19.017 - Fania Eliza Geriatri

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Nama : Fania Eliza Fitriani

Nim : 19.017
Ft. Geriatri (Pemeriksaan Gangguan Gerak Fungsional Pada Lansia)

TUGAS MERANGKUM BAB IV


Pemeriksaan Kekuatan Otot
Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan menggunaka pengujian otot
MMT (manual muscle testing). Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui
kontraksi otot secara volunter.

1. Pemeriksaan fungsi motorik :


a. Pemeriksaan kekuatan otot
 MMT
- ditujukan untuk mengetahui kemampuan mengkontraksikan otot
secara volunter. (lansia yang tidak mampu mengkontraksikan
otot secara aktif, tidak tepat bila diberikan MMT standart).
- Pemeriksaan kekuatan otot menggunakan MMT membantu
penegakan diagnosa klinis, penentuan jenis terapi, jenis alat
bantu yang diperlukan, prognosis.
Nilai pada MMT
a) Nilai (5) ; mampu melakukan gerakan full ROM, melawan gravitasi, dan
melawan tahanan maksimal.
b) Nilai (4) ; mampu melakukan gerakan full ROM, melawan gravitasi dan
melawan tahanan minimal.
c) Nilai (3) ; mampu melakukan gerakan full ROM, melawan gravitasi
tampa tahanan.
d) Nilai (2) ; mampu melakukan gerakan full ROM, tidak bisa melawan
gravitasi.
e) Nilai (1) ; ada kontraksi tidak ada gerakan.
f) Nilai (0) ; tidak ada kontraksi.

 Dinamometer
Alat pemeriksaan otot yang bertujuan untuk mengetahui
kekuatan kontraksi isometrik dari otot yang diperiksa.

b. Pemeriksaan luas gerak sendi


 LGS → merupakan luas gerak sendi yang dapat dilakukan oleh
suatu sendi.
 Penyebab dari keterbatasan sendi :
- Nyeri
- Spasme
- Perlengketan jaringan
- Kwalitas gerak (normal, hipertonus, rigid atau gerak kejut)
 Hasil pengukuran LGS dapat digunakan untuk menentukan tujuan
dan rencana terapi dalam mengatasi gangguan LGS
 Tujuan pemeriksaan LGS :
- untuk mengetahui besarnya LGS suatu sendi dan
membandingkan dengan sendi yang normal.
- Membantu diagnosa
- Menentukan fungsi sendi

c. Pemeriksaan Tonus Otot


Tonus otot adalah ketegangan minimal otot dalam keadaan istirahat,
ada beberapa cara untuk memeriksa yaitu dengan palpasi, gerakan pasif dan
vibrasi.

d. Pemeriksaan posture
 Pemeriksaan posture tubuh dilakukan dengan cara inspeksi pada
posisi berdiri.
 Pemeriksaan posture menurut Palmer dari Lateral
- Kepala fleksi / condong ke depan dan telinga terletak di depan
garis vertikal tubuh
- Kurva lordosis cervical berkurang/ datar , korpus vertebra
cervical terletak di depan garis vertikal tubuh.
- Kifosis toracalis ; terjadi peningkatan konveksitas vertebra
toracalis
- Lordosis Lumbalis; terjadinya hiperekstensi vertebra lumbal.
- Sway back ; merupakan menifestasi dari fleksi lumbal dengan
asosiasi pelvis rotasi ke posterior, ekstensi sendi panggul,
kifosis toracalis,dan pelvis bergeser ke anterior.
- Flat Back ; Terjadi kurva vertebra lumbal mendatar , itu
merupakan bukti peningkatan fleksi lumbal dengan asosiasi
pelvic rotasi ke posterior dan ekstensi sendi panggul.
- Pelvis rotasi ke anterior, spina illiaca anterior superior
(SIAS)rotasi ke anterior menuju ke simpisis osis pubis.
- Pelvis rotasi ke posterior, simfisis osis pubis berada lebih
anterior dari SIAS.
- Fleksi sendi lutut; aksis sendi lutut berada di anterior garis tegak
tubuh.
 pemeriksaan posture menurut Palmer dari pandangan antero
posterior.
- Penyimpangan kepala dan leher ke lateral,
- Rotasi kepala
- Rotasi medial sendi bahu
- Wing scapulae, ketika margo medial skapula menjauh dari costa
- Abduksi kepala, ketika skapula menjahui garis tengah-tengah
vertebra torakalis
- Scoliosis, prosesus spinosus vertebra berada disebelah lateral
garis tengah batang tubuh
- Pelvis miring ke lateral; salah satu pelvis lebih tinggi
dibandingkan sisi yang lain
- Abduksi sendi panggul, trochantor mayor lebih tinggi pada sisi
yang terkena
- Genu varum/bowleg. Pusat sendi lutut berada disebelah lateral
garis tengah tubuh.
- Genu Valgum , pusat sendi lutut bergeser ke medial dari garis
tengah tubuh
 Pada lansia terjadi penyimpangan disekitar garis lurus tubuh karena
perubahan kurva.
 Lansia cenderung banyak duduk dalam waktu lama menyebabkan
vertebra lumbal datar.

