Skripsi Natasha Shaskia NST

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 95

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU

PEMBUNUHAN SECARA KANIBALISME


( Studi Di Polres Batanghari Jambi )

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Mendapatkan Gelar Sarjana Hukum

Oleh :
NATASHA SHASKIA NASUTION
NPM : 1506200498

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
ABSTRAK

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PEMBUNUHAN SECARA


KANIBALISME (Studi Di Polres Batanghari Jambi)

Natasha Shaskia Nasution

Pembunuhan adalah terjadinya kematian selama berlangsungnya kejahatan


yang disebut juga tindakan menghilangkan nyawa, tindak pidana terhadap nyawa
diatur dalam Pasal 338 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana sampai dengan
Pasal 350 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Kanibalisme merupakan
keadaan atau perbuatan manusia memakan manusia pembunuhan yang dilakukan
dengan cara yang sangat kejam dan sadis. Kasus pembunuhan ini merupakan
kasus yang sangat jarang terjadi. Dalam kasus ini pelaku pembunuhan melakukan
tindak pembunuhan dengan cara membacok seluruh tubuh korban serta memotong
kemaluan korban dan memakannya. Kasus pembunuhan seperti ini tentunya
sangat meresahkan masyarakat. Dalam mengatasi serta mengungkapkan kasus ini
kepolisian Polres Batanghari Jambi melakukan beberapa proses penyelidikan
sesuai kepada Standar Operasional Prosedur (SOP).
Penelitian analisis dilakukan oleh penulis adalah penelitian hukum yang
bersifat deskriptif dan menggunakan jenis penelitian penegakan hukum.
Pendekatan sumber data menggunakan perpaduan data yang bersumber hukum
Islam, data primer serta data sekunder. Alat pengumpul data yang digunakan
bersumber dari wawancara dengan salah satu Kanit Pidana Khusus Polres
Batanghari Jambi, Bapak Aipda Maranata Zebua S.H. Data hasil penelitian ini
diolah dengan menggunakan analisis kualitatif.
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa modus pelaku
pembunuhan secara kanibalisme ini karena faktor sakit hati terhadap korban
sehingga pelaku merencanakan pembunuhan, pelaku juga menghilangkan jejak
pembunuhan dengan cara mengubur korban, serta menyuruh anaknya untuk
membantu mengubur mayat koban. Penegakan hukum pelaku pembunuhan secara
kanibalisme ini dihukum sesuai kepada ketentuan hukum yang berlaku dengan
tindak kejahatannya, serta telah dipersangkakan kedalam Pasal 340 Sub 338
KUHP, dengan menjatuhkan pidana penjara selama 18 tahun. Upaya
penanggulangan kasus pembunuhan ini menggunakan upaya represif, yaitu
tindakan penegakan hukum dengan menjatuhkan hukuman. Serta melakukan suatu
proses penyelidikan dan penyidikan terhadap kasus, dengan turun langsung
ketempat kejadian perkara berdasarkan beberapa keterangan saksi-saksi yang
terkait.
Kata kunci: Penegakan Hukum, Pelaku, Pembunuhan, Kanibalisme

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarkatuh

Pertama-tama disampaikan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang maha

pengasih lagi maha penyayang atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi merupakan salah satu persyaratan bagi

setiap mahasiswa yang ingin menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Sehubungan dengan itu, disusun

skripsi yang berjudulkan Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Pembunuhan

Secara Kanibalisme (Studi Di Polres Batanghari Jambi).

Dengan selesainya skripsi ini, perkenankanlah diucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada: Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Bapak Dr. Agussani., M.AP atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada

kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program Sarjana ini. Dekan

Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Ibu Dr. Ida

Hanifah, S.H., M.H atas kesempatan menjadi mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Demikian juga hal nya kepada

Wakil Dekan I Bapak Faisal, S.H., M.Hum dan Wakil Dekan III Bapak

Zainuddin, S.H., M.H.

Terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya

diucapkan kepada Ibu Mirsa Astuti, S.H., M.H selaku Pembimbing, dan saya

ucapkan terimakasih kepada Penguji saya Bapak Guntur Rambey, S.H., M.H dan

ii
Ibu Dr.Ida Nadirah, S.H., M.H yang dengan penuh perhatian telah memberikan

dorongan, bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini selesai.

Disampaikan juga penghargaan kepada seluruh staf pengajar Fakultas

Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Tak terlupakan disampaikan

terimakasih kepada narasumber yang telah memberikan data selama penelitian

berlangsung. Penghargaan dan terimakasih disampaikan kepada Bapak Aipda

Maranata Zebua, S.H., atas bantuan yang sebesar-besarnya serta dorongan hingga

skripsi dapat diselesaikan.

Secara khusus dengan rasa hormat dan penghargaan yang setinggi-

tingginya diberikan terimakasih kepada ayahanda dan ibunda: Bapak Tugiar

Nasution dan Ibu Zulfrida Lubis, yang telah mengasuh dan mendidik dengan

curahan kasih sayang, juga kepada Abang terhebat Gifry Arianda Nasution dan

Adik tersayang Khairunnisa Az-zahra Nasution, yang telah memberikan bantuan

materil dan moril hingga selesainya skripsi ini. Demikian juga kepada Abang

Rafriandi yang penuh ketabahan selalu mendampingi dan memotivasi untuk

menyelesaikan studi ini.

Tiada gedung yang paling indah, kecuali persahabatan, untuk itu, dalam

kesempatan diucapkan terimakasih kepada sahabat-sahabat yang telah banyak

berperan, terutama kepada sahabat kecilku, Miranty Adelina Harahap, Ema

Suryani Lubis, Dinda May Irianty serta kepada sahabat perkuliahan yang selalu

menemani disaat suka dan duka Group IPK4 Widya Pangestika dan Farida Gustri

Ayu dan teman-teman Lambeh Turah Afifah Dalillah Azhar, Vidhea Anugeraini

iii
dan Nona Pratiwi, tidak lupa pula kepada seluruh teman-teman kelas G-1 Pagi

serta E-1 Pidana. terimakasih atas semua kebaikannya, semoga Allah SWT

membalas kebaikan kalian. Kepada pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu

namanya, tidak maksud mengecilkan arti pentingnya bantuan dan peran pada

mereka, dan untuk itu disampaikan ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya.

Akhirnya tiada gading yang tak retak, retaknya gading karena alami, tiada

orang yang tak bersalah, kecuali Ilahi Robbi. Mohon maaf atas segala kesalahan

selama ini, begitupun disadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu,

diharapkan ada masukkan yang membangun untuk kesempurnaannya. Terima

kasih semua, tiada lain yang diucapkan selain kata semoga kiranya medapat

balasan dari Allah SWT dan mudah-mudahan semuanya selalu dalam lindungan

Allah SWT, Amin. Sesungguhnya Allah mengetahui akan niat baik hamba-

hambanya.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarkatuh

Medan, Desember 2019

Hormat Saya
Penulis,

Natasha Shaskia Nasution


NPM. 1506200498

iv
DAFTAR ISI

Pendaftaran Ujian

Berita Acara Ujian

Persetujuan Pembimbing

Pernyataan Keaslian

Abstrak ............................................................................................................ i

Kata Pengantar ................................................................................................ ii

Daftar Isi ......................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

1. Rumusan Masalah ........................................................................ 6

2. Faedah Penelitian ......................................................................... 7

B. Tujuan Penelitian .......................................................................... 8

C. Definisi Operasional ...................................................................... 8

D. Keaslian Penelitian ........................................................................ 9

E. Metode Penelitian .......................................................................... 10

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ................................................ 10

2. Sifat Penelitian ......................................................................... 11

3. Sumber Data ............................................................................. 11

4. Alat Pengumpulan Data ............................................................ 13

5. Analisis Data ............................................................................ 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 14

A. Tinjauan Penegakan Hukum ........................................................ 14

v
1. Pengertian Penegakan Hukum .................................................... 14

2. Asas dan Nilai Penegakan Hukum.............................................. 15

3. Problem Penegakan Hukum ....................................................... 18

B. Tinjauan Pembunuhan .................................................................. 20

1. Pengertian Pembunuhan ............................................................ 20

2. Unsur-Unsur Tindak Pidana Pembunuhan ................................ 23

3. Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Pembunuhan ......... 27

C. Tinjauan Kanibalisme ................................................................... 31

1. Pengertian dan Sejarah Kanibalisme ......................................... 31

2. Faktor Pendorong Terjadinya Kanibalisme ............................... 34

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 36

A. Modus Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Secara Kanibalisme ...... 36

B. Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Pembunuhan Secara

Kanibalisme ..................................................................................... 49

C. Upaya Kepolisian Dalam Penanggulangan Tindak Pidana

Pembunuhan Secara Kanibalisme .................................................... 55

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 79

A. Kesimpulan ..................................................................................... 79

B. Saran ............................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 81

LAMPIRAN :

1. Daftar Wawancara

2. Surat Keterangan Riset

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah Negara Hukum, berdasarkan Pasal 1 Ayat (3)

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disingkat

UUD NRI 1945). Bahwa setiap orang yang berada di wilayah Indonesia harus

tunduk pada hukum yang berlaku di Indonesia dan tidak ada seseorang yang dapat

kebal terhadap hukum, dan segala perbuatan harus didasarkan dan memiliki

konsekuensi sesuai dengan hukum dan perundang-undangan di Negara Republik

Indonesia, yang bertujuan mewujudkan kehidupan Masyarakat, Bangsa, dan

Negara yang Tertib, Sejahtera, dan Berkeadilan dalam rangka mencapai tujuan

Negara sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Sehubungan dengan hal tersebut salah satu tujuan hukum yaitu mengatur

pergaulan hidup manusia secara damai. Hal ini didasari karena dalam

kehidupannya, manusia selalu menjalin hubungan antara satu dengan yang lain

berdasarkan sifat dan keinginan yang berbeda-beda, maka fungsi hukum ialah

mengatur dan menyeimbangkan sifat dan keinginan yang berbeda-beda itu agar

hubungan manusia senantiasa berada dalam kedamaian.

Hukum Pidana sebagai salah satu hukum yang ada di Indonesia,

pengaturannya secara tegas dituangkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum

1
2

Pidana (KUHPidana) sebagai salah satu hukum positif. Seperti halnya ilmu

hukum lainnya hukum pidana mempunyai tujuan umum, yaitu menyelenggarakan

tertib masyarakat, kemudian tujuan khususnya yaitu untuk menanggulangi

kejahatan dengan cara memberikan sanksi yang keras dikatakan mempunyai

fungsi subsider artinya apabila hukum lainnya kurang maka baru dipergunakan

hukum pidana, seiring juga dikatakan bahwa hukum pidana itu merupakan

ultimum remedium (penerapan sanksi pidana) yang perlu dikaji lebih lanjut.

tujuannya adalah untuk mencegah tindakan sewenang-wenang terutama dalam

kasus kejahatan terhadap nyawa atau disebut pembunuhan.

Kejahatan adalah perilaku manusia yang melanggar norma (hukum

pidana), merugikan, menjengkelkan, menimbulkan korban-korban, sehingga tidak

dapat dibiarkan.1 Kejahatan ditinjau dari segi sosiologis bertitik tolak dari

pendapat bahwa manusia sebagai makhluk yang bermasyarakat perlu dijaga dari

setiap perbuatan-perbuatan masyarakat yang sifatnya menyimpang dari nilai-nilai

kehidupan yang dijunjung oleh masyarakat tersebut. Perbuatan-perbuatan

menyimpang tersebut dalam kehidupan kemasyarakatan meliputi penyimpangan

kaedah-kaedah yang tertulis maupun tidak tertulis yang berupa kebiasaan-

kebiasaan serta adat yang berlaku dalam masyarakat tertentu.2

Kejahatan oleh Jerome Hall menghasilkan deskripsi tujuh karateristik

kejahatan yang berbeda namun saling terkait (differentiae of crime). Suatu

perbuatan tidak akan disebut kejahatan kecuali ada tujuh karateristik ini yaitu

1
Nursariani Simatupang dan Faisal. 2017. Kriminologi Suatu Pengantar, Medan: CV Pustaka
Prima, halaman 43.
2
ibid,. halaman 44.
3

Pertama, perbuatan itu harus menimbulkan konsekuensi eksternal yang disebut

harm (gangguan, kerugian). Suatu perbuatan kejahatan berdampak merugikan

kepentingan sosial. Kedua, dampak buruk dan merugikan itu harus bersifat sah/

melanggar hukum. Melakukan tindakan tercela atau imoral bukan merupakan

kejahatan kecuali perbuatan itu sebelumnya sudah ditetapkan sebagai pelanggaran

hukum. Ketiga, harus ada tindakan atau perbuatan (conduct). Artinya harus ada

tindakan atau perbuatan yang disengaja yang menimbulkan konsekuensi

merugikan. Keempat, harus ada niat kriminal atau mens rea. (Mens rea) adalah

sama seperti intentionality (niat) tetapi berbeda dengan motivation (alasan atu

penyebab dari keinginan mencapai tujuan). “Motif” untuk melakukan kejahatan

mungkin “baik” namun niatnya mungkin adalah ingin melakukan kejahatan yang

merugikan secara hukum. Kelima, harus ada fusi atau mens rea dan tindakan

terjadi secara bersamaan. Keenam, harus ada relasi kausal antara pebuatan salah

yang sukarela kerusakan/kerugian yang melanggar hukum. Ketujuh, harus ada

hukuman yang ditentukan secara hukum (legal). Kerugian harus diidentifikasi dan

dinyatakan sebelumnya, namun pernyataan ini juga harus mengandung ancaman

hukuman atas pelaku pelanggaran.3

Sejak zaman dahulu nyawa manusia merupakan suatu hal yang terpenting

yang harus dilindungi, sehingga masalah nyawa ini sudah diatur oleh suku-suku

primitif sekalipun. Misalnya pembunuhan atau pembunuhan berencana bukanlah

merupakan suatu delik. Pembunuhan menjadi suatu delik lahir dari hukum

3
Edwin H. Sutherland dan Donal R. Cressey dan David F. Luckenbil. 2018. Prinsip-Prinsip
Dasar Kriminologi. Jakarta: Prenadamedia Group, halaman 8.
4

kebiasaan.4 Hal ini karena kurangnya kesadaran masyarakat sendiri dalam

mentaati segala peraturan yang ada serta kurangnya menjaga keamanan

lingkungan dengan masyarakat itu sendiri.

Keberadaan hukum dalam masyarakat tidak hanya dapat diartikan sebagai

sarana untuk menertibkan kehidupan masyarakat, melainkan juga dijadikan sarana

yang mampu mengubah pola pikir dan pola perilaku warga masyarakat.

Perubahan Kehidupan sosial warga masyarakat yang semakin kompleks

mempengaruhi bekerjanya hukum dalam mencapai tujuannya. Dalam rangka

mewujudkan proses hukum yang adil maka penegakan hukum tidak dapat

dipandang secara sempit, namun harus luas. Dengan demikian, penegakan hukum

tidak hanya selalu dipahami sebagai pelanggaran norma-norma hukum oleh

tersangka melainkan juga penegakan terhadap norma-norma yang berkaitan

dengan perlindungan hak-hak tersangka dan terdakwa oleh aparat penegak hukum

selama proses pemeriksaan berlangsung.

Adapun tujuan pokoknya hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat

yang tertib menciptakan ketertiban dan keseimbangan. Dengan tercapainya

ketertiban didalam masyarakat diharapkan kepentingan manusia akan terlindungi.

Dalam mencapai tujuannya hukum bertugas membagi hak dan kewajiban antar

perorangan di dalam masyarakat, membagi wewenang dan mengatur cara

memecahkan masalah hukum serta memelihara kepastian hukum. 5

4
Ahmad Sofian. 2018. Ajaran Kausalitas Hukum Pidana, Jakarta : Prenadamedia Group,
halaman 228.
5
Tresia Elda. “Sanksi Pidana Akibat Pembunuhan terhadap Istri”. Jurnal Sosial dan Budaya
Syar’i. Vol. 3 Nomor. 2 2016. halaman 155.
5

Secara umum bentuk kejahatan terhadap nyawa dapat dikelompok-kan

menjadi tiga jenis dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yaitu:

1. Tindak pidana pembunuhan dengan sengaja.

2. Tindak pidana pembunuhan dengan tidak sengaja.

3. Tindak pidana terhadap tubuh. 6

Seiring dengan kemajuan zaman berbagai kasus pembunuhan terus terjadi

di sekitar kita, pemberitaan mengenai kasus pembunuhan terus bermunculan

dengan kasus serta latar belakang yang beragam. Beberapa diantarannya kasus di

Polres Bataghari Jambi yaitu, kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Terosman

alias Mansur alias Kete Bin Jaman yang membunuh majikannya M Dasrullah,

serta menyuruh anaknya M Rudi Ferdian untuk ikut membantu menguburkan

mayat M Dasrullah. Pembunuhan itu disebabkan karena faktor sakit hati, marah

serta kesal terhadap korban sehingga tega melakukan pembunuhan tersebut, dari

tindakan pembunuhan tersebut dilakukan dengan cara yaitu membacok seluruh

tubuh korban dengan sebuah alat yang berupa golok, memotong kemaluan korban,

serta memakan kemaluan korban. Perbuatan yang dilakukan pelaku merupakan

perbuatan yang sangat keji dan tidak bermoral yang tentunya akan berpengaruh

kepada keluarga korban, dan tindakan tersebut disebut juga dengan pembunuhan

yang di rencanakan terlebih dahulu terhadap pelaku yang tentunya menyebabkan

hilangnya nyawa orang lain. 7 Pembunuhan seperti ini disebut juga dengan sifat

6
Ismu Gunandi dan Jonaedi Efendi. 2014. Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana,
Jakarta : Prenadamedia Group, halaman 107.
7
Hasil Wawancara dengan Narasumber Maranata Zebua, Senin, 29 Juli 2019 Pukul 11.00
wib.
6

kanibalisme yaitu keadaan atau perbuatan manusia memakan manusia,

pembunuhan yang dilakukan dengan cara yang sangat kejam dan sadis.8

Banyaknya kasus pembunuhan biasanya dilatar belakangi oleh beberapa

faktor yaitu adanya kecemburuan sosial, dendam, dan faktor psikologi. Terjadinya

pembunuhan juga tidak terlepas dari kontrol sosial masyarakat, baik terhadap

pelaku maupun terhadap korban pembunuhan sehingga tidak memberi peluang

untuk berkembangnya kejahatan ini.9 Dengan kata lain dalam kehidupannya

manusia memerlukan perlindungan hukum terhadap nyawa. Karena dengan

semakin meningkatnya serta terorganisirnya kasus-kasus kejahatan di tanah air

membawa konsekuensi bahwa aparat serta setiap pihak yang terkait harus ekstra

keras, tegas, dan tanggap dalam memberantas dan mengungkap setiap sisi

kejahatan yang terjadi.

