2keanekaragaman Tumbuhan Di Fe Um Dan Feb Ub

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

PERBANDINGAN BIODIVERSITAS TUMBUHAN DI FE

UNIVERSITAS NEGERI MALANG dan FEB UNIVERSITAS


BRAWIJAYA MALANG

Makalah

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Biologi Umum


Yang dibina oleh Bapak Dr. H. Sueb, M.Kes
Disajikan, Selasa, 26 September 2017

Disusun oleh :

Kelompok 4 Offering C 2017

1. Asmarita Ningsih NIM: 170341615115


2. Dwi Agustin Nurul Hidayah NIM: 170341615074
3. Olivia Nabilla Maharani NIM: 170341615088

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PRODI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI
November 2017
Perbandingan Biodiversitas Tumbuhan di FE Universitas Negeri Malang dan FEB
Universitas Brawijaya Malang

ASMARITA NINGSIH, DWI AGUSTIN NH, OLIVIA NABILLA M


[email protected], [email protected]
Universitas Negeri Malang – FMIPA, Malang
INDONESIA

Abstrak- Keanekaragaman hayati dalam arti luas adalah jumlah, kelimpahan, komposisi,
distribusi spasial, dan interaksi dari genotipe, populasi, spesies, sifat fungsional, dan unit
lanskap dalam sistem tertentu. (Diaz, 2006). Menurut Loveless (1989), keanekaragaman
tumbuhan sudah dikenal manusia sejak berada di bumi dan sampai saat ini kajian tentang
keanekaragaman tumbuhan masih terus dipelajari dan dikembangkan. Penelitian ini bertujuan
untuk membuktikan perbandingan biodiversitas tumbuhan di FE Universitas Negeri Malang
dan FEB Universitas Brawijaya. Populasi dari observasi kami adalah seluruh tanaman yang
ada di UM dan UB. Sampel yang kami gunakan adalah tanaman yag ada di FE UM dan FEB
UB. Instrumen yang diperlukan adalah alat tulis dan ceklis. Berdasarkan pada hasil
pengamatan awal pada tanggal, 25 September 2017, pukul 14.36 – 16.04. Didapatakan data
berupa perbandingan varietas tumbuhan di FE Universitas Negeri Malang dan di FEB
Universitas Brawijaya Malang, berupa data kuantitatif yakni, 35:45 untuk klasifikasi
Spermatophyta, 2:5 untuk klasifikasi Pterydhophyta, dan 1:1 untuk klasifikasi Bryophyta.
Ternyata Tumbuhan di FE Universitas Negeri Malang kurang bervariasi dibandingkan
dengan tumbuhan yang ada di FEB Universitas Brawijaya Malang. Keanekaragam tanaman
di FEB UB lebih besar daripada keanekaragaman tanaman di FE UM.

Kata kunci : keanekaragaman hayati, spesies

Abstract - Biodiversity in the broad sense is the number, abundance, composition, spatial
distribution, and interaction of genotypes, populations, species, functional properties, and
landscape units within a particular system. (Diaz, 2006). According to Loveless (1989), the
diversity of plants has been known to humans since being on earth and to date discussing
about the diversity of plants is still being studied and developed. This study aims to prove the
comparison of plant biodiversity in FE State University of Malang and FEB Universitas
Brawijaya. Population of our observation are all plants in UM and UB. Our samples are all
plants in FE UM and FEB UB. Instrument that needed are pencils, ballpoints and checklists.
Based on preliminary results as of September 25, 2017, at 14.36 - 16.04. The data of
comparison of plant varieties in FE of State University of Malang and in FEB of Brawijaya
University of Malang, got quantitative data, 35:45 for Spermatophyta address, 2: 5 for
Pterydhophyta address, and 1: 1 for Bryophyta detail. Plant biodiversity in FEB UB is bigger
than plant biodiversity in FE UM.

