Kewajiban Dan Hak Semua Orang Beriman Kristiani

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

TEO

KEWAJIBAN DAN HAK


SEMUA ORANG BERIMAN KRISTIANI
“KANON 211”

UTS PENGANTAR KHK

Oleh: Kristianus Nahak

NIM: 196114088

PROGRAM STUDI ILMU TEOLOGI


FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020

1
KANON 211”Semua orang beriman Kristiani mempunyai kewajiban dan hak
mengusahakan agar warta Ilahi keselamatan semakin menjangkau semua orang dari
segala zaman dan diseluruh dunia”.

1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN KANON


Pemilihan kanon ini dilatarbelakangi oleh pengalaman yang pernah saya temui
dan alami sewaktu mengadakan live in di Banyu-Urip. Daerah ini berada di
pedalaman dan letaknya jauh dari keramaian. Kegiatan dalam hal keagamaan
sangatlah jarang dilakukan karena dua bulan sekali barulah ada kunjungan dari Pastor
paroki untuk mengadakan Ekaristi bersama atau kegiatan keagamaan lainnya.
Apabila tidak ada kunjungan, umat yang berada di daerah itu pun tidak melakukan
kegiatan peribadatan atau kegiatan keagamaan lainnya. Selain itu berdampak juga
bagi keterlibatan mereka akan kegiatan hidup menggereja. Kesadaran mereka akan
hal ini sangatlah kurang sehingga tidak adanya inisitif untuk mewartakan kabar
sukacita diantara mereka dengan kegiatan keagamaan.
Di daerah ini sudah diupayakan oleh pihak Gereja dalam pembangunan kapel
sederhana. Kegiatan keagamaan (Perayaan Ekaristi) di tempat inipun hanya
dilakukan sekali dalam dua bulan. Apabila Imam yang biasanya melayani ditempat
ini berhalangan, maka umat tidak melakukan apapun. Segala hal yang berkaitan
dengan kegiatan keagamaan dihibahkan kepada kaum Tertahbis. Imam dilihat
sebagai tokoh yang paling menguasai seluk-beluk ibadat dalam agama katolik dan
sebagai pemimpin utama dalam urusan penyucian. Seakan-akan mereka lupa akan
tugas perutusan sebagai kaum kristiani yakni mengambil bagian dalam tugas
perutusan Kristus sebagai Imam, Nabi dan raja.

2. SUMBER KANON
a) Gereja Sebagai Sakramen Dunia (LG 1 dan AG 1)
Salah satu kanon yang memegang peran penting bagi perkembangan Gereja
terkhususnya dalam karya pewartaan kepada semua orang dan di seluruh dunia-

2
adalah Kanon 211. Menurut Dokumen Konsili Vatikan II terkhususnya Lumen
Gentius art. 1 mengungkapkan bahwa Gereja merupakan tanda dan sarana
persekutuan yang mesra dengan Allah serta kesatuan keseluruhan umat manusia.
Karena itu Gereja berada dalam Kristus bagaikan Sakramen. Gereja mewakili Dia
secara penuh dan asli serta membuat Dia sungguh-sungguh hadir. Gereja sebagai
Sakramen dan Gereja sebagai Misteri merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan
karena keduanya menunjukkan inti pokok dari kehidupan Gereja. Gereja dikatakan
sebagai Sakramen maupun Misteri karena di dalam Gereja Allah hadir secara nyata.
Hal ini mau menandaskan serta menegaskan pentingnya kanon 211 dalam kehidupan
Gereja semesta. Secara khusus dalam Lumen Gentium art. 1 mengulas secara singkat
akan peran Gereja dalam pewartaan Injil kepada semua makhluk. Gereja hendaknya
menjadi garam dan terang bagi semua orang yang merupakan tanggung jawab
universal. Kewajiban mewartakan warta Ilahi keselamatan oleh seluruh umat
Kristiani berasal dari perutusan Yesus Kristus. Berkat perutusan ini, Gereja
mempunyai tugas unutk pergi ke segala ujung bumi untuk mewartakan injil kepada
segenap makhluk.

b) Tugas Perutusan Gereja (Mat. 28, 18-20 dan AG 2)


Semua umat Kristian dipanggil untuk mengemban perutusan yang sama, yakni
menjadi pewarta karya keselamatan Allah. Panggilan ini dialamatkan kepada semua
orang beriman Kristiani untuk berpartisipasi secara aktif dalam karya pewartaan.
Sesuai dengan panggilan dan karisma masing-masing, umat Allah berpartisipasi
dalam panggilan ini melalui dinamika persekutuan organis sesuai dengan aneka
pelayanan dan karisma masing-masing. Dengan itu keterlibatan semua kaum beriman
Kristiani akan membawa semakin banyak orang kepada keselamatan.
Kegiatan misioner mepunyai alasan dimana Allah berkehendak agar semua orang
memperoleh pengetahuan tentang kebenaran dan keselamatan. Melalui kegiatan
misioner Gereja, Allah dimuliakan dan manusia diselelamatkan. 1 Dengan kegiatan

1
S. Albertus, MSG, Identitas Yesus dan Misteri Manusia (Yogyakarta: Kanisius, 2009), 297.

3
misioner, rencana Allah terpenuhi dimana segenap umat manusia Bersatu padu
menjadi satu Tubuh Kristus serta dibangun menjadi satu kenisah Roh kudus.
Kegiatan misioner merupakan kewajiban semua orang beriman melalui baptis,
penguatan, dan ekaristi disaturagakan dan diserupai dengan Dia, terikat kewajiban
untuk menyumbangkan tenaga demi perluasan dan pengembangan tubuhnya untuk
menghantar-Nya selekas mungkin kepada kepenuhannya (bdk. Ef 4:13). Kewajiban
ini dimanifestasikan dengan memupuk semangat katolik sejati dalam diri mereka,
memahami kewajiban mereka yang pertama dan utama untuk mewartakan iman
yakni menghayati hidup kristiani secara mendalam. Tugas misioner bukan saja
menjadi tugas dan tanggung jawab kaum tertahbis, melainkan juga kaum tidak
tertahbis (awam). Melaksanakan kewajiban dalam mewartakan keselamatan berarti
melaksanakan perintah Yesus (bdk. Mat 289:20).

c) Misi penyebaran karya keselamatan Allah (LG 33)


Semua orang beriman seharusnya memiliki kerja sama dalam kedua tatanan misi
Gereja yakni dalam tatanan rohani yang membawa pesan dan rahmat Kristus kepada
manusia dan tatanan manusia yang meresapi dan menyempurnakan realitas sekular
dengan semangat injili. Disinilah semua kaum beriman mempunyai kemungkinan
untuk secara aktif melibatkan diri dalam karya perutusan. Tradisi misioner awam
bukan semata-mata demi efektivitas kegiatan kerasulan, melainkan secara lebih
mendalam berdasarkan hak dan kewajiban martabat perjanjian dengan mana awam
ambil bagian dalam jabatan imamat, nabi, dan raja dari Yesus Kristus. 2 Kewajiban
tersebut berkaitan erat dengan martabat permandian dimana dengan permandian
seseoran masuk ke dalam keanggotaan Gereja sekaligus membawa konsekuensi
untuk mewartakan iman.

2
S. Albertus, MSG, Identitas Yesus dan Misteri Manusia, 301.

4
3. ISI DAN KOMENTAR ATAS KANON
a) Isi Kanon
Salah satu keutamaan iman kristiani adalah kewajiban untuk mewartakan
iman. Secara jelas kanon 211 memiliki makna yang dalam karena berbicara tentang
kewajiban mewartakan kabar gembira kepada semua orang yang akhirnya berdampak
pada perkembangan Gereja dan iman semua orang Kristiani. Kewajiban dan hak
yang dimaksud dalam kanon ini adalah kewajiban dan hak yang tidak hanya dilihat
sebatas pada kegiatan untuk memenuhi peraturan yang ada, tetapi lebih dari itu hak
dan kewajiban untuk mewartakan Injil dilihat sebagai bentuk tanggung jawab iman.
Kanon ini sangatlah sentral dan aktual karena merupakan hakikat gereja yakni
mewartakan iman/injil ke seluruh dunia serta menjadi topik pengajaran megisterium