Berdasarkan pembahasan diatas maka disusun Skripsi ini dengan judul :

“Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Pembunuhan Secara Kanibalisme

(Studi Di Polres Batanghari Jambi)”

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana modus pelaku tindak pidana pembunuhan secara

kanibalisme?

8
Sudarsono, Loc.Cit.,
9
Andi Hikmatul Af’idah, “Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Pembunuhan Berencana
Yang Dilakukan Secara Bersama-Sama (studi kasus putusan nomor 200/pid.b/2012/pn.pinrang)”,
Skripsi. UNHAS Makassar. 2014. halaman 4
7

b. Bagaimana penegakan hukum terhadap pelaku pembunuhan secara

kanibalisme?

c. Bagaimana upaya kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana

pembunuhan secara kanibalisme?

2. Faedah Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan tersebut, maka diharapkan

penelitian ini memberikan faedah kepada banyak pihak. Adapun faedah penelitian

tersebut ialah berguna baik secara teoritis ataupun praktis, faedah tersebut yaitu :

a. Secara teoritis yaitu penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat serta ilmu pengetahuan dalam bidang hukum terutama dalam

hukum pidana yang berkaitan dengan Penegakan Hukum Terhadap

Pelaku Pembunuhan Secara Kanibalisme, dan sebagai pertimbangan

dalam menyelesaikan permasalahan yang ada, Dengan demikian

pembaca dan peneliti akan lebih mengetahui hal tersebut.

b. Secara praktis yaitu dapat memberikan masukkan bagi pemerintah

dalam penegak hukum di Indonesia serta dalam upaya menyelesaikan

permasalahan tindak pidana terhadap pelaku pembunuhan secara

kanibalisme dan di dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

dan dapat memberikan sumbangan bagi para pihak baik bagi

kepentingan negara, bangsa, dan masyarakat yang membutuhkan

secara umum. Terutama bagi mahasiswa serta mahasiswi Fakultas

Hukum untuk menjadikan penelitian ini sebagai acuan dalam melihat

perkembangan yang ada dan yang terjadi dilapangan yang berkaitan


8

dengan Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Pembunuhan Secara

Kanibalisme.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan untuk diteliti antara lain :

1. Untuk mengetahui modus pelaku tindak pidana pembunuhan secara

kanibalisme.

2. Untuk mengetahui penegakan hukum terhadap pelaku pembunuhan

secara kanibalisme.

3. Untuk mengetahui upaya kepolisian dalam penanggulangan tindak

pidana pembunuhan secara kanibalisme.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional atau kerangka konsep adalah kerangka yang

menggambarkan hubungan antara definisi-definisi atau konsep-konsep khusus

yang akan diteliti.10

Berdasarkan judul yang telah diajukan maka dijabarkan definisi

operasional sebagai berikut :

1. Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya hukum untuk

tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai

pedoman pelaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam

kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

2. Pelaku adalah orang yang melakukan kejahatan dan orang yang

menimbulkan kerugian bagi korban, keluarga korban, dan masyarakat.11

10
Ida Hanifah, et.al. Fakultas Hukum UMSU. 2018. Pedoman Penulisan Tugas Akhir
Mahasiswa. Medan: CV Pustaka Prima, halaman.17.
9

3. Pembunuhan adalah tindak pidana terhadap nyawa, akibat yang timbul

hilangnya nyawa orang atau matinya orang lain, tindak pidana terhadap

nyawa yang diatur dalam Pasal 338 sampai dengan Pasal 350.

4. Kanibalisme adalah keadaan atau perbuatan manusia memakan manusia,

pembunuhan yang dilakukan dengan cara yang sangat kejam dan sadis.12

D. Keaslian Penelitian

Persoalan pembunuhan berencana bukanlah merupakan hal baru. Oleh

karenannya, penulis meyakini telah banyak peneliti-peneliti sebelumnya yang

mengangkat tentang Pembunuhan Berencana ini sebagai tanjuk dalam berbagai

penelitian. Namun berdasarkan bahan kepustakaan yang ditemukan baik melalui

searching via internet maupun penelusuran kepustakaan dari lingkungan

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara dan perguruan tinggi lainnya, penulis

tidak menemukan penelitian yang sama dengan tema dan pokok pembahasan yang

penulis teliti terkait “Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Pembunuhan

Secara Kanibalisme (Studi Di Polres Batanghari Jambi)”.

Dari beberapa judul penelitian yang pernah diangkat oleh peneliti

sebelumnya, ada dua judul yang hampir mendekati sama dengan penelitian dalam

penulisan skripsi ini, antara lain;

1. Skripsi Nia Amanda, NPM. 1312011232, Mahasiswi Fakultas Hukum

Universitas Lampung Bandar Lampung, Tahun 2017 yang berjudul

“Tinjauan Kriminologi Terjadinya Pembunuhan Berencana Dengan

11
Nursariani Simatupang dan Faisal, Op.Cit., halaman 136.
12
Sudarsono. 2012. Kamus Hukum, Jakarta : Rineka Cipta, halaman 207.
10

Mutilasi”. Skripsi ini merupakan penelitian empiris yang menekankan

pada faktor penyebab.

2. Skripsi Fatmawati Parenrengi, NPM. B11113556, Mahasiswi Fakultas

Hukum Universitas Hasanuddin Makassar, Tahun 2017 yang berjudul

“Tinjauan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pembunuhan Berencana”.

Skripsi ini merupakan Penelitian Normatif dengan pendekatan (case

approad) penerapan hukum pidana materil serta relevansi pertimbangan

hukumnya.

Secara konstruktif, subtansi dan pembahasan terhadap penelitian tersebut

diatas berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis saat ini. Dalam

kajian topik pembahasan yang penulis angkat kedalam bentuk skripsi ini

mengarah kepada kajian terhadap Penegakan Hukum Terhadap Pelaku

Pembunuhan Secara Kanibalisme.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian ini merupakan salah satu faktor suatu permasalahan

yang akan dibahas, guna mempermudah dan memperoleh hasil yang sesuai

dengan standar penulisan skripsi sebagai suatu karya ilmiah, dimana metode

penelitian merupakan cara utama yang bertujuan untuk mencapai tingkat

penelitian ilmiah. Sesuai dengan rumusan permasalahan dan tujuan penelitian

maka penelitian yang dilakukan sebagai berikut :

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah yuridis empiris yang bertujuan

menganalisis permasalahan dilakukan dengan cara memadukan bahan-bahan


11

hukum (yang merupakan data sekunder) dengan data primer yang diperoleh di

lapangan. Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan pada penegakan hukum.

2. Sifat Penelitian

Penelitian hukum bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan

keadaan sesuatu mengenai apa dan bagaimana keberadaan norma hukum dan

bekerjanya norma hukum pada masyarakat. Berdasarkan tujuan penelitian hukum

tersebut, maka kecenderungan sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang hanya semata-mata melukiskan

keadaan obyek atau peristiwanya tanpa suatu maksud untuk mengambil

kesimpulan-kesimpulan yang berlaku secara umum.

Sifat yang digunakan dalam penelitian ini adalah hukum yuridis-empiris

yaitu penelitian yang diteliti pada awalnya adalah data sekunder untuk kemudian

dilanjutkan dengan penelitian terhadap data primer lapangan atau terhadap

masyarakat. Yang terdiri dari penelitian terhadap identifikasi hukum (tidak

tertulis) dan penelitian terhadap efektifitas hukum.

3. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh dalam materi penelitian terdiri atas:

a. Data yang bersumber dari hukum islam; yaitu Al-Qur’an Surah Al-

Maidah’ayat 32, Surah An-Nisaa’ayat 93, dan Hadist (Sunah Rasul). Data

yang bersumber dari hukum islam tersebut lazim disebut pula sebagai data

kewahyuan.
12

b. Data Primer; yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan. Data

primer juga diartikan sebagai data yang diperoleh secara langsung kepada

masyarakat mengenai perilaku (hukum) dari warga masyarakat tersebut.

c. Data Sekunder adalah data pustaka yang mencakup dokumen-dokumen

resmi, publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus

hukum, jurnal-jurnal hukum, komentar-komentar atas putusan pengadilan.

Data Sekunder terdiri dari :

1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat

seperti; Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 340 Tentang

Pembunuhan Berencana (Moord), Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana Pasal 338 Tentang Pembunuhan Biasa (Doodslag), Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 181 Tentang Mengubur,

Menyembunyikan, Menghilangkan Mayat Dengan Maksud

Menyembunyikan Kematian.

2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder berupa semua

publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen

resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku yang terkait

dengan masalah yang dikaji, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari

kalangan hukum.

3) Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder

berupa kamus hukum atau kamus ensiklopedia atau Kamus Bahasa


13

Indonesia untuk menjelaskan maksud atau pengertian istilah-istilah

yang sulit untuk diartikan.

4. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan melakukan wawancara dengan Bapak Aipda Maranata Zebua, S.H. selaku

Kanit Pidana Khusus di Polres Batanghari Jambi dan studi dokumentasi atau studi

kepustakaan yang bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi yang

berkaitan dengan judul skripsi yang diteliti.

5. Analisis Data

Analisis Data adalah kegiatan memfokuskan, mengabstraksikan,

mengorganisasikan data secara sistematis dan rasional untuk memberikan bahan

jawaban permasalahan. Analisis data menguraikan tentang bagaimana

memanfaatkan data yang terkumpul untuk digunakan dalam memecahkan

permasalahan penelitian. Jenis analisis data terdiri dari kuantitatif dan kualitatif.

Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian hukum biasanya dilakukan

dengan analisis kualitatif sesuai dengan tipe dan tujuan penelitian.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penegakan Hukum

1. Pengertian Penegakan Hukum

Penegakan hukum dapat dipandang sebagai suatu proses untuk

mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan. Keinginan hukum

adalah pikiran-pikiran badan pembuat Undang-Undang yang dirumuskan dalam

peraturan-peraturan hukum. Penegakan hukum membutuhkan institusi-institusi

hukum seperti hakim, jaksa, advokad, dan polisi. Institusi-institusi tersebut

membutuhkan organisasi-organisasi seperti: Pengadilan, Kejaksaan, Kepolisian,

Pemasyaraktan, dan Badan Peraturan Perundangan.13

Menurut Satjipto Rahardjo (Prof. Tjip), penegakan hukum di Indonesia

penuh dengan kompleksitas dan kerumitan. Kompleksitas dan kerumitan tersebut

salah satunya dapat dinyatakan sebagai “penegakan hukum didorong ke jalur

lambat”. Menurut Prof.Tjip, pada dasarnya teknologi hukum modern

menggunakan metode “perampatan atau generalisasi” yang selalu bertekad untuk

bersikap netral, obyektif dan “tidak pandang bulu” dalam menghadapi persoalan

hukum dalam masyarakat. Namun dalam praktek sehari-hari metode ini harus

berhadapan dengan “doktrin siapa”, yang selalu mempertanyakan “siapa

13
Amad Sudiro dan Deni Bram. 2013. Hukum dan Keadilan Aspek Nasional dan
Internasional, Jakarta: Rajawali Pers, halaman 277.

14
15

orangnya”. Sebagai akibatnya asas tidak pandang bulu menjadi asas “pandang

bulu”, dan tidak mustahil proses hukum itu seperti didorong ke jalur lambat.14

Proses penegakan hukum apabila ditelusuri sampai pula kepada pembuatan

hukum. Perumusan pikiran pembuat hukum yang dituangkan dalam peraturan

hukum akan turut menentukan bagaimana penegakan hukum itu dijalankan.

Dalam kenyataannya, proses penegakan hukum memuncak pada pelaksanaannya

oleh para penegak hukum. Keberhasilan atau kegagalan para penegak hukum

dalam melaksanakan tugasnya menurut Satjipto Rahardjo sebetulnya sudah

dimulai sejak peraturan hukum yang harus dijalankan itu dibuat.

Penegakan hukum juga ada permasalahannya terkait dengan

pengorganisasiannya. Hal ini juga dibahas oleh Prof. Tjip dalam bukunya

Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis. Menurutnya, hukum pada

hakekatnya mengandung ide-ide tentang keadilan, kepastian hukum dan

kemanfaatan sosial. Penegakan hukum pada hakekatnya penegakan ide-ide serta

konsep-konsep yang abstrak untuk diwujudkan menjadi kenyataan. Perwujudan

ide yang abstrak menjadi kenyataan dapat pula dipandang sebagai kegiatan

manajemen.15

2. Asas dan Nilai Penegakan Hukum

a. Asas Penegakan Hukum

Asas-asas hukum terbagi atas tiga asas yang harus diperhatikan, yaitu asas

kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan. Asas kepastian hukum harus

dilaksanakan dan ditegakkan. Setiap orang menginginkan dapat ditetapkannya

14
Ibid., halaman 278.
15
Ibid., halaman 279.
16

hukum terhadap peristiwa konkrit yang terjadi. Bagaimana hukumnya, itulah yang

harus diberlakukan pada setiap peristiwa yang terjadi. Jadi pada dasarnya tidak

adanya penyimpangan. Bagaimanapun juga hukum harus ditegakkan, dengan

adanya asas kepastian hukum ketertiban masyarakat tercapai. Sementara itu

pelaksanaan dan penegakan hukum juga harus memperhatikan kemanfaatannya

atau kegunaannya bagi masyarakat. Sebab hukum justru dibuat untuk kepentingan

masyarakat (manusia). Karenanya pelaksanaan dan penegakan hukum harus

memberi manfaat bagi masyarakat, jangan sampai terjadi pelaksanaan dan

penegakan hukum merugikan masyarakat, yang pada akhirnya akan menimbulkan

keresahan.

Pelaksanaan dan penegakan hukum juga harus mencapai keadilan.

Peraturan hukum tidak identik dengan keadilan, karenanya peraturan hukum yang

bersifat umum dan mengikat setiap orang, penerapannya harus

mempertimbangkan berbagai fakta dan keadaan yang terdapat dalam setiap kasus.

Setelah mempertimbangkan setiap fakta dan keadaan pada peristiwa semuanya

harus dipertimbangkan oleh aparat negara penegak hukum, terutama oleh hakim

yang menjatuhkan putusan.16

b. Nilai dalam Penegakan Hukum

Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto membuat uraian sebagai

berikut: manusia di dalam pergaulan hidup pada dasarnya punya pandangan-

pandangan tertentu mengenai apa yang baik dan apa yang buruk. Pandang-

pandang tersebut senantiasa terwujud dalam pasangan-pasangan tertentu, sehingga

16
Fernando M. Manullang. 2016. Selayang Pandang Sistem Hukum Di Indonesia, Jakarta:
Prenadamedia Group, halaman 17
17

ada pasangan nilai ketertiban dengan nilai ketentraman, pasangan nilai kelestarian

dengan nilai perubahan dan lain sebagainya. Dalam penegakan hukum pasangan

nilai tersebut perlu “diserasikan”, misalnya perlu penyerasian antara nilai

ketertiban dan nilai ketentraman.

Pasangan nilai-nilai yang telah diserasikan tersebut, karena nilai-nilai

sifatnya abstrak, memerlukan penjabaran secara lebih konkret dalam bentuk

kaidah-kaidah hukum, yang memungkinkan berisi suruhan, larangan atau

kebolehan. Kaidah-kaidah hukum ini menjadi pedoman atau patokan bagi perilaku

atau sikap tindak tersebut bertujuan untuk menciptakan, memelihara, dan

mempertahankan kedamaian.17 Gangguan penegakan hukum mungkin terjadi

apabila ada ketidakserasian antar nilai tersebut. Gangguan tersebut terjadi apabila

terjadi ketidakserasian antara nilai-nilai yang berpasangan menjelma dalam

kaidah-kaidah yang simpang siur, dan pola perilaku yang tidak terarah yang

menganggu kedamaian pergaulan hidup.

Soerjono Soekanto, penegakan hukum bukan semata-mata berarti

pelaksanaan perundang-undangan, walaupun dalam kenyataan di Indonesia

kecenderungannya adalah demikian, sehingga pengertian law enforcement begitu

populer. Bahkan ada kecenderungan untuk mengartikan penegakan hukum

sebagai pelaksanaan perundang-undangan atau keputusan pengadilan bisa terjadi

justru malah menggangu kedamaian dalam pergaulan hidup.