e. Pemeriksaan pola jalan


Salah bentuk aplikasi fungsional dari gerak tubuh adalah pola jalan.
Keseimbangan, kekuatan dan fleksibilatas sangat diperlukan untuk
mempertahankan postur yang baik. Pada pola jalan yang baik itu terdapat
rangkaian gerakan heel strike - mid stance – push off – ascelerasi – mid
swing – descelarasi. Jika ada bagian gerakan yang hilang ataupun ada
gerakan yang terhambat maka pola jalan pasien terganggu.

Tujuan dari pemeriksaan pola jalan


a) Mengetahui ada atau tidaknya gangguan keseimbangan saat berjalan.
b) Mengetahui ada atau tidaknya gangguan koordinasi gerakan saat
berjalan.
 Postur tubuh yang baik memerlukan 3 elemen yang baik sebagai
dasar untuk mewujudkan pola jalan yang baik pada setiap individu
yaitu:
- Keseimbangan
- Kekuatan
- Fleksibilitas
 Hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan pola jalan adalah :
persendian yang bergerak, irama gerakan, kecepatan bergerak,
ayunan lengan, gerakan badan, postur tubuh, perbandingan fase
menumpu dan fase mengayun, lebar langkah, dan panjang
langkah, selanjutnya masing-masing penyimpangan dicatat. Dan
perlu ditanya adakah rasa nyeri saat berjalan saat fase menumpu
dan mengayun.

2. Pemeriksaan fungsi sensorik :


Fungsi sensorik yang berkaitan dengan lansia antara lain sensasi
protektif (protopatik) yang meliputi nyeri, temperatur, atau sentuhan ringan,
dan sensasi diskrimanatif (epikritik) yang meluputi taktil, diskriminasi dua titik,
kinestesia, dan proprioseptif.

 Sensasi protektif (protopatik) : nyeri, temperatur, atau sentuhan


ringan.
 Sensasi diskriminatif (epikritik) : taktil, diskriminasi dua titik, kinestia
dan propioseptik.
 Peralatan yang diperlukan dalam pemeriksaan fungsi sensorik
antara lain :
- jarum yang berujung tajam/ runcing dan tumpul
- Tabung reaksi.
- Sikat bulu atau kain katun.
- Dermatum chart
- Formulir pemeriksaan sensoris.
 Pemeriksaan nyeri dilakukan dengan cara :
- Verbal Analog Scale (VAS)
- Verbal Discriptive Scale (VDS)
- Skala lima tingkat
 Tujuan pemeriksaan fungsi sensorik
- Menentukan derajat gangguan sensoris dalam hubungannya
dengan gangguan gerak.
- Sebagai acuan untuk re edukasi sensoris.
- Mencegah terjadinya komplikasi sekunder.
- Menyusun sasaran dan rencana terapi.

