Kelompok 3 - Review Jurnal - Kehati Dan Planut Agro C

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 4

Nama Anggota kelompok 3:

1. Aginta Purnama 2010211002


2. Akram Juswara 2010212002
3. Hervina Ageng Putri 1910212056
4. Mella Yusnita 2010213008
5. Indah Fadhila Zikri 1910212015
Kelas : Keanekaragaman Hayati dan Plamanutfah Agro C
Tugas: meriview jurnal yang berjudul A review of biodiversity–related and challenges in
megadiverse Indonesian and other sountheast Asian Countries.

Indonesia adalah salah satu negara dari sepuluh negara di ASEAN yang memiliki
beragam organisasi regional secara politik dan ekonomi. Asia tenggara menjadi nomor 4 dari 25
tempat keanekaragaman hayati dunia, dan menempati nomor 3 dari 17 negara di dunia yang
memiliki keanekaragaman terumbuh karang di dunia. Di negara Asia tenggara itu melakukan
konsevasi biologi keanekaragaman(CBK), jadi semua negara Asia Tenggara itu sebagai anggota
koservasi tersebut.
Pada konservasi ini di fokuskan kepada keanekaragaman hayati kepulauan Indonesia, hal
ini dikarenakan Indonesia memiliki 17.000 pulau yang banyak memiliki perbedaan type habitat
dan juga kondisi sejarah geologi yang sulit untuk dipahami. Faktor biogegrafis, iklim geologi
dan juga ekologi negara Indonesia itu menyebbakan keanekaragaman fauna dan flora endemic.
Banyak keanakeragaman hayati yang ada di Indonesia hampir punah bahkan ini sebelum
keanekaragaman tersebut di temukan.
Perubahan peran dan jalur social keanekaragaman hayati Indonesia
Keanekaragaman hayati berpengaruh pada berbagai aspek social masyarakat Indonesia.
Indonesia tidak hanya memiliki keanekaragaman hayati saja akan tetapi juga memiliki
keanakeragaman budaya yang tinggi, dan menjadi nomor 3 di dunia yang memiliki
keanekaragaman budaya yang tinggi.
Dalam konservasi ini dicoba untuk menggambarkan keanekaragman yang tradisional di
masukkan ke dalam keanekaragaman yang saat ini , yaitunya jalur modern. Ini dilakukan dnegan
cara mengadapsi pendekatan integrative keanekaragaman dari sub yang berbeda.
Perbandingan keanekaragaman hayati negara Indonesia dan negara Asia tenggara lainnya
Indonesia memiliki indeks keanekaragaman hayati tertinggi dari semua Negara ASEAN.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan indeks keanekaragaman hayati diantara
Negara anggota ASEAN. Pertama, definisi dan indikator yang digunakan untuk menilai dan
mengukur keanekaragaman hayati tidak diterapkan secara seragam.
Umumnya Negara dengan indeks keanekaragaman tinggi juga menunjukkan jumlah
spesies terancam yang lebih tinggi daripada Negara dengan indeks keanekaragaman hayati lebih
rendah. Indonesia menunjukkan jumlah tertinggi kedua dari semua spesies yang terancam,
jumlah spesies hewan yang terancam tertinggi, dan jumlah spesies tumbuhan yang terancam
paling sedikit, sedangkan Malaysia menunjukkan jumlah hewan terancam yang lebih rendah dan
jumlah tumbuhan terancam tertinggi.
Spesies invasif dapat memiliki dampak ekonomi dan lingkungan yang negatif dan juga
merupakan ancaman terhadap keanekaragaman hayati di Asia Tenggara. Indonesia dan Filipina
memiliki jumlah spesies asing invasif tertinggi. Sifat pulau yang khusus dari kedua negara serta
tingginya jumlah spesies endemik vs. jumlah spesies asing invasif yang tinggi membuat kedua
negara tsb lebih rentan terhadap dampak negatif daripada negara anggota ASEAN lainnya
Program konservasi terkait keanekaragaman hayati dan peraturan ABS
Ada beberapa konservasi yang dilakukan di semua negara ASEAN, diantaranya kawasan
lindung regional dan program taman cagar budaya. Adapunperkembangan terbaru lainnya yang
disebut dnegan peraturan Nagayo tentang akses ke sumber daya genetik pembagian pemanfaatan
dan keuntungan secara adil dan setara. Kelimpahan keanekaragaman hayati di kawasan ASEAN
berarti juga kelimbahan sumber daya genetic.
Hasil penelitian terkait keanekaragaman hayati
Pada survei hasil penelitian tentang keanekaragaman hayati baik lembaga pemerintah
maupun swasta di ASEAN, dilakukan salah satunya dengan cara membandingkan karya ilmiah