Penegakan hukum di Indonesia dengan demikian harus berarti penegakan

hukum yang mengandung nilai-nilai yang sesuai dengan Pancasila dan Undang-

17
Ibid., halaman 18.
18

Undang Dasar 1945 dan perubahannya. Hal ini harus didasari karena hukum yang

berlaku saat ini masih banyak yang merupakan warisan kolonial Pemerintah

Hindia Belanda, maka peraturan-peraturan hukum peninggalan kolonial tersebut

tidak selamanya sesuai dengan rasa keadilan masyarakat Indonesia, yang sekarang

sudah berada di dalam kemerdekaan dan pembangunan. 18

3. Problem Penegakan Hukum

Problem dalam penegakan hukum meliputi beberapa hal yaitu:

1) Problem pembuatan peraturan perundang-undangan

2) Masyarakat pencari kemenangan bukan pencari keadilan

3) Uang mewarnai penegakan hukum

4) Penegakan hukum hanya sebagai komoditas politik, penegakan hukum

yang diskriminatif

5) Lemahnya sumber daya manusia

6) Advokat tahu hukum versus advokat tahu koneksi

7) Keterbatasan anggaran

8) Penegakan hukum yang dipicu media massa19

Dengan permasalahan atau problem penegak hukum di Indonesia. Problem

pertama adalah terletak pada pembuatan Peraturan Perundang-Undangan, karena

Peraturan Perundang-Undangan seringkali dibuat secara tidak realistis. Pembuatan

Peraturan Perundang-Undangan yang terkesan pesanan elit politik, Negara Asing

maupun Lembaga Keuangan Internasional. Hal ini memberi kesan bahwa

18
Ibid., halaman 19.
19
Fauzi Iswari. “Unsur Keadilan dalam Penegakan Hukum terhadap Pelanggaran Hak Asasi
Manusia di Indonesia”. Pagaruyuang Law Jurnal Vol. 1 Nomor 1, Juli 2017. halaman 136.
19

peraturan perundang-undangan seolah dibuat sebagai komoditas. Kedua,

jamaknya persepsi masyarakat Indonesia bahwa hukum merupakan solusi untuk

menemukan kemenangan bukan keadilan. Hal ini berpotensi menyebarluaskan

pemahaman bahwa keadilan hanya bisa didapatkan dengan kemenangan atas

perkara yang diselesaikan dengan menempuh jalur hukum. Ketiga, uang akan

mewarnai penegakan hukum, apabila uang telah mewarnai penegakan hukum,

maka keadilan akan menjauh. Penegakan hukum sangat rentan dan terbuka

peluang bagi para suap. Keempat, penegakan hukum hanya komoditas elit,

sehingga akan memicu bahwa hukum berpihak pada mereka yang memiliki

jabatan strategis, koneksi dan pada penjabat hukum atau yang mempunyai akses

pada keadilan. Kelima, lemahnya sumber daya manusia, bentuk kelemahan

sumber daya manusia khususnya aparat penegak hukum adalah lemahnya

metalitas aparat penegak hukum. Seperti pemahaman agama, ekonomi, proses

rekruitmen yang tidak transparan. Keenam, adanya advokat tahu hukum dan

advokat tahu koneksi. Pemahaman yang berkembang di tengah masyarakat bahwa

seorang advokat diposisikan sebagai pembela kliennya merupakan pemahaman

yang sangat keliru. Hal ini terjadi karena adanya persepsi negatif dari masyarakat

bahwa jasa advokat dipakai untuk membela kepentingan yang memakainya atau

seorang advokat dibayar untuk meluruskan yang bengkok dan mengaburkan yang

telah terang. Sementara tugas advokat itu sendiri menurut Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat adalah Penegak Hukum dan sebagai

Penegak Hukum Bebas dan Mandiri. Ketujuh, keterbatasan anggaran, dengan

keterbatasan anggaran yang dialokasikan untuk penegakan hukum tertentu akan


20

menggangu stabilitas penegakan hukum. Bahkan berdasarkan instruksi Presiden

Nomor 8 Tahun 2016, delapan kementerian/lembaga yang bekerja diwilayah

penegakan hukum dipangkas anggarannya. Hal ini akan berpotensi pada

kemandulan dan kesulitan dalam mengungkapkan setiap kasus hukum yang

tengah terjadi. Kedelapan, penegakan hukum yang dipicu oleh media massa,

intervensi media dalam penegakan hukum memang tidak selamanya tidak baik,

karena adakalanya media mampu membantu aparat penegak hukum dalam

memecahkan dan mengungkapkan suatu kasus, namun untuk menjaga

independensi penegak hukum sudah semampunya dalam penegakan hukum tanpa

intervensi dari pihak manapun termasuk media massa. 20

B. Tinjauan Pembunuhan

1. Pengertian Pembunuhan

Dalam pengertian hukum umum, tindak pidana pembunuhan hanya

didefinisikan sebagai terjadinya kematian selama berlangsungnya kejahatan.

Kematian atau hilangnya nyawa seseorang diperlukan dalam suatu tindak pidana

pembunuhan. Tindak pidana pembunuhan merupakan suatu delik materiel ataupun

yang oleh Van Hamel menerangkan di dalam buku Ahmad Sofian yang berjudul

Ajaran Kausalitas Hukum Pidana sebagai suatu delict met materiele omschrijving

yang artinya delik yang dirumuskan secara materiel yakni delik yang baru dapat

dianggap sebagai telah selesai dilakukan oleh pelakunnya dengan timbulnya

akibat yang dilarang atau yang tidak dikehendaki oleh undang-undang.21

20
Ibid., halaman 139.
21
Ahmad Sofian, Op.Cit., halaman 230.
21

Definisi di atas mengandung dua hal penting, yaitu pertama adanya niat

yang jahat (mens rea) dari pelaku untuk melakukan pembunuhan dan yang kedua

adanya tindakan (actus reus) atau perbuatan yang dilakukan oleh pelaku, dan yang

ketiga adalah timbulnya akibat yang dilarang oleh Undang-Undang.22 W.J.S.

Poerwadarminta mengemukakan dalam buku Eko Hariyanto yang berjudul

Memahami Pembunuhan bahwa pembunuhan adalah perbuatan membunuh.

Istilah membunuh didefinisikan sebagai membuat supaya mati; mematikan.

Definisi ini mensyaratkan bahwa suatu tindakan disebut pembunuhan bila

megakibatkan kematian. Ini berarti tindakan bunuh diri juga termasuk di dalam

definisi tersebut.

Istilah pembunuhan biasanya disepadankan dengan istilah homocide dalam

bahasa inggris. Dalam Webster’s New World Dictionary Og The American

Language diuraikan bahwa: istilah homocide berasal dari dua kata, yakni; kata

homo yang berarti a man atau (manusia) dan caedere yang berarti to cut

(memotong) atau to kill (membunuh). Sehingga bila kedua kata tersebut

digabungkan akan menjadi homocide yang artinya: “setiap perbuatan membunuh

seseorang oleh orang lain".23

Definisi yang agak berbeda juga diberikan oleh Daly dan Wilson.

Keduanya mengemukakan bahwa: “pembunuhan adalah tindakan-tindakan

penyerangan antara pribadi dan tindakan-tindakan lainnya yang langsung

diarahkan kepada orang lain. Sedangkan definisi lainnya dikemukakan oleh

22
ibid., halaman 230.
23
Eko Hariyanto. 2014. Memahami Pembunuhan. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara,
halaman 1.
22

Marise Cremona dalam buku Eko Hariyanto yang berjudul Memahami

Pembunuhan yakni: “pembunuhan adalah merupakan istilah umum digunakan

dalam hukum pidana untuk mendeskripsikan tindak kejahatan di mana

terdakwa/tersangka menyebabkan kematian pada orang lain. Definisi lainnya

dikemukakan oleh David F. Luckenbill yakni: “pembunuhan kriminal sekarang

ini didefinisikan sebagai pengambilan kehidupan orang tidak sah dengan tujuan

secara tidak sah, dengan tujuan yang jelas untuk membunuh atau membuat luka-

luka jasmaniah yang mengakibatkan kematian, dan tidak dalam proses daripada

beberapa aktifitas kriminal lainnya.24

Dalam konteks masyarakat Indonesia yang terdiri dari beragam suku

bangsa dan kebudayaan, kita kerap menemukan realitas bahwa pada beberapa

suku bangsa tindakan membunuh karena alasan adat bukanlah tindakan yang

tercela, bahkan merupakan tindakan yang diwajibkan secara adat. Misalnya Carok

di masyarakat Madura, Siri di masyarakat Bugis Makassar, budaya Pengayauan di

kalangan suku Dayak Kalimantan. Meskipun tindakan pembunuhan tersebut

secara adat dibenarkan, namun dari sudut Hukum Positif yang berlaku di

Indonesia tetap saja tindakan tersebut dianggap bertentangan dengan Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), sehingga dinilai sebagai pembunuhan

atau pembunuhan berencana. 25 Pasal 338 KUHPid menentukan bahwa

“Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena

pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”. di mana

didalam kandungan tindak pidana pembunuhan, yaitu perbuatan merampas nyawa

24
Ibid., halaman 3.
25
ibid., halaman 6.
23

orang lain, yang dilakukan dengan sengaja oleh pelakunnya. Atas tindak pidana

pembunuhan ini, menurut Pasal 338 KUHPid si pelaku seharusnya dipidana

dengan pidana penjara paling lama 15 tahun.26 Selanjutnya pembunuhan dengan

rencana terlebih dahulu atau disingkat pembunuhan berencana, adalah

pembunuhan yang paling berat ancaman pidananya dari seluruh bentuk kejahatan

terhadap nyawa manusia, diatur dalam Pasal 340 yang rumusnya berisi:

“Barangsiapa dengan sengaja dan dengan reancana terlebih dahulu

menghilangkan nyawa orang lain, dipidana karena pembunuhan dengan rencana,

dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu,

paling lama 20 tahun”.

2. Unsur-Unsur Tindak Pidana Pembunuhan

Kejahatan terhadap nyawa dapat dibedakan dan dikelompokan atas dua

dasar, yaitu atas unsur kesalahan dan atas dasar kepentingan hukum yang

dilindungi (objeknya). Jika dilihat dari unsur kesalahan, maka kejahatan terhadap

nyawa dilihat dari dua kelompok, yaitu kejahatan yang dilakukan dengan sengaja

(dolus) dan kejahatan yang dilakukan dengan tidak sengaja (culpa). adapun

kejahatan terhadap nyawa yang didasarkan pada kepentingan hukum yang

dilindungi, maka kejahatan terhadap nyawa dibedakan atas :

1. Kejahatan terhadap nyawa pada umumnya (Pasal 338, 339, 340, 344,

345).

26
Frans Maramis. 2016. Hukum Pidana Umum Dan Tertulis Di Indonesia, Jakarta: Rajawali
Pers, halaman 57.
24

2. Kejahatan terhadap nyawa bayi pada saat atau tidak lama setelah

dilahirkan (Pasal 341, 342, dan 343).

3. Kejahatan terhadap nyawa bayi yang masih ada dalam kandungan ibu

(Janin) dimuat dalam (Pasal 346, 347, 348, dan 349).27

Dalam Al-Qur’an telah dijelaskan bagi orang yang membunuh yaitu :

Surah Al-Maidah ayat 32

‫ﻣِﻦْ أَﺟْﻞِ ذَﻟِﻚَ ﻛَﺘَﺒْﻨَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺑَﻨِﻲ إِﺳْﺮَاﺋِﯿﻞَ أَﻧَّﮫُ ﻣَﻦْ ﻗَﺘَﻞَ ﻧَﻔْﺴًﺎ ﺑِﻐَﯿْﺮِ ﻧَﻔْﺲٍ أَوْ ﻓَﺴَﺎدٍ ﻓِﻲ‬
ْ‫اﻷرْضِ ﻓَﻜَﺄَﻧَّﻤَﺎ ﻗَﺘَﻞَ اﻟﻨَّﺎسَ ﺟَﻤِﯿﻌًﺎ وَﻣَﻦْ أَﺣْﯿَﺎھَﺎ ﻓَﻜَﺄَﻧَّﻤَﺎ أَﺣْﯿَﺎ اﻟﻨَّﺎسَ ﺟَﻤِﯿﻌًﺎ وَﻟَﻘَﺪْ ﺟَﺎءَﺗْﮭُﻢ‬
.(٣٢) َ‫رُﺳُﻠُﻨَﺎ ﺑِﺎﻟْﺒَﯿِّﻨَﺎتِ ﺛُﻢَّ إِنَّ ﻛَﺜِﯿﺮًا ﻣِﻨْﮭُﻢْ ﺑَﻌْﺪَ ذَﻟِﻚَ ﻓِﻲ اﻷرْضِ ﻟَﻤُﺴْﺮِﻓُﻮن‬

“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu

(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi,

maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya” (QS:Al-Maidah: 32)

Surah An-Nisaa’ ayat 93

ُ‫وَﻣَﻦْ ﯾَﻘْﺘُﻞْ ﻣُﺆْﻣِﻨًﺎ ﻣُﺘَﻌَﻤِّﺪًا ﻓَﺠَﺰَاؤُهُ ﺟَﮭَﻨَّﻢُ ﺧَﺎﻟِﺪًا ﻓِﯿﮭَﺎ وَﻏَﻀِﺐَ اﻟﻠَّﮫُ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﻟَﻌَﻨَﮫُ وَأَﻋَﺪَّ ﻟَﮫ‬
(٩٣) ‫ﻋَﺬَاﺑًﺎ ﻋَﻈِﯿﻤًﺎ‬
“Dan Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka

balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya,

dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya” (QS: An Nisaa’:

93)

27
Ahmad Sofian, Op.Cit., halaman 232.
25

Dalam tindak pidana pembunuhan biasa atau sering dinamakan tindak

pidana pembunuhan pokok (doodslog). Tindak pidana ini diatur dalam Pasal 338

KUHP, adapun unsur-unsurnya, unsur objektif yaitu menghilangkan jiwa orang

lain dan unsur subjektif yaitu perbuatan itu dilakukan dengan sengaja.

Menghilangkan jiwa orang lain, dalam kejahatan ini tidak dirumuskan

perbuatannya, akan tetapi akibat perbuatannya yaitu menghilangkan jiwa

seseorang.28 Untuk dapat dikatakan menghilangkan jiwa, seseorang harus

melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan akibat hilangnya jiwa. Dalam hal

ini ada perbuatan yang mengakibatkan matinya orang lain, sedangkan kematian

itu dilakukan dengan sengaja, maksudnya adalah kehendak maupun niat atau

tujuan menghilangkan jiwa orang lain. Dalam tindak pidana pembunuhan Pasal

338 KUHP, syarat adanya wujud perbuatan tersebut mengandung pengertian,

bahwa perbuatan itu menghilangkan nyawa orang lain itu haruslah merupakan

perbuatan yang positif dan aktif walaupun perbuatan sekecil apapun. Jadi

perbuatan tersebut harus diwujudkan secara aktif dengan gerakan sebagian tubuh,

tidak bersifat pasif.

Pada umumnya seorang pelaku akan menghilangkan jiwa orang lain itu

dan mengaku hanya membuat luka saja. Untuk dapat menentukan unsur sengaja

atau ada maksud atau niat dapat dilihat dari cara melakukannya dan faktor-faktor

yang mempengaruhi perbuatan itu. Dilihat pula yang terpenting adalah tujuan dari

perbuatan itu, yang berkaitan erat dengan keadaan atau jiwa dari pelaku,

28
Ismu Gunadi dan Jonaedi Efendi, Op.Cit., halaman 107.
26

perbuatan itu dilakukan adanya suatu sikap atau kehendak yang memang

dikehendaki untuk menghilangkan jiwa seseorang.29

Adapun perbuatan tindak pidana pembunuhan dengan direncanakan diatur

dalam Pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), atau yang

dikenal dengan istilah pembunuhan yang direncankan terlebih dahulu atau yang

dikenal (moord). Unsur penting dalam tindak pidana pembunuhan yang

direncanakan ini adalah unsur objektif, yaitu menghilangkan jiwa orang lain;

perbuatan direncanakan terlebih dahulu. Sedangkan unsur subjektif, yaitu

perbuatan yang dilakukan itu dengan sengaja dan dengan melawan hukum.

Menurut R.Soesilo mengatakan “direncanakan lebih dahulu”

(voorbedacbte) yaitu : antara timbulnya maksud untuk membunuh dengan

pelaksanaannya itu masih ada tempo bagi si pembuat untuk dengan tenang

memikirkannya misalnya dengan cara bagaimanakah pembunuhan itu akan

dilakukannya. Tempo ini juga tidak terlalu sempit juga tidak terlalu lama, yang

terpenting dalam tempo itu di pembuat “dengan tenang” masih dapat berfikir,

yang sebenarnya masih ada kesempatan membatalkan niatnnya, akan tetapi waktu

itu tidak digunakannya. 30

Pada dasarnya jika dicermati lebih dalam, unsur dengan rencana terlebih

dahulu yang terkandung dalam Pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP) mengandung tiga syarat, yaitu :

1. Kehendak yang diputuskan dalam keadaan tenang.

29
Ibid., halaman 108.
30
Ibid., halaman 110.
27

2. Waktu untuk berfikir cukup sejak timbulnya niat (kehendak) sampai

dengan pelaksanaan kehendak itu.

3. Pelaksanaan kehendak itu dilakukan dalam keadaan tenang.

Pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) memuat pula

unsur “kesengajaan” hal tersebut mengandung pengertian bahwa unsur-unsur lain

yang letaknya di belakang unsur “kesengajaan” tersebut harus dianggap dijiwai

atau diliputi oleh unsur “kesengajaan”. Patut dikemukakan bahwa unsur

kesengajaan dalam Pasal 340 KUHP merupakan unsur kesengajaan dalam arti

luas.31

3. Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Pembunuhan

Ada beberapa teori yang menjelaskan faktor penyebab tarjadinya

kejahatan. Teori-teori tersebut berusaha untuk mengkaji dan menjelaskan hal-hal

yang berkaitan dengan penjahat dan kejahatan. Di antara teori-teori tersebut

adalah sebagai berikut.

1. Teori Klasik

Teori ini muncul di inggris pada pertengahan abad ke-19 dan tersebar di

Eropa dan Amerika. Teori ini berdasarkan psikologi hedonistik. Menurut

psikologi hedonistik, setiap perbuatan manusia berdasarkan pertimbangan

rasa senang dan rasa tidak senang (sakit). Setiap manusia berhak memilih

yang buruk, perbuatan yang mendatangkan kesenangan dan yang tidak.

31
Ibid., halaman 111.
28

2. Teori Neo-Klasik

Teori neo-klasik ini merupakan revisi atau pembaruan teori klasik.

Dengan demikian, teori neo-klasik ini tidak menyimpang dari konsepsi-

konsepsi umum tentang sifat-sifat manusia yang berlaku pada waktu itu.

Doktrin dasarnya tetap, yaitu bahwa manusia adalah makhluk yang

mempunyai rasio yang berkehendak bebas sehingga bertanggung jawab

atas perbuatannya dan dapat dikontrol oleh rasa ketakutan terhadap

hukum.

c. Teori Kartografi Geografi

Teori yang sering disebut sebagai ajaran ekologis ini berkembang di

Prancis, Inggris, dan Jerman pada tahun 1830-1880 Masehi. Teori ini

mementingkan distribusi kejahatan di daerah-daerah tertentu, baik secara

geografis maupun secara sosial.

d. Teori Sosialis

Teori ini mulai berkembang pada tahun 1850 Masehi. Menurut para

tokoh teori ini, kejahatan timbul oleh tekanan ekonomi yang tidak

seimbang dalam masyarakat.

e. Teori Tipologis

Dalam kriminologi telah berkembang empat teori yang disebut dengan

teori tipologis atau bio-typologis. Teori tersebut mempunyai pemikiran dan

metodologi yang sama bahwa terdapat perbedaan antara orang jahat dan

orang yang tidak jahat.


29

f. Teori Lingkungan

Menurut teori ini, seseorang melakukan kejahatan karena dipengaruhi

oleh faktor sekitarnya atau lingkungan, baik lingkungan keluarga,

ekonomi, sosial, budaya, maupun pertahanan keamanan, termasuk

pertahanan dengan dunia luar, serta penemuan teknologi.

g. Teori Biososiologis

Teori ini merupakan perpaduan dari aliran antropologi dan aliran

sosiologis karena ajarannya didasarkan bahwa tiap-tiap kejahatan timbul

karena faktor individu, seperti psikis dan fisik dari penjahat serta faktor

lingkungan.

h. Teori NKK (Niat + Kejahatan = terjadi kejahatan)

Teori NKK ini merupakan teori terbaru yang mencoba menjelaskan

sebab terjadinya kejahatan dalam masyarakat. Terori ini dipergunakan oleh

aparat kepolisian dalam menanggulangi kejahatan di masyarakat. 32

Fiona Brookman mengklasifikasikan beragam penjelasan tentang sebab

terjadinya pembunuhan ke dalam tiga klasifikasi penjelasan tentang pembunuhan

yaitu:33

a. Penjelasan Biologis (Biological Explanations of Homicide)

Teori-teori berbasis biologi telah memberikan pengaruh besar dalam

menjelaskan pembunuhan. Bersamaan dengan teori psikologis, teori biologis

berada dalam pendekatan teoritis mengenai positivisme individu. Pendekatan ini

32
Adon Nasrullah Jamaludin. 2016. Dasar-Dasar Patologi Sosial, Bandung: CV Pustaka
Setia, halaman 80
33
Eko Hariyanto, Op.Cit., halaman 83.
30

memandang bahwa kejahatan utamanya disebabkan karena dorongan-dorongan

yang berasal dari individu. Teori-teori berdasarkan pada positivisme individu

berfokus pada pelaku individual dan memiliki premis dasar bahwa pembunuh

adalah kategori manusia dengan kecenderungan biologi dan psikologis untuk

membunuh.34

b. Penjelasan Psikologis (Psychological Explanations Of Homicide)

Penjelasan psikoanalisis terhadap kejahatan kekerasan diketahui berasal

dari karya Sigmund Frued pada abad ke-19 pada masa ini, Frued dan lainnya,

mulai memfokuskan pada penelitian mengenai ‘pikiran’ dan konfigurasi

kepribadian, dan bagaimana komponen-komponen ini mempengaruhi perilaku,

termasuk kejahatan. Psikoanalisis diakui sebagai cabang dari psikiatri yang di

dalamnya berisi pengobatan terhadap masalah perilaku.

Frued berpendapat bahwa keperibadian manusia dibentuk atas tiga

dorongan yang saling berinteraksi, yakni Id, Ego, Superego. Id terdiri dari aspek

kepribadian yang paling primitif. Id mengendalikan dorongan biologis dan

mencari kesenangan. Dibiarkan tidak terkontrol, Id tampaknya dipandang

berpotensial untuk menyebabkan kerusakan karena ia tidak dapat bertanggung

jawab atas konsekuensi negatif yang mungkin terjadi jika mengejar nafsu dan

kesenangan. Ego sebagian besarnya sadar dan berkembang melalui pembelajaran.

Id dibentuk karena individu belajar konsekuensi negatif dan tidak menyenangkan

yang dapat muncul dari cara kerja tidak terkontrol Id. Superego pada dasarnya

34
Ibid., halaman 84.
31

tidak sadar dalam fungsinya, dilihat sebagai aspek kepribadian yang

menginternaliasai moral dan aturan etik dan peraturan dalam masyarakat.35

c. Penjelasan Sosiologis (Sociological Explanations Of Homicide)

Sosiologis mencakup pada dorongan seperti kemiskinan, atau kurangnya

kesempatan, menciptakan kondisi yang dapat mendorong pada kejahatan

kekerasan. Gagasan bahwa kondisi ekonomi dapat mendorong kejahatan

kekerasan dapat dilacak sejak zaman dahulu. Penelitian tentang pembunuhan

berfokus pada hubungan antara pembunuhan dengan dua bentuk deprivasi

ekonomi yang dinamakan deprivasi ‘absolut’ dan ‘relatif’. Deprivasi absolut

mengacu pada deprivasi sesungguhnya atau kemiskinan yang disebabkan karena

kurangnya sumber daya ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Deprivasi absolut secara umum berhubungan dengan pembunuhan dalam

hal perasaan stress kekangan, frustasi, alieanasi, demoralisasi, dan

ketidakmampuan yang dapat terjadi dalam kondisi ini. Sebaliknya deprivasi relatif

merupakan ketidaksetaraan dalam hal akses sumber daya ekonomi antarkelompok

atau bagian masyarakat berbeda.36

C. Tinjauan Kanibalisme

1. Pengertian dan Sejarah Kanibalisme

Pengertian Kanibalisme dalam kamus hukum adalah keadaan atau

perbuatan manusia memakan manusia dan pembunuhan yang dilakukan dengan

35
Ibid., halaman 111.
36
Ibid., halaman 126.
32

cara yang sangat kejam dan sadis. Masalah ini erat kaitannya dengan Pasal 339,

353, dan 355 KUHPidana yaitu :

Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu delik, yang

dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah

pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta

lainnya dari pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk

memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan

hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu

tertentu, paling lama dua puluh tahun (Pasal 3391).

1) Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana

penjara paling lama empat tahun.

2) Jika perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah

dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

3) Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam

dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun (Pasal 358).

a. Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih

dahulu, diancam pidana paling lama dua belas tahun.

b. Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah

diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun

(Pasal 355).37

37
Sudarsono, Loc.Cit.,
33

Pada era paleolithikum atau zaman sekitar 2,6 juta tahun lalu, nenek

moyang manusia melakukan praktik kanibalisme atau memakan daging

sesamannya. Dari berbagai penelitian mengungkapkan bahwa praktik kanibalisme

ini dilakukan karena berbagai alasan, seperti halnya dari ritual agama sampai pada

dengan bentuk intimidasi terhadap para musuh. Namun para antropolog

menyakini bahwa praktik kanibalisme yang dilakukan kepada orang-orang purba

ditunjukkan untuk mendapatkan nutrisi yang ada didalam daging korbannya yaitu

berupa kalori yang terdapat pada daging manusia. Tetapi hal ini masih belum jelas

karena daging manusia umumnya memiliki protein serta lemak yang lebih sedikit

dibandingkan dengan daging hewan yang sudah jelas lebih besar.

James Cole seorang ilmuan University Brighton, berpendapat bahwa

dengan membedah kandungan kalori di dalam tubuh manusia atau hewan-hewan

lainnya, jumlah kalori yang dimiliki manusia akan jauh lebih sedikit. Pendapat

Cole tersebut dibenarkan oleh pakar biologi yang bernama Jerome Whitfield yang

berasal dari University College London. James mengatakan aksi manusia

kanibalisme dilakukan karena kemungkinan sebagai tanda agar kelompok lain

tidak masuk ke dalam bagian wilayahnya atau sebagai peringatan agar tidak

mencari gara-gara terhadap kelompok lainnya. Danielle Kurin seorang forensik

antropolog UC Santa Barbara mengungkapkan pendapatnya bahwa aksi

kanibalisme sudah menjadi suatu kebiasaan sejak turun-temurun dan merupakan

bagian intergal dari suatu proses berkabung serta tindakan belas kasih. Namun di
34

dalam kasus ini, praktik kanibalisme dilakukan untuk menghukum orang yang

diisolir dari kelompok atau sebagai upaya untuk menaklukkan musuh. 38

2. Faktor Pendorong Terjadinya Kanibalisme

Fenomena aneh kanibalisme telah ada sejak zaman manusia purba,

Sebagaimana contoh di beberapa daerah mesopotamia kuno dan india. Mereka

meyakini bahwa kanibalisme dapat menjadi obat dan berperan penting untuk

memperpanjang hidup seseorang adapun juga yang menganggap bahwa memakan

anggota tubuh manusia dapat memberikan kekuatan

Secara alasan dan faktor pendorong para pelaku kanibalisme yaitu :

a. Ekonomi dan terpaksa

Dari sudut pandang ekonomi, pelaku kanibalisme terpaksa menjadi

kanibal karena mereka menderita kelangkaan pangan.

b. Psikologis

Kasus kanibalisme dengan alasan psikologis menjadi kasus paling

banyak ditemukan di dunia, pelaku kanibalisme secara psikologis

ini karena memiliki kelainan jiwa.

c. Kepercayaan tradisional

Banyak yang berpendapat bahwa sebagian besar suku tradisional di

Indonesia melakukan praktek kanibalisme untuk ritual keagamaan

dan adat. Cotohnya pada suku batak zaman dahulu, masyarakat

38
Ansori, “Mengungkap Alasan Manusia Purba Lakukan Praktik Kanibalisme”, melalui
Suratkabar.id, diakses Senin 2 September 2019, Pukul 22.37 wib
35

batak pada zaman dulu percaya bahwa dengan memakan manusia,

mereka dapat memperkuat jiwa mereka. 39

39
Antares Daffa Firansyah, “Kanibalisme”, melalui Kompasiana.com, diakses Senin 2
September 2019, Pukul 22.45 wib
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Modus Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Secara Kanibalisme

Modus kejahatan adalah cara yang dilakukan oleh para pelaku untuk

melakukan kejahatan. Dengan mengetahui modus kejahatan pelaku maka akan

diperoleh gambaran yang jelas tentang bentuk kejahatan yang dilakukan oleh

pelaku. 40

Adapun modus pelaku pembunuhan secara kanibalisme yang dilakukan

oleh Terosman alias Mansur alias Kete Bin Jaman yaitu:

Berdasarkan hasil wawancara di Polres Batanghari Jambi diketahui bahwa

modus pelaku pembunuhan secara kanibalisme yang terjadi di Desa Pelayangan

Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Bataghari yang dilakukan oleh tersangka

Terosman alias Mansur alias Kete Bin Jaman yaitu, dimana pelaku merasa marah,

kesal kepada korban yang tidak membayar uang gajinya selama bekerja di kebun

sawit milik korban serta merasa sakit hati atas sikap korban M Dasrullah terhadap

dirinya yang merasa direndahkan oleh korban, sehingga merencanakan

pembunuhan berencana. Pelaku juga menyuruh anaknya untuk membantu

menghilangkan jejak pembunuhannya dengan cara menguburkan mayat korban

agar tidak diketahui oleh orang lain, serta pelaku juga memotong kemaluan

korban dan memakannya dengan alasan agar korban tidak menghantuinya.

40
Nursariani Simatupang dan Faisal, Op.Cit., halaman 66.

36
37

Perbuatan itu mengakibatkan terjadinya pembunuhan secara berencana, serta

perbuatan yang menyebabkan hilangnya nyawa M Dasrullah sebagai korban. 41

Kasus ini terungkap bermula dari penemuan mayat tanpa identitas di

kebun sawit yang berlokasi di Desa Pelayangan Kecamatan Muara Tembesi

Kabupaten Batanghari yang juga merupakan kebun sawit milik M Dasrullah

sebagai korban pembunuhan, saksi yang telah menemukan mayat M Dasrullah

mengaku menemukan mayat korban sekitar lebih kurang 500 meter dari pondok,

saksi mengaku menemukan mayat M Dasrullah dalam keadaan tertimbun dengan

tanah dan dalam keadaan tertelungkup dan masih menggunakan pakaian. Setelah

melakukan serangkaian proses penyelidikan seperti otopsi, visum luar, dan

evakuasi serta keterangan para ahli dan keluarga, identitas mayat terungkap yaitu

M Dasrullah sebagai korban pembunuhan yang dilakukan oleh tersangka

Terosman alias Mansur alias Kete Bin Jaman. Banyaknya modus pelaku

pembunuhan disebabkan oleh beberapa faktor dan salah satunya juga untuk

menghilangkan jejak pelaku pembunuhan yang di perbuat oleh pelaku sendiri. 42

Masalah tindak pidana pembunuhan di Indonesia saat ini cenderung terus

bertambah dari tahun ke tahunnya. Pada situasi dimana jumlah korban

pembunuhan terus semakin meningkat, maka diperlukan upaya penanggulangan

atau mencari kebenaran alasan mengapa terjadinya tindak pidana pembunuhan.

Pelaku atau petindak adalah orang yang melakukan sendiri perbuatan yang

41
Hasil Wawancara dengan Narasumber Maranata Zebua, Senin, 29 Juli 2019 Pukul 11.00
wib.
42
Hasil Wawancara dengan Narasumber Maranata Zebua, Senin, 29 Juli 2019 Pukul 11.00
wib
38

memenuhi perumusan delik dan dipandang paling bertanggung jawab atas

kejahatan. Ia melakukan dengan tangannya sendiri atas sesuatu yang terjadi. 43

Keterangan tersangka : Terosman alias Mansur alias Kete Bin Jaman

1. Tersangka menjelaskan bahwa pembunuhan tersebut terjadi pada hari

minggu tanggal 05 November 2017, sekiranya pukul 03.30 Wib di Desa

Pelayangan Kecamatan. Muara Tembesi Kabupaten Batanghari dipondok

kebun sawit milik saudara M Dasrullah yang di tempati.

2. Tersangka menjelaskan bahwa yang telah saya bunuh saudara M

Dasrullah.

3. Tersangka menjelaskan bahwa yang melakukan pembunuhan tersebut

adalah saya sendiri, sedangkan Rudi anak saya hanya membantu pada saat

menguburkan saja.

4. Tersangka menjelaskan bahwa pada awalnya saya sendiri yang melakukan

pembunuhan dengan cara membacok leher dan badan serta memotong

kemaluan korban, kemudian saudara Rudi membantu pada saat

menguburkan korban M Dasrullah.

5. Tersangka menjelaskan bahwa pada saat membunuh saudara Dasrullah

saya menggunakan alat berupa sebuah golok, dan pada saat saya

menguburkan korban menggunakan alat berupa lori/angkong untuk

mengangkut korban ketempat dimana korban di kuburkan dan dibantu oleh

saudara Rudi.

43
Erdianto Effendi. 2014. Hukum Pidana Indonesia Suatu Pengantar. Bandung: PT Refika
Aditama. halaman 176.
39

6. Tersangka menjelaskan bahwa saya melakukan pembunuhan saudara

Dasrullah karena saya merasa sakit hati terhadap saudara Dasrullah.

7. Tersangka menjelaskan bahwa saya jelaskan bahwa awalnya saya merasa

sakit hati karena upah kerja saya selama 3 tahun sebagai tukang kebun

tidak sesuai dengan apa yang saya terima dibanding apa yang saya

kerjakan. Pada saat itu saudara Dasrullah berjanji akan memberikan upah

kerja 2.00.000/bulan dan ternyata yang saya terima hanya upah panen saja

yang saya terima sebesar 200.000/ton. Kemudian yang membuat saya

merasa sakit hati lagi pada saat saudara Dasrullah akan datang ke pondok

dari padang, saya menitip beras 10kg karena pada saat itu beras habis

dipondok, akan tetapi saudara Dasrullah datang dengan tidak membawa

beras.

Pada tanngal 02 November 2017, sebelum saudara Dasrullah datang

ke pondok. Saudara Dasrullah menelepon saya dan memberitahu akan

datang kepondok pada hari sabtu, pada saat itu saya berpesan kepada

saudara Dasrullah agar pada saat datang kepondok membawa bekal

makanan, akan tetapi sesampainya dipondok saudara Dasrullah tidak

membawa apa-apa dengan alasan tidak mempunyai uang, pada saat itu

saudara Dasrullah menyuruh saya untuk belanja ke warung membeli bekal

makanan dengan memberi uang sebesar Rp.25.000, yang mana uang

tersebut tidak cukup untuk membeli bekal dipondok. Pada saat itulah saya

mulai sangat merasa sakit hati terhadap korban.


40

Pada saat saya belanja bekal tersebut, saya berhutang dipemilik

warung karena uang yang yang diberikan oleh saudara Dasrullah tidak

cukup. Kemudian saya sampaikan kepada saudara Dasrullah bahwa saya

berutang di warung, pada saat itu saudara Dasrullah mendorong kepala

saya sambil marah “Bengak, Aku Lagi Dak Ada Uang Malah

Berhutang” itulah yang membuat saya sangat sakit hati. Pada saat saudara

Dasrullah marah tersebut, saudara Dasrullah mulai memanggil saya

dengan sebutan “Dalang” yang berarti bodoh. Itulah yang membuat saya

berniat untuk membunuh saudara Dasrullah.

8. Tersangka menjelaskan bahwa saya sebelum ikut bekerja dengan saudara

Dasrullah, pada saat itu saya bekerja sebagai tukang panen saudari Zuriah.

Kemudian saya bekerja sebagai tukang panen kebun miliknya.

Kemudian pada tahun 2014 setelah kebun tersebut dibeli oleh saudara

Dasrullah dari saudara Parman terjadilah perundingan tentang gaji, pada

saat itu terjadi kesepakatan untuk gaji sebesar Rp.2.000.000/bulan dan

uang upah panen 200/ton.

Selama 3 tahun saya bekerja dengan saudara Dasrullah, saya tidak pernah

terima gaji saya yang dijanjikan semula akan dibayar sebesar Rp.

2.000.000, yang saya terima hanya uang upah panen. Saya juga pernah

mencoba menagih secara langsung kepada saudara Dasrullah hingga saya

pernah menyusul kerumah saudara Dasrullah akan tetapi tidak pernah

diberikan dengan alasan setiap saya menagih terlambat, karena uangnya

sudah dipergunakan. Disitulah mulai muncul rasa sakit hati saya karena
41

selama 3 tahun saya bekerja tidak pernah diberi gaji oleh saudara

Dasrullah. Selama 3 tahun tersebut saya mencukupi kebutuhan saya untuk

dipondok dengan cara memanen buah sawit milik Dasrullah dan saya jual

sendiri tanpa sepengetahuan saudara Dasrullah. Selama saya menjual sawit

tanpa sepengetahuan Dasrullah, muncullah fitnah terhadap saya yang saya

dengar dari omongan warga setempat bahwa saya sering mencuri sawit

saudara Dasrullah.

Pada hari kamis tanggal 02 November 2017, saudara Dasrullah

menelepon saya dan memberitahukan bahwa saudara Dasrullah akan

datang kepondok pada hari sabtu tanggal 04 November 2017. Di pondok

tersebut saya tinggal bersama anak saya yang bernama Rudi, pada hari

sabtu tanggal 04 November 2017, sekiranya pukul 14.00 Wib saya

menyuruh anak saya Rudi dengan nada marah “Kau Pergilah Jangan

Pulang, Kau Tidur Di Pondok Nek Juriah” kemudian anak saya Rudi

bertanya “Ngapo Pak” kemudian saya memarahi anak saya Rudi “Dak

Usah Banyak Cerito Turutlah Apo Kata Bapak” kemudian anak saya

Rudi bertanya “Makan Aku Macam Mano Pak” kemudian saya

memarahi anak saya “Alah Kageklah Bapak Antar”, tidak lama

kemudian anak saya Rudi pergi meninggalkan pondok tersebut.

Sekiranya pukul 17.00 Wib saudara Dasrullah sampai di pondok

kebun sawit di Desa Pelayangan Kecamatan. Muara Tembesi Kabupaten.

Bataghari, pada saat itu saudara Dasrullah datang tidak membawa apa-apa,

yang mana sebelumnya pada saat menelepon berjanji akan membawa


42

bekal, dan sambil bertanya kepada saya apa yang saya masak. Kemudian

setelah itu saya langsung pergi kewarung Pak De Koral untuk berbelanja

sesuai dengan pesanan saudara Dasrullah. Sesampainya di warung , saya

langsung berbelanja yang dipesan oleh saudara Dasrullah akan tetapi saya

tidak membayar belanja saya tadi, saya berhutang sebesar Rp.55.000,

sedangkan uang yang diberi oleh saudara Dasrullah sebesar Rp.25.000

saya simpan. Setelah berbelanja saya langsung menyusul anak saya Rudi

yang berada di pondok Nek Juriah untuk memberikan uang Rp.25.000

yang saya simpan tadi kepada anak saya Rudi “Rud, Ini Uang 25.000

Nak Beli Apo Belilah” kemudian saya langsung pulang kepondok tempat

saya tinggal. Sesampainya dipondok saudara Dasrullah marah kepada saya

sambil mendorong kepala saya “Anak Buah Bengak, Belanjo Lamo

Nian” Kemudia Saya Jawab “Jauh Bos, Aku Ini Jalan Kaki, Dak Pake

Motor, Jalanyo Naik Turun” kemudian saudara Dasrullah bertanya

kepada saya “Banyak Belanjo Da” kemudian saya jawab “Iyo Tadi

Ngutang, Ndak Cukup Uang Yang Tadi” saat itu saya hanya bersabar

sambil memasak. Sesaat saya memasak saudara Dasrullah meminta saya

untuk membuatkan teh susu sambil memarahi saya. Selesai memasak saya

pergi mandi di anak sungai sebelah pondok, setelah mandi saya kembali

kepondok.

Pada saat di pondok saya, saudara Dasrullah dengan nada marah

kepada saya meminta tolak angin “Mano Tolak Angin” dan kemudian

saudara Dasrullah langsung sholat maghrib. Setelah sholat saudara


43

Dasrullah makan bersama saya dan sambil bertanya kepada saya “Dak

Ado Uda Megang Duit Dalam Kantong Sedikit Pun” kemudian saya

jawab “Iyo Dak Ado, Bos Dak Ado Ngasih Duit, Gaji Aku Dak Bos

Kasih, Kayak Mano Aku Nak Ado Duit” setelah saya jawab demikian,

saudara Dasrullah langsung diam. Sekiranya pukul 21.00 Wib setelah

makan saya pergi memancing di anak sungai sebelah pondok tersebut,

pada saat memancing saya mendapatkan ikan lele yang kemudian saya

bawa kepondok untuk saya masak. Sekiranya pukul 10.00 Wib setelah

memancing dan membawa ikan hasil pancingan kepondok, dan ikan

tersebut saya masak, kemudian saya makan dan saya tawarkan kepada

saudara Dasrullah “Makan Bos” akan tetapi saudara Dasrullah menolak

“Daklah” tidak lama kemudian saudara Dasrullah mendekati saya “Ikan

Apo Tu Da” dan saya jawab “Ikan Lele” kemudian saudara Dasrullah

ikut makan dan sambil menghina saya “Iyo Enak Orang Bodoh

Mancing” setelah makan saudara Dasrullah masuk ke kamar tidur,

sedangkan saya tidur diteras luar.

Pada hari minggu tanggal 05 November 2017 sekiranya pukul 02.30

Wib saya melihat saudara Dasrullah yang sedang tidur nyenyak dan

terlelap, kemudian saya mengambil golok yang berada di ruang sebelah

yang terletak dekat meja. Kemudian saya masuk lagi ke kamar saudara

Dasrullah dan langsung membacok lengan kiri kemudian saudara

Dasrullah terbangun dan sambil teriak “Astagfirullah, Rampok Da,

Bantu Da” pada saat itu saya langsung membacok leher korban sambil
44

menggoroknya (seperti menggunakan gergaji), kemudian setelah

menggorok leher, saya langsung membacok dada korban, kemudian saya

membacok lengan kanan korban, dan kemudian saya membacok perut

korban hingga isi perut (organ tubuh bagian dalam) korban keluar dan saya

pastikan saudara Dasrullah mati, saya langsung memotong kemaluan

korban hingga putus, dan kemaluan tersebut saya masukkan kedalam

kantong pelastik kresek. Kemudian saya langsung memakaikan celana

pada korban, karena pada saat itu korban tidur hanya menggunakan kain

sarung. Setelah korban saya pasangkan celana, saya membacok korban

pada bagian paha bagian kanan. Kemudian saya langsung turun kebawah

dengan maksud untuk merebus kemaluan korban, yang rencana akan saya

makan dengan menggunakan nasi. Setelah memakan kemaluan korban,

sekiranya pukul 03.30 Wib saya menjemput anak saya Rudi dikebun Nek

Juriah “Rud Bangun” kemudian Rudi bertanya “Ado Apo Pak”

kemudian saya dengan nada tinggi memberitahu anak saya Rudi “Dak

Usah Banyak Cerito, Ikut Bae Bantu Bapak” kemudian anak saya Rudi

ikut bersama saya kepondok. Sesampainya dipondok saya bersama Rudi,

anak saya kaget dan terkejut melihat keadaan Dasrullah yang sudah tak

bernyawa dan bersimbah darah “Astagfirullah, Apo Ni Pak, Basing Be

Bapak Ni” kemudian saya langsung memarahi anak saya Rudi “Dak

Usah Banyak Cerito, Kau Diam Be, Bantu Bapak Nguburnyo”

kemudian saya menyuruh anak saya Rudi untuk membungkus mayat


45

Dasrullah menggunakan sebuah kasur berwarna merah, dan sambil

meluruskan kaki Dasrullah.

Mayat Dasrullah yang telah terbungkus menggunakan kasur saya

angkat bersama anak saya Rudi ke teras pondok, dan saya turunkan dan

setelah mayat korban sampai dibawah, mayat tersebut saya naikkan ke

angkong/lori dan saya dorong bersama anak saya Rudi dengan jarak lebih

kurang 500 meter dari pondok untuk di kubur, setelah sampai di 500 meter

dari pondok didekat rawa, saya mulai menggali lobang untuk

menguburkan Dasrullah, sambil meminta bantu kepada anak saya Rudi

“Bantu Bapak Sini” setelah lubang tersebut tergali saya menurunkan

mayat Dasrullah kedalam lubang dan langsung menguburnya. Setelah

mengubur mayat Dasrullah saya kembali kepondok bersama Rudi untuk

mengubur bantal, dan tikar yang terkena darah Dasrullah. Setelah

mengubur barang tersebut saya membersihkan lantai pondok yang terkena

darah menggunakan rinso.

Sekiranya pukul 06.30 Wib anak saya Rudi pergi mandi di anak

sungai yang berada didekat pondok dan tidak lama anak saya Rudi pergi

mandi datang seorang laki-laki yang bernama Arip dengan maksud untuk

meminjam periuk untuk memasak air sambil berbincang-bincang, tidak

lama kemudian anak saya Rudi kembali sepulang dari mandi. Kemudian di

ikuti oleh saudara Arip pulang ke pondok Nek Juriah.

Sekiranya pukul 07.00 Wib, saya bersama anak saya Rudi pergi

memanen buah sawit milik Dasrullah. Kemudian sekiranya pukul 14.00


46

Wib saya berhenti memanen sawit tersebut, dan pulang kepondok

kemudian langsung mandi, setelah mandi saya bersama anak saya Rudi

pergi ke pondok saudara Jon dengan tujuan untuk menjual/menimbang

sawit hasil panen saya bersama anak saya Rudi. Didalam perjalanan

pulang menuju pondok saudara Jon, saya memberi pesan kepada anak saya

Rudi apabila ada yang bertanya tentang Dasrullah, agar diberitahu saudara

Dasrullah telah pulang kepadang “Kagek Kalo Ado Yang Nanyo Bos,

Bilang Be Bos La Keluar”. Sesampainya di pondok Jon, saudara Jon

tidak ada ditempat dan saya bersama Rudi menunggu dipondok tersebut.

Sekiranya pukul 17.00 Wib saudara Jon datang dan bertanya kepada

anak saya Rudi “Mano Bos Rud, La Balek Tadi Subuh” kemudian anak

saya Rudi bertanya “Nimbang Kapan Muk Jon” kemudian di jawab oleh

Jon “Malam Kagek Be Rud”. Sekiranya pukul 21.00 Wib saya bersama

anak saya Rudi dan saudara Jon bersama anak buahnya yang bernama

Samino dan Eko pergi kepondok saya untuk menimbang buah hasil panen.

Setelah menimbang tersebut saya bersama anak saya Rudi pergi keluar

dari pondok dan saya tidur di pondok saudara Jon. Sedangkan anak saya

Rudi ikut bersama Eko san Samino pergi mengantar buah ke pabrik.

Pada hari senin tanggal 06 November 2017, sekiranya pukul 11.00

Wib anak saya Rudi bersama Eko dan Samino pulang dari mengantar buah

di pabrik. Kemudian sekiranya pukul 16.30 Wib saudara Jon memberi

uang pembayaran buah yang telah ditimbang sebesar Rp.3.100.000 “Agek

Disuruh Bos Ambek Duit Sama Abang”. Pada hari selasa tanggal 07
47

November 2017, sekiranya pukul 14.30 Wib saya bersama anak saya Rudi

pergi pulang kekampung di Tabek Kabupaten. Tanah Datar menggunakan

motor milik Dasrullah yamah vixion warna hitam. Sesampainya di Sungai

Rengas Kecamatan. Maro Sebo Ulu saya bersama Rudi memberhentikan

mobil bus yang melintas dan motor tersebut saya naikkan ke atas mobil

bus, karena pada saat itu saya capek mengendarai motor.

Sekira tanggal 10 November 2017 saya menyuruh anak saya Rudi

untuk mengirim sms menggunakan hp Dasrullah agar seperti saudara

Dasrullah lah yang meminta uang sambil menyuruh Rudi untuk meminjam

nomor rekening orang lain tapi dengan nama pemilik rekening wanita agar

saudara Jon tidak curiga “Bang Kirim Duit” dan di jawab oleh saudara

Jon “Kirim Kemano” dan di jawab kembali “Kirim Be Bang Ke Nomor

Rekening Atas Nama Fitrie Mawati Ramadhani” pada saat itu di kirim

uang oleh saudara Jon sebesar Rp.1.500.000.

Pada tanggal 20 November 2017, saya mengirim sms dari hp

Dasrullah kepada saudara Jon untuk meminta tolong agar di carikan

tukang panen sawit. Pada tanggal 24 November 2017, saya mengirim sms

kepada saudara Jon dan bertanya “Berapo Hasil, Panen Bang” kemudian

dijawab oleh saudara Jon “2.4 Ton” kemudian saya yang mengaku seolah-

olah Dasrullah meminta untuk di transfer uang hasil panen “Transfer Be

Bang Duitnyo” kemudian di jawab oleh saudara Jon “Dimano Uda

Dasrullah, Anak Uda Disini Dirumah Aku” setelah mendapat sms itu,
48

karena saya merasa takut ketahuan, hp Dasrullah yang saya gunakan untuk

sms tersebut saya non aktifkan.

Tanggal 10 Desember 2017, saya ditangkap oleh pihak Kepolisian

Batanghari, di Kabupaten. Solok Sumatera Barat.

9. Tersangka menjelaskan bahwa saudara Dasrullah tidak tinggal

dipondok tersebut, yang tinggal dipondok tersebut hanya saya dan

anak saya Rudi.

10. Tersangka menjelaskan bahwa saudara Dasrullah tinggal di sumatera

barat, dan hanya memiliki kebun saja di Desa Pelayangan Kecamatan.

Muara Tembesi.

11. Tersangka menjelaskan bahwa Dasrullah jarang kepondok tersebut,

pada tahun 2017 hanya 1 kali saudara Dasrullah kekebunnya.

12. Tersangka menjelaskan bahwa saudara Dasrullah datang

menggunakan sepeda motor merek yamaha vixion warna hitam.

13. Tersangka menjelaskan bahwa pada saat itu hanya mengambil sepeda

motor merek yamaha vixion warna hitam, 1 (satu) buah hp nokia

warna hitam, dan uang sebesar Rp.55.000.

14. Tersangka menjelaskan bahwa benar saya dengan saudara Rudi

memiliki hubungan kekeluargaan, saudara Rudi adalah anak kandung

saya.

15. Tersangka menjelaskan bahwa semua keterangan yang saya berikan

tersebut diatas benar semuanya dan atas keterangan tersebut saya


49

bersedia disumpah menurut agama yang saya anut sekarang ini yaitu

islam.

Berdasarkan analisa kasus tersebut disimpulkan bahwa:

1. Bahwa benar telah terjadi tindak pidana pembunuhan berencana yang

terjadi pada hari minggu tanggal 05 November 2017, sekira pukul 03.30

Wib di Desa Pelayangan Kecamatan. Muara Tembesi Kabupaten.

Batanghari, di pondok kebun sawit milik saudara Dasrullah.

2. Bahwa benar yang telah melakukan pembunuhan tersebut adalah tersangka

Terosman alias Kete alias Mansur yang pada saat penguburan mayat

korban dibantu oleh anak tersangka yang bernama M. Rudi Ferdian.

3. Bahwa benar yang telah menjadi korban pembunuhan tersebut adalah

saudara Dasrullah.

4. Bahwa benar tersangka Terosman alias Kete alias Mansur melakukan

pembunuhan dengan cara membacok leher serta seluruh badan, kemudian

setelah korban mati, kemaluan korban di potong dan kemudian dimakan

oleh tersangka Terosman. Dan pada saat penguburan korban Dasrullah,

tersangka Terosman dibantu oleh anaknya yang bernama M. Rudi Ferdian.

5. Bahwa benar tersangka Terosman bersama M. Rudi Ferdian setelah

membunuh korban, tersangka melarikan diri menggunakan sepeda motor

milik korban yamaha vixion warna hitam.

6. Bahwa benar korban/mayat ditemukan setelah lebih kurang 1 bulan.

7. Bahwa benar perbuatan tersebut sudah direncanakan terlebih dahulu oleh

tersangka Terosman.
50

B. Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Pembunuhan Secara Kanibalisme

Pelaku adalah orang yang melakukan kejahatan. Dalam hukum pidana ada

beberapa pihak yang dapat dikategorikan sebagai pelaku; Pertama, orang yang

melakukan. Kedua, orang yang turut melakukan. Ketiga, orang yang menyuruh

melakukan. Keempat, orang yang membujuk melakukan. Kelima, orang yang

membantu melakukan. Sebagai pihak yang melakukan perbuatan kejahatan,

pelaku dianggap sebagai orang menimbulkan kerugian bagi korban, keluarga

korban, dan masyarakat.44

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) larangan dan ancaman

pidana bagi tindak kejahatan terhadap nyawa diatur dalam banyak pasal. 45 Proses

penegakan hukum pada dasarnya adalah upaya untuk mewujudkan keadilan dan

ketertiban dalam kehidupan masyarakat. Penegakan hukum yang dapat menjamin

kepastian hukum, ketertiban, dan perlindungan hukum. Pada zaman modern dan

era globalisasi ini, hanya dapat terlaksanakan apabila sebagian dimensi kehidupan

hukum selalu menjaga keselarasan, keseimbangan, dan keserasian antara

moralitas sosial, moralitas kelembagaan, dan moralitas sipil yang didasarkan oleh

nilai-nilai aktual di dalam masyarakat beradab, baik nasional, maupun

internasional.

Penegakan hukum oleh aparat penegak hukum dalam sistim peradilan

pidana adalah salah satu upaya yang dapat melindungi masyarakat dari perlakuan

jahat para pelaku kejahatan. Penegakan hukum dilakukan melalui proses

pemeriksaan perkara pidana dimulai dari tingkat Kepolisian, Kejaksaan,

44
Nursariani Simatupang dan Faisal, Op.Cit., halaman 136.
45
Eko Hariyanto, Op.Cit., halaman 13.
51

Pengadilan, dan Lembaga Permasyarakatan (jika berupa penjara). Para pelaku

kejahatan yang pernah melakukan kejahatan sebaiknya segera untuk dikejar,

ditangkap, dan ditahan, serta diproses. Jika tidak, maka yang terjadi adalah para

pelaku kejahatan akan semakin berani melakukan aksinya tanpa pernah

mempertimbangkan kerugian yang dialami korban.46

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa penegakan hukum terhadap

pelaku kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Terosman alias Mansur alias Kete

Bin Jaman, dimana pihak kepolisian melakukan proses penyelidikan dan

penyidikan sesuai kepada standar operasional prosedur (SOP). Proses penyidikan

berawal kepada penyelidikan, serta proses ini juga melibatkan kepada pihak

kesehatan yang melakukan otopsi mayat, visum luar, dan kepada pihak IT yang

membantu dalam proses pencarian pelaku. Pihak kepolisian juga melakukan cek

lokasi dan evakuasi terhadap korban yang diketahui bernama M Dasrullah.

berdasarkan rangkaian proses, kepolisian mencari barang bukti serta keterangan

para ahli dan keterangan saksi-saksi. Sudah dipastikan bahwa pelaku pembunuhan

terhadap M Dasrullah yaitu Terosman alias Mansur alias Kete Bin Jaman yang

juga merupakan pekerja di kebun sawit milik korban M Dasrullah.47

Terosman alias Mansur alias Kete Bin Jaman berhasil ditangkap dalam

pelariannya ke kota Padang kemudian pelaku diintrogasi di Polda Padang dan

mengakui perbuatannya. Setelah melakukan introgasi terhadap pelaku, pihak

Kepolisian Polda Padang menyerahkan pelaku Terosman alias Mansur alias Kete

46
Nursariani Simatupang dan Faisal, Op.Cit., halaman 263.
47
Hasil Wawancara dengan Narasumber Maranata Zebua, Senin, 29 Juli 2019 Pukul 11.00
wib.
52

Bin Jaman kepada Kepolisian Polres Batanghari Jambi untuk melakukan

tindakan. Kepolisan Polres Batanghari Jambi menyerahkan seluruh berkas perkara

kepada pihak kejaksaan dan berkas dinyatakan lengkap. Berdasarkan proses,

Pengadilan Negeri Muara Bulian menjatuhkan hukuman terhadap pelaku

Terosman alias Mansur alias Kete Bin Jaman atas tindakan pembunuhan

berencana.48

Unsur-Unsur Pasal yang dipersangkakan yaitu;

1. Pasal 340 KUHPidana; “Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana

terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan

dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau

selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun”. 49

Penjelasan unsur-unsur pasal yang di persangkakan;

a. Barang Siapa: Bahwa benar berdasarkan keterangan tersangka dan bukti

petunjuk yang telah melakukan pembunuhan terhadap korban Dasrullah

adalah tersangka Terosman alias Kete alias Mansur yang pada saat

penguburan mayat korban di bantu oleh anaknya yang bernama M Rudi

Ferdian.

b. Dengan Sengaja: Bahwa benar berdasarkan keterangan tersangka dan

petunjuk, tersangka Terosman alias Kete alias Mansur melakukan

pembunuhan terhadap korban dengan sengaja, dan akal pikiran sehat, dengan

cara membacok leher korban serta membacok seluruh bagian tubuh korban
48
Hasil Wawancara dengan Narasumber Maranata Zebua, Senin, 29 Juli 2019 Pukul 11.00
wib
49
Tim Visi Yustisia. 2014. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana. Jakarta: Visimedia, halaman 127.
53

dengan menggunakan golok, kemudian setelah mati, tersangka Terosman

memotong kemaluan korban dan kemudian dimakan.

c. Dengan Rencana Terlebih Dahulu: Bahwa benar berdasarkan

keterangan tersangka dan bukti petunjuk lainnya, tersangka Terosman alias

Kete alias Mansur melakukan pembunuhan tersebut dengan merencanakan

terlebih dahulu sebelum korban Dasrullah datang ke pondok, dengan cara

menyuruh anaknya M Rudi Ferdian untuk pergi dari pondok agar pada saat

melakukan pembunuhan terhadap korban tidak diketahui oleh anaknya M

Rudi Ferdian.

d. Merampas Nyawa Orang Lain: Bahwa benar berdasarkan keterangan

saksi, tersangka, dan bukti petunjuk, perbuatan tersangka mengakibatkan

meninggalnya korban Dasrullah, yang dilakukan dengan cara membacok

leher korban serta membacok seluruh bagian tubuh korban dengan

menggunakan golok.

2. Pasal 338 KUHPidana; “Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa

orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama

lima belas tahun”.50

a. Barang Siapa: Bahwa benar berdasarkan keterangan tersangka dan bukti

petunjuk yang telah melakukan pembunuhan terhadap korban Dasrullah

adalah tersangka Terosman alias Kete alias Mansur yang pada saat

penguburan mayat korban di bantu oleh anaknya yang bernama M Rudi

Ferdian.

50
Ibid., halaman 127
54

b. Dengan Sengaja: Bahwa benar berdasarkan keterangan tersangka dan

petunjuk, tersangka Terosman alias Kete alias Mansur melakukan

pembunuhan terhadap korban dengan sengaja, dan akal pikiran sehat, dengan

cara membacok leher korban serta membacok seluruh bagian tubuh korban

dengan menggunakan golok, kemudian setelah mati, tersangka Terosman

memotong kemaluan korban dan kemudian dimakan.

c. Merampas Nyawa Orang Lain: Bahwa benar berdasarkan keterangan

saksi, tersangka, dan bukti petunjuk, perbuatan tersangka mengakibatkan

meninggalnya korban Dasrullah, yang dilakukan dengan cara membacok

leher korban serta membacok seluruh bagian tubuh korban dengan

menggunakan golok.

3. Pasal 181 KUHPidana; “Barang siapa mengubur, menyembunyikan,

membawa lari atau menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan

kematian atau kelahiran, diancam dengan pidana penjara paling lama

sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus

rupiah”.51

a. Barang Siapa: Bahwa benar berdasarkan keterangan tersangka dan bukti

petunjuk yang telah menguburkan mayat adalah tersangka M Rudi Ferdian

Bin Terosman.

b. Mengubur, Menyembunyikan, Menghilangkan Mayat: Bahwa benar,

berdasarkan keterangan para tersangka dan petunjuk, tersangka M Rudi

Ferdian menguburkan mayat Dasrullah, dengan cara menggali lubang pada

51
Ibid., halaman 81.
55

tanah dan kemudian memasukkan mayat tersebut kedalam lubang yang telah

digali.

c. Dengan Maksud Menyembunyikan Kematian: Bahwa benar

berdasarkan keterangan tersangka, tersangka M Rudi Ferdian menguburkan

mayat Dasrullah dengan maksud agar mayat atau kematian Dasrullah tidak

diketahui orang lain.

Perbuatan yang dilakukan tersangka Terosman alias Mansur Bin Jaman

dapat dipersangkakan telah melanggar Pasal 340 Sub 338 Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana. Untuk itu guna mempertanggung jawabkan perbuatannya

tersangka telah selayaknya di sidangkan di Pengadilan Negeri Muara Bulian dan

telah dijatuhkan hukuman penjara selama 18 tahun.52

C. Upaya Kepolisian Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Pembunuhan

Secara Kanibalisme

Menurut G.P. Hoefnagels upaya penanggulangan kejahatan dapat ditempu

dengan:

a. Penerapan hukum pidana (criminal application)

b. Pencegahan tanpa pidana (preventif without punishment)

c. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan

pemidanaan lewat mass media (influencing views of society on crime

and punishment mass media)53

52
Hasil Wawancara dengan Narasumber Maranata Zebua, Senin, 29 Juli 2019 Pukul 11.00
wib
53
Nursariani Simatupang dan Faisal, Op.Cit., halaman 250.
56

Adapun upaya-upaya yang dilakukan Polres Batanghari Jambi dalam

penanggulangan tindak pidana pembunuhan secara kanibalisme adalah sebagai

berikut:

1. Dengan Upaya Represif

Dalam tindak pidana pembunuhan secara kanibalisme, upaya represif atau

upaya penal yang dilakukan Polisi, khususnya kepolisian Polres Batanghari Jambi

adalah dengan melakukan tahapan proses berjalan sesuai dengan prosedur, Polisi

Polres Batanghari Jambi menangkap serta mempersangkakan pelaku kedalam

Pasal 340 dan Pasal 338 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana kepada pelaku

atas tindakan pembunuhan berencana. Tugas Polisi dalam proses awal yaitu

dengan adanya laporan saksi yang menemukan mayat korban yang tertimbun oleh

tanah. Peristiwa itu diduga sebagai korban pembunuhan. Setelah menerima

laporan beberapa Polisi menuju kepada tempat kejadian perkara (TKP) untuk

mengecek lokasi dan memastikan telah terjadinya tindakan pembunuhan yang

terjadi di Desa Pelayangan Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari,

Polisi segera melakukan penyelidikan dan dari beberapa laporan yang diterima

pihak Polres Batanghari Jambi berdasarkan laporan hasil otopsi dan visum luar

serta melakukan evakuasi terhadap korban, beberapa laporan para saksi dan

keluarga korban yang kehilangan anggota keluarga datang ke Polres Batanghari.

Dan sesuai kepada ketentuan Polisi mencatat keterangan para saksi-saksi yang

mengenal korban serta mengenal pelaku dan bagiamana kejadian ini bisa terjadi.

Dalam penyelidikan Polisi melakukan cek lokasi langsung di tempat

kejadian untuk memastikan bahwa benar atau tindaknya telah terjadinya tindak
57

pidana pembunuhan, apabila atas laporan para saksi benar telah terjadi kasus

pembunuhan, maka selanjutnya Polisi melakukan pencarian terhadap pelaku

pembunuhan, dimana lokasi pelaku dan melakukan penangkapan untuk segera di

introgasi di kepolisian, kemudian mengumpulkan barang-barang bukti yang

dilakukan untuk membunuh korban.

Represif, upaya ini dilakukan pada saat terjadinya tindak pidana atau

kejahatan yang tindakannya berupa penegakan hukum (law enforcemenet) dengan

menjatuhkan hukuman.54 Upaya represif merupakan suatu upaya penanggulangan

kejahatan secara konsepsional yang ditempuh setelah terjadinya kejahatan.

Penganggulangan dengan upaya represif dimaksudkan untuk menindak para

pelaku kejahatan sesuai dengan perbuatannya serta memperbaikinya kembali agar

mereka sadar bahwa perbuatan yang dilakukannya merupakan perbuatan yang

melanggar hukum dan merugikan orang lain juga tidak akan melakukannya

mengingat sanksi yang akan ditanggungnya sangat berat.55

Penanggulangan kriminalitas melalui jalur Kepolisian, juga harus disertai

dengan partisipasi warga masyarakat secara optimal. Dimana dukungan itu

merupakan respons terhadap penilaian mereka terhadap Polisi, salah satu wujud

citra Polisi di mata masyarakat adalah bagaimana tingkat kepercayaan warga

masyarakat terhadap Polisi.56

54
A.S Alam Dan Amir Ilyas. 2018. Kriminologi Suatu Pengantar. Jakarta: Prenadamedia
Group. halaman 92.
55
Nursariani Simatupang, Op.Cit., halaman 250.
56
Achmad Ali dan Wiwie Heryani. 2013. Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum.
Jakarta: Prenadamedia Group, halaman 160.
58

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Pertahanan Dan Keamanan Negara Republik Indonesia, Pasal

30 Ayat (4) huruf a menyatakan sebagai berikut:

Kepolisian Republik Indonesia bertugas selaku amanat penegak hukum

memelihara serta meningkatkan tertib hukum dan bersama-sama dengan

segenap komponen kekuatan pertahanan keamanan negara lainnya

membina ketenteraman masyarakat dalam wilayah Negara guna

mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat.

Kepolisian, yang berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

diberikan kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan penyidikan (vide

Pasal 2 ayat (1) sub a jo. Pasal 6 ayat (1) sub a jo. Undang-Undang Nomor 28

Tahun 1997 Pasal 14 ayat (1) a jo. Pasal 2 ayat (1) sub a, PP No.27 Tahun 1983),

merupakan ujung tombak fungsionalisasi hukum pidana. Dikatakan demikian,

karena pihak kepolisian yang pertama sekali secara langsung berhadapan dengan

suatu tindak pidana tertentu yang terjadi, serta yang pertama kali menilai layak

tidaknya suatu kasus atau peristiwa untuk diajukan ke pengadilan. Pasal 30

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian menyatakan bahwa

Polri berwenang melakukan penyidikan semua tindak pidana.57

57
Fachmi. 2015. Kepastian Hukum Mengenai Putusan Batal Demi Hukum dalam Sistem
Peradilan Pidana Indonesia. Bogor: PT Ghalia Indonesia Publishing, halaman 57.
59

Adapun proses penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan Kepolisian

Batanghari Jambi yaitu:

1) Penyelidikan dan Penyidikan

Pada tanggal 05 November 2017 pukul 03.30 Wib tepatnya di Desa

Pelayangan Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari telah terjadi

Tindak Pidana Pembunuhan Berencana yang Mengakibatkan Hilangnya Nyawa

Orang Lain yang dilakukan oleh tersangka Terosman alias Mansur alias Kete Bin

Jaman terhadap korban M Dasrullah dengan cara membacok seluruh tubuh korban

M Dasrullah hingga tewas, kemudian korban dalam keadaan tidak bernyawa,

pelaku memotong kemaluan korban untuk dimasak dan dimakannya. Setelah itu

tersangka Terosman alias Mansur alias Kete Bin Jaman mengajak anaknya yang

bernama M Rudi Ferdian Bin Terosman untuk membantu menguburkan korban M

Dasrullah lebih kurang 500 meter dari tempat kejadian.

Keterangan saksi-saksi berdasarkan data yang diperoleh di Polres

Batanghari Jambi:

1. Saksi 1 Linda Atriani, tanpa surat panggilan telah diperiksa pada tanggal 09

Desember 2017.

a. Saksi menjelaskan bahwa saya di periksa penyelidik Polres Bataghari

sehubungan dengan diri saya telah mengalami musibah dimana suami

saya telah ditemukan dalam keadaan sudah meninggal dunia.

b. Saksi menjelaskan bahwa penemuan jenazah suami saya tersebut adalah

pada hari kamis tanggal 07 Desember 2017 sekiranya pukul 12.00 Wib di

dalam kebun kelapa sawit milik suaminya di Desa Tidar Kuranji


60

Kecamatan Maro Sebo Ilir Kabupaten Batanghari, dimana jenazah suami

saya ditemukan dalam posisi di tanam dalam tanah.

c. Saksi menjelaskan bahwa identitas dari suami saya tersebut bernama

Muhammad Dasrullah Bin Jaran, berumur 45 tahun, jenis kelamin Laki-

Laki, Agama Islam, Pekerjaan Petani dan untuk alamat sama dengan

saya.

d. Saksi menjelaskan bahwa saya ikut mencari suami saya tersebut, sampai

akhirnya suami saya di temukan namun sudah dalam keadaan meninggal

dunia.

e. Saksi menjelaskan bahwa secara pastinya tidak tahu, namun

kemungkinan besar suami saya tersebut sebagai korban tindak pidana

pembunuhan.

f. Saksi menjelaskan bahwa saya tidak tahu namun saya menduga atau

mencurigai kalau yang telah membunuh suami saya tersebut adalah anak

buah panen kebun sawitnya yang bernama Mansur dan Rudi.

g. Saksi menjelaskan bahwa saya bisa mencurigai kalau yang telah

membunuh suami saya tersebut adalah anak buah panen kebun sawit

milik suami saya yang bernama Mansur dan Rudi karena ketika suami

saya di temukan sudah dalam keadaan meninggal dunia, kedua orang

tersebut tidak berada lagi di dalam pondok kebun sawit yang mana

biasanya mereka sehari-hari tinggal di dalam pondok tersebut dan

sebelumnya memang suami saya pernah menyampaikan kepada saya

kalau hasil penjualan kelapa sawit tersebut jumlahnya besar dimana


61

dalam satu bulan bisa memanen sampai 8 ton dan jumlah uangnya sekitar

Rp.8.000.000 namun suami saya menerima uang hasil penjualan tersebut

dalam satu bulan hanya sebesar Rp.3.000.000.

h. Saksi menjelaskan bahwa setahu saya hubungan antara suami saya

dengan saudara Mansur dan saudara Rudi adalah hanya sebatas antara

majikan dan anak buah, dimana suami saya memiliki kebun kelapa sawit

6 hektar dan saudara Mansur dan saudara Rudi sebagai pekerja yang

menjaga kebun kelapa sawit milik suami saya tersebut.

i. Saksi menjelaskan bahwa setahu saya saudara Mansur dan saudara Rudi

menjadi anak buah dari suami saya adalah sejak pertama kali suami saya

membeli kebun kelapa sawit yaitu tahun 2014 sampai dengan sekarang

ini.

j. Saksi menjelaskan bahwa setahu saya perihal pengajian upah yang di

terima oleh saudara Mansur dan Rudi tersebut adalah berdasrkan dari

jumlah panen kelapa sawit, dimana dalam 1 ton sawit yang di panen di

beri upah sebesar Rp.200.000 dan untuk upah yang lain seperti

membersihkan kebun sawit saya tidak mengetahuinya yang lebih

mengetahuinya adalah suami saya.

k. Saksi menjelaskan bahwa saudara bahwa setahu saya tidak ada, justru

suami saya yang mencurigai saudara Mansur dan Rudi perihal uang hasil

pemanenan buah kelapa sawit tersebut yang nilainya besar dimana dalam

satu bulan bisa menghasilkan sebanyak 8 ton dan apabila di uangkan


62

sebesar Rp.8.000.000, namun uang yang di kirim dengan cara di transfer

tersebut hanya sebesar Rp.3.000.000 setiap bulannya.

l. Saksi menjelaskan bahwa setahu saya yang telah mentransferkan uang

sebesar Rp.3.000.000 tersebut adalah saudara Rudi dan di kirim ke

rekening Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Solok selatan milik

suami saya.

m. Saksi menjelaskan bahwa setahu saya alamay kedua orang tersebut

adalah berada di daerah Batu Sangkar Provinsi Sumatera Barat.

2. Saksi 2 Jhoni, tanpa surat panggilan telah diperiksa pada tanggal 09

Desember 2017.

a. Saksi menjelaskan bahwa saya mengerti diperiksa selaku saksi, karena

saksi telah menemukan mayat saudara Dasrullah.

b. Saksi menjelaskan bahwa kenal dengan saudara Dasrullah, dan saya tidak

memiliki hubungan persaudaraan, saudara Dasrullah hanya sering

menjual buah sawit hasil panen dari kebunnya kepada saya.

c. Saksi menjelaskan bahwa pada saat saya lihat ciri-ciri fisik dari mayat

tersebut adalah saudara M Dasrullah dan juga penemuan mayat di dekat

pondok milik saudara Dasrullah, dan sebelumnya istri dari saudara M

Dasrullah pernah memberitahukan bahwa saudara M Dasrullah sudah

tidak ada kabar lagi, sehingga saya bisa memastikan mayat tersebut

adalah mayat saudara M Dasrullah.

d. Saksi menjelaskan bahwa menemukan mayat Dasrullah pada hari kamis

tanggal 06 Desember 2017 sekiranya pukul 13.00 Wib di kebun sawit


63

miliknya di Manis Madu Desa Pelayangan Kecamatan Muara Tembesi

Kabupaten Bataghari.

e. Saksi menjelaskan bahwa setelah saya lihat, sepertinya saudara Dasrullah

adalah korban dari pembunuhan.

f. Saksi menjelaskan bahwa saat itu yang saya lihat saudara Dasrullah

masih menggunakan pakaian dengan posisi badan tertelungkup.

g. Saksi menjelaskan bahwa dipondok tersebut saudara Dasrullah ditemani

oleh buruh panen sawit miliknya yang bernama Mansur dan Rudi.

h. Saksi menjelaskan bahwa orang terakhir bersama saudara Dasrullah

adalah saudara Mansur dan saudara Rudi, karena pada tanggal 04

November 2017, saudara Dasrullah masuk ke kebun menuju pondok

yang mana pondok tersebut ditempati oleh saudara Mansur dan Rudi.

i. Saksi menjelaskan bahwa saudara Mansur dan saudara Rudi adalah buruh

panen sawit di kebun milik saudara Dasrullah.

j. Saksi menjelaskan bahwa saya sebelumnya sudah kenal dengan saudara

Mansur dan saudara Rudi, mereka bekerja sebagai buruh panen sawit,

dan biasanya saudara Mansur dan saudara Rudi tinggal di pondok di

kebun kelapa sawit milik saudara Dasrullah yang berada di Manis Madu

Desa Pelayangan Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari.

k. Saksi menjelaskan bahwa saya pada tanggal 04 November 2017, saya

mendapat informasi bahwa saudara Dasrullah datang dari padang menuju

kebun sawit miliknya yang berada di Manis Madu Desa Pelayangan

Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Bataghari dengan maksud untuk


64

melihat kebun sawitnya di panen oleh anak buah saudara Dasrullah yang

bernama Mansur dan Rudi.

3. Saksi 3 Fitrie, tanpa surat panggilan telah diperiksa pada tanggal 09

November 2017.

a. Saksi menjelaskan bahwa pada awalnya saya tidak mengerti di periksa

sehubungan dengan permasalahan apa, akan tetapi setelah dijelaskan oleh

pemeriksa sehubungan dengan Nomor Rekening Bank Rakyat Indonesia

(BRI) atas nama saya.

b. Saksi menjelaskan bahwa benar saya memiliki rekening tabungan

Simpedes Bank BRI (Bank Rakyat Indonesia) dengan nomor rekening

5475-XX-021XXX-XX-X dan saya membuat rekening tersebut di Bank

BRI (Bank Rakyat Indonesia) Unit Siteba Padang.

c. Saksi menjelaskan bahwa saya sudah lupa waktu tepatnya saya membuat

rekening tabungan Simpedes Bank BRI (Bank Rakyat Indonesia) dengan

nomor 5475-XX-021XXX-XX-X tersebut yang saya ingat antara tahun

2015 sampai dengan 2016.

d. Saksi menjelaskan bahwa Buku Tabungan Simpedes Bank BRI (Bank

Rakyat Indonesia) dengan nomor rekening 5475-XX-021XXX-XX-X

atas nama saya tersebut saat ini sudah hilang sedangkan untuk kartu

ATM (Anjungan Tunai Mandiri) daei tabungan tersebut saya berikan

kepada pacar saya yang bernama Jhanson alias Ucok.

e. Saksi menjelaskan bahwa saya memberikan kartu ATM (Anjungan Tunai

Mandiri) tabungan Simpedes Bank BRI (Bank Rakyat Indonesia) dengan


65

nomor 5475-XX-021XXX-XX-X atas nama saya tersebut, saya berikan

pada pacar saya yang bernama Jhanson alias Ucok tersebut saya sudah

lupa, tapi seingat saya keesokan hari setelah saya membuat buku

rekening dan ATM di BRI (Bank Rakyat Indonesia) Unit Siteba Padang

tersebut.

f. Saksi menjelaskan alasan saya memberikan kartu ATM (Anjungan Tunai

Mandiri) tabungan Simpedes Bank BRI (Bank Rakyat Indonesia) dengan

nomor rekening 5475-XX-021XXX-XX-X atas nama Jhanson alias Ucok

karena saya bermaksud agar memudahkan saya ataupun pacar saya

tersebut apabila hendak saling mengirimi uang.

g. Saksi menjelaskan bahwa selain buku rekening tabungan dengan nomor

5475-XX-021XXX-XX-X saya memiliki tabungan lain yaitu Buku

rekening beserta ATM (Anjungan Tunai Mandiri) di Bank BNI (Bank

Negara Indonesia) dengan nomor rekening 02XXX akan tetapi saya lupa

di Bank BNI mana saya membuatnya.

h. Saksi menjelaskan bahwa cara saya mengirimi uang kepada pacar saya

dengan mentransfer uang dari rekening BNI dengan nomor 02XXX atas

nama saya ke rekening 5475-XX-021XXX-XX-X juga atas nama saya

yang saya yang saat ini kartu ATM ada pada pacar saya yang bernama

Jhanson alias Ucok.

i. Saksi menjelaskan bahwa pacar saya yang bernama Jhanson alias Ucok

tersebut pernah mengirim uang kepada saya dengan cara transfer ke

rekening Bank BNI dengan nomor 02XXX dan pacar saya tersebut
66

mengirim saya uang sudah sering dan yang terakhir kali seingat saya

pada tahun 2016.

j. Saksi menjelaskan bahwa tidak tahu begitu jelas alamat domisili dari

pacar saya yang bernama Jhanson alias Ucok tersebut akan tetapi yang

saya tahu dia tinggal di Batu Sangkar Kabupaten Tanah Datar Sumatera

Barat.

k. Saksi menjelaskan bahwa saya tidak tahu sama sekali apabila ada yang

mentransfer uang sebesar Rp.1.500.000 pada tanggal 12 November 2017

ke rekening Simpedes dengan nomor 5475-XX-021XXX-XX-X atas

nama Fitrie Mawati Ramadhani yang saya buat di Bank BRI Unit Siteba

Padang tersebut karena ATM dari rekening tabungan saya tersebut saat

ini di pegang oleh pacar saya yang bernama Jhanson alias Ucok dan

pacar saya tersebut juga tidak ada memberitahu saya mengenai hal

tersebut.

l. Saksi menjelaskan bahwa apabila di perlihatkan saya masih bisa

mengenalinya.

4. Saksi 4 Asep, tanpa surat panggilan diperiksa pada tanggal 09 November

2017.

a. Saksi menjelaskan bahwa jasad korban ditemukan di dalam kebun kelapa

sawit miliknya, saat itu saya diberitahu oleh saudara Wardik alias Dedek

yang menelepon saya, yang mana saat itu saya sedang memanen sawit di

kebun sawit milik saya Simpang 2 Timur.


67

b. Saksi menjelaskan bahwa selesai memanen kelapa sawit saya hendak

pulang mampir di warung Heri karena ada Adek saya di sana kemudian

saudara Roni, Jajang, saat itu membicarakan perihal kematian saudara

Dasrullah yang mana kami semua mencurigai saudara Mansur serta Rudi

sebagai pelaku yang mana mereka yang biasanya menunggu pondok tiba-

tiba menghilang.

c. Saksi menjelaskan bahwa saya lama mengenal Dasrullah kebih kurang 10

tahun yang lalu, yang mana Dasrullah pernah tinggal di dekat rumah

orang tua saya di Simpang 2 Tidar Kuranji.

d. Saksi menjelaskan bahwa saya tahu dari cerita korban kepada saya

biasanya korban di kebun bekerja menebas, membuat piringan, memupuk

dan rondap.

e. Saksi menjelaskan bahwa yang saya tahu saudara Dasrullah berada di

kebun miliknya biasnya 5 (lima) hari kemudian korban pulang ke padang

,yang saya liat korban hampir setiap bulannya datang akan tetapi tidak

lama.

f. Saksi menjelaskan bahwa saya ada bertemu korban Dasrullah pada awal

bulan November 2017 yang mana harinya saya tidak ingat lagi, sekir

pukul 13.30 Wib saudara Dasrullah mampir di depan rumah saya

kemudian korban menghampiri saya yang berada di rumah bersama

isteri, Heri, Wardi yang mana kami semua sedang berkumpul, saat itu

Dasrullah memberikan buah-buahan kepada anak saya kemudian korban

menyampaikan hendak nyemprot tidak lama korban langsung pergi


68

menggunakan sepeda motor vixion warna hitam, kemudian pada malam

harinya habis maghrib saudara Dasrullah bersama Mansur datang ke

rumah saya untuk ngecas Hp, serta senter sedangkan anak saudara

Mansur masih dalam perjalanan dari padang karena dalam beberapa hari

mau memanen buah kelapa sawit, sekira pukul 20.30 Wib saudara

Dasrullah bersama Mansur pulang ke kebun dengan menggunakan

sepeda motor vixion milik korban, itulah saat terakhir saya bersama

korban serta saudara Mansur.

g. Saksi menjelaskan bahwa saya lihat anak saudara Mansur saudara Rudi

datang pada pagi harinya saat itu saya lihat sekiranya pukul 10.00 Wib

saudara Rudi masuk dengan mobil saudara Jon.

h. Saksi menjelaskan bahwa Terosman alias Mansur serta Rudi sudah lama

kurang lebih sudah satu tahun yang lalu yang mana saudara Terosman

alias Mansur adalah orang tua dari saudara Rudi dan saya tidak ada

memiliki hubungan keluarga dengan mereka.

i. Saksi menjelaskan bahwa saya baru bertemu lagi dengan saudara Mansur

sekitar empat hari setelah dari rumah saya bersama saudara Dasrullah,

saat itu setelah maghrib saudara Mansur bersama anaknya saudara Rudi

datang ke rumah saya sambil Cas Hp sama Senter, saat hendak

mengeluarkan Hp dari Tas Kecil warna hitam yang dibawak saudara

Mansur di dalam Tas terdapat Pisau Kecil yang di akui oleh saudara

Mansur miliknya untuk jaga-jaga dijalan kalau ketemu Landak.


69

j. Saksi menjelaskan bahwa tidak begitu mengetahui bagaimana hubungan

saudara Mansur dengan saudara Dasrullah.

k. Saksi menjelaskan bahwa saya terakhir melihat saudara Dasrullah

melintas di depan rumah saya hendak pulang saudara Dasrullah memakai

Helm, Jaket Warna Hitam, Celana Levis, Sepatu Seftty Warna Cokelat.

l. Saksi menjelaskan bahwa barang milik korban yang masih saya kenali

adalah sepeda motor vixion, jaket kulit korban warna hitam, serta sepatu

seftty yang biasa korban gunakan.

5. Saksi 5 Rio Anggara, tanpa surat panggilan dilakukan pemeriksaan pada

tanggal 12 Desember 2017.

a. Saksi menjelaskan bahwa mengerti sebabnya dimintai keterangan saat

ini, sehubungan dengan permasalahan pembunuhan.

b. Saksi menjelaskan bahwa yang saya menjadi korban pembunuhan

tersebut adalah saudara Dasrullah.

c. Saksi menjelaskan bahwa saya tidak mengetahui kapan dan dimana

peristiwa pembunuhan tersebut terjadi.

d. Saksi menjelaskan bahwa pelaku pembunuhan tersebut adalah saudara

Terosman dan saudara Rudi.

e. Saksi menjelaskan bahwa saya kenal dengan pelaku Terosman alias

Mansur dan saudara Rudi yang merupakan orang tua dan adik kandung

saya.
70

f. Saksi menjelaskan bahwa saya mengetahui kejadian pembunuhan

tersebut setelah saudara Terosman alias Mansur dan saudara Rudi

tertangkap.

g. Saksi menjelaskan bahwa saudara Terosman alias Mansur pada saat

tertangkap sedang berada di rumah adik ipar saya di Koto Sani

Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat, sedangkan saudara Rudi

tertangkap di daerah Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan.

h. Saksi menjelaskan bahwa Terosman alias Mansur dan saudara Rudi

bekerja sebagai tukang panen kebun sawit milik saudara Dasrullah di

Provinsi Jambi, setahu saya sudah lebih kurang 3 (tiga) tahun.

i. Saksi menjelaskan bahwa saudara Terosman alias Mansur dan Saudara

Rudi pulang ke rumah saya pada bulan November 2017 sekira pukul

05.30 Wib.

j. Saksi menjelaskan bahwa saudara Terosman alias Mansur dan saudara

Rudi datang ke rumah saya menggunakan kendaraan roda dua jenis

yamaha vixion warna hitam.

k. Saksi menjelaskan bahwa berdasarkan keterangan saudara Terosman

alias Mansur kendaraan tersebut milik saudara Dasrullah.

l. Saksi menjelaskan pada tahun 2017 sekira pukul 05.30 Wib di rumah

saya di Sikaladi Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar Provinsi

Sumatera Barat, saudara Terosman alias Mansur dan saudara Rudi datang

dengan menggunakan kendaraan roda dua jenis yamaha vixion warna

hitam, kemudian empat hari setelah itu sekira pukul 14.00 Wib saudara
71

Rudi mengatakan kepada saya untuk pinjam ATM untuk bos mau

mengirim gaji, saya meminjam ATM milik saudara Jhon, setelah itu

sekira pukul 19.30 Wib saya bersama Jhon mengambil uang yang ada di

ATM dan pada saat itu yang ada di ATM berisi saldo Rp.1.500.000

namun yang bisa diambil Rp.1.450.000 kemudian saya berikan uang

tersebut kepada saudara Rudi.

Pada hari kamis tanggal 07 Desember 2017 pada sekira pukul

11.00 Wib saudara Rudi pergi ke rumah makan di Kabupaten Muara

Enim Provinsi Sumatera Selatan untuk bekerja di rumah makan.

Pada hari minggu tanggal 10 Desember 2017 sekira pukul 03.00 Wib

saudara Terosman alias Mansur tetangkap oleh pihak kepolisian.

6. Saksi 6 Samino, tanpa surat panggilan dilakukan pemeriksaan pada tanggal

09 Desember 2017.

a. Saksi menjelaskan bahwa mengerti sebabnya dimintai keterangan saat

ini, sehubungan dengan permasalahan pembunuhan.

b. Saksi menjelaskan bhawa kapasitas saya dalam memberikan

keterangan saat sekarang karena saya pada hari selasa tanggal 05

Desember 2017 sampai dengan hari kamis 06 Desember 2017

sebelum saudara Dasrullah ditemukan sudah tidak bernyawa di

kebunnya, saya bersama rekan saya Eko, Wak Um, Ardi, dan Ajo ada

ada memanen sawit dikebun milik Dasrullah.

c. Saksi menjelaskan bahwa saya hanya disuruh memanen kebun sawit

milik Dasrullah tersebut karena diperintahkan oleh Bang Jon pada hari
72

selasa tanggal 05 Desember 2017 dan saya bukan pekerja atau anak

buahnya Dasrullah.

d. Saksi menjelaskan bahwa saya juga tidak mengenal secara jelas

saudara Dasrullah tersebut, saya hanya kenal namanya saja dari Bang

Jon dan saya belum pernah bertemu dengan saudara Dasrullah.

e. Saksi menjelaskan bahwa saya baru dua kali memanen sawit dikebun

milik Dasrullah tersebut dan atas perintah Bang Jon, akan tetapi

sebelumnya saya sering ke kebun milik saudara Dasrullah, tetapi

bukan untuk memanen hanya menjemput buah sawit yang sudah

dipanen dikebun Dasrullah, karena dikebun tersebut ada anak buahnya

yang bernama Mansur dan Rudi yang bertugas menjaga dan merawat

kebun tersebut dan juga memanen buah sawit dikebun tersebut.

f. Saksi menjelaskan bahwa pada hari selasa tanggal 05 Desember 2017

dan rabu tanggal 06 Desember 2017 saudara Mansur dan Rudi tidak

ada ikut memanen dan saya juga tidak melihat saudara Mansur dan

Rudi.

g. Saksi menjelaskan bahwa saya mengetahui tentang saudara Dasrullah

pada hari kamis tanggal 07 Desember 2017 karena saya pada saat itu

berada dikebun saudara Arif untuk menjemput buah, dan kebun

saudara Arif tersebut melewati kebun saudara Dasrullah, akan tetapi

saya tidak ada kekebun saudara Dasrullah.


73

h. Saksi menjelaskan bahwa saya kenal dengan saudara Mansur dan

Rudi tersebut hanya sebatas pekerja di kebun milik Dasrullah, dan

saya juga tidak mengetahui kemana saudara Mansur dan Rudi.

i. Saksi menjelaskan bahwa setelah saya dan rekan saya Eko, Wak Um,

sampai dikebun milik saudara Dasrullah tersebut sekira pukul 08.00

Wib, saya dan rekan saya langsung menuju pondok milik saudara

Dasrullah untuk mengambil alat panen, dan setelah itu langsung

melakukan pemanenan dan keadaan kebun tersebut saya dan rekan

saya tidak ada melihat tanda-tanda kecurigaan, saya dan rekan tidak

begitu memperhatikan di sekitar pondok dan kebun tersebut dan sekira

pukul 16.00 Wib pada saat sedang manen saudara Eko melihat

gundukan tanah sekitar 2 Meter di dekat pondok, dan saudara Eko

langsung memberitahukan kepada saya dan saudara Wak Um,

kemudian gundukan tersebut saya tusuk pakai tojok, dan tanah

tersebut sangat lembut, setelah itu saya langsung menelefon Bang Jon,

kemudian sekira pukul 02.00 Wib Bang Jon datang bersama saudara

Ajo (Rian) dan Ardi karena sudah malam kami bermalam dan tidur di

warung Wak Um dan melanjutkan keesokan harinya.

j. Saksi menjelaskan bahwa hari rabu tanggal 06 Desember 2017 sekira

pukul 08.00 Wib saya bersama Bang Jon, Eko, Ajo alias Rian dan

Ardi masuk ke kebun dengan tujuan melihat gundukan tanah yang

kami temukan sebelumnya dan menyelesaikan pemanenan yang

belum selesai.
74

k. Saksi menjelaskan bahwa kami menyelesaikan pekerjaan manen dulu

dan setelah selesai manen sekira pukul 11.00 Wib barulah saya

bersama Bang Jon, Eko, Ajo alias Rian dan Ardi mengecek gundukan,

dan setelah di cek dan kami bongkar ternyata isinya adalah Bantal,

kemudian melihat kecurigaan terhadap Bantal yang dikubur tersebut

Bang Jon menelfon keluarga Dasrullah.

l. Saksi menjelaskan bahwa kondisi pondok pada saat itu dalam keadaan

terkunci dan kami rusak karena alat panen ada didalam, dan di dalam

pondok kasur sudah tidak ada, dan saya tidak ada kecurigaan sama

sekali.

m. Saksi menjelaskan bahwa saya juga tidak mengenal jauh dengan

saudara Mansur dan Rudi.

n. Saksi menjelaskan bahwa sebelumnya saudara Mansur dan Rudi

sering kerumah Bang Jon untuk mengambil uang penjualan sawit,akan

tetapi kurang lebih 2 bulan terakhir ini saya tidak melihat lagi saudara

Mansur dan Rudi kerumah Bang Jon.

7. Saksi 7 Rudi, tanpa surat panggilan dilakukan pemeriksaan pada tanggal 13

Desember 2017.

a. Saksi menjelaskan bahwa pembunuhan tersebut terjadi pada hari

minggu tanggal 05 November 2017 sekiranya pukul 03.30 Wib di

perkebunan sawit Desa Pelayangan Kecamatan Muara Tembesi

Kabupaten Batanghari.
75

b. Saksi menjelaskan bahwa yang menjadi korban pembunuhan tersebut

adalah pemilik kebun sawit tempat saya bekerja yang bernama

Dasrullah.

c. Saksi menjelaskan bahwa yang melakukan pembunuhan tersebut

adalah bapak kandung saya yang bernama Terosman.

d. Saksi menjelaskan bahwa saya mengetahui bapak saya yang

melakukan pembunuhan setelah bapak saya yang bernama Terosman

meminta bantuan kepada saya untuk menguburkan mayat saudara

Dasrullah yang telah bapak saya bunuh.

e. Saksi menjelaskan bahwa bapak saya tidak memberitahu secara jelas

bahwa dirinya telah melakukan pembunuhan.

f. Saksi menjelaskan bahwa saya tidak mengetahuinya karena pada saat

bapak saya yang bernama Terosman melakukan pembunuhan tersebut

saya tidak berada di tempat kejadian.

g. Saksi menjelaskan bahwa saudara Dasrullah adalah Bos pemilik

kebun tempat saya dan bapak saya yang bernama Terosman bekerja.

Sebagai penjaga kebun dan tukang panen buah sawit di kebun milik

Dasrullah.

h. Saksi menjelaskan bahwa saya dan bapak saya bekerja dengan

Dasrullah kurang lebih 4 (empat) tahun.

i. Saksi menjelaskan bahwa saya tidak mengetahui pasti dengan

menggunakan alat apa bapak saya yang bernama Terosman


76

membunuh Dasrullah, namun pada saat itu saya melihat ada 1 (satu)

buah parang yang ada darahnya di dekat mayat saudara Dasrullah.

j. Saksi menjelaskan bahwa pada saat itu saudara Dasrullah sudah dalam

keadaan meninggal dunia.

k. Saksi menjelaskan bahwa pada saat itu saya melihat saudara Dasrullah

sudah tidak bergerak lagi dan banyak mengeluarkan darah, dan pada

saat itu saya melihat ditubuh saudara Dasrullah penuh dengan luka.

l. Saksi menjelaskan bahwa pada saat itu terdapat luka pada bagian

leher, tangan, dan luka pada perut dan saya melihat pada bagian perut

tersebut terdapat luka yang sangat besar hingga isi dibagian perut

tersebut keluar, namun saya tidak tahu pasti apa penyebab luka

tersebut, yang jelas pada saat itu saya melihat ada 1 (satu) buah parang

yang ada didalam pondok tersebut dalam keadaan penuh darah.

m. Saksi menjelaskan bahwa saudara Dasrullah memiliki sifat tempramen

dan suka marah-marah.

n. Saksi menjelaskan bahwa saya tidak tahu pasti, yang saya tahu selama

ini saya hanya mendapat upah panen yaitu sebesar Rp.200.000 per

ton.

o. Saksi menjelaskan bahwa saya dan bapak saya yang bernama

Terosman bekerja seperti biasa memanen dikebun tersebut dan pada

hari selasa tanggal 07 November 2017 sekira pukul 15.30 Wib bapak

saya mengatakan kepada saya “Ayok Kita Balek Kepadang” setelah

itu saya dan bapak saya langsung berangkat dan setelah melewati
77

pasar sungai rengas kami berhenti untuk menunggu mobil, dengan

tujuan motor tersebut kami naikkan ke mobil dan dengan mobil

tersebut kami menuju padang, setelah sampai padang motor kami

titipkan dirumah abang saya yang bernama Rio Anggara tepatnya di

Nagari Tabek Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar Provinsi

Sumatera Barat dan pada hari kamis tanggal 07 Desember 2017 saya

pergi ke palembang untuk bekerja.

Pada tahap pemeriksaan saksi ini, setelah saksi meyampaikan keterangan

mengenai kejadian perkara tersebut, penyidik berwenang memanggil saksi yang

dianggap perlu untuk diperiksa dengan surat panggilan yang sah dengan

memperhatikan tenggang waktu yang wajar antar diterimannya hari panggilan dan

hari seseorang itu akan datang. Atas pemeriksaan saksi yang telah dilakukan,

penyidik membuat berita acara pemeriksaan saksi yang telah dilakukan, penyidik

membuat berita acara pemeriksaan saksi berisi identitas saksi dan jawaban saksi

atas pertanyaan penyidik seputar perkara yang diduga dengan pembunuhan

berencana secara kanibalisme tersebut lalu ditanda tangani penyidik dan saksi.

Pada tanggal 09 Desember 2017 telah dilakukan penyitaan barang bukti

yaitu:

1) 1 (satu) Buah Golok dengan Sarung Warna Putih

2) 1 (satu) Buah Cangkul dengan Gagang Kayu

3) 1 (satu) Buah Celana Jeans Panjang Warna Biru

4) 1 (satu) Buah Plastik Deterjen Warna Hijau Merk Rinso

5) 1 (satu) Unit Sepeda Motor Vixion Warna Hitam Tanpa Nomor Polisi
78

6) 1 (satu) Lembar STNK atas Nama M Dasrullah

7) 1 (satu) Buah Sepatu Safety Boot Warna Hitam

8) 1 (satu) Buah Kartu ATM Bank BRI Warna Biru

9) 1 (satu) Buah Hp Merk Nokia Warna Hitam

10) 1 (satu) Buah Celana Dalam Warna Hitam

Berdasarkan barang bukti yang disita penyidik menyimpulkan bahwa

tersangka dalam perkara ini adalah Terosman alias Mansur alias Kete Bin Jaman

atas perkara tindak pidana pembunuhan berencana. Untuk kepentingan

penyelidikan, penyidik berwenang melakukan penangkapan. Kepala Kepolisian

Resort Batanghari.

Surat Perintah Penangkapan Nomor: Sp.Kap/160/XII/ 2017/ Reskrim

Tanggal 11 Desember 2017. Dalam Surat Perintah Penahanan Nomor: Sp.

Han/91/XII/2017/Reskrim Tanggal 12 Desember 2017. Yang menjadi alasan

Penangkapan serta Penahanan adalah adanya dugaan telah melakukan

Pembunuhan Berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 340 KUHP, Pasal

338 KUHP, dan Pasal 181 KUHP. Dalam Surat Perintah Penyidikan Nomor:

SP.Sidik/94.a/XII/2017/Reskrim Tanggal 09 Desember 2017.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Modus pelaku tindak pidana pembunuhan secara kanibalisme ini yaitu

pembunuhan yang dilakukan menggunakan alat berupa golok untuk

membacok korban dan memotong kemaluan korban serta memakannya.

Dikarenakan marah, kesal serta sakit hati terhadap korban sehingga

merencanakan pembunuhan tersebut. Adapun modus pelaku yaitu

mencoba menghilangkan jejak pembunuhan, dengan cara

mengguburkan mayat korban menghilangkan jejak hasil

pembunuhannya serta pelaku juga mengajak anaknya untuk membantu

menguburkan mayat korban.

2. Penegakan hukum terhadap pelaku pembunuhan secara kanibalisme ini

dengan melakukan suatu proses penyelidikan dan penyidikan sesuai

kepada Standar Operasional Prosedur (SOP). Sehingga atas perbuatan

yang dilakukan tersangka dapat dipersangkakan telah melanggar Pasal

340 Sub 338 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan telah di

sidangkan di Pengadilan Negeri Muara Bulian dan telah dijatuhkan

hukuman penjara selama 18 (delapan belas) tahun.

3. Upaya kepolisian dalam penanggulangan pembunuhan secara

kanibalisme ini adalah dengan melakukan upaya represif dengan

melakukan tahapan proses berjalan sesuai kepada prosedur. Awal

proses ini pihak kepolisian melakukan cek lokasi kejadian pembunuhan

79
80

(TKP) yaitu dengan berdasarkan laporan yang ada, selanjutnya

dilakukan proses penyelidikan dengan melakukan otopsi, visum luar

serta evakuasi korban, melakukan pemeriksaan para saksi untuk

memberi keterangan, mengumpulkan barang bukti, dan selanjutnya

melacak tersangka pembunuhan dengan bekerjasama oleh pihak yang

bersangkutan.

B. Saran

1. Sebaiknya dengan kejadian ini setiap warga masyarakat lebih

memikirkan bagaimana resiko yang akan diterima apabila melakukan

suatu tindak pidana terutama tindak pidana pembunuhan yang pastinya

akan merugikan diri sendiri.

2. Sebaiknya dalam penegakan hukum pihak-pihak yang bersangkutan

harus ekstra tegas dan tanggap sehingga pelaku pembunuhan

mendapatkan hukuman sesuai atas perbuatan yang dilakukannya.

3. Sebaiknya kepolisian melakukan penanggulangan tidak hanya setelah

terjadinya tindak pidana tetapi dapat mencegah sebelum terjadinya

tindak pidana. Agar tidak ada pihak yang akan dirugikan.


81

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

A.S Alam dan Amir Ilyas. 2018. Kriminologi Suatu Pengantar. Jakarta:

Prenadamedia Group

Achmad Ali dan Wiwie Heryani. 2013. Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap

Hukum. Jakarta: Prenadamedia Group.

Ahmad Sofian. 2018. Ajaran Kausalitas Hukum Pidana. Jakarta: Prenadamedia

Group.

Amad Sudiro dan Deni Bram. 2013. Hukum dan Keadilan Aspek Nasional dan

Internasional. Jakarta: Rajawali Pers

Adon Nasrul Jamaludin. 2016. Dasar-Dasar Patologi Sosial. Bandung: CV

Pustaka Setia.

E. Fernando M. Manullang. 2016. Selayang Pandang Sistem Hukum Di

Indonesia. Jakarta: Prenadamedia Group.

Edwin H. Sutherland dan Donal R. Cressey dan David F. Luckenbil. 2018.

Prinsip-Prinsip Dasar Kriminologi. Jakarta: Prenadamedia Group.

Eko Hariyanto. 2014. Memahami Pembunuhan. Jakarta: PT Kompas Media

Nusantara.

Erdianto Effendi. 2014. Hukum Pidana Indonesia Suatu Pengantar. Bandung: PT

Refika Aditama.
82

Fachmi. 2015. Kepastian Hukum Mengenai Putusan Batal Demi Hukum Dalam

Sistem Peradilan Pidana Indonesia. Bogor: PT Ghalia Indonesia

Publishing.

Frans Maramis. 2016. Hukum Pidana Umum dan Tertulis Di Indonesia. Jakarta:

Rajawali Pers.

Ida Hanifah, dkk. 2018. Pedoman Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa. Medan: CV

Pustaka Prima.

Ismu Gunandi dan Jonaedi Efendi. 2014. Cepat dan Mudah Memahami Hukum

Pidana. Jakarta: Prenadamedia Group.

Nursariani Simatupang dan Faisal. 2017. Kriminologi Suatu Pengantar. Medan:

CV Pustaka Prima.

Sudarsono. 2012. Kamus Hukum. Jakarta: Rineka Cipta.

Tim Visi Yustisia. 2014. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Dan Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Jakarta: Visimedia.

B. Jurnal

Fauzi Iswari. “Unsur Keadilan dalam Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran

Hak Asasi Manusia Di Indonesia”. dalam Pagaruyuang Law Jurnal Vol.1

No.1 Juli 2017.

Tresia Elda. “Sanksi Pidana Akibat Pembunuhan Terhadap Istri”. dalam Jurnal

Sosial dan Budaya Syar’i Vol.3 No.2 2016.


83

C. Skripsi

Andi Hikmatul Af’idah. 2014. “Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana

Pembunuhan Berencana Yang Di Lakukan Secara Bersama-Sama (Studi

Kasus Putusan Nomor 200/Pid.B/2012/Pn.Pinrang)”. Makassar : UNHAS

D. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Khususnya Pasal 340

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Khususnya Pasal 338

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Pertahanan Dan Keamanan Negara Republik Indonesia

E. Website

Ansori, “Mengungkap Alasan Manusia Purba Lakukan Praktik Kanibalisme”,

Suratkabar.id, Diakses Senin, 2 September 2019, Pukul 22.37 wib.

Antares Daffa Firansyah, “Kanibalisme”, kompasiana.com, Diakses Senin, 2

September 2019, Pukul 22.45 wib.

Anda mungkin juga menyukai