Akuntansi Sektor Publik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

ANALISIS INVESTASI SEKTOR PUBLIK

KELOMPOK 5

I Gusti Made Ganesha Dwi Narayana (21/1807531094)

Nyoman Padmi Damayanti (22/1807531095)

I Dewa Ayu Cintya Nari Ratih (23/1807531100)

Agnes Monika Febrianti Kondo (24/1807531105)

I Gede Adi Semara Putra (25/1807531109)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

UNIVERSITAS UDAYANA

2019
Pokok Pembahasan:

1. Program investasi sektor publik.


2. Penentuan kebutuhan investasi sektor publik.
3. Aspek kelayakan investasi.
4. Faktor yang mempengaruhi investasi sektor publik.
5. Analisis penilaian investasi sektor publik.

BAB I

I. PROGRAM INVESTASI SEKTOR PUBLIK


Dalam melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat, pemerintah dihadapkan pada
masalah pengambilan keputusan investasi publik. Keputusan investasi publik diperlukan
untuk mendukung pelaksanaan program, kegiatan, dan fungsi yang menjadi prioritas
kebijakan. Pengeluaran untuk investasi publik harus mendapat perhatian yang lebih besar
dibandingkan dengan pengeluaran rutin, karena pengeluaran investasi/modal memiliki
efek jangka panjang, sedangkan pengeluaran rutin lebih berdampak jangka pendek.
Kesalahan dalam melakukan pengambilan keputusan investasi tidak saja akan berdampak
pada anggaran tahun berjalan, namun juga akan membebani anggaran tahun-tahun
berikutnya.
Investasi publik memiliki anggaran yang erat dengan penganggaran modal/investasi.
Penganggaran modal/investasi merupakan proses untuk menganalisis proyek-proyek dan
memutuskan apakah proyek tersebut dapat diakomodasi oleh anggaran modal/investasi.
Untuk memberikan mekanisme dalam mengatur proyek investasi publik secara lebih
efisien dan efektif, maka perlu dilakukan analisis investasi secara mendalam. Analisis
investasi berhubungan erat dengan penganggaran fungsional, alokasi sumber daya, dan
praktik manajemen keuangan di sektor publik. Selain itu, program investasi publik
merupakan bentuk dari deal budgeting, yaitu pemisahan anggaran modal/investasi dari
anggaran rutin.
Di kebanyakan negara berkembang, anggaran pembangunan dan anggaran rutin
dipisahkan. Fokus perhatiannya ditunjukan untuk mengintegrasikan kebijakan dengan
pengeluaran manajemen. Dalam praktiknya terdapat permasalahan yang sulit
diselesaikan. Antara lain adalah:
a. Memastikan bahwa program investasi publik yang diajukan merupakan program yang
komprehensif.
1
b. Memperkirakan pengeluaran yang dibutuhkan di masa yang akan datang.
c. Mengevaluasi relevansi proyek-proyek yang ada.
d. Mengembangkan analisis dan perencanaan untuk pengeluaran investasi dan
pengeluaran rutin.

Sebelum diambil keputusan untuk melakukan investasi, pemerintah terlebih dahulu


perlu menentukan kebutuhan investasi yang diperlukan. Untuk menentukan kebutuhan
investasi perlu dilakukan evaluasi yang mencangkup:

1. Inventarisasi investasi.
2. Inventarisasi investasi memuat daftar nama dan jenis nilai investasi, kondisi, barang
modal yang saat ini ada, apakah baik atau buruk.
3. Cakupan layanan dengan tingkat investasi yang sekarang ada.
4. Tambahan cakupan layanan yang dibutuhkan saat ini dan masa yang akan datang.
5. Inventarisasi kebutuhan investasi
6. Evaluasi kelayakan investasi.
7. Kriteria kelayakan investasi meliputi aspek-aspek teknis, sosial-budaya, finansial,
ekonomi, dan aspek distribusi. Penghitungan kelayakan investasi dapat dilakukan
dengan menggunakan alat analisis, misalnya: NPV, IRR, ARR, PP (Pay Back period),
Cost-Benefit Analysis, dan Cost-Effectiveness Analysis.