Keywords : biodiversity, species


PENDAHULUAN
Indonesia adalah satu dari sepuluh negara anggota yang secara ekonomi dan politik
beragam organisasi regional Asosiasi Negara Asia Tenggara (ASEAN). Asia Tenggara terdiri
dari empat dari 25 titik api keanekaragaman hayati global, tiga dari 17 global negara
megadiverse (Indonesia, Malaysia, dan Filipina) dan yang paling beragam terumbu karang di
dunia. Semua negara anggota adalah Peserta Konvensi Biologi Keragaman (CBD). Kami
membahas kegiatan bersama ASEAN mengenai konservasi alam dan pemanfaatan
berkelanjutan keanekaragaman hayati yang tidak berhenti di perbatasan nasional. Kepulauan
Indonesia terdiri dari dua titik api keanekaragaman hayati di dunia (area dengan
tingkat tinggi spesies endemik yang sangat terancam oleh hilangnya habitat):
Karakter dan sejarah geologis yang kompleks menyebabkan evolusi fauna megadiverse dan
flora pada skala global. Pentingnya keanekaragaman hayati, misalnya, dalam pengobatan
tradisional dan pertanian, berakar dalam masyarakat Indonesia. Jalur keanekaragaman hayati
modern termasuk bidang aplikasi baru di bidang teknologi, farmasi dan ekonomi bersama
dengan lingkungan kebijakan. Perkembangan ini terjadi tidak hanya di Indonesia namun juga
kaya keanekaragaman hayati lainnya negara tropis ( Häuser, 2017). Indonesia memiliki
berbagai macam penggunaan lahan, mulai dari yang paling ekstensif misalnya agroforestri
kompleks yang menyerupai hutan, hingga paling intensif seperti sistem pertanian semusim
monokultur.Indonesia juga merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat
keanekaragaman hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega
biodiversitas di dunia, baik flora maupun fauna yang penyebarannya sangat luas (Heriyanto
dan Garsetiasih, 2004).

Keanekaragaman hayati dalam arti luas adalah jumlah, kelimpahan, komposisi,


distribusi spasial, dan interaksi dari genotipe, populasi, spesies, sifat fungsional, dan unit
lanskap dalam sistem tertentu (Diaz, 2006). Keanekaragaman hayati umumnya dipahami
sebagai jumlah spesies di Bumi, Terkadang juga tepatnya disebut "kekayaan spesies global."
Untuk memahami keanekaragaman hayati modern, ini akan menarik untuk menentukan
apakah ada "peraturan" atau, setidaknya, prinsip yang luas. Charles Darwin mengidentifikasi
prinsip pertama asal usul keanekaragaman hayati modern, yaitu bahwa semua spesies saling
terkait satu sama lain filogeni, atau pohon kehidupan, dan semua bisa ditelusuri kembali ke
spesies asli tunggal yang diduga pada suatu waktu yang jauh di masa lalu geologis. Asal usul
kehidupan sekarang bertanggal 3,5-4 miliar tahun lalu, jauh di Prakambrium (Benton, 2016).
Menurut Loveless (1989), keanekaragaman tumbuhan sudah dikenal manusia sejak
berada di bumi dan sampai saat ini kajian tentang keanekaragaman tumbuhan masih terus
dipelajari dan dikembangkan. Sehubungan dengan ini, paku yang banyak manfaatnya bagi
manusia dan belum banyak dikenal oleh masyarakat sehingga merupakan salah satu potensi
yang patut untuk digali dan dikembangkan demi kemajuan ilmu pengetahuan. Namun,
aktivitas manusia mempengaruhi struktur ekosistem dan fungsi, khususnya distribusi spasial
dan temporal dari hewan liar (Ogutu et al., 2010). Oleh karena itu, telah dilakukan sebuah
pengamatan awal di beberapa wilayah. Berdasarkan pada hasil pengamatan awal pada
tanggal, 25 September 2017, pukul 14.36 – 16.04. Didapatakan data berupa perbandingan
varietas tumbuhan di FE Universitas Negeri Malang dan di FEB Universitas Brawijaya
Malang, berupa data kuantitatif yakni, 41 : 133 untuk klasifikasi Spermatophyta, 2:5 untuk
klasifikasi Pterydhophyta, dan 1:1 untuk klasifikasi Bryophyta. Ternyata Tumbuhan di FE
Universitas Negeri Malang kurang bervariasi dibandingkan dengan tumbuhan yang ada di
FEB Universitas Brawijaya Malang. Berdasarkan pengamatan sementara yang dilakukan,
dinyatakan bahwa jumlah spesies tumbuhan yang sama di FEB Universitas Brawijaya
Malang lebih banyak, daripada di FE Uiniversitas Negeri Malang.(Dokumen pribadi, 2017).
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan perbandingan biodiversitas tumbuhan di FE
Universitas Negeri Malang dan FEB Universitas Brawijaya.

