Laporan Praktikum Karbohidrat
Laporan Praktikum Karbohidrat
Laporan Praktikum Karbohidrat
Disusun Oleh:
NIM : 19330717
Kelas A
FAKULTAS FARMASI
JAKARTA
2020
PERCOBAAN II
REAKSI KARBOHIDRAT
A. Tujuan Percobaan :
1. Percobaan tentang pengujian karbohidrat terutama monosakarida, disakarida.
2. Dapat membedakan antara gula pereduksi dan gula bukan pereduksi.
B. Prinsip Percobaan :
Dengan menggunakan pereaksi-pereaksi dapat diketahui adanya karbohidrat dan bukan
karbohidrat, dengan cara mereduksi dan pembentukan osazon.
C. Teori Percobaan :
Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hidrogen dan oksigen yang terdapat dalam
alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O; misalnya, rumus molekul
glukosa ialah C6H12O6 (enam kali CH2O). Senyawa ini pernah disangka “hidrat dari
karbon,” sehingga disebut karbohidrat. Dalam tahun 1880-an disadari bahwa gagasan
“hidrat dari karbon” merupakan gagasan yang salah dan karbohidrat sebenarnya adalah
polihidroksi aldehida dan keton atau turunan mereka (Fessenden,1999).
Karbohidrat sangat beranekaragam sifatnya. Misalnya sukrosa (gula tebu) dan kapas,
keduanya adalah karbohidrat. Salah satu perbedaan utama antara berbagai tipe
karbohidrat ialah ukuran molekulnya. Monosakarida (sering disebut gula sederhana)
adalah satuan karbohidrat yang tersederhana; takdapat dihidrolisis menjadi molekul
karbohidrat yang lebih kecil. Menunjukkan rumus-rumus dimensi dan proyeksi Fischer
untuk lima monosakarida yang paling penting.
Monosakarida dapat diikat secara bersama-sama untuk membentuk dimer, trimer, dan
sebagainya dan akhirnya polimer. Dimer-dimer disebut disakarida. Sukrosa adalah suatu
disakarida yang dapat dihidrolisis menjadi satu satuan glukosa dan satu satuan fruktosa.
Monosakarida dan disakarida larut dalam air dan umumnya terasa manis. Karbohidrat
yang tersusun dari dua sampai delapan satuan monosakarida dirujuk sebagai
oligosakarida (Yunani, oligo,-= beberapa).
Oligosakarida merupakan karbohidrat yang terdiri dari dua sampai delapan satuan
monosakarida. Karbohidrat yang terdiri dari dua molekul monosakarida disebut dengan
disakarida. Contohnya sukrosa, laktosa dan maltosa. Disakarida adalah monosakarida
yang dihubungkan dengan ikatan glikosidik atau glikosida dari karbon 1 satu
monosakarida ke gugus OH dari monosakarida lainnya. Ikatan ini merupakan ikatan α
dan β, yaitu 1,4’-α atau 1,4’β. Sukrosa merupakan gula pasir yang merupakan disakarida
yang tersusun dari glukosa dan fruktosa. Laktosa disebut juga gula susu yang komposisi
kimianya terdiri dari dua monosakarida glukosa dan galaktosa. Maltosa merupakan
disakarida yang terdiri dari glukosa yang diperoleh dari hidrolisis dari pati. Enzim α-
glukosidase merupakan enzim yang bertindak sebagai katalis dalam reaksi hidrolisis
maltosa menjadi glukosa (Bahan cetak ajar. Kimia Organik, 2016).
Jika lebih dari delapan satuan monosakarida diperoleh dari hidrolisis, maka
karbohidrat itu disebut polisakarida. Contoh polisakarida adalah pati, yang dijumpai
dalam gandum dan tepung jagung, dan selulosa, penyusun yang bersifat serat dari
tumbuhan dan komponen utama dari kapas (Fessenden, 1999). Polisakarida merupakan
senyawa karbohidrat kompleks, tersusun dari delapan satuan monosakarida, dapat
mengandung lebih dari 60.000 molekul monosakarida yang tersusun membentuk rantai
lurus ataupun bercabang yang dihubungkan dengan ikatan glikosida. Polisakarida
rasanya tawar (tidak manis), tidak seperti monosakarida dan disakarida. Selulosa dan
kitin merupakan contoh polisakarida yang berfungsi sebagai bahan bangunan. Selulosa
menjadi komponen dalam dahan dan kayu dari tanaman, sedangkan kitin menjadi
komponen dalam struktur kerangka luar serangga. Pati merupakan contoh polisakarida
yang menjadi sumber nutrisi. Heparin merupakan contoh polisakarida yang mempunyai
fungsi spesifik yaitu mencegah koagulasi darah (Hutagalung, 2004).