II. PENENTUAN KEBUTUHAN INVESTASI SEKTOR PUBLIK


Penentuan kebutuhan investasi publik berkaitan dengan jumlah anggaran yang akan
ditetapkan bagi masing-masing unit organisasi. Analisis yang mendalam sebelum
dilakukan investasi sangat penting dilakukan karena investasi publik berkaitan erat
dengan masalah transparasi dan kewajaran anggaran. Penentuan kebutuhan investasi
publik terkait dengan dua kegiatan, yaitu peningkatan kuantitas investasi dan peningkatan
kualitas investasi. Ada beberapa cara dalam menggolongkan usul-usul investasi:
1. Investasi penggantian.
2. Investasi penambahan.
3. Investasi baru.

Pengeluaran investasi untuk penggantian barang modal mengikuti pola umur manfaat
barang modal. Bila umur ekonomi barang modal telah abis, maka perlu pembelian barang
modal baru untuk menggantinya. Penilaian investasi publik perlu mempertimbangkan
umur teknis dan umur ekonomis dari barang modal yang akan dibeli. Umur ekonomis
2
terkait dengan perkiraan waktu efektif suatu barang modal dapat memberikan manfaat,
sedangkan umur teknis terkait dengan kemampuan barang modal dalam memberikan
manfaat hingga tidak mampu lagi memberikan manfaat. Jadi, umur teknis suatu barang
modal bisa lebih lama daripada umur ekonomis. Bila barang modal telah usang dan tidak
mampu lagi memberikan manfaat, berarti umur teknis barang modal tersebut adalah
habis.

Investasi penambahan barang modal perlu dilakukan bila terjadi tuntutan peningkatan
cakupan pelayanan. Jumlah penambahan unit barang modal ditentukan oleh produktivitas
barang modal yang saat ini ada. Produktivitas barang modal diukur berdasarkan rasio
antara input dengan output yang dihasilkan. Rasio pada dasarnya mencerminkan tingkat
efisiensi barang modal yang bersangkutan. Jika suatu barang modal sudah kurang (tidak)
efisien lagi, sementara terjadi kenaikan cakupan pelayanan yang harus dilakukan
pemerintah, maka pemerintah harus mempertimbangkan untuk melakukan investasi
penambahan kapasitas.

III. ASPEK KELAYAKAN INVESTASI


Dalam perencanaan dan analisis investasi harus di pertimbangkan beberapa aspek yang
secara Bersama-sama menunjukan keuntungan atau manfaat yang di peroleh akibat
adanya suatu investasi tertentu. Seluruh aspek harus di pertimbangkan dan di evaluasi
dalam setiap tahap perencanaan anggaran dan siklus pelaksanaan,karena aspek-aspek
tersebut satu sama lain berhubungan dan saling mempengaruhi.
1. Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan bagian penting dari analisis investasi yang harus di
pertimbangkan. Jika suatu usulan investasi sudah tidak layak di lihat dari aspek
teknisnya,maka usulan tersebut menduduki proritas pertama untuk di tolak.
2. Aspek Sosial Dan Budaya
Aspek sosial budaya ini menyangkut pertimbangan pendistribusian pelayanan secara
adil dan merata,sehingga mampu memberikan manfaat yang besar bagi
masyarakat,aspek ini juga mengcakup aspek legal dan lingkungan suatu proyek
investasi yang akan dilakukan harus mempertimbangkan aspek legalitas dan dampak
lingkungan yang merugikan.
3. Aspek Ekonomi Dan Finansial