(jurnal) yang dipublikasikan yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati ,karena adanya
perbedaan infrastruktur penelitian dan hasil per negara diambillah jalan tengah salah satunya
dengan metode tersebut.
Jika dibandingkan dengan negara Eropa maupun Amerika, jika dikaji berdasarkan
tingginya nasional indeks keragaman hayati (sebagai indeks kasar) potensi penelitian
keanekaragaman hayati untuk ASEAN sangat besar terutama di negara Indonesia Malaysia dan
Filipina.
Infrastruktur terkait keanekaragaman hayati di ASEAN
Infrastruktur ini dapat dinilai dengan menghitung institusi lokal dengan koleksi sejarah
alam, kebun binatang dan Botani, herbaria, biobank budidaya dan koleksi lain per negara di
ASEAN. Berdasarkan hal tersebut secara kuantitas Thailand merupakan negara dengan jumlah
infrastruktur tertinggi, namun cara standar dan kualitas infrastruktur di negara Singapura terkenal
dengan keunggulannya. Hal ini disebabkan karena pada negara Singapura publikasi bersama
dengan jumlah biorepository yang relatif tinggi dibandingkan ukuran negaranya sehingga
negaranya dikenal banyak berinvestasi dalam keanekaragaman hayati karena tereksplor secara
keseluruhan dan keseluruh keanekaragaman hayati dapat di kaji secara ilmiah.
Untuk diindonesia pada tahun 2016 lembaga penelitian yang memiliki koleksi yang
lengkap terletak di Jawa Barat.
Masalah umum koleksi biologis di ASEAN rata-rata karena iklim subtropis atau tropis
dengan suhu tinggi, kelembaban tinggi dan banyaknya potensi ancaman hama dan jamur.
Bioekonomi dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan
Bioekonomi merupakan pemanfaatan sumber daya hayati dan transformasi nya menjadi
produk yang berkelanjutan untuk tujuan tertentu, masing-masing negara di Asean memiliki
tujuan yang berbeda Salah satunya Indonesia yang berfokus pada ada energi dan agroindustri.
Karena adanya kerja sama Indonesia dengan Jerman di bidang bioteknologi diharapkan
membuat Indonesia memiliki keunggulan dibanding negara ASEAN lainnya. Bentuk kerjasama
tersebut ada 8 proyek penelitian collaborative dan program beasiswa penelitian 3 diantaranya
mengkaji dan menggabungkan data keanekaragaman hayati primer klasik dari fauna, bakteri dan
flora di Indonesia dengan pendekatan inovatif menuju penemuan sumber daya hayati
berkelanjutan untuk produk medis baru.
Pendidikan Dan Pengembangan Kapasitas Terkait Keanekaragam Hayati
Pendekatan ilmiah klasik terhadap keanekaragaman hayati adalah taksonomi. Taksonomi
adalah identifikasi, deskripsi dan klarifikasi suatu organisme. Yang termasuk prasyarat untuk
konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan dari lingkungan biotok. Sehingga pengembangan
kapasitas taksonomi sangat penting untuk mengamankan pengetahuan mengenai
keanekaragaman hayati bagi generasi yang akan datang.
Dalam rangka meninigkatkan kapasitas, terdapat pertukran bilateral program dengan
negara yang ada di ASEAN. Contohnya pertukaran layanan akademik jerman (DAAD) adalah
yang aktif disepuluh negara. Indonesia memulai keanekaragaman hayati melalui program
pertukaran dengan jerman yang berfokus pada penemuan inovatif dan konservasi
keanekaragaman hayati dalam rangka “keanekaragaman dan kesehatan” (DAAD 2016)
Kesimpulan Dan Tantangan Keanekaragaman Hayati Indonesia Dan Asia Tenggara
Indonesia adalah negara megadiversitas. Yang Pulaunya adalah istimewa dengan spesies
endemik yang tinggi melawan jumlah speises yang terancam tinggi dan jumlah spesies yang
invansif tinggi spesies asing yang membuat negara lain lebih rentan terhadap dampak negatif
yang lain di asia tenggara. Pemicu utama hilangnya keanekaragaman hayati sperti adanya
deforestasi dan hilangnya habitat yang terus berlanjut di indonesia yang berakibat sangat fatal.
Penghancuran jangka panjang dari ekosistem penyimpanan karbon yang besar di sumatera dan
kalimantan yang termasuk tantangan besar, belum lagi polusi asap yang disebabkan oleh
kebakaran hutan gambut.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kawasan lindung keanekaragaman
hatayati yang tertinggi di ASEAN. Namun demikian jika dibandingkan dengan skala global.
Indonesia memiliki potensi yang tinggi untuk lebih banyak PA. Potensi besar lainnya mengenai
keanekaragaman hayati seperti taksonomi dasar, hingga diterapkan bioteknologi dan farmasi.
Indonesia adalah salah satu negara pertama di dunia yang menandatangani Protokol
Nagoya (NP) ketika terbuka untuk ditandatangani (Mei 2011), meratifikasinya pada September
2013 dan status partainya mulai berlaku pada Oktober 2014 (ABS Clearing House 2016). NP
tidak hanya mencakup sumber daya genetik dalam pengertian ilmu pengetahuan modern
(misalnya, dalam bioteknologi) tetapi juga pengetahuan tradisional yang terkait dengan sumber
daya genetik (Sekretariat CBD 2016c). Secara umum, selama ini Indonesia telah sepenuhnya
mengadopsi TN untuk memberikan perlindungan hukum bagi sumber daya genetik dari
keanekaragaman hayati nasionalnya (Latifah 2015).
Komunitas ilmiah internasional sangat menyadari kehebatan Indonesia keanekaragaman
hayati dan infrastrukturnya umumnya sangat cocok untuk penelitian terkait keanekaragaman
hayati. Di sisi lain, Indonesia menunjukkan perbedaan yang lebih tinggi antara terkait
keanekaragaman hayati internasional dan nasional hasil penelitian (hampir 60% publikasi
kekurangan penulis dari lembaga Indonesia) daripada negara lain yang memiliki
keanekaragaman hayati yang sama. Dengan kata lain, ada potensi tinggi untuk peneliti lokal
untuk mendapatkan bagian mereka dari kue internasional.
Saat ini, ada kekhawatiran yang meningkat di komunitas peneliti keanekaragaman hayati
Indonesia atas pemotongan keuangan baru-baru ini dari pemerintah serta fakta bahwa proses
aplikasi untuk izin penelitian asing di Indonesia rumit dan memakan waktu (lihat ulasan di
Latifah 2015). Demikian juga, teknik inventarisasi keanekaragaman hayati modern seperti
pengurutan DNA dan -barcoding (Miller et al. 2016, Morinière et al. 2016) jauh lebih mahal jika
dilakukan di Indonesia daripada, misalnya, di Eropa atau Singapura. Kendala lain untuk peneliti
lokal dan lembaga penelitian dapat dibatasi akses ke literatur internasional.Untuk merealisasikan
potensi penelitiannya secara penuh, Indonesia perlu meningkatkan keuntungan dari kolaborasi
internasional dan sama-sama memperkuat kelompok kepentingan keanekaragaman hayati di
level nasional. Misalnya bisa menjangkau secara regional dengan menghubungkan alam
Indonesia
Kesimpulannya, Indonesia memiliki potensi keanekaragaman hayati yang sangat tinggi
jika bukan tertinggi dikawasan ASEAN. Perlu memanfaatkan sepenuhnya potensi besar ini
melalui target dan investasi strategis dalam kapasitas ilmiah dan pendidikan nasionalnya untuk
memungkinkan jangka panjang nilai dari keanekaragaman hayatinya untuk negara – waktu yang
akan menjawab apakah keanekaragaman hayati nasional yang baru strategi dan rencana aksi
mungkin merupakan langkah maju yang lebih jauh.
Negara-negara megadiverse seperti Indonesia, Filipina atau Brasil memiliki efek di
seluruh dunia dengan mempengaruhi iklim, sumber daya hayati, kesejahteraan manusia dan
kesehatan dalam skala yang lebih besar. Secara umum, ada potensi tinggi untuk kegiatan terkait
keanekaragaman hayati bersama lebih lanjut untuk semua negara-negara anggota ASEAN
meskipun prakondisi yang berbeda dalam ekonomi, infrastruktur dan kebijakan lingkungan.
Keanekaragaman hayati tidak berhenti pada batas-batas negara dan ada secara umum ancaman
lingkungan yang harus dihadapi semua negara anggota ASEAN. Meskipun sudah banyak sudah
dilakukan, ada baiknya melacak kebijakan, ekonomi dan perkembangan ilmu pengetahuan di
daerah.
Secara keseluruhan, output ilmiah Indonesia akan sangat diuntungkan dengan
peningkatan internasionalisasi dan pengembangan kapasitas lebih lanjut. Dalam jangka panjang,
Indonesia harus menemukan keseimbangan antara proteksionisme dan akses yang masuk akal ke
keanekaragaman hayati nasionalnya untuk mengatasi tantangan global dalam sains dan
teknologi, masalah kesehatan, ketahanan pangan, dan perubahan iklim.

Anda mungkin juga menyukai