Desain Pembelajaran

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

DESAIN PEMBELAJARAN

Proses pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah untuk pelaksanaan


Kurikulum 2013 tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 103 Tahun 2014 yang dinaungi dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses beserta lampirannya.
Dalam lampiran Peraturan Menteri tersebut dinyatakan tentang konsep dasar mengenai
proses pembelajaran yaitu bahwa peserta didik dipandang sebagai subjek yang
memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan
menggunakan pengetahuan. Sejalan dengan pandangan tersebut, pembelajaran harus
berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk
mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Selanjutnya, agar benar- benar
memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk
bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya
keras mewujudkan ide-idenya.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka prinsip
pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013 adalah sebagai berikut ini.
1. Pembelajaran memfasilitasi peserta didik untuk mencari tahu;
2. belajar berbasis aneka sumber belajar;
3. pendekatan proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah;
4. pembelajaran berbasis kompetensi;
5. pembelajaran terpadu;
6. pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
7. pembelajaran menuju keterampilan aplikatif;
8. peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan
keterampilan mental (softskills);
9. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
10. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing
ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun
karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran
(tut wuri handayani);
11. pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di masyarakat;
12. pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja
adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas;
13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas pembelajaran; dan
14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.

Sasaran pembelajaran dalam menerapkan kurikulum 2013 mencakup


pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk
setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan
perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas
“menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan
diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati,
menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Karaktersitik kompetensi
beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar
proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu
(tematik antar matapelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu
diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry
learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya
kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan
pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah
(problem based learning).
Berikut ini akan diuraikan beberapa desain pembelajaran yang selaras
dengan prinsip pembelajaran menggunakan kurikulum 2013.

1. Pendekatan saintifik (dalam pembelajaran) dan metode saintifik


Dalam Permendikbud No. 103 Tahun 2014 dinyatakan bahwa pembelajaran
dengan pendekatan saintifik terdiri atas lima langkah kegiatan belajar yakni mengamati
(observing), menanya (questioning), mengumpulkan informasi/mencoba
(experimenting), menalar atau mengasosiasi (associating), dan mengomunikasikan
(communicating).
Pendekatan saintifik disebut juga pendekatan berbasis proses keilmuan. Artinya,
proses untuk memperoleh pengetahuan (ilmiah) secara sistematis. Dalam konteks ini,
tidak sulit untuk menyatakan bahwa pendekatan saintifik ini berakar pada metode
ilmiah (saintific method), sebuah konsep yang menekankan ilmu pengetahuan lebih
sebagai kata kerja ketimbang kata benda. Metode saintifik sendiri merupakan prosedur
atau proses, yakni langkah-langkah sistematis yang perlu dilakukan untuk memperoleh
pengetahuan (ilmiah) yang didasarkan pada persepsi inderawi dan melibatkan uji
hipotesis serta teori secara terkendali (Sudarminta, 2002 : 164). Karena pengamatan
inderawi biasanya mengawali maupun mengakhiri proses kerja ilmiah, maka cara kerja
atau proses ilmiah sering juga disebut lingkaran atau siklus empiris.
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut.
a. Meningkatkan kemampuan intelektual, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi
peserta didik,
b. Membentuk kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah
secara sistematik,
c. Memperoleh hasil belajar yang tinggi,
d. Melatih peserta didik dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis
karya ilmiah, serta
e. Mengembangkan karakter peserta didik.