3
Pertimbangan aspek ekonomi meliputi kegiatan menganalisis apakah suatu proyek
yang diusulkan akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan
perekonomian secara keseluruh dan apakah kontribusinya cukup besar dalam
menentukan penggunaan sumber-sumber daya uang di gunakan. Aspek finansial
menerangkan pengaruh-pengaruh finansial dari suatu proyek yang diusulkan.
Berdasarkan perencanaan anggaran, keputusan keputusan mengenai efesiensi proyek
secara fuiinansial,solvabilitas,dan likuiditas perlu di pertimbangkan.
4. Aspek Distribusi
Keputusan investasi merupak keputusan yang perlu dikaitkan dengan masalah
distribusi pelayanan public secara adil dan merata. Untuk itu perlu diketahui siapa
yang akan menerima manfaat atau keuntungan yang dihasilkan dari proyek investasi;
dari mana mendapatkan modal untuk pelaksanaan proyek, apakah dari public revenue
atau oleh individu:aoakah terdapat pajak penghasilan atau tidak; apakah proyek
dijalankan oleh public agencies atau oleh individu. Aspek distribusi terkait dengan
keadilan dan persamaan kesempatam untuk mendapatkan pelayanan public (equity and
equality).

IV. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI SEKTOR PUBLIK


Faktor-faktor yang harus di pertimbangkan dalam analisis investasi publik adalah:
1. Tingkat Diskonto
Tingkat diskonto merefleksikan tingkat keuntungan (rate of return) yang diperoleh
dari suatu proyek dengan tingkat resiko tertentu. Jika suatu proyek tidak memberikan
jeuntungan yang di syaratkan (required rate of return), maka proyek tersebut harus
ditolak. Perhitungan tingkat diskonto merupakan bagian yang cukup kompleks dalam
analisis investasi. Untuk memberikan kemudahan pemahaman mengenai konsep
ini,terlebih dahulu akan dijelaskan praktik yang dilakukan di sector swasta.
Pada sektor swasta terdapat dua sumber pendanaan,yaitu pembiayaan modal (equity
finance) dan pembiayaan utang (debt finance). Keuntungan yang di peroleh para
kreditur sebagai pemberi utang berupa pembayaran bunga utang, sedangjkan investor
memperoleh keuntungan berupa devident dan gain atas saham yang dimilikinya.hatrga
pasar saham merefleksikan laba di masa depan yang diharapkan (expected future
earning). Pembiayaan utang memiliki rasio yang lebih rendah dibandingkan dengan
pembayaran modal sehingga kreditur akan meminta tingkat pengembalian (rate of
return) yang lebih rendah dibandingkan dengan investor karena rasio investasi

4
berbdanding lurus dengan return investasi. Makin tinggi rasio investasi maka return
diharapkan juga makin tinggi. Disamping itu, pembiayaan utang memiliki biaya lebih
kecil dibandingkan dengan pembiayaan modal. Biaya utang (cost of dept) lebih murah
dibandingkan dengan biaya modal sendiri (cost of equity) karena pembayaran bunga
utang merupakan biaya yang mengurangi pajak. Biaya modal total dapat dinyatakan
dalam bentuk biaya modal rata-rata tertimbang dengan rumus :

KO = Ke.(E/V) + Kd.(1-T).(D/V)
Dalam hal ini :
KO = biaya modal total
Ke = biaya modal (tingkat keuntungan yang diisyaratkan atas investasi modal)
Kd = biaya utang (tingkat keuntungan yang diisyaratkan atas investasi utang)
T = tingkat pajak
E = harga pasar saham
D = harga pasar surat berharga utang
V = E+D = nilai pasar perusahaan secara keseluruhan
Berdasarkan asumsi bahwa seluruh biaya dan manfaat suatu proyek telah dinilai
cukup,masalah berikutnya yang perlu di pertimbangkan berfokus pada tingkat diskonto
(discount rate) yang cocok yang akan digunakan. Antara biaya dan manfaat terjadi
pada titik waktu yang berbeda sehingga nilai tersebut perlu didiskontokan untuk
beberapa periode waktu sebelum sebagai alternative investasi diperbandingkan untuk
ditentukan investasi mana yang akan dilakukan. Untuk tujuan analisis biaya manfaat
maka perlu digunakan tingkat diskonto social (social discount rate). Salah satu
pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan menyatakan social discount rate
sebagai tingkat yang merefleksikan prefensi masyarakat terhadap manfaat saat ini atas
manfaat yang akan diterima di masa yang akan datang, atau disebut social time
preference rate (STRP). Masalah yang akan mucul adalah bahwa alas an memilih
manfaat sekarang (current benefit) mungkin dipengaruhi oleh penilaian individu yang
menilai terlalu rendah (underestimate) manfaat yang akan diterima di masa depan.
Asumsi dalam pendekatan ini adalah generasi mendatang akan lebih sejahtera daripada
generasi sekarang. Oleh karena itu,dilakukan pengurangan terhadap kebutuhan benefits
yang tersedia.