KAJIAN PUSTAKA

Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati merupakan variabilitas antarmahluk hidup dari semua sumber daya,
termasuk di daratan, ekosistem perairan dan kompleks ekologis termasuk juga
keanekaragaman dalam spesies di antara spesies dan ekosistemnya. Sepuluh persen dari
ekosistem alam berupa suaka alam, suaka marga satwa, taman nasional, hutan lindung, dan
sebagian lagi untuk kepentingan budidaya plas-ma nutfah yang dialokasikan sebagai kawasan
yang dapat memberi perlindungan bagi keanekaragaman hayati (Arief, 2001).

Kawasan biogeografi Indonesia dan sebarannya yang meliputi 17.000 pulau, termasuk pulau
terbesar kedua dan ketiga di dunia (Kalimantan dan Papua), bisa dikatakan telah berhasil
menandingi Brazil dalam hal kekayaan spesies (Supriatna, 2008).

Keanekaragaman hayati menurut Undang Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang


keanekaragaman hayati merupakan keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua
sumber, termasuk di antaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik (perairan) lainnya, serta
komplek Ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup
keanekaragaman dalam spesies, antara spesies dengan ekosistem. Berdasarkan definisi dari
undang-undang tersebut, keanekaragaman hayati terdiri atas tiga tingkatan, yaitu
keanekaragaman gen, keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman ekosistem.

CIRI KEANEKARAGAMAN HAYATI

Istilah keanekaragaman hayati atau ‘Biodiversitas’ menunjukkan sejumlah variasi yang ada
pada makhluk hidup baik variasi gen, spesies, dan ekosistem yang ada di suatu lingkungan
tertentu. Keanekaragaman hayati yang ada di bumi kita merupakan hasil evolusi yang sangat
lama, sehingga melahirkan bermacam makhluk hidup. Keanekaragaman hayati dapat
dikelompokkan atas keanekaragaman gen, spesies, dan ekosistem (Quadra.2014)

Keanekaragaman Tingkat Gen

Varasi genetik dalam satu spesies, baik di antara populasi terpisah secara geografis
maupun di antara individu dalam satu populasi. Individu dalam satu populasi memiiki
perbedaan genetik antara satu dengan lainnya. Tingkat keragaman gen timbul karena setiap
individu memiliki bentuk gen yang khas. Variasi genetik bertambah ketika keturunan
menerima kombinasi unik gen dan kromosom dari induknya melalui rekombinasi gen yang
terjadi melalui reproduksi seksual. Proses inilah yang meningkatkan potensi variasi genetik
dengan mengatur ulang alela secara acak sehingga menimbulkan kombinasi yang berbeda
(Indrawan, 2007).

Keanekaragaman tingkat spesies

Keanekaragaman spesies mencakup seluruh spesies yang ditemukan di bumi, baik


tumbuhan, satwa liar. Termasuk pula bakteri dan protista serta spesies dari kingdom bersel
banyak seperti tumbuhan, jamur, hewan. Spesies dapat diartikan sebagai sekelompok
individu yang menunjukkan beberapa karakteristik penting yang berbeda dibandingkan
kelompok lain. Karakteristik tersebut dapat berupa morfologis, fisiologis, atau biokimia.
Definisi spesies secara morfologis ini paling banyak digunakan oleh ahli taksonomi. Mereka
mengkhususkan diri untuk mengklasifikasikan dan mengidentifikasi spesimen yang belum
diketahui (Indrawan, 2007). Keanekaragaman hayati bukan hanya kekayaan spesies, tapi juga
mencakup kompleks ekologi di mana spesies merupakan bagiannya (Chown, 2004).
Keanekaragaman tingkat ekosistem

Merupakan komunitas biologi yang berbeda serta asusiasinya dengan lingkungan fisik
(Indrawan, 2007).

Keanekaragaman Tumbuhan di Dunia

Himalaya adalah salah satu titik panas keanekaragaman hayati di dunia namun
perubahan terbaru dalam keanekaragaman hayati dan iklim telah terjadi Telah terlihat di
setiap bagian dunia yang disebabkan oleh gangguan dan aktivitas pembangunan yang salah
(Bhakuni, et. al.2015 ).