Untuk mengetahui ada atau tidaknya karbohidrat dalam makanan dapat diidentifikasi
secara kualitatif maupun kuantitatif. Uji kualitatif karbohidrat yang mendasarkan pada
pembentukan warna dapat dilakukan dengan cara Uji Molisch, Uji Benedict, Uji
Pembentukan Osazon, dan Hidrolisis Sukrosa.
D. Bahan yang Diperiksa : Glukosa
Fruktosa
Sukrosa (gula tebu)
Laktosa
E. Pereaksi yang dibutuhkan :
1. Pereaksi Molish
2. Pereaksi Benedict (Fehling)
3. Larutan Fenilhidrazin
4. Larutan asam khlorida 10%
5. Larutan Natrium Hidroksida 10%
F. Alat yang Digunakan :
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pengaduk gelas
4. Corong saring
5. Pembakar Bunsen
6. Mikroskop
7. Labu Erlenmeyer
8. Gelas piala
9. Kasa asbes
10. Kertas saring
G. Cara Percobaan :
Untuk maksud pengujian-pengujian berikut buatlah larutan glukosa, fruktosa, sukrosa
(gula tebu) dan laktosa 4% dengan cara melarutkan 1 g gula di dalam 25 ml air suling.
1. Uji Molish
Ke dalam 2 ml larutan gula 4% tambahkan 2 tetes pereaksi molish dan campur dengan
pengocokan.
Tuangkan larutan ini perlahan-lahan dan hati-hati ke dalam tabung reaksi kedua yang
berisi 2 ml asam sulfat pekat. Tabung reaksi kedua dipegang sedemikian rupa
sehingga membentuk sudut lebih kurang 30o yang dimaksudkan agar penuangan iru
terjadi akan terbentuk 2 lapisan dan amati terjadi pencampuran.
Amati perubahan warna pada batas kedua lapisan cairan.
2. Uji Benedict
Masukkan 5 ml larutan Benedict di dalam empat tabung uji dan ke dalam masing-
masing tambahkan 10 tetes larutan gula.
Rendam masing-masing tabung uji di dalam beker berisi air mendidih, dan catat
perubahan warna yang terjadi.
Gula pereduksi akan menghasilkan endapan berwarna merah, hijau atau kuning
bergantung pada kepekatannya. Sedangkan gula bukan pereduksi tidak menimbulkan
perubahan warna biru dari bahan uji.
Catat dan amati hasil-hasil pengujian pada masing-masing tabung uji tersebut.
3. Uji Pembentukan Osazon
Masukkan ke dalam empat tabung uji masing-masing 10 ml larutan-larutan gula. Ke
dalam tiap-tiap tabung uji tambahkan 5 ml larutan fenilhidrazin dan aduk campuran
dengan baik. Sumbat masing-masing tabung uji dengan segumpal kapas dan rendam
di dalam beker yang berisi air mendidih.
Catat saat perendaman dan saat masing-masing asazon mulai mengendap. Biarkan
masing-masing tabung uji di dalam air mendidih selama 30 menit. Dinginkan tabung
uji sampai suhu kamar. Bila asazon telah terbentuk, saring menggunakan corong
penyaring Hirsch keringkan dan tentukan titik leburnya. Catat hasil yang diperoleh.
Ambil sedikit hablur asazon yang diperoleh dari tiap larutan gula, periksa bentuk
hablur dengan mikroskop.
4. Hidrolisis Sukrosa 5 ml
Masukkan 10 ml larutan sukrosa 4% dalam labu Erlenmeyer tambahakn 10 ml larutan
asam klorida 10% dan tempatkan tabung uji di dalam air mendidih selama 30 menit.