Kemungkinan lebih lanjut adalah mencoba untuk menjelaskan social opportunity


cost rate (SOCR). Penggunaan analisis berdasarkan SOCR adalah bahwa sumber daya
5
yang digunakan untuk melakukan investasi di sector public terbatas dan sumber daya
itu taktersedia untuk digunakan ditempat lain. Disini diasumsikan bahwa investasi di
sector swasta (private sector) tidak akan dilakukan, sehingga tingkat kembalian
investasi yang dapat dihasilakan di sector swasta merefleksikan resiko keuangan dan
resiko bisnis of return dapa investasi sector swasta. Sosial discount rate didasarkan
pada rate of return pada utang pemerintah. Satu pemecahan untuk membatasi social
discount rate adalah dengan menggunakan proses pendiskontoan,artinya biaya dan
manfaat diharapkan berubah pada tingkat kembalian investasi yang sama sebagai
perubahan dalam kebutuhan tingkat harga harga umum (general prive levels). Hal ini
merupakan pendekatan yang diadopsi pemerintah yang menyarankan bahwa discount
rate yang digunakan pada investasi sector public harus dinilai dengan pengujian social
discount rate.

2. Inflasi
Penilaian investasi harus memperhitungkan perkiraan tingkat inflasi.makin tinggi
tingkat inflasi,maka makin rendah nilai riil keuntungan di masa depan yang diharapkan
(expected future returns) sehingga makin tinggi tingkat keuntungan yang disyaratkan
inflasi yang tinggi menyebabkan required rate of return makin tinggi.
3. Resiko dan Ketidakpastian
Required rate of return akan makin tinggi jika resiko investasi naik. Ketidakpastian
ekonomi dan hokum,kekacauan social politik, tidak adanya jaminan keamanan,dan
kebijakan yag tidak konsisten dapat meningkatkan rasio investasi. Faktor-faktor
tersebut menyumbang resiko investasi suatu negara (country risk) yang jika sudah
sangat parah dapat mengarah pada kategori defdefault country. Terjaminnya keamanan
berinvestasi, penegakan hokum dan demokrasi, terjaminnya property right dan contact
right dapat menurunkan resiko investasi.
4. Capital Rationing
Capital rationing adalah keadaan ketika organisasi menghadapi masalah
ketersediaan dana untuk melakukan pengeluaran investasi.dalam keadaan seperti
ini,terdapatbeberapa alternative investasi yang dapat dilakukan tetapi tidak tersedia
cukup dana pemeringkatan investasi. Pemeringkatan dapat dilakukan dengan
menggunakan rasio manfaat/biaya atau dapat juga menggunakan model pemrograman
linier.
Pada organisasi sector public,selain memperhatikan factor factor diatas penilaian
investasi public juga harus memperhatikan hal hal berikut :
6
1. Tingkat utang pemerintah.
2. Tingkat kesempatan social yang dikorbankan (social opportunity cost rate).
3. Social time preference rate.

Tingkat utang pemerintah adalah jumlah yang harus dibayarkan pemerintah


sehubungan dengan peroleh sumber pembiayaan diluar pajak,seperti hutang luar
negeri, dan obligasi pemerintah, yaitu berupa Bunga dan pokok utang. social
opportunity cost rate terkait dengan pengertian bahwa proyek pemerintah harus dapat
menghasilkan tingkat keuntungan (return ) yang minimal sama dengan tingkat
keuntungan proyek sector swasta dengan penggunaan dana yang sama. Dengan kata
lain, dengan jumlah investasi yang sama proyek investasi public yang dilakukan
pemerintah harus memiliki kualitas yang minimal sama jika proyek tersebut dilakukan
pemerintah harus memiliki kualitas yang minimal sana juka proyek tersebut dilakukan
oleh swasta. Sementara social time preference rate merefleksikan tingkat keuntungan
yang disyaratkan oleh masyarakat jika menunda konsumsi saat ini untuk kepentingan
konsumsi dimasa depan.