3. Pemeriksaan fungsi sensomotorik :


Fungsi sensomotorik yang terpenting adalah koordinasi dan kesimbangan.
Pemeriksaan koordinasi dapat dibagi dalam
a) Non-ekulibrium, tes ini untuk menilai komponen statis dan dinamis dari
gerakan ketika tubuh tidak pada posisi tegak, yeng meliputi gerakan
motorik kasar dan halus.
b) Ekulibrium, tes ini menilai komponen statis dan dinamis dari postur dan
kesimbangan ketika tubuh dalam posisi berdiri, yang meliputi gerakan
motorik ksar, dan observasi tubuh saat statik dan dinamis.

4. Pemeriksaan fungsi kognitif dan interpersonal


 Batasan fungsi kognitif meliputi :
- Komponen atensi.
- Konsentrasi.
- Memori.
- Pemecahan masalah.
- Pengambilan sikap.
- Integrasi belajar
- Proses komprehensif
 Alat ukur atau metode pemeriksaan fungsi kognitif dan intrapersonal
disesuaikan dengan aspek kognitif intrapersonal yang akan diperiksa,
yang dapat dilakukan dengan cara tanya jawab; kuesioner, peragaan.
 Tujuan pemeriksaan Fungsi Kognitif Intrapersonal
- Membantu menegakkan diagnosa
- Sebagai acuan untuk menyusun program fisioterapi serta
pelaksanaannya
- Sebagai alat evaluasi
- Sebagai data / informasi yang dapat dipergunakan pihak lain
yang berkepentingan.

5. Pemeriksaan interpersonal dan social


Tujuan dari pemeriksaan ini untuk menilai kemampuan dalam berinteraksi,
mengantisipasi konflik, berperan atau menempatkan diri dalam berinteraksi,
bermasyarkat/ berkelompok. Metode yang di gunakan berupa wawancara/
tanya jawab, angket/kuesioner,pengamatan,dan lain-lain.
 Alat ukur yang digunakan dapat berupa
- wawancara / tanya jawab.
- Angket / kuesioner.
- pengamatan.
 Pemeriksaan yang mudah dilakukan dan sederhana adalah
pengamatan terhadap lansia dalam kehidupan sehari –harinya di
lingkungan keluarga. (hubungan ayah – anak, suami-istri, kakak –
adik,dll).
 Sebagai dirinya sendiri (bagaimana mengatasi stress/poping skill,dll),
tanpa dikenai stimulus yang sengaja , hal yang sama tetapi dengan
dikenai stimulus yang sengaja dibuat.
6. Pemeriksaan kemampuan :
 Pemeriksaan kemampuan fungsional merupakan proses untuk
mengetahui kemampuan lansia dalam melakukan aktifitas sehari-hari
atau waktu senggangnya yang terintegrasi dengan lingkungan
aktifitasnya.
 Sistem pemeriksaan kemampuan funsional
- Indeks bathel
- Indeks katz
- Indeks kenny self-care
- Indeks actifity daily living (ADL)
- Skala penilaian
 Tujuan pemeriksaan :
- Menunjukkan kepada lansia tentang kemampuan fungsi nyata
yang dimiliki.
- Membantu lansia berpikir konstruktif tentang kemampuannya
dan memotivasi untuk mencapai derajat kemandirian yang lebih
tinggi.
- Salah satu parameter penilaian sebelum dan sesudah tindakan
fisioterapi atau tindakan medis lainnya.
- Menentukan tujuan pengembalian dan peningkatan fungsi yang
realistis.
- Dasar untuk menentukan tindak lanjut program
- Acuan untuk merencanakan kebutuhan masa yang akan datang
, seperti kebutuhan alat adaptasi, modifikasi tempat tinggal, dan
tempat kerja agar hidupnya lebih aman dan mudah.

7. Pemeriksaan lingkungan aktifitas :


Pemeriksaan ini untuk melihat lingkungan aktifitas baik didalam rumah
maupun diluar rumah, apakah lingkungan di sekitar lansia dapat mendukung
kebutuhan lansia, mulai dari kebutuhan toilet duduk, lantai yang tidak licin,
posisi benda yang tidak terlalu tinggi, dan lain-lain

Anda mungkin juga menyukai