Dinginkan larutan, netralkan dengan larutan 10% natrium hidroksida (dengan lakmus)
dan lakukan uji Benedict terhadap larutan diatas.
Bandingkan hasil ini dengan hasil pengujian Benedict terhadap sukrosa yang
diperoleh pada percobaan 2 di atas.
H. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil
Hasil Sampel
UJI
Glukosa Fruktosa Sukrosa Laktosa
Molish Cincin Ungu Cincin Ungu Cincin Ungu Cincin Ungu
Endapan Endapan
Benedict Hijau Hijau
Merah Bata Merah Bata
Endapan Endapan Endapan Endapan
Osazon
Kuning Kuning Kuning Kuning
Hidrolisis Endapan
- - -
Sukrosa 5 ml Merah Bata
b. Pembahasan
1. Uji Molish
Uji molish adalah uji umum untuk karbohidrat. Apabila pereaksi ini
ditambahkan pada larutan glukosa, fruktosa, sukrosa, dan laktosa, kemudian
secara perlahan ditambahkan dengan asam sulfat pekat, akan menghasilkan
cincin berwarna ungu. Hal ini membuktikan adanya suatu karbohidrat dalam
larutan tersebut. Reaksi ini sangat efektif untuk uji senyawa-senyawa yang
dapat di dehidrasi oleh asam sulfat pekat menjadi senyawa furfural atau furfural
yang tersubstitusi, seperti hidroksimetilfurfural. Warna merah ungu (lapisan
cincin ungu) pada sampel glukosa, fruktosa, sukrosa, dan laktosa disebabkan
oleh kondensasi furfural terkondensasi dengan bermacam-macam senyawa fenol
atau amin memberikan turunan yang berwarna. (Almatsier, 2010)
2. Uji Benedict
Uji Benedict bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam
larutan sampel. Prinsip dari uji ini adalah gugus aldehid atau keton bebas pada
gula reduksi yang terkandung dalam sampel mereduksi ion Cu2+ dari
CuSO4.5H2O dalam suasana alkalis menjadi Cu+ yang mengendap menjadi
Cu2O. Suasana alkalis diperoleh dari Na2CO3 dan Na sitrat yang terdapat pada
reagen Benedict. Pada uji ini menghasilkan endapan merah bata yang
menandakan adanya gula pereduksi pada sampel. Endapan yang terbentuk dapat
berwarna hijau, kuning atau merah bata tergantung pada konsentrasi gula
reduksinya. Semakin berwarna merah bata maka gula reduksinya semakin
banyak (Mudrawan, 2014).
Dari percobaan yang dilakukan terhadap keempat sampel (glukosa, fruktosa,
sukrosa, laktosa) didapatkan hasil pada sampel Glukosa dan Fruktosa berupa
endapan merah bata, yang berarti glukosa dan fruktosa menunjukkan adanya
gula pereduksi. Karena dapat dilihat dari susunan struktur glukosa itu sendiri
yang memiliki gugus aldehid (RCHO2) dan pada struktur fruktosa memiliki
gugus keton (RCO2), kedua gugus tersebut merupakan satuan dari gula
pereduksi sesuai dengan prinsip uji benedict. Sedangkan pada sampel sukrosa
dan laktosa didapatkan hasil berupa larutan berwarna hijau dan tidak terbentuk
endapan atau mungkin ada endapan tetapi tidak terlalu pekat.
Tidak terbentuknya endapan merah bata karena sukrosa dan laktosa
merupakan karbohidrat golongan disakarida yang dihubungkan dengan ikatan
glikosidik atau glikosida dari karbon 1 monosakarida ke gugus OH dari
monosakarida lainnya. Dengan adanya ikatan glikosida tersebut maka sukrosa
dan laktosa berada dalam bentuk bebas dan tidak terdapat gugus pereduksinya
(Bahan cetak ajar. Kimia organik, 2016 hal 177).