V. ANALISIS PENILAIAN INVESTASI SEKTOR PUBLIK


Pada dasarnya prinsip penilaian investasi sangat sederhana. Terdapat empat langkah
utama untuk mengevaluasi suatu proyek investasi yaitu:
1. Identifikasi kebutuhan investasi yang mungkin dilakukan
Organisasi sektor publik seringkali dihadapkan pada banyaknya alternatif investasi
untuk mencapai tujuan organisasinya. Oleh karena itu,perlu diidentifikasi alternatif-
alternatif yang memungkinkan untuk dianalisis lebih lanjut
2. Menentukan semua manfaat manfaat dan biaya dari proyek yang akan dilaksanakan
(cost/benefit relationship)
Perhitungan manfaat dan biaya harus pula memasukan analisis manfaat dan biaya
sosial (social cost/benefit) yang ditimbulkan dari investasi public yang akan dilakukan.
3. Mengitung manfaat dan biaya dalam rupiah
Langkah selanjutnya adalah menghitung manfaat dan biaya investasi dalam satuan
rupiah. Terkadang terdapat masalah dalam langkah ini. Kesulitan nya itu yaitu bila
yang dihadapi adalah sesuatu yang tak bias diukur dengan uang seperti manfaat dan
biaya sosial
4. Memilih proyek yang memiliki manfaat terbesar dan efektivitas biaya yang tinggi.
7
Rasio biaya dan manfaat atau efektivitas biaya merupakan titik awal penentuan
penerimaan proyek, ada banyak ketidakpastian yang dapat mempengaruhi perhitungan.
Tidak semua manfaat dan biaya social dapat dimasukan dalam perhitungan bahkan
beberapa diantaranya tidak dapat dipakai dalam pengukuran yang objektif dalam
bentuk moneter.

Terdapat beberapa teknik untuk melakukan penelitian investasi. Teknik untuk


mengevaluasi investasi dibedakan menjadi dua metode, yaitu: (1) metode penilaian
investasi tradisional, dan (2) metode aliran kas yang didiskontokan (discounted cas
flow/DCF).

Metode tradisional yang sering digunakan adalah tingkat pengembalian modal yang
diinvestasikan (accounting rate of return on capital employed-ROCE) dan payback
period (PP). ROCE secara sederhana dirumuskan:

Jumlah akuntansi
Jumlah modal yang diinvestasikan

Informasi mengenai laba akuntansi diperoleh dari laporan rugi/laba organisasi,


sedangkan informasi modal dapat diketahui dari neraca. Terdapat dua masalah dalam
menggunakan metode ROCE ini. Pertama, penghitungan angka akuntansi didasarkan
pada konsep akuntansi akrual dan memasukkan item-item bukan kas, seperti depresiasi
dan cadangan kerugian piutang. Kedua, ROCE hanya mengukur periode tunggal tanpa
memperhitungkan nilai waktu uang (time value of money).

Metode penilaian investasi dengan menggunakan discounted cash flow misalnya


adalah net present value (NPV) dan internal rate of return (IRR). NPV dihitung dengan
cara mendiskontokan aliran kas di masa datang (future cash flow) dengan faktor diskonto
tertentu yang merefleksikan biaya kesempatan modal (opportunity cost of capital). NPV
diperoleh dengan cara mengurangkan pengeluaran investasi awal dengan aliran kas di
masa depan yang di-present value-kan. Proyek yang memberikan nilai NPV-nya positif
adalah proyek yang memiliki prioritas untuk diterima dan proyek yang nilai NPV-nya
negatif adalah proyek yang harus ditolak.

IRR mendiskontokan future cash flow pada tingkat NPV yang bernilai nol. Dengan
kata lain, adalah ukuran yang menyetarakan aliran kas bersih di masa mendatang (future

8
net cash flow) dengan pengeluaran investasi awal. IRR dinyatakan dalam persentase
proyek yang memiliki nilai IRR yang besar adalah proyek yang potensial untuk diterima.