Secara umum pembelajaran dengan pendekatan saintifik dilakukan melalui


Sejumlah langkah sebagai berikut.
a. Mengamati. Siswa menggunakan panca inderanya untuk mengamati fenomena yang
relevan dengan apa yang dipelajari. Fenomena yang diamati pada mata pelajaran satu
dan lainnya berbeda. Siwa dapat mengamati fenomena secara langsung maupun
melalui media audio visual. Hasil yang diharapkan dari langkah pembelajaran ini
adalah siswa menemukan masalah, yaitu gap of knowledge – apapun yang belum
diketahui atau belum dapat dilakukan terkait dengan fenomena yang diamati. Pada
langkah ini guru dapat membantu siswa menginventarisasi segala sesuatu yang belum
diketahui (gap of knowledge) tersebut. Agar kegiatan mengamati dapat berlangsung
dengan baik, sebelum pembelajaran dimulai guru perlu menemukan/mempersiapkan
fenomena yang akan diamati siswa dan merancang kegiatan pengamatan untuk siswa
menemukan masalah.
b. Menanya. Siswa merumuskan pertanyaan tentang apa saja yang tidak diketahui atau
belum dapat dilakukan terkait dengan fenomena yang diamati. Pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan dapat mencakup pertanyaan-pertanyaan yang
menghendaki jawaban berupa pengetahuan faktual, konseptual, maupun prosedural,
sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik. Hasil kegiatan ini adalah serangkaian
pertanyaan siswa yang relevan dengan indikator-indikator KD. Guru Membantu siswa
merumuskan pertanyaan berdasarkan daftar hal-hal yang perlu/ingin diketahui agar
dapat melakukan/menciptakan sesuatu.
c. Mengumpulkan informasi/mencoba. Siswa mengumpulkan data melalui berbagai
teknik, misalnya melakukan eksperimen, mengamati obyek/kejadian/aktivitas,
wawancara dengan nara sumber, membaca buku pelajaran, dan sumber lain di
antaranya buku referensi, kamus, ensiklopedia, media massa, atau serangkaian data
statistik. Guru menyediakan sumber-sumber belajar, lembar kerja (worksheet), media,
alat peraga/peralatan eksperimen, dan sebagainya. Guru juga membimbing dan
mengarahkan siswa untuk mengisi lembar kerja, menggali informasi tambahan yang
dapat dilakukan secara berulang-ulang sampai siswa memperoleh informasi atau data
yang dibutuhkan. Hasil kegiatan ini adalah serangkaian data atau informasi yang
relevan dengan pertanyaan-pertanyaan yang siswa rumuskan.
d. Menalar/mengasosiasi. Siswa menggunakan data atau informasi yang sudah
dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mereka rumuskan. Pada
langkah ini guru mengarahkan agar siswa dapat menghubung-hubungkan
data/informasi yang diperoleh untuk menarik kesimpulan. Hasil akhir dari tahap ini
adalah simpulan-simpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan yang
dirumuskan pada langkah menanya.
e. Mengomunikasikan. Siswa menyampaikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
mereka ke kelas secara lisan dan/atau tertulis atau melalui media lain. Pada
tahapan pembelajaran ini siswa dapat juga memajang/memamerkan hasilnya di ruang
kelas, atau mengunggah (upload) di blog yang dimiliki. Guru memberikan umpan
balik, meluruskan, memberikan penguatan, serta memberikan
penjelasan/informasi lebih luas. Guru membantu peserta didik untuk menentukan
butir-butir penting dan simpulan yang akan dipresentasikan, baik dengan atau tanpa
memanfaatkan teknologi informasi.

2. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based Learning)


Pembelajaran Berbasis Masalah adalah pembelajaran yang menggunakan
masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari (otentik) yang bersifat terbuka (open-
ended) untuk diselesaikan oleh peserta didik untuk mengembangkan
keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, keterampilan sosial,
keterampilan untuk belajar mandiri, dan membangun atau memperoleh pengetahuan
baru. Pembelajaran ini berbeda dengan pembelajaran konvensional yang jarang
menggunakan masalah nyata atau menggunakan masalah nyata hanya di tahap akhir
pembelajaran sebagai penerapan dari pengetahuan yang telah dipelajari. Pemilihan
masalah nyata tersebut dilakukan atas pertimbangan kesesuaiannya dengan
pencapaian kompetensi dasar. Tujuan utama PBM adalah mengembangkan
keterampilan menyelesaikan masalah, keterampilan berpikir, keterampilan sosial,
keterampilan untuk belajar mandiri, dan membentuk atau memperoleh
pengetahuan baru.

3. Pembelajaran Berbasis Projek (Project-based Learning)


Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) adalah kegiatan pembelajaran yang
menggunakan projek/kegiatan sebagai proses pembelajaran untuk mencapai
kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Penekanan pembelajaran terletak
pada aktivitas-aktivias peserta didik untuk menghasilkan produk dengan menerapkan
keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan
produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang dimaksud adalah
hasil projek dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya
teknologi/prakarya, dan lain-lain. Pendekatan ini memperkenankan pesera didik untuk
bekerja secara mandiri maupun berkelompok dalam menghasilkan produk nyata.
Tujuan Pembelajaran Berbasis Projek (PBP) adalah sebagai berikut:
a. Memperoleh pengetahuan dan ketrampilan baru dalam pembelajaran
b. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah
projek.
c. Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah
projek yang kompleks dengan hasil produk nyata berupa barang atau
jasa.
d. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik
dalam mengelola sumber/bahan/alat untuk menyelesaikan
tugas/projek.
e. Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya pada PBP
yang bersifat kelompok.