3. Uji Pembentukan Osazon
Uji osazon. Aldosa ataupun ketosa dengan fenilhidrazin dan dipanaskan akan
membentuk hidrazon atau osazon. Senyawa ini terjadi karena gugus aldehid
ataupun ketonik dari karbohidrat berikatan dengan fenilhidrazin. Reaksi antar
senyawa tersebut merupakan reaksi oksido-reduksi atom C yang mengalami
reaksi adalah atom C nomor satu dan dua dari aldosa atau ketosa. Fruktosa dan
glukosa menunjukkan osazon yang sama. Osazon adalah suatu kristal berwarna
kuning yang larut dalam air, dan berbentuk apabila kita memanaskan
monosakarida atau disakarida pereduksi dengan fenilhidrazin (Soedarmo, 1989).
Uji osazon dilakukan untuk mengidentifikasi kristal yang terbentuk antara
karbohidrat dengan fenilhidrazin dengan bantuan penambahan Natrium asetat.
Penambahan natrium asetat berfungsi untuk membentuk suasana asam sehingga
lebih stabil saat penambahan fenilhidrazin.
Osazon dari disakarida larut dalam air mendidih dan terbentuk kembali bila
didinginkan. Namun, sukrosa tidak membentuk osazon karena gugus aldehida
atau keton yang terikat pada monomernya sudah tidak bebas. Sebaliknya,
osazon monosakarida tidak larut dalam air mendidih (Aprilio, Kim Azil, 2011).
Dari percobaan yang dilakukan terhadap 4 sampel (glukosa, fruktosa, sukrosa,
dan laktosa) didapatkan hasil pada sampel glukosa dan fruktosa membentuk
kristal jarum, yang berarti glukosa dan fruktosa terbukti adanya pembentukan
osazon yang sama. Pada sampel laktosa juga didapatkan hasil terbentuknya
kristal tapi dalam jumlah sedikit. Berbeda dengan sukrosa, ketika direaksikan
tidak terbentuk kristal. Hal ini dikarenakan gugus aldehida atau keton yang
terikat pada monomernya sudah tidak bebas.
4. Hidrolisis Sukrosa 5 ml
Hidrolisis merupakan reaksi pengikatan gugus hidroksil/OH oleh suatu senyawa.
Di dalam larutan yang kondisinya asam, karbohidrat jenis polisakarida dan
disakarida akan terhidrolisis parsial menjadi sebagian kecil monomernya
sehingga terjadi kondensasi yang akhirnya membentuk komplek warna tertentu
(Riawan, 1990). Hidrolisis sukrosa adalah uji yang dilakukan untuk
membandingkan sukrosa yang sudah di hidrolisis dengan yang belum di
hidrolisis. Dengan hidrolisis, sukrosa akan terpecah dan menghasilkan glukosa
dan fruktosa. Pada molekul sukrosa terdapat ikatan antara molekul glukosa dan
fruktosa, yaitu antara atom karbon nomor 1 pada glukosa dengan atom karbon
nomor 2 pada fruktosa melalui atom oksigen. Kedua atom karbon terebut adalah
atom karbon yang mempunyai gugus –OH glikosidik, atau atom karbon yang
merupakan gugus aldehida pada glukosa dan gugus keton pada fruktosa. Oleh
karena itu molekul sukrosa tidak mempunyai gugus aldehida atu keton bebas,
atau tidak mempunyai gugus –OH glikosidik. Dengan demikian sukrosa tidak
mempunyai sifat dapat mereduksi ion-ion Cu++ atau Ag+ dan juga tidak
membentuk osazon (Panjita, 2000). Berdasarkan hasil percobaan hidrolisis
sukrosa diperoleh data bahwa sukrosa yang ditambahkan HCl pekat dan
dipanaskan serta dinetralkan dengan NaOH bila diambil beberapa tetes dan diuji
dengan benedict, sebelum dipanaskan berwarna biru ternyata setelah dipanaskan
menghasilkan suatu endapan berwarna merah bata.
I. Tugas
1. Tuliskan persamaan reaksi yang dapat menunjukkan hasil pengujian Benedict
terhadap laktosa.