Untuk menganalisis usulan investasi public, manajer publik dapat menggunakan alat
analisis yang biasa digunakan untuk menilai kelayakan suatu proyek pada sector swasta,
misalnya NPV, IRR, payback period, dan sebagainya.

Net Present Value (NPV)

CF1 CF2 CF3 CFn


NPV = CF0 + (1+i) + 2
+ 3 + … +
(1+i) (1+i) (1+i)2 n

Atau:
n
CF1
∑ (1+I) 1
t=0

Keterangan:

i = tingkat diskonto

n = 1,…, 50 tahun (umur proyek)

CF = cash flow

Dengan formulasi lain, NPV dinyatakan:

NPV = (Cash flow x present value factor) – investasi

= (CF x pvf) – I

(CF x pvf) disebut juga Gross Present Value

Net Present Benefit (NPB)

Net Present Benefit (manfaat bersih sekarang) merupakan nilai bersih suatu proyek
setelah dikurangi seluruh biaya pada satu tahun tertentu dari keuntungan atau manfaat
yang diterima pada tahun yang bersangkutan dan didiskotokan dengan tingkat bunga yang
berlaku.

Net Present Benefit dapat dirumuskan dengan:

M- C M2 M3 Mn - Cn
NPB = Mo – Co + + + +…
(1+t) (1+t)2 (1+t)3 (1+t) n
Atau:

9
n
Mn−Bn

n =1 ( (1+i)t )
NPB = nilai bersih, yaitu manfaat dikurangi dengan biaya pada tahum ke-n
i = tingkat bunga
n = 1, …, 50 tahun (umur proyek)
M = manfaat
C = biaya
Catatan: proyek yang dipilih adalah jenis proyek yang memiliki nilai NPB tertinggi.
Analisis Payback Period
Metode payback period digunakan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian
investasi.
investasi awal
Payback period =
keuntungan tahunan
Payback period merupakan teknik analisis investasi yang relatif mudah dan sederhana
sehingga banyak digunakan. Adapun kelemahan dari payback period antara lain:

1. Metode ini mengabaikan penerimaan-penerimaan investasi atau proceeds yang


diperoleh setelah payback period tercapai.
2. Metode payback period mengabaikan nilai waktu uang.
3. Metode payback peeiod tidak dapat digunakan untuk pengambilan keputusan investasi
yang bersifat mutually exclusive

Analisis Biaya – Manfaat (Cost-Benefit Analysis)

Metode Cost-Benefit Analysis (CBA) merupakan cara mengevaluasi suatu proyek


dengan membandingkan nilai sekarang dari seluruh manfaat atau keuntungan yang
diperoleh dengan nilai sekarang dari seluruh biaya proyek tersebut. Berdasarkan CBA
kriteria keputusan penerimaan proyek didasarkan pada proyek-proyek yang memberikan
nilai keuntungan yang lebih besar dari biayanya. Keuntungan dalam analisis biaya
manfaat harus pula memasukkan keuntungan social yang didiskontokan yang lebih besar
dari nilai biaya sosial yang didiskontokan

Analisis Benefit Cost Ratio dirumuskan sebagai berikut:

M1 M2 M3 Mn
M = Mo + + + +…
(1+i) (1+i) 2
(1+i) 3
(1+i) n

10
C1 C2 C3 Cn
C = Co + + + +…
(1+t) (1+t)2 (1+t) 3 (1+t) n

Berdasarkan metode ini suatu proyek akan dilakukan bila (M/C)>1. Metode ini akan
memberikan hasil yang konsistem dengan metode net present benefit apabila B/C>1
berarti pula B-C>0.

Benefit/cost ratio dapt juga dirumuskan sebagai berikut:

benefit cost ratio


Gross Present Value =
investasi

Kelemahan metode B-C ratio adalah tidak adanya pedoman yang jelas mengenai hal-
hal yang masuk sebagai perhitungan biaya dan manfaat. Di satu sisi dapat dimasukkan
sebagai biaya, tetapi di sisi lain dapat masuk sebagai manfaat sehingga kemungkinan
terjadi manipulasi besar. Secara umum, kelemahan ini disebabkan karena adanya
kesulitan dalam penghitungan manfaat dan biaya. Biaya dianggap sebagai manfaat
negatif. Dengan demikian B-C ratio dapat berpeluang memberikan hasil yang keliru
dalam menentukan proyek.