Kami telah menghitung jumlah spesies tanaman yang saat ini diketahui, dijelaskan
dan diterima sebanyak 374,000, dimana sekitar 308.312 adalah tanaman vaskular, dengan
295.383 tanaman berbunga (angiosperma; monokotil: 74,273; eudicots: 210.008). Jumlah
global kelompok tanaman yang lebih kecil adalah sebagai berikut: ganggang sekitar 44.000,
jumlah ikan sekitar 9.000, hornworts 225, lumut 12.700, lycopoda 1.290, pakis 10,560 dan
gymnosperma 1.079. Phytotaxa saat ini menyumbang lebih dari seperempatnya 2000 spesies
yang dijelaskan setiap tahun, menunjukkan bahwa ia telah menjadi penyumbang utama
penyebaran penemuan spesies baru Namun, tingkat penemuan melambat, karena
pengurangan dukungan finansial dan ilmiah untuk studi sejarah alam yang mendasar (Byng,
2016).

Keanekaragaman Tumbuhan di Indonesia

Kepulauan Indonesia terdiri dari sekitar 17.000 pulau, meliputi 1,3% daratan luas permukaan.
Dalam hal keanekaragaman hayati, relevansinya tidak proporsional lebih besar.Daerah
padang gurun mencakup lebih dari 9% spesies tanaman berbunga di dunia. Terlepas dari
kekayaannya dalam hal keanekaragaman hayati baik secara absolut maupun relative (relatif
terhadap keanekaragaman hayati global), sulit untuk optimis tentang masa depan Indonesia
keanekaragaman hayati dan sumber daya alam. Intensitas dan skala penggunaan sumber daya
tercipta ancaman serius terhadap kelimpahan tradisional daerah tersebut (Persoon, 2006).
Indonesia adalah negara megadiverse. Sifat insular khusus beserta tingginya
dari spesies endemik vs sejumlah besar spesies terancam dan sejumlah besar invasive.
Spesies asing membuat negara ini lebih rentan terhadap dampak negatif daripada yang
lainnya Negara Asia Tenggara. Kunci pendorong hilangnya keanekaragaman hayati lainnya
seperti deforestasi dan hilangnya habitat terus berlanjut di Indonesia, dan juga berakibat fatal.
Penghancuran jangka panjang ekosistem penyimpanan karbon yang besar di Sumatera dan
Kalimantan tentu berada di antara tantangan yang lebih besar, belum lagi polusi kabut lintas
batas yang disebabkan oleh hutan dan kebakaran gambut (Lee et al, 2016).

Keanekaragaman Hayati Di Kampus

Jumlah spesies tumbuhan yang dikenali oleh mahasiswa berbanding lurus dengan lama studi
(Wiryono & Nurliana, 2011). Hal yang hampir mirip pada mahasiswa di Carolina Selatan
hanya sedikit yang mengetahui nama spesies yang terdapat di lingkungannya (Wagner,
2008). Rendahnya pengetahuan untuk mengindentifikasi tumbuhan yang terdapat di
lingkungan sekitar menunjukkan bahwa tumbuhan tersebut kurang dimanfatkan (O’brien,
2010).

METODE

Jenis penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif komparatif (
descriptive comparative research ) merupakan suatu metode dalam meneliti dengan
membandingkanstatus sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif
komparatif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta, sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki (Nazir ,1988: 63).

Lokasi dan WaktuLokasi : FE Universitas Negeri Malang dan FEB Universitas


Brawijaya
Gambar 1 : Peta lokasi FE Universitas Negeri Malang (Sumber : Google maps)

Alamat :
Universitas Negri Malang, Jalan Semarang No. 5, Sumbersari, Lowokwaru, Sumbersari, Kec.
Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65145

FEB Universitas Brawijaya Malang

Gambar 2 : Peta lokasi FEB Universitas Brawijaya Malang (Sumber : Google maps)
Alamat : Jl. Universitas Brawijaya, Ketawanggede, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa
Timur 65145

Waktu : Bulan September – Oktober 2017

Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

Populasi : Seluruh tumbuhan di UB dan UM.

Sampel : Seluruh tumbuhan di FE Universitas Negeri Malang dan FEB


Universitas Brawijaya Malang.

Teknik sampling yang dipilih menggunakan purpose sampling.

Instrumen

 Alat tulis
 Checklist

No. Nama Nama Nama Nama Foto Jumlah Populasi


lokal Famili Ganus Spesies Tumbuhan Angka (%)
tanaman

Pengumpulan Data

1. Membuat tabel checklist untuk mencatat hasil observasi.


2. Melakukan observasi pada tumbuhan yang hidup di lingkungan FE di UB dan UM.
3. Mencatat nama tumbuhan sesuai pada tabel checklist.