Reaksi yang berlangsung:
O O
║ ║
R—C—H + Cu2+ 2OH- → R—C—OH + Cu2O(s) + H2O
Gula Pereduksi Endapan Merah Bata
- Pereaksi Benedict (biru) + glukosa (bening) → larutan biru ∆ → endapan merah
bata
- Pereaksi Benedict (biru) + Fruktosa (bening) → larutan biru kehijauan ∆ →
endapan merah bata
- Pereaksi Benedict (biru) + laktosa (bening) → larutan biru ∆ → endapan merah
bata
- Pereaksi Benedict (biru) + sukrosa (bening) → larutan biru ∆ → endapan merah
bata
Persamaan reaksi pengujian Benedict Terhadap Laktosa
Dari struktur ini dapat dilihat bahwa glukosa dan fruktosa memiliki kesamaan posisi
gugus –OH dan atom H pada atom karbon nomor 3, 4 dan 5. Sehingga glukosa dan
fruktosa membentuk osazon yang sama (Poedjiadi, 2005). Karena, glukosa dan
fruktosa merupakan isomer dan memiliki rumus molekul yang sama. Selain itu,
glukosa dn fruktosa sama-sama merupakan monosakarida hasil hidrolisis dari sukrosa.
3. Gula apakah yang terdapat di dalam larutan setelah hidrolisa sukrosa? Gula manakah
yang mereduksi reagen Benedict?
Gula yang terbentuk setelah hidrolisa sukrosa adalah glukosa dan fruktosa. Gula yang
mereduksi reagen Benedict adalah glukosa dan fruktosa.
Gula pereduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi
senyawa-senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa. Ujung
dari suatu gula pereduksi adalah ujung yang mengandung gugus aldehida atau keton
bebas. Semua monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa,
maltosa), kecuali sukrosa dan pati (polisakarida), termasuk sebagai gula pereduksi
(Lehninger AL, 1982).
J. Kesimpulan
Pada praktikum ini, dilakukan beberapa uji karbohidrat pada glukosa, fruktosa,
sukrosa dan laktosa. Pada uji molish, suatu karbohidrat dapat dibuktikan dengan
terbentuknya cincin berwarna ungu pada keempat sampel. Pada uji benedict, gula reduksi
pada suatu karbohidrat dapat dibuktikan dengan terbentuknya endapan berwarna merah
bata pada glukosa dan fruktosa, sedangkan pada sukrosa dan laktosa tidak terbetuk
endapan merah bata karena adanya ikatan glikosida. Pada uji pembentukan osazon,
karbohidrat tersebut dibedakan dari gambar kristalnya. Karbohidrat yang mempunyai
gugus aldehida atau keton bebas akan membentuk hidrazon atau osazon. Sukrosa tidak
membentuk osazon karena gugus aldehida atau keton yang terikat pada monomernya
sudah tidak bebas. Dan terakhir pada uji hidrolisis sukrosa, sukrosa sebelum dihidrolisis
tidak menghasilkan endapan merah bata karena masih ada ikatan glikosida. Sedangkan
sukrosa yang sudah dihidrolisis dengan HCl akan menghasilkan endapan merah bata
karena sudah terputus ikatan glikosidanya.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarat: Gramedia Pustaka Utama.
Aprilio, Kim Azil. 2011. Laporan Praktikum Uji Karbohidrat
Hardjasasmita, Panjita. 2000. Ikhtisar Biokimia Dasar B. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Bintang M. 2012. Biokimia Teknik Penelitian . Erlangga, Jakarta.
Hutagulung, Halomoan. 2004. Karbohidrat. Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Fessenden, R. J dan J.S. Fessenden. 1999. Kimia Organik Jilid 2. Alih Bahasa Hadyana
Pujaatmaka. Erlangga. Jakarta
Lehninger, A. L. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid I. Alih Bahasa Maggi Thenawijaya.
Erlangga: Jakarta.
Mudrawan, Final. 2014. Identifikasi Senyawa Karbohidrat. Jurusan Kimia Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Medan
Riawan. 1990. Kimia Organik. Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Poedjiadi, Anna. 2005. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia.
Soedarmo D. 1989. Biokimia Umum II. Bogor (ID): IPB Pr.
Sumardjo,D. 2006. Pengantar Kimia. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.