Ilustrasi mengenai konsep benefit/cost ratio:

Pemerintah memiliki dua proposal proyek yang membutuhkan investasi sebesar


Rp16.000.000,00 dan memberikan aliran kas masuk Rp9.200.000,00 satu tahun dari
sekarang. Proyek kedua membutuhkan investasi sebesar Rp24.000.000,00 dengan
memberikan aliran kas sebesar Rp7.200.000,00 per tahun selama lima tahun. Jika tingkat
keuntungan yang disyaratkan sebesar 10 persen, maka penghitungan benefit/cost ratio
adalah sebagai berikut:

Proye Investasi Cash Flow PV Gross Present Benefit/Cost


k (10%) Value Ratio

A Rp16.000.000,00 Rp9.200.000,00 0.909 Rp17.452.800,00 1.09

B Rp24.000.000,00 Rp7.200.000,00 3.791 Rp27.295.200,00 1.14

Berdasarkan benefit/cost ratio, maka proyek B lebih layak diterima daripada proyek A
karena proyek B memiliki ratio manfaat atau biaya yang lebih besar dari proyek A.

11
Keputusan mengenai aktivitas investasi dalam private sector detekankan dengan
menilai apakah pemilik perusahaan akan menjadi lebih baik dengan melakukan investasi
tersebut. Sementara itu, keputusan investasi dalam organisasi sektor public lebih
difokuskan pada penilaian apakah masyarakat secara keseluruhan akan menjadi lebih baik
dengan adanya investasi tersebut. Untuk menentukan manfaat sosial bersih ini tidak hanya
diperhitungkan manfaat yang tangible melainkan juga termasuk manfaat yang intangible.

Menurut Dixon (1994) dalam Blundell dan Murdock (1997), analisis biaya-manfaat
pada dasarnya harus dapat mengukur manfaat sosial bersih (net social benefit), yaitu:

1. Menutuskan biaya dan manfaat apa saja yang akan dimasukkan.


Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya double
counting, yaitu satu manfaat atau biaya yang menyebabkan manfaat atau biaya yang
lain dimasukkan sacara bersama-sama.
2. Mengukur dan mengevaluasi biaya dan manfaat.
Manfaat dan biaya yang berwujud (tangible) lebih mudah untuk dihitung, akan tetapi
yang bersifat tidak berwujud (intangible) relatif sulit untuk dihitung.
3. Timing dan aliran biaya dan manfaat.
Tahap ketiga terkait dengan masalah waktu pengakuan biaya atau manfaat yang
terjadi.

Analisis Efektivitas Biaya

Analisis efektivitas biaya dilakukan karena terdapat kesulitan dalam menghitung biaya
dan manfaat social secara kuantitatif. Analisis ini meliputi penilaian terhadap biaya dan
manfaat yang dapat dikuantifikasi, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan
dating atas suatu proyek dengan pengaruh atau dampak yang tidak dapat
dikuantifikasikan, namun tidak dinilai. Dengan kata lain, analisis efektivitas biaya
memusatkan pada pengukuran suatu yang dapat diukur.

Langkah-langkah dalam melakukan analisis efektivitas biaya:

1. Menentukan jumlah dan waktu atas semua biaya modal


2. Membuat estimasi biaya yang akan terjadi selama umur yang diharapakan dari suatu
proyek.
3. Membuat estimasi output terukur selama umur yang diharapkan dari suatu proyek.
4. Membuat estimasi pengaruh biaya dan pendapatan atas aktivitas yang dilakukan.
5. Mendiskontokan biaya dan manfaat yang dapat diukur untuk memungkinkan
melakukan perbandingan.
12
6. Menjelaskan secara realistis mengenai kemungkinan adanya biaya-biaya dan manfaat
yang tidak dapat dikuantifikasi yang akan muncul dari proyek yang akan dijalankan.