Prinsip-prinsip pembelajaran berbasis projek adalah sebagai berikut.


a. Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang melibatkan tugas-tugas projek
pada kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran.
b. Tugas projek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu tema atau
topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran.
c. Tema atau topik yang dibelajarkan dapat dikembangkan dari suatu kompetensi
dasar tertentu atau gabungan beberapa kompetensi dasar dalam suatu
matapelajaran, atau gabungan beberapa kompetensi dasar antarmata pelajaran.
Oleh karena itu, tugas projek dalam satu semester dibolehkan hanya satu penugasan
dalam suatu mata pelajaran.
d. Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan menghasilkan produk
nyata yang telah dianalisis dan dikembangkan berdasarkan tema/topik yang
disusun dalam bentuk produk (laporan atau hasil karya). Produk tersebut selanjutnya
dikomunikasikan untuk mendapat tanggapan dan umpan balik untuk perbaikan
produk.
e. Pembelajaran dirancang dalam pertemuan tatap muka dan tugas mandiri dalam
fasilitasi dan monitoring oleh guru. Pertemuan tatap muka dapat dilakukan di awal
pada langkah penentuan projek dan di akhir pembelajaran pada langkah penyusunan
laporan dan presentasi/publikasi hasil projek, serta evaluasi proses dan hasil
projek.

Tabel 2. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Projek


Langkah-langkah Deskripsi
Langkah -1 Guru bersama dengan peserta didik
Penentuan projek menentukan tema/topik projek

Langkah -2 Guru memfasilitasi Peserta didik untuk


Perancangan langkah-langkah merancang langkah-langkah kegiatan
penyelesaian projek penyelesaian projek beserta
pengelolaannya
Langkah -3 Guru memberikan pendampingan
Penyusunan jadwal kepada peserta didik melakukan
pelaksanaan projek penjadwalan semua kegiatan yang
telah dirancangnya
Langkah -4 Guru memfasilitasi dan memonitor
Penyelesaian projek dengan peserta didik dalam melaksanakan
fasilitasi dan monitoring guru rancangan projek yang telah
Langkah -5 dibuat
Guru memfasilitasi Peserta didik untuk
Penyusunan laporan dan mempresentasikan dan
presentasi/publikasi hasil projek mempublikasikan hasil karya
Langkah -6 Guru dan peserta didik pada akhir
Evaluasi proses dan hasil projek proses pembelajaran melakukan
refleksi terhadap aktivitas dan hasil
tugas projek
4. Pembelajaran Inquiry/Discovery
Dalam Permendikbud No.22 tahun 2016 dikatakan pembelajaran inquiry
disebut bersama dengan discovery. Dalam Webster’s Collegiate Dictionary inquiry
didefinisikan sebagai “bertanya tentang” atau “mencari informasi”. Discovery disebut
sebagai “tindakan menemukan”. Jadi, pembelajaran ini memiliki dua proses utama.
Pertama, melibatkan siswa dalam mengajukan atau merumuskan pertanyaan-
pertanyaan (to inquire), dan kedua, siswa menyingkap, menemukan (to discover)
jawaban atas pertanyaan mereka melalui serangkaian kegiatan penyelidikan dan
kegiatan-kegiatan sejenis (Sutman, et.al., 2008:x).
Inquiry/discovery merupakan proses pembelajaran yang didasarkan pada
pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuaan bukan
sekedar sekumpulan fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses
menemukan atau mengkonstruksi. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan proses
fasilitasi kegiatan penemuan (inquiry) agar peserta didik memperoleh pengetahuan dan
keterampilan melalui penemuannya sendiri (discovery).
Tujuan pertama Inquiry/Discovery Learning adalah agar siswa mampu
merumuskan dan menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana,bagaimana,
mengapa, dsb. Dengan kata lain, Inquiry/Discovery Learning bertujuan untuk membantu
siswa berpikir secara analitis. Tujuan kedua adalah untuk mendorong siswa agar semakin
berani dan kreatif berimajinasi.Dengan imajinasi siswa dibimbing untuk mengkreasi
sesuatu menggunakan pengetahuan yang diperolehnya. Penemuan ini dapat berupa
perbaikan atau penyempurnaan dari apa yang telah ada, maupun menciptakan ide,
gagasan, atau alat yang belum ada (Anam, 2015:9).
Proses mengumpulkan data, mengamati, dan meringkas informasi, khususnya
data numerik dalam Inquiry/Discovery Learning, efektif dalam merangsang diskusi
untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang diinginkan. Siswa perlu
mengalami bagaimana menarik simpulan ilmiah berdasarkan pengamatan atas fakta-
fakta dan sekumpulan data yang diperoleh.

Lima Langkah dalam Inquiry/Discovery Learning


1. Merumuskan pertanyaan Merumuskan pertanyaan, masalah, atau topik
yang akan diselidiki.
2. Merencanakan Merencanakan prosedur atau langkah-langkah
pengumpulan dan analisis data.
3. Mengumpulkan dan Kegiatan mengumpulkan informasi, fakta,
menganalisis data maupun
data, dilanjutkan dengan kegiatan
4. Menarik simpulan menganalisisnya.
Menarik simpulan-simpulan (jawaban atau
penjelasan
ringkas)
5. Aplikasi dan Tindak lanjut Menerapkan hasil dan mengeksplorasi
pertanyaan-
pertanyaan atau permasalahan lanjutan
untuk dicari jawabnya.

Anda mungkin juga menyukai