Tidak Jelasnya Informasi Mengenai Data Karyawan
Penting bagi perusahaan untuk melengkapi profil karyawan seperti informasi dasar, riwayat pekerjaan, detail gaji, dan yang lainnya agar data yang dimiliki oleh perusahaan sesuai dengan keadaan karyawan saat ini. Demi menaati perusahaan, tim HRD sebaiknya selalu memperbarui informasi tentang karyawan dan disimpan dengan baik. Manajemen SDM yang tidak menerapkan aturan seperti itu dalam perusahaan mereka sebenarnya membuat kesalahan sumber daya manusia yang cukup substansial namun umum. 2. Menganggap Remeh Pelatihan SDM Meluangkan waktu untuk memberi pelatihan kerja kepada karyawan merupakan salah satu investasi yang tentu saja berharga untuk perusahaan. Dengan memasukkan pelatihan dalam proses orientasi, karyawan perusahaan akan menjadi lebih terlibat penuh dan memahami cara menggunakan keterampilan mereka untuk memberikan manfaat terbaik bagi perusahaan Anda. Manajemen SDM yang menyediakan waktu untuk pelatihan juga memberikan dampak yang dapat dirasakan secara langsung oleh perusahaan. Karyawan merasa lebih bersemangat untuk mengerjakan semua tugas yang diajarkan selama pelatihan dan orientasi. Selain itu, karyawan mampu melakukan lebih banyak hal untuk perusahaan tempat ia bekerja. Perlu diingat pula, penting bahwa kinerja karyawan tercermin secara akurat dalam ulasan kinerja mereka. Termasuk keterampilan, bidang, peluang dan pertumbuhan. 3. Gegabah Dalam Merekrut Karyawan Baru Proses perekrutan dan promosi yang tergesa-gesa dapat menyebabkan sejumlah masalah bagi perusahaan. Banyak yang harus dipertimbangkan sebelum tim HRD memutuskan untuk mencari karyawan baru untuk perusahaan. Hal yang harus dipertimbangkan adalah apakah perusahaan membutuhkan karyawan tambahan dalam waktu dekat? Jika iya, kandidat yang seperti apa yang dibutuhkan oleh karyawan? Apa goals yang ingin dicapai oleh perusahaan? Perusahaan lebih baik menunggu waktu yang cukup lama untuk mendapatkan calon karyawan baru yang potensial dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh perusahaan dibanding merekrut kandidat yang dapat direkrut dalam waktu cepat tetapi kompetensinya kurang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh perusahaan. Contoh Kasus: Proses rekrutmen yang telah dilakukan oleh hotel Neo Gubeng ini telah sesuai dengan teori yang ada dan telah dilakukan sesuai SOP yang berlaku di perusahaan. Dalam melakukan pencarian karyawan baru, perusahaan tidak melakukan pencarian secara berkala dan akan dilakukan pada saat divisi ± divisi yang bersangkutan mengalami kekosongan karyawan saja. Sumber dan metode perekrutan yang diambil lebih diutamakan berasal dari internal/tertutup perusahaan (dari transfer karyawan, job posting, database Aston hotel dan magang). Untuk staff magang, perusahaan juga bekerja sama dengan beberapa sekolah dan universitas diantaranya di Surabaya SMK 6, SMK 8, SHS, SMK 1, Universitas Kristen Petra (UKP), WM (Widya Mandala), SMK Bangkalan, SMK1 Kertosono, SMK Delanggu dan Neptune. Tetapi jika pada pencarian internal dirasa masih kurang, maka perusahaan akan melakukan dari eksternal/terbuka yaitu melalui situs situs tertentu.
4. Pemberian Job Description Tidak Lengkap
Job descriptions adalah sebuah referensi yang penting untuk dijelaskan sesuai dengan apa yang sebenarnya akan dilakukan oleh kandidat yang akan melamar maupun karyawan yang sudah bekerja tersebut pada perusahaan. Hal ini tidak bisa dianggap sepele karena mereka perlu mengetahui apa yang harus dikerjakan sesuai dengan posisi yang ditempati atau diinginkan pada perusahaan. Seringkali tim HRD yang menyebarkan lowongan pekerjaan kurang memberikan penjelasan job description secara lengkap. Sehingga pada saat melakukan wawancara, kandidat bingung karena apa yang didiskusikan selama wawancara lebih banyak daripada apa yang dijelaskan pada lowongan kerja yang telah dibuat oleh perusahaan 5. Menilai Karyawan Secara Subjektif Merupakan hal yang lumrah untuk lebih menyukai seseorang daripada yang lain, namun lebih baik jika menjaga hal tersebut hingga di luar kantor. Jika manajemen SDM perusahaan menetapkan peran atau tugas tertentu hanya untuk beberapa orang, atau ikatan yang terbentuk antara bos dan karyawan, hal tersebut akan memengaruhi karyawan lainnya. Atas dasar kecenderungan atau kesukaan terhadap segelintir karyawan, anggota manajemen SDM memberikan perlakuan istimewa padahal mereka tidak menciptakan prestasi yang signifikan. Hal ini dapat mempengaruhi perasaan karyawan yang secara tidak langsung akan mengakibatkan berkurangnya produktivitas di tempat kerja. Jadi, yang terbaik adalah tidak menjadi subjektif di tempat kerja. Contoh Kasus: Pelaksanaan penilaian prestasi kerja karyawan di PT. Campina Ice Cream Industry belum optimal. Hasil analisis persepsi karyawan menunjukkan bahwa sistem penilaian prestasi kerja masih bersifat tertutup dan pelaksanaan penilaian belum seluruhnya dilaksanakan secara adil dan obyektif sehingga karyawan merasa kurang puas dengan hasil penilaian. Selain itu karyawan menganggap bahwa hasil penilaian tidak berpengaruh untuk mendapatkan promosi/jabatan yang lebih tinggi dan karyawan menganggap masih perlu dilakukan perbaikan dalam proses pelaksanaan penilaian prestasi kerja karyawan di PT. Campina Ice Cream Industry. Masih ada kekurangan terhadap penilai yang berkaitan dengan masih adanya unsur subyektifitas dalam penilaian. 6. Tidak Atau Kurang Menaati Aturan Undang-Undang Ketenagakerjaan Pemerintah telah membuat UU Ketenagakerjaan yang wajib untuk dipatuhi oleh semua perusahaan dalam skala apapun dan bisnis apapun tanpa terkecuali. Manajemen SDM harus menyertakan UU Ketenagakerjaan dan aturan pemerintah lainnya dalam peraturan perusahaan. Salah satunya yaitu seperti pasal-pasal yang sudah pernah disebutkan dalam artikel mengenai masa percobaan kerja. Seringkali bisnis atau usaha dalam skala kecil kurang menaati aturan dan anjuran yang disebutkan dalam UU Ketenagakerjaan. Seperti aturan mengenai upah minimum yang telah ditentukan, lembur, cuti keluarga, keamanan karyawan, pelecehan seksual, serta aturan aturan lainnya yang jika tidak diikuti dengan baik oleh bisnis atau perusahaan dapat dipidana atau membayar denda yang nilainya tentu saja tidak sedikit. Contoh Kasus: Dilansir dari artikel kompasiana.com, PT Tolutug Marindo Pratama (PT TMP), perusahaan pengolahan ikan beku yang berlokasi di Desa Inobonto II, Kecamatan Bolaang, melakukan pelanggaran terhadap UU Ketenagakerjaan.
Terdapat 3 pelanggaran yang dilakukan. Pelanggaran pertama, PT TMP tidak
memiliki Peraturan Perusahaan, hal ini bertentangan atau melanggar ketentuan Pasal 108 ayat 1, bahwa pengusaha yang mempekerjakan pekerja atau buruh sekurang-kurangnya 10 orang wajib membuat peraturan perusahaan yang mulai berlaku setelah disahkan oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk. Pelanggaran kedua, PT TMP tidak menerapkan Upah Minimum Provinsi (UMP) kepada para karyawannya. PT TMP hanya membayar upah karyawannya sebesar Rp 1.000.000 per bulan. Jauh di bawah UMP Provinsi Sulawesi Utara tahun 2013 sebesar Rp 1.550.000. Pelanggaran ketiga, PT TMP juga tidak mengikutsertakan karyawannya dalam program Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja).
7. Melakukan PHK Secara Sembarangan
Banyak pengusaha kecil atau manajer yang memecat karyawan berdasarkan hubungan pribadi atau masalah personal lain yang tidak berhubungan dengan kinerja mereka. Jika pemecatan dilakukan dengan alasan perusahaan tidak mampu membayar gaji mereka, maka Anda wajib untuk memeriksa faktor kinerja dan membuat keputusan logis. Jika seorang karyawan perlu dipecat karena kinerja atau perilaku yang tidak baik, penting untuk mengesampingkan perasaan pribadi dan fokus pada pemenuhan kebutuhan bisnis terlebih dahulu. Contoh Kasus: Ribuan buruh melakukan aksi jalan kaki menuju Istana Merdeka Jakarta,Dalam aksi tersebut mereka meminta agar tidak terjadi PHK secara Besar besaran. Dampak PHK ternyata sudah terjadi, industri yang terkena PHK adalah tekstil,garmen,sepatu.Salah satu sebabnya adalah permintaan dari luar negri yang menurun. Said mencontohkan,untuk produksi sepatu seperti Nike,Adidas,Puma dengan orientasi ekspor terjadi penurunan kapasitas produksi karena menurutnya kapasitas produksi