13
BAB II

KASUS

INVESTASI DI KABUPATEN SRAGEN, JAWA TENGAH


Pembangunan Usaha Grosir di 20 Kecamatan
Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen berencana membangun usaha grosir yang meliputi 20
kecamatan di seluruh wilayahnya. Investasi ini dilakukan dengan pola bagi hasil antara Pemda
setempat dengan investor yang berminat. Pihak kecamatan akan menyiapkan lahan yang
lokasinya sesuai dengan master plan Pemda, sedangkan pembangunan dan pengelolaannya
diserahkan kepada investor.
Pemda telah menyiapkan lokasi yang strategis. Jumlah pelanggan prospektif dilihat dari
populasi penduduk Kabupaten Sragen ± 900.000 jiwa dengan 682.367 jiwa merupakan usia
produktif. Besarnya dana yang diperlukan untuk melakukan investasi tersebut:
1. Tanah (ukuran 30m x 40m2 x Rp400.000) = Rp480.000.000
2. Bangunan (260 m2 x Rp2.000.000) = Rp520.000.000
3. Modal Kerja = Rp500.000.000
4. Peralatan komputer/mesin hitung = Rp10.000.000
5. Total : Rp1.510.000.000
Berdasarkan analisa investasi dapat disimpulkan, sebagai berikut:
1. Payback Period : 6,2 bulan
2. NPV :  1.175.000.000
3. IRR :  10,588  (baik)
4. ARR :  22,185  (baik)
5. PI :  1,778  (> 1 diterima)
Analisis
Investasi di atas tergolong investasi baru dengan tujuan menyediakan tempat untuk usaha grosir
bagi masyarakat di 20 kecamatan dalam wilayah Kabupaten Sragen. Dengan demikian, evaluasi
investasi harus ditekankan pada keempat aspek berikut ini:
1. Aspek Teknis
Investasi usaha grosir tersebut telah memenuhi aspek teknis.
2. Aspek Sosial dan Budaya
Pembangunan usaha grosir ini kemungkinan besar berdampak pada penjual retail atau
toko- toko kecil yang sudah ada. Mereka akan kehilangan sebagian konsumen. Di sisi

14
lain, investasi ini juga menyediakan tempat usaha dan memberikan kesempatan kerja
yang lebih luas lagi. Dengan adanya investasi ini, diharapkan mampu meningkatkan
produktivitas masyarakat sekitar. Selain itu, usaha grosir ini juga akan memudahkan
konsumen atau masyarakat dalam mendapatkan kebutuhan sehari- hari.
Namun, tentunya terdapat social opportunity cost yang ditanggung oleh masyarakat
dimana pasti akan terjadi pertambahan polusi suara akibat aktivitas jual beli. Selain itu
juga masalah sampah dan kelancaran lalu lintas.
3. Aspek Ekonomi dan Finansial
Dari hasil analisis investasi yang telah dilakukan, dapat kita lihat bahwa indicator-
indicator tersebut menunjukkan bahwa investasi usaha grosir ini merupakan investasi
yang menguntungkan. Hasil perhitungan NPV positif dengan payback period yang
relative sangat singkat, hanya 6, 2 bulan. Selain itu, dengan mengikutsertakan modal
dari investor swasta, maka investasi ini diharapkan dapat berkontribusi dalam
peningkatan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
4. Aspek Distribusi
Investasi ini memungkinkan terjadinya distribusi yang merata karena dilakukan di
seluruh kecamatan di Kabupaten Sragen. Dengan demikian, pembangunan tidak hanya
terpusat pada kecamatan- kecamatan kota. Selain itu, proyek ini juga turut mengundang
partisipasi dari pihak swasta sehingga alokasi dana Pemerintah Daerah tidak akan
terlampau banyak terkuras di proyek ini saja.

15
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta. ANDI Yogyakarta

Cintokowati. 2010. Analisis Investasi Sektor Publik


https://cintokowati.wordpress.com/2010/11/14/asp-analisis-investasi-sektor-publik/
Diakses tanggal 25 September 2019

16

Anda mungkin juga menyukai