Teknik Menganalisis Data

Data yang diperoleh dari hasil observasi menggunakan bilangan absolut, kemudian data
tersebut dipersentasekan (%). Lalu, dihitung indeks keanekaragaman dan indeks
kemerataannya.
HASIL

Tabel 1. Tanaman di FE UM

No. Nama Nama Famili Nama Nama Foto Tumbuhan Jumlah Populasi
lokal Genus Spesies
tanaman Angka (%)
1 Taiwan Lythraceae Cuphea Cuphea 1 2,43 %
beauty hyssopifolia

2 Jambu Myrtaceae Psidium Psidium 2 4,87%


biji guajava

3 Pucuk Myrtaceae Syzigium Syzigium 5 12,2%


merah clena

4 Cocor Crassulaceae Kalanchoe Kalanchoe 1 2,43%


bebek adans pinnata
5 Pandan Pandanaceae Pandanus Pandanus 3 7,31%
amaryllifolius

Dari tabel 1, dapat kita lihat keanekaragaman tanaman di FE UM. Tabel diatas hanya
memperlihatkan sebagian data yang kami peroleh dari observasi kami. Data yang
sesungguhnya ada dalam lampiran makalah ini. Data yang didapatkan berasal dari hassil
observasi kami. Hal pertama yang kami lakukan adalah menggolongkan tanaman yang ada di
FE UM sesuai dengan yang kami pelajar selama ini, yaitu spermatophyta, pterydophyta dan
bryophyta. Setelah mengelompokkan tanaman, kami menghitung dan menganalisa tanaman
berdasarkan ciri dan memperoleh famili, genus dan spesiesnya. Dari tabel diatas, dapat kita
lihat jumlah dari beberapa spesies tanaman yang kami temukan di FE UM. Tanaman yang
pertama adalah Cuphea hyssopifolia (1), Psidium guajava (2), Syzigium clean (5),
Kalanchoe pinnata (1), Pandanus amaryllifolius (3). Dengan persentase jumlah setiap
tanaman adalah, 2,43 % , 4,87%, 12,2%, 2,43%, 7,31%.

Tabel 2. Tanaman di FEB UB

No. Nama lokal Nama Famili Nama Ganus Nama Spesies Foto Tumbuhan Jumlah
tanaman Populasi
Ang (%)
ka
1 Lidah Ruscaceae Sansevteria Sansevteria 4 3,00
mertua thunb %
2 Kamboja Apocynaceae Adenium Adenium obesum 17 12,8
merah %

3 Talas Araceae Colocasia Colocasia 3 2,25


esculenta %

4 Palem Aracaceae Chrysalidocarpus Chrysalidocarpus 18 13,53


kuning tulescens %

5 Agave Agavaceae Agave Agave americana 5 3,75


L. %

Dari tabel 2, dapat kita lihat keanekaragaman tanaman di FEB UB. Tabel diatas hanya
memperlihatkan sebagian data yang kami peroleh dari observasi kami. Data yang
sesungguhnya ada dalam lampiran makalah ini. Data yang didapatkan berasal dari hassil
observasi kami. Hal pertama yang kami lakukan adalah menggolongkan tanaman yang ada di
FEB UB sesuai dengan yang kami pelajar selama ini, yaitu spermatophyta, pterydophyta dan
bryophyta. Setelah mengelompokkan tanaman, kami menghitung dan menganalisa tanaman
berdasarkan ciri dan memperoleh famili, genus dan spesiesnya. Dari tabel diatas, dapat kita
lihat jumlah dari beberapa spesies tanaman yang kami temukan di FEB UB. Tanaman yang
pertama adalah Sansevteria thumb (4), Adenium obesum (17), Colocasia esculenta (3),
Chrysalidocarpus tulescens (18), Agave americana L.(5) Dengan persentase jumlah setiap
tanaman adalah, 3,00%, 12,8% , 2,25%, 13,53%, 3,75%

PEMBAHASAN

Keanekaragaman hayati, sifat multidimensional dari sistem alam, sulit dilakukan


menghitung sebagian karena banyaknya indeks yang diusulkan untuk tujuan ini. Indeks
bertujuan untuk menggambarkan sifat umum masyarakat yang memungkinkan kita
membandingkan berbagai daerah, taksa, dan tingkat trofik. Oleh karena itu, mereka sangat
penting untuk pemantauan dan konservasi lingkungan, meskipun tidak ada konsensus tentang
indeks mana yang lebih tepat dan informatif. Kami menguji beberapa indeks keragaman
umum dalam kisaran sederhana untuk analisis statistik yang kompleks untuk menentukan
apakah ada yang lebih baik cocok untuk analisis tertentu daripada yang lain. Kami
menggunakan data yang dikumpulkan di kawasan FEB UB dan FE UM untuk
mengeksplorasi hubungan antara indeks keragaman umum kekayaan spesies (S), keragaman
Shannon (H '), keragaman Simpson (D1), dominasi Simpson (D2), kemiripan Simpson (E),
dan Berger Parker Dominasi (BP). Termasuk ukuran keragaman berbasis sifat ini
memungkinkan kita untuk menguji apakah mereka benar atau tidak berperilaku sama dengan
keragaman spesies yang dipelajari dengan lebih baik. Kami menggunakan analisis jalur untuk
menentukan apakah indeks senyawa mendeteksi lebih banyak hubungan antara keragaman
organisme dan sifat yang berbeda daripada indeks yang lebih mendasar. Dengan
mempertimbangkan interaksi kompleks, pilihan indeks dapat mengubah secara mendalam
interpretasi hasil. Analisis dengan menggunakan beberapa indeks dapat memberikan
wawasan yang lebih baik mengenai interaksi dalam sebuah sistem (Morris et al, 2014).

Keanekaragaman hayati merupakan keragaman dan heterogenitas organisme atau


sifat-sifat di semua tingkat hirarki kehidupan, dari molekul ke ekosistem. Biasanya, fokusnya
adalah pada keragaman spesies, namun bentuk keragaman lainnya, seperti keanekaragaman
genetik dan kimiawi, juga penting dan informatif. Bahkan setelah menentukan bentuk
keanekaragaman untuk mengukur, mengkuantifikasi keanekaragaman hayati tetap
bermasalah karena tidak ada indeks tunggal yang merangkum konsep tersebut secara
memadai (Hurlbert 1971; Purvis and Hector 2000). Kekayaan (S), atau jumlah spesies atau
atribut yang ada, adalah metrik yang paling sederhana yang digunakan untuk
merepresentasikan keragaman (Whittaker 1972), dan tetap paling umum diterapkan
(Magurran 2004). Secara intuitif, kelimpahan spesies atau sifat juga penting untuk
keragaman, dan kelimpahan proporsional spesies dapat digabungkan ke dalam indeks yang
mewakili keragaman. Yang paling sederhana ini Indeks yang diusulkan oleh Berger dan
Parker, memiliki hubungan analitis dengan rangkaian geometris spesies tersebut model
kelimpahan (May 1975; Caruso et al 2007), dan laporan kelimpahan proporsional hanya yang
paling spesies yang melimpah dalam populasi (BP, Tabel 1, Berger dan Parker 1970).

Ada banyak upaya untuk menciptakan indeks gabungan yang menggabungkan ukuran
kekayaan dan kelimpahan. Yang paling utama di antaranya adalah Shannon's keragaman (H ')
dan keragaman Simpson (D1) (Tabel 1), yang berbeda dalam dasar teoritis dan
interpretasinya (Magurran 2004). H ' memiliki yayasan di teori informasi dan menunjukkan
ketidakpastian identitas individu yang tidak dikenal Dalam yang sangat beragam (dan
merata), individu yang tidak dikenal. Bisa jadi milik spesies apapun, yang menyebabkan
tingginya ketidakpastian dalam prediksi identitasnya. Dalam sistem yang kurang beragam
didominasi oleh satu atau beberapa spesies, lebih mudah diprediksi identitas individu yang
tidak dikenal dan jumlahnya kurang ketidakpastian dalam sistem (Shannon 1948). Metrik ini
biasa dalam literatur ekologi, meski abstrak konseptualisasi (Magurran 2004). D1
adalah pelengkap indeks asli Simpson dan mewakili probabilitas bahwa dua individu yang
dipilih secara acak berada untuk spesies yang berbeda (McCune and Grace 2002). D2
terkait erat dengan D1, yang merupakan kebalikan dari Simpson asli indeks (Simpson 1949).
Kedua transformasi ini berfungsi untuk membuat indeks meningkat sebagai keragaman
secara intuitif meningkat, dan meskipun keduanya digunakan, D2 lebih umum (Magurran
2004).
Gambar 3. Tabel 1 pada jurnal Berger dan Parker 1970 (Sumber: Berger dan Parker
1970)

Perhitungan yang digunakan dalam observasi kali ini adalah perhitungan indeks
keanekaragaman jenis dan indeks kemerataan adalah perhitungan indeks shannon dan indeks
kemerataan simpsons evenness. Dalam perhitungan ini, kami menggunakan
memperhitungkan, jenis tanaman dengan famili yang sama, yang ada di FEB UB dan FE
UM. Sehingga, dapat dibandingkan kemerataan, antar satu famili tersebut, dengan kedua
kamppus yang sama.

Famili yang kita ambil dalam perhitungan ini adalah Araceae, dengan indeks shannon,
dapat diperoleh nilai kekayaan famili Araceae di FE UM tertinggi adalah Alocasia odora
dengan nilai 0.15. Sedangkan di FEB UB famili Araceae tertinggi adalah pada spesies
Anthurium plowmanii dengan nilai 0.10. Sedangkan dalam perhitungan indeks kemerataan
yang telah dilakukan, yakni dengan membandingkan famili Araceae dengan indeks
kemerataan terendah dan indeks kemerataan tertinggi. Dengan demikian, dapat dilihat
perbedaan keanekaragaman tanaman di FEB UB dan FE UM, berdasarkan indeksnya dan
jumlahnya dilihat dari famili Araceae. Indeks kemerataan famili Araceae di FE UM tertinggi
adalah pada spesies Alocasia odora dengan nilai 0.028 dan terendah pada spesies Anthurium
chrystallinum dengan nilai 0.015. Indeks kemerataan famili Araceae di FEB UB tertinggi
adalah pada spesies Anthurium plowmanii dengan nilai 0.014 dan indeks kemerataan rendah
pada famili Araceae yaitu spesies Colocasia esculenta dengan nilai 0.011.

SIMPULAN

Dari pembahasan yang telah diuraikan, dapat disumplkan bahwa, secara jumlah
keanekaragam tanaman di FEB UB lebih besar daripada keanekaragaman tanaman di FE
UM. Namun, jika dihitung dengan indeks keanekaragaman dan indeks kemerataan dari satu
famili, yakni famili Araceae, dapat dinyatakan bahwa keanekaragaman famili Araceae di FE
UM lebih besar, kemerataannyapun lebih besar daripada FEB UB. Namun, kemerataan dan
keanekaragaman tersebut terletak pada spesies yang berbeda.

Tanaman yang ada di daerah kampus, harusnya memiliki keanekaragaman yang


cukup besar, tidak hanya pada satu famili saja namun juga beberapa famili. Jadi, dengan
adanya keanekaragaman tanaman tersebut, kampus bisa menjadi kampus hijau yang aman
dan nyaman bagi setiap orang yang ada didalamnya.

DAFTAR RUJUKAN

Arief, Arifin. 2001. Hutan & kehutanan. Yogyakarta : Kanisius

Benton MJ.2016.Origins of Biodiversity. PLoS Biol 14(11): e2000724.


doi:10.1371/journal.pbio.2000724.
Berger, W. H., And F. L. Parker. 1970. Diversity Of Planktonic Foraminifera In Deep-Sea
Sediments. Science 168:1345–1347.
Bhakuni Nidhi, Dhek Shalini, Kapkoti Bhawana, Lodhiyal L.S., Lodhiyal Neelu. 2015.
Species diversity and regeneration of Tilonj Oak (Quercus floribunda Lindl.) dominated
forests of Nainital in Kumaun Himalaya. India. Academic Journal. Vol. 7(1),
http://www.academicjournals.org/IJBC.
Byng James W, Christenhusz Maarten J. M. 2016. The number of known plants species in the
world and its annual increase. United Kingdom. Zhi-Qiang Zhang.
Caruso, T., G. Pigino, F. Bernini, R. Bargagli, And M. Migliorini. 2007. The Berger-Parker
Index As An Effective Tool For Monitoring The Biodiversity Of Disturbed Soils: A Case
Study On Mediterranean Oribatid (Acari: Oribatida) Assemblages. Biodivers. Conserv.
16:3277–3285
Chown SL, Sinclair BJ, Leinaas HP, Gaston KJ.2004. Hemispheric asymmetries in
biodiversity—A serious matter for ecology. PLoS Biol 2(11): e406.
Díaz S, Fargione J, Stuart Chapin F III, Tilman D.2006. Biodiversity loss threatens human
well-being. PLoS Biol 4(8): e277. DOI: 10.1371/journal.pbio.0040277

Heriyanto N.M, Garsetiasih R. 2004. Potensi Pohon Kulim (Scorodocarpus borneensis Becc.)
di Kelompok Hutan Gelawan Kampar, Riau. Buletin Plasma Nutfah Vol.10 No.1
Th.2004. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam.

Hurlbert, S. H. 1971. The Nonconcept Of Species Diversity: A Critique And Alternative


Parameters. Ecology 52:577–586.
Indrawan. Mohammad, Primack. Richard B., Supriatna. Jatna. 2007. Biologi Konservasi.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Lee JS, Jaafar Z, Tan AK, Carrasco LR, Ewing JJ, Bickford D, Webb E, Koh LP (2016)
Toward clearer skies: Challenges in regulating transboundary haze in Southeast Asia.

Environmental Science & Policy 55: 87‑95.

https://doi.org/10.1016/j.envsci.2015.09.008
Loveless, A. R. 1989. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Buku ke-2.
Gramedia. Jakarta.
Magurran, A. E. 2004. Measuring Biological Diversity, 2nd Ed. Oxford, Blackwell Science
Ltd, U.K.
May, R. M. 1975. Patterns Of Species Abundance And Diversity. Pp. 81–120 In M. L. Cody,
J. M. Diamond, Eds. Ecology And Evolution Of Communities. Harvard Univ. Press,
Cambridge,Ma.
Mccune, B., And J. B. Grace. 2002. Analysis Of Ecological Communities. Mjm Software
Design, Gleneden Beach, Oregon.
Morris, E. K, Tancredi C, Francois B, Markus F, Christine H.,Tanja S. Maier, Torsten
Meiners, Caroline Muller, Elisabeth Obermaier, Daniel Prati, Stephaniea. Socher, Ilja
Sonnemann, Nicole Waschke, Tesfaye Wubet, Susanne Wurst& Matthias C.Rillig.
2014.Choosing And Using Diversity Indices: Insights For Ecological Applications
From The German Biodiversity Exploratories Ecology And Evolution. Ecology and
Education Journal; 4(18): 3514–3524 Doi: 10.1002/Ece3.1155
Nazir. 1988:63. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia
O’Brien, C. M. 2010. Do they really “know nothing”? An inquiry into ethnobotanical
knowledge of students in Arizona, USA. Ethnobotani Research Applied. 8, 036-047
Ogutu JO, Piepho HP, Reid RS, Rainy ME, Kruska RL, Worden JS, Nyabenge M, Hobbs NT
2010. Large herbivore responses to water and settlements in savannas. Ecol. Monogr.
80:241-266.
Persoon Gerard A. Weerd Merljin van. 2006. Biodiversity and Natural Resource
Management in Insular Southeast Asia. Netherlands. Island Studies Journal, Vol. 1,
No. 1, 2006, pp. 81-108.
Purvis, A., And A. Hector. 2000. Getting The Measure Of Biodiversity. Nature 405:212–219.
Shannon, C. 1948. A Mathematical Theory Of Communication.Bell Syst. Tech. J. 27:379–
423, 623–656.
Simpson, E. H. 1949. Measurement Of Diversity. Nature 163:688
Soeroso, S.2004.Seri IPA Biologi.Jakarta : Quadra
Supriatna, J. and R. Boonratana (Eds.). 2008. Asian Primates Journal. Vol. 1(1)

Von Rintelen K, Arida E, Häuser C.2017.A review of biodiversity-related issues and


challenges in megadiverse Indonesia and other Southeast Asian countries. Research
Ideas and Outcomes 3: e20860. https://doi.org/10.3897/rio.3.e20860
Wagner, G. E. 2008. Botanical knowledge of a group of college students in South Caroline,
U.S.A. Ethnobotany Research and Applications, 6, 443-458.
Whittaker, R. H. 1972. Evolution And Measurement Of Species Diversity. Taxon 21:213–251.
Wiryono & Nurliana, S. 2011. The knowledge of Bengkulu University’s forestry students of
tree diversity in their campus. Nusantara Bioscience, 3(2), 98-103.

Anda mungkin juga menyukai