LAPORAN PL ANGGI SEPTA YOLANDA Fix

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 26

i

LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN

SOSIALISASI PENGOLAHAN ABON IKAN PATIN (Pangasius


pangasius) dalam PENGEMBANGAN POTENSI PERIKANAN
di PONDOK PESANTREN RAUDHATUL ULUM SAKATIGA

SOCIALIZATION PROCESSING OF SHAPED PATIN FISH


(Pangasius Pangasius)In DEVELOPMENT OF FISHERIES
POTENTIAL at PONDOK PESANTREN RAUDHATUL ULUM
SAKATIGA

Anggi septa Yolanda


05061181823053

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


JURUSAN PERIKANAN
FALUTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021

i Universitas Sriwijaya
ii

LEMBAR PENGESAHAN

SOSIALISASI PENGOLAHAN ABON IKAN PATIN (Pangasius


pangasius) dalam PENGEMBANGAN POTENSI PERIKANAN
di PONDOK PESANTREN RAUDHATUL ULUM SAKATIGA

PRAKTEK LAPANGAN

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Perikanan


pada Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Oleh:

Anggi Septa Yolanda


05061181823053

Indralaya, November 2021


Pembimbing

Siti Hanggita, R.J., S.TP., M.Si., Ph.D


NIP.198311282009122005

Mengetahui,

Ketua Jurusan Koordinator Program Studi


Perikanan Teknologi Hasil Perikanan

Dr. Ferdinand Hukama Taqwa, S.Pi., M.Si. Dr. Rinto, S.Pi., M.P.
NIP.197602082001121003 NIP.197606012001121001

ii Universitas Sriwijaya
iii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat taufik dan hidayah-Nya selama kegiatan Praktik
Lapangan hingga terselesainya pembuatan proposal Praktek Lapangan ini.
Proposal Praktik Lapangan ini disusun sebagai pedoman untuk melaksanakan
Praktek Lapangan yang merupakan sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang
telah di dapat pada saat kuliah, selain itu sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Tuhan yang Maha Esa
2. Ayah dan Ibu yang selalu memberikan dukungan baik finansial dan material
3. Siti Hanggita, R.J., S.TP., M.Si., Ph.D sebagai Dosen Pembimbing yang telah
memberikan ilmu, arahan dan bantuan dalam penyusunan rencana Praktek
Lapangan ini.
4. Bapak Dr. Rinto, S.Pi., M.P selaku Koordinator Program Studi Teknologi Hasil
Perikanan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.
5. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Teknologi Hasil Perikanan.
6. Seluruh anggota Wisma Nando dan teman-teman seperjuangan (Marda, Yanti,
Cahya, Intan, Diah dan semuanya yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu) yang
menjadi Support System saya
7. Seluruh anggota BTS dan sahabat-sahabat saya (Rina, Okta, Sasti, Deami,
Peggy, Andella dan Nadhilla) yang menjadi support system saya
8. Kepada rekan Praktik lapangan yang setia membantu saya
9. Rekan-rekan Teknologi Hasil Perikanan angkatan 2018 atas motivasinya.

Indralaya, September 2021

Penulis

iii Universitas Sriwijaya


iv

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN. .............................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2. Tujuan ...............................................................................................................2
1.3. Manfaat .............................................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3
2.1. Abon ikan ..........................................................................................................3
2.2. Bahan Baku .......................................................................................................3
2.2.1.Klasifikasi dan Morfologi Ikan Patin (Pangasius Pangasius) ........................3
2.2.2. Kandungan Gizi Ikan Patin ............................................................................4
2.3. Bahan Tambahan ...............................................................................................5
2.3.1. Bawang Merah dan Bawang Putih .................................................................5
2.3.2. Santan .............................................................................................................6
2.3.3. Gula dan Garam .............................................................................................6
2.4. Tahapan Pemasakan ..........................................................................................6
BAB III. PELAKSANAAN PRAKTIK LAPANGAN ....................................... 7
3.1. Tempat dan Waktu ............................................................................................7
3.2. Alat dan Bahan ..................................................................................................7
3.3. Cara Kerja .........................................................................................................8
3.4. Prosedur Kegiatan Sosialisasi ...........................................................................8
BAB 1V. PROFIL Pesantren ................................................................................9
4.1. Sejarah pondok pesantren raudhatul ulum sakatiga ..........................................9
4.2. Letak Geografis Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga…….........10
4.3. Strukitur Kepengurusan Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga…….12
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................13
5.1. Rincian Dana ...................................................................................................13
5.2. Metode dan Proses Pembuatan .......................................................................13

iv Universitas Sriwijaya
v

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................16


6.1. Kesimpulan .....................................................................................................16
6.2. Saran ................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v Universitas Sriwijaya
vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.2.1. Ikan Patin (Pangasius Pangasius)………………………4
Gambar 4.b Abon Ikan Patin (Pangasius Pangasius)…………………..15

vi Universitas Sriwijaya
vii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Rincian Bahan Baku ……………………………………………13

vii Universitas Sriwijaya


1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan
dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari pra produksi,
produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu
sistem bisnis perikanan.Perikanan di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga jenis
perikanan yaitu: perikanan air laut, perikanan air payau, dan perikanan air darat.
Perikanan air laut adalah perikanan yang diusahakan di wilayah perairan laut
lepas, perikanan air payau adalah perikanan yang diusahakan dalam bentuk
tambak di muara sungai ataupun daerah yang dekat dengan air laut, sedangkan
perikanan air darat adalah perikanan yang diusahakan di kolam dan perairan
umum ataupun sawah. Perikanan air darat dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
perikanan kolam air tawar, perikanan di rawa, waduk, danau dan sungai, serta
perikanan sawah. Beberapa jenis ikan yang dibudidayakan antara lain ikan mas,
ikan gurame, ikan tawes, ikan nila, ikan mujair, ikan lele. Lele atau ikan keli,
adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar.
Ikan patin (Pangasius Pangasius) merupakan salah satu komoditas
perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, baik pada tahap pembenihan
maupun pembesaran. Ikan ini memiliki kandungan protein yang cukup tinggi
kadar kolesterol yang relatif rendah serta memiliki kandungan kalori sehingga
ikan ini baik untuk dikonsumsi ( Khairuman, 2002). Salah satu produk olahan
yang sudah dikenal oleh orang banyak adalah abon. Pembuatan
abon ikan merupakan salah satu alternatif pengolahan ikan, untuk mengantisipasi
kelimpahan produksi ataupun untuk penganekaragaman produk perikanan.
Pengolahan abon ini hanya merupakan pengeringan bahan baku yang telah
ditambahkan bumbu-bumbu untuk meningkatkan cita rasa dan memperpanjang
masa simpan (Tjipto Laksono dan Syahrul, 2001).
Menurut Karyono dan Wachi dalam Marjodo (2015), abon ikan
merupakan produk olahan yang sudah cukup dikenal luas oleh masyarakat. Abon
ikan adalah suatu jenis makanan kering berbentuk khas yang terbuat dari daging

1 Universitas Sriwijaya
2

ikan yang direbus, disayat-sayat, dibumbui, digoreng, dan dipres. Pembuatan abon
ikan menjadi alternatif pengolahan ikan dalam rangka penganekaragaman produk
perikanan dan mengantisipasi melimpahnya tangkapan ikan di masa panen.
Pengolahan abon ikan dapat dilakukan dalam skala kecil, sedang, besar,
dan dapat dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga dalam menyediakan lauk pauk
sehari-hari. Jenis ikan yang biasa diolah menjadi abon ikan umumnya ikan
pelagis, yaitu ikan cakalang, (Katsuwonus pelamis), tenggiri (Scomberomorus sp),
tongkol (Euthynus sp) dan lain-lain. Menurut Rahayu dan Djafar (2001), bahwa
abon ikan memiliki prospek ekonomi yang baik karena konsumennya luas.
Kalangan masyarakat ekonomi bawah sampai kalangan masyarakat ekonomi atas
menyukai abon. Konsumen abon tidak hanya masyarakat kota saja akan tetapi
masyarakat desa pun menyukainya.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan abon ikan patin adalah untuk memperkenalkan
pemanfaatan ikan patin sebagai abon ikan yang bernilai tambah dan bisa di gemari
oleh masyarakat.

1.3. Manfaat
Adapun manfaat dari Praktik Lapangan kali ini adalah sebagai berikut.
1. Dapat mengetahui produk diversifikasi olahan perikanan.
2. Dapat mengetahui cara pembuatan abon ikan yang baik dan benar
3. Mengetahui kandungan gizi yang baik di konsumsi dari ikan patin

Universitas Sriwijaya
3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Abon Ikan Patin


Abon ikan Patin merupakan jenis makanan olahan ikan yang umumnya
dibuat dari daging ikan yang disuwir-suwir ditambahkan bumbu, diolah dengan
cara perebusan dan penggorengan, dan pengepresan serta mempunyai bentuk
lembut, rasa enak dan daya awet yang relatif lama mencapai lebih dari enam
bulan. Pada prinsipnya abon merupakan suatu proses pengawetan, yaitu
kombinasi antara perebusan atau pengukusan dan penggorengan dengan
menambahkan bumbu-bumbu dan memiliki warna, aroma, tekstur dan cita
rasa yang khas serta memiliki daya simpan yang cukup lama. Abon
ikan dapat digunakan sebagai alternatif lain penganekaragaman produk
olahan dalam penyajian. Dan ikan Patin mengandung asam amino lisin dan leusin
yang berfungsi untuk pertumbuhan anak-anak, perbaikan jaringan, menghasilkan
antibodi, dan membantu penyerapan kalsium (Sundari et.al., 2021).

2.2. Bahan Baku


Bahan baku atau yang sering disebut dengan bahan utama merupakan bahan
yang digunakan dalam proses pengolahan untuk membuat suatu produk. Pada
suatu proses pembuatan produk jumlah presentase penggunaan bahan baku lebih
banyak dibandingkan bahan lainnya. Pada pembuatan abon ikan Patin bahan baku
yang digunakan yaitu Ikan Patin (Pangasius Pangasius).

2.2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Patin (Pangasius Pangasius)


Klasifikasi ikan patin menurut (Hernowo, 2001), adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Pangasidae

3 Universitas Sriwijaya
4

Genus : Pangasius
Spesies : Pangasius sp

2.2.1. Gambar Ikan Patin (Pangasius Pangasius)


Sumber : Armanda (2019)

Ikan patin (Pangasius pangasius) adalah salah satu ikan asli perairan
Indonesia yang telah berhasil didomestikasi. Jenis–jenis ikan patin di Indonesia
sangat banyak, antara lain Pangasius pangasius atau Pangasius jambal,
Pangasius humeralis, Pangasiuslithostoma, Pangasius nasutus, pangasius
polyuranodon, Pangasius niewenhuisii. Sedangkan Pangasius sutchi dan
Pangasius hypophtalmus yang dikenal sebagai jambal siam atau lele bangkok
merupakan ikan introduksi dari Thailand (Kordi, 2005). Ikan patin mempunyai
bentuk tubuh memanjang, berwarna putih perak dengan punggung berwarna
kebiruan. Ikan patin tidak memiliki sisik, kepala ikan patin relatif kecil dengan
mulut terletak diujung kepala agak ke bawah. Hal ini merupakan ciri khas
golongan catfish. Panjang tubuhnya dapat mencapai 120 cm. Sudut mulutnya
terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba. Sirip punggung
memiliki sebuah jari–jari keras yang berubah menjadi patil yang besar dan
bergerigi di belakangnya, sedangkan jari–jari lunak pada sirip punggungnya
terdapat 6 sampai 7 buah (Kordi, 2005).

2.2.2. Kandungan Gizi Ikan Patin


Ikan patin kaya akan manfaat karena merupakan sumber protein bagi tubuh,
ternyata juga mengandung berbagai zat yang sangat bermanfaat bagi

Universitas Sriwijaya
5

kesehatan. Selain rasanya yang enak, nilai protein daging patin juga tergolong
tinggi, mencapai 68,6 %. Kandungan gizi lainnya adalah lemak 5,8%, abu, 5%,
dan air 59,3 %. Berat ikan setelah disiangi sebesar 79,7% dari berat awalnya,
sedangkan fillet yang diperoleh dari bobot ikan seberat 1-2 kg mencapai 61,7 %.
Omega 3, untuk proses perkembangan otak pada janin dan penting untuk
perkembangan fungsi syarat dan penglihatan bayi, Mengandung serat protein yang
pendek sehingga mudah dicerna, Kaya akan asam amino seperti taurin untuk
merangsang pertumbuhan sel otak balita, Vitamin A dalam minyak hati untuk
ikan untuk mencegah kebutaan pada anak, Vitamin D dalam daging dan minyak
hati ikan untuk pertumbuhan dan kekutan tulang, Vitamin B6, membantu
metabolisme asam amino dan lemak serta mencegah anemia dan kerusakan
syaraf, Vitamin B12, untuk pembentukkan sel darah merah, membantu
metabolism lemak, dan melindungi jantung juga kerusakan syaraf, Zat besi yang
mudah di serap oleh tubuh.

2.3. Bahan Tambahan


Bahan tambahan merupakan bahan yang ditambahkan dalam proses
pembuatan produk namun jumlah penambahannya relatif lebih sedikit
dibandingkan dengan bahan baku.

2.3.1. Bawang Merah dan Bawang Putih


Bawang merah dan bawang putih termasuk jenis sayuran umbi yang
digunakan pada setiap produk terutama produk pangam sebagai bumbu penyedap
alami sehingga membuat aroma makanan menjadi sangat khas dan rasa yang
dihasilkan pada makanan menjadi enak. Sebagai bumbu dapur bawang merah dan
bawang putih memiliki peran dan fungsi masing-masing. Indonesia sangat
terkenal akan makanan yang menggunakan rempah-rempah yang khas dan salah
satu rempah tersebut terdiri dari bawang merah dan bawang putih. Pada
pembuatan nugget ikan bawang merah dan khususnya bawang putih ditambahkan
pada adonan abon bertujuan untuk mengurangi bau amis yang ditimbulkan dari
daging ikan serta dapat menambah cita rasa dan aroma yang khas pada abon
sehingga dapat menarik perhatian.

Universitas Sriwijaya
6

2.3.2. Santan Kelapa


Santan kelapa merupakan cairan putih kental hasil ekstraksi dari kelapa
yangdihasilkan dari kelapa yang diparut dan kemudian diperas bersama air.
Santan mempunyai rasa lemak dan digunakan sebagai perasa yang menyedapkan
masakan menjadi gurih. Santan merupakan bentuk emulsi minyak dalam air
dengan protein sebagai stabilisator emulsi. Air sebagai pendispersi dan minyak
sebagai fase terdispersi. Di dalam sistem emulsi minyak air, protein membungkus
butir-butir minyak dengan suatu lapisan tipis sehingga butir-butir tersebut tidak
dapat bergabung menjadi satu fase kontinyu.

2.3.3. Garam dan Gula


Gula dan garam merupakan bumbu dapur yang sering digunakan dalam
berbagai masakan yang beerfungsi untuk memberikan cita rasa pada makanan
yang ditambahkan.Gula pasir merupakan karbohidrat sederhana yang dibuat dari
cairan tebu. Gula pasir dominan digunakan sehari-hari sebagai pemanis baik di
indrustri maupun di pemakain rumah tangga. Penambahan garam pada masakan
akan memberikan rasa yang asin pada makanan sehingga memberikan kesan rasa
yang tidak hambar jika sesuai dengan takaran yang telah ditentukan.

2.4. Tahapan Pemasakan


Tahapan pembuatan abon ikan terdiri dari beberapa proses pengukusan ikan,
tujuan pengukusan adalah untuk membuat tekstur bahan menjadi empuk. Kondisi
bahan yang empuk mudah dicabik-cabik menjadi serat-serat yang halus.
Kemudian pemisahan daging ikan dari tulang sehingga diperoleh daging bersih
tanpa tulang. Tahapan selanjutnya adalah penyangraian dan penambahan bumbu-
bumbu. Penyangraian bertujuan untuk mengurangi kadar air bahan. Pada proses
penyangraian harus selalu dilakukan pengadukan agar panas dapat merata. Proses
pengeringan dengan penyangraian pada umumnya merupakan penerapan panas
dalam kondisi terkendali untuk mengeluarkan sebagian besar air dari dalam bahan
pangan melalui proses evaporasi.Bumbu-bumbu tersebut memberikan rasa dan
aroma pada produk olahan (Mustar, 2013).

Universitas Sriwijaya
7

BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIK LAPANGAN

3.1. Tempat dan Waktu


Pembuatan Abon Ikan Patin dilaksankan di Laboratorium Pengolahan Hasil
Perikanan Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Jurusan Perikanan Fakultas
Pertanian Universitas Sriwijaya pada bulan September Tahun 2021 pukul 10.00
WIB sampai dengan selesai.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam pembuatan abon ikan yaitu pisau, talenan,
baskom, timbangan, penggiling bumbu, Spinner, wajan, sendok, kompor, garpu
dan kukusan. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu 3 kg ikan lele, 225 gram
bawang merah, 75 gram bawang putih, 75 gram ketumbar, 600 cc santan kelapa,
30 gr lengkuas, 40 gr sereh, 75 gram gula pasir, Gula merah, garam secukupnya, 8
lembar daun salam, 1250 gram minyak goreng.

3.3. Cara Kerja


Adapun cara pembuatan abon ikan adalah sebagai berikut :
1. Siapkan ikan patin yg sudah disiangi dan dibersihkan
2. Lalu kukus ikan patin hingga matang
3. Setelah matang pisahkan daging ikan dari tulang dan kulit nya
4. Lalu hancurkan daging ikannya kemudian haluskan bumbu-bumbu nya
kecuali daun salam, sereh dan lengkuas
5. Setelah itu tumis bumbu yg telah dihasulkan lalu masukan santan, gula
merah, garam, daun salam, sereh dan lengkuas
6. Setelah itu masukan daging ikan patin yang telah dihaluskan
7. Lalu goreng/sangrai dengan api keci dan diaduk hingga berwarna
kecoklatan dan garing
8. Setelah garing spinner abon hingga minyaknya habis dan menjadi kering
9. Lalu dinginkan abon setelah itu masukkan abon kedalam plastik standing
pouch dan tutup hingga rapat.

7 Universitas Sriwijaya
8

3.4. Prosedur Kegiatan Sosialisasi


Prosedur kegiatan pengabdian sosialisasi pengolahan abon ikan Patin
(Pangaius Pangasius) dalam PENGEMBANGAN POTENSI PERIKANAN di
PONDOK PESANTREN RAUDHATUL ULUM SAKATIGA dengan bebarapa
tahapan yaitu sebagai berikut :
1. Persiapan Sosialisasi
Persiapan sosialisai dilakukan dengan pembuatan banner yang merupakan
identitas dari kegiatan pengabdian yang akan dilakukan dan juga pembuatan PPT
yang berisi materi yang akan disampaikan
2. Penyampaian Materi
Kegiatan sosialisasi dilakukan dengan cara menyampaikan materi tentang
pembuatan pengolahan abon ikan
3. Pembuatan/ Demo langsung Abon Ikan Patin
Setelah penyampaian materi langsung dilakukan pembuatan atau demo
langsung proses pembuatan abon ikan patin.

Universitas Sriwijaya
9

BAB 4
PROFIL PESANTREN

4.1. Sejarah Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga


Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga adalah Lembaga pendidikan
Islam yang dikelola oleh Yayasan Perguruan Islam Raudhatul Ulum Sakatiga
(YAPIRUS), berlokasikan di desa Sakatiga kecamatan Inderalaya kabupaten
Ogan Ilir provinsi Sumatera Selatan. Tanggal 1 Agustus 1950, Pondok Pesantren
Raudhatul Ulum Sakatiga didirikan, yang merupakan estafet perjuangan dari dua
madrasah sebelumnya, yaitu Madrasah Al-Falah (1930) yang didirikan oleh KH.
Abd Ghani Bahri dan Madrasah Al-Shibyan (1936) yang didirikan oleh Kyai Abd.
Rahim Mandung dan KH. Abdullah Kenalim. Pondok Pesantren Raudhatul Ulum
Sakatiga telah berkiprah di tengah masyarakat dan sekarang (tahun 2016) telah
memasuki usianya yang ke-66 tahun, dibawah kepemimpinan yaitu :
1. KH. Abdullah Kenalim (tahun 1950-1984)
2. KH. Hizbullah Abdul Muthollib (tahun 1984-1986)
3. KH. Tol’at Wafa Ahmad, Lc. (tahun 1986-2004)
4. KH. Abdul Karim Umar (tahun 2004- 2010).
5. KH. Tol’at Wafa Ahmad, Lc. (tahun 2010 – Sekarang)
Sejarah perkembangan Pondok Pesantren Raudhatul Ulum (PPRU) Sakatiga
dari embrio hingga keberadaannya saat ini, melalui 3 ( tiga ) fase sebagai berikut :
1. Era Cikal Bakal ( 1930 -1950 M )
Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga merupakan salah satu pesantren
yang cukup terkenal dan tersohor dikalangan masyarakat propinsi Sumatera
Selatan. Pesantren ini merupakan estafet dari dua madrasah di desa Sakatiga
sebelum zaman kemerdekaan Republik Indonesia. Madrasah Al-Falah dan Al-
Shibyan merupakan cikal bakal berdirinya Pondok Pesantren Raudhatul Ulum.
2. Era Lanjutan Perjuangan ( 1950-1986 M )
Tahun 1950 atas kesepakatan tokoh-tokoh masyarakat Sakatiga Inderalaya,
propinsi Sumatera Selatan dibentuklah satu panitia khusus untuk melanjutkan dan
menghidupkan kembali usaha-usaha yang pernah dirintis oleh madrasah Al-Falah
dan Al-Shibyan sebelumnya. Tanggal 1 Agustus 1950 panitia tersebut

9 Universitas Sriwijaya
10

menyepakati untuk mendirikan lembaga pendidikan formal yang diberi nama


Sekolah Rakyat Islam (SRI), yang didalamnya mencakup Sekolah Menengah
Agama Islam (SMAI) atau setara madrasah tsanawiyah, dari kedua nama ini (SRI
dan SMAI) kemudian disederhanakan lagi menjadi sebuah lembaga yang bernama
: Perguruan Islam Raudhatul Ulum Sakatiga (PIRUS) dan nama ini sekaligus
dijadikan nama Yayasan Perguruan Islam Raudhatul Ulum Sakatiga (YAPIRUS)
dengan Akte Notaris Aminus Palembang No. 21.A 1966.

3. Era Penyempurnaan Dan Pengembangan (1986 s.d Sekarang)


Paska wafatnya pimpinan Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga, KH.
Abdullah Kenalim pada tahun 1984, terjadilah kevakuman kepemimpinan untuk
melanjutkan perjuangan. Pada tanggal 8 Agustus 1986 melalui musyawarah
YAPIRUS Sakatiga menetapkan pimpinan (mudir) baru Pondok Pesantren
Raudhatul Ulum Sakatiga yaitu Al-Ustadz KH. Tol’at Wafa Ahmad, Lc, yang
baru kembali dari tempat tugasnya di Kedutaan Besar Saudi Arabia Jakarta untuk
melanjutkan perjuangan. Beberapa langkah kebijakan cepat yang dilakukan beliau
antara lain:
a. Membenahi stuktur keorganisasian yang ada di lingkungan Pondok Pesantren.
b. Meninjau kembali kurikulum yang berlaku sebelumnya dan
menyempurnakannya dengan sistem terpadu antara kurikulum Pondok
Modern Gontor, Pondok Darunnajah Jakarta dan Ma’ahid Islamiyah dalam
dan luar negeri serta kurikulum Departemen Agama dan Departemen
Pendidikan Nasional.
c. Menyempurnakan nama pondok yang semula bernama “Pondok
PesantrenPerguruan Islam Raudhatul Ulum Sakatiga” menjadi Pondok
Pesantren Radhatul Ulum (PPRU).

4.2. Letak Geografis Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga


Desa Sakatiga adalah sebuah desa yang terletak 40 km sebelah selatan
kota Palembang, ibukota provinsi Sumatera Selatan. Jauh sebelum kemerdekaan
RI desa ini dikenal dengan sebutan Mekkah Kecil, karena banyak ulama yang
berasal dari Sakatiga belajar ilmu agama Islam di kota Mekkah. Para ulama

Universitas Sriwijaya
11

ini setelah pulang ke tanah air aktif mengajarkan dan menyebarluaskan agama
Islam baik di desa Sakatiga sendiri maupun ke desa-desa lain dalam wilayah
Sumatera Bagian Selatan. Aktifitas kegiatan belajar mengajar agama Islam ini di
kalangan masyarakat Sumatera Selatan dikenal dengan sebutan Cawisan
(halaqoh ta’limiyah). Pada awalnya para Ulama aktif mengadakan cawisan-
cawisan tersebut di rumah-rumah mereka, kemudian akhirnya mereka tidak
mampu lagi memenuhi permintaan masyarakat luas. Untuk memenuhi keinginan
besar masyarakat untuk belajar ilmu agama maka akhirnya mereka mendirikan
lembaga pendidikan Islam dalam bentuk madrasah-madrasah. Disinilah para
pelajar datang dari berbagai penjuru daerah menuntut ilmu. Dari madrasah ini
lahirlah Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga.
Pondok Pesantren inilah yang telah berjasa memberikan kontribusi dan
manfaat kepada masyarakat disekitarnya baik dalam bentuk pencerahan
kehidupan beragama, mencerdaskan kehidupan bermasyarakat, pembangunan
budaya keislaman, pemberdayaan masyarakat dan kerjasama dalam
pembangunan kesejahteraan dan ekonomi.

Universitas Sriwijaya
12

4.3. Strukitur Kepengurusan Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga

YAPIRUS

MUDIR

WAKIL
MUDIR

Bid. Kesiswaan Bid. Akademis Bid. Sekretariat, Bid. Keuangan Bid. BUMP Bid. Rumah
Putra/Putri Humas dan SDM dan Usaha Tangga

TK Islam Bag KPB Bag. Bag.


Madrasah Bag.
Agrobisnis Perlengkap
Ibtidaiyah Sekretariat Bag. Wisma
an &
Bag. Perpustakaan Tamu
Pemelihara
dan Bahasa
Bag. Humas an Aset
Bag.
Madrasah & SDM Bag. Penerbitan Pesantren
LODAP
Tsanawiyah
Bag. Ta’mir
Masjid
Bag.
Madrasah KESLING
Aliyah

SMP IT Bag.
Keamanan

SMA IT

Bag. Listrik,
MATQULARU Air dan
Diesel

Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah

Universitas Sriwijaya
13

BAB 5
HASIL PEMBAHASAN

5.1. Hasil dan Pembahasan


5.1.1. Rincian Dana
Adapun rincian dana bahan baku pembuatan Olahan Produk Abon Patin
(Pangasius Pangasius) pada diagram tabel 4.1. sebagai berikut :
Tabel 4.1. Bahan baku pembuatan Olahan Produk Abon Ikan Patin (Pangasius
Pangasius)
No. Nama Barang Jumlah Satuan (Rp) Total (Rp)
1. Ikan Patin 3 kg 25.000,- 75.000,-
2. Bawang Merah ¼ kg 10.000,- 10.000,-
3. Bawang Putih ¼ kg 10.000,- 10.000,-
4. Ketumbar 1 sachet 3.000,- 3.000,-
5. Santan Kelapa 600 ml 9.000,- 21.000,-
6. Lengkuas ¼ kg 5.000,- 5.000,-
7. Sereh ¼ kg 3.000,- 3.000,-
8. Gula Pasir ¼ kg 4.000,- 4.000,-
9. Garam ¼ kg 3.000,- 3.000,-
10. Daun Salam 2 lembar 2.000,- 2.000,-
11. Minyak Goreng 1 kg 18.000,- 18.000,-
12. Gas 1 buah 25.000,- 25.000,-
13. Standing Pouch 20 buah 2.000,- 40.000,-
14. Tisue 1 packs 10.000,- 10.000,-
15. Gula merah 2 buah 4.000,- 4.000,-
Total 233.000,-

5.1.2. Metode dan Proses Pembuatan


Jurusan Teknologi Hasil Perikanan Universitas Sriwijaya merupakan jurusan
yang berkecimpung di dunia olahan hasil perikanan. Pada kesempatan kali ini
saya melaksanakan Praktek Lapangan (PL) di Laboraturium Teknologi
Pengolahan Hasil Perikanan yaitu membuat Olahan Produk Abon Ikan Patin
(Pangasius Pangasius). Abon merupakan salah satu jenis olahan daging, produk
ini pada umumnya menggunakan bahan baku daging ayam dan sapi kemudian
daging ayam dan sapi tersebut di suwir kecil-kecil dan dibungkus dengan
menggunakan kemasan standing pouch. Diversifikasi produk olahan hasil
perikanan dapat menghasilkan produk perikanan yang menggunakan bahan baku

13 Universitas Sriwijaya
14

ikan. Pembuatan produk abon ikan ini menggunakan bahan baku ikan, ikan yang
digunakan berupa ikan Ikan Patin (Pangasius Pangasius) pertama-tama Ikan Patin
(Pangasius Pangasius) dibersihkan, Ikan Patin (Pangasius Pangasius) utuh
seberat 3000 gram. Setelah ikan Patin disiapkan lalu masukkan sekitar 6-8 buah
jeruk nipis untuk menghilangkan rasa amis pada ikan. Setelah itu rebus atau kukus
ikan sampai matang, fungsi dari perebusan atau pengkukusan ini untuk membuat
daging ikan Patin menjadi lembut dan mudah untuk dipisahkan antara daging,
tulang dan kulitnya. Kemudian pisahkan ikan dari tulang dan duri-durinya dan
ambil daging ikan patin, Setelah itu haluskan semua bumbu kecuali daun salam,
ketika bumbu sudah dihaluskan campurkan bumbu tersebut kedalam ikan lalu
tuangkan santan kelapa dan aduk hingga merata, fungsi ditambahkannya santan
kelapa ini untuk memberikan cita rasa gurih terhadap abon ikan patin tersebut.
Dan tidak lupa tambahkan garam, gula, penyedap rasa sebanyak satu sendok teh
kecil lalu ketika abon sudah mulai berwarna kecoklatan itu artinya abon sudah
mulai matang dan siap untuk ditiriskan. Setelah itu masukan kedalam Mesin
Spinner atau mesin peniris minyak adalah untuk mengurangi kadar minyak pada
makanan yang digoreng dengan minyak. Dengan berkurangnya kadar minyak
membuat makanan tersebut menjadi lebih gurih dan tahan lama. Setelah itu angkat
dan dinginkan terlebih dahulu setelah dingin masukkan abon ikan patin kedalam
plastik standing pounch tutup dengan rapat setelah itu tempel stiker abon di
plastik standing pouch lalu abon siap dikonsumsi dan dipasarkan. Abon ikan patin
juga bisa dijadikan sebagai pengganti lauk pauk ketika makan, dan juga bisa
dijadikan sebagai cemilan sehari-hari. Hasil dari diversifikasi abon ikan Patin ini
memberikan hasil yang lebih disukai daripada mengkonsumsi ikan patin goreng
dikarenakan rasa dari bahan baku ikan patin tidak terasa amis lagi. Penampakan
warna dari hasil penggorengan dengan api sedang mendapatkan hasil warna yang
menarik. Penambahan garam, gula, penyedap rasa memberikan rasa yang pas pada
produk abon ikan Patin (Pangasius Pangasius).

Universitas Sriwijaya
15

Gambar 4.b. Olahan Produk Abon Ikan Patin (Pangasius Pangasius).

Diversifikasi hasil perikanan dapat menjadi jalan keluar dalam masalah


pemanfaatan hasil perikanan. Selain dapat meningkatkan persentase pemanfaatan
sumber daya perikanan Indoensia, diversifikasi hasil perikanan dapat
meningkatkan minat konsumsi ikan, menambah nilai gizi protein, memenuhi
selera masyarakat serta dapat meningkatkan nilai ekonomis dari ikan.

Universitas Sriwijaya
16

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan proses pengolahan produk abon Ikan Patin (Pangasius
Pangasius) sebagai berikut :
1. Proses pembuatan produk abon Ikan Patin (Pangasius Pangasius) terdiri dari
beberapa tahapan proses yaitu perebusan atau pengukusan, pemasakkan,
pengeringan, pendinginan, pengemasan.
2. Dalam pembuatan produk abon Ikan Patin (Pangasius Pangasius) takaran
bahan baku yang tidak benar akan menghasilkan rasa dan tekstur yang kurang
baik.
3. Mesin Spinner atau peniris minyak sangat baik digunakan dalam pembuatan
abon ikan ini karena sangat berfungsi untuk menghilangkan minyaknya
sehingga menjadi sangat kering lebih gurih dan bisa tahan lama
4. Diversifikasiikan olahan perikanan dapat meningkatkan nilai gizi suatu prodak.
5. Diversifikasi produk abon ikan Ikan Patin (Pangasius Pangasius) ini
dapat meningkatkan konsumsi ikan di Indoenesia serta meningkatkan nilai jual
di pemasaran.

6.2. Saran
Indonesia tidak terlepas dari hasil sumber daya laut serperti ikan patin dan
lain lainya, apabila hasil sumbar daya laut tidak dimanfaat maka akan kehilangan
kandungan yang bermanfaat didalamnya. Diversifikasi produk hasil perikanan
merupakan alternatif yang paling efektif untuk meningkatkan keseleraan, nilai gizi
serta dapat meningkat pemasaran dari bahan baku ikan tersebut. Semoga dengan
adanya contoh dari diversifikasi pengolahan produk abon ikan patin dapat
memberikan edukasi yang bermanfaat bagi masyarakat.

16 Universitas Sriwijaya
17

DAFTAR PUSTAKA

Azhar, TN. 2006. Rekayasa Kadar Omega-3 pada Ikan Patin Melalui Modifikasi
Pakan. Pustaka Pelajar. Jakarta.
Hendriana A. 2010. Pembesaran Patin di Kolam Terpal. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Khairuman, A.K.,&Sihombing, T. 2008. Budidaya Lele Dumbo di KolamTerpal.
Jakarta: Agromedia Pustaka.
Mustar. 2013. Studi Pembuatan Abon Ikan Gabus (Ophiochepalus striatus)
sebagai Food Suplemen.Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan, Vol.3 No.5.
Najiyati, S. 2007. Memelihara Patin di Kolam Taman. Jakarta:Penebar Swadaya.
Nasrudin. 2010. Jurus Sukses Patin. Jakarta :Agromedia.
Nurlia. 2009. Peranan Sub Sektor Perikanan Terhadap Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Dan Kesempatan Kerja Di Kabupaten Pinrang Periode
2005-2009. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Santoso, Budi. 1994. Petunjuk Praktis Budidaya Patin Dumbo dan Lokal.
Yogyakarta: Kanisius.
Sundari, R. S., Kusmayadi, A., & Fitriadi, B. W. 2021. Teknologi Pembuatan
Abon Ikan Lele Bebas Bau Amis (Penyuluhan dan Implementasi). Jurnal
Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 6 No.1.
Ubadillah, A., & Hersulistyorini, W. 2010. Kadar protein dan sifat organoleptik
nugget rajungan dengan substitusi Patin.Jurnal Pangan Dan Gizi, Vol. 1
No.2.

Universitas Sriwijaya
18

LAMPIRAN

Universitas Sriwijaya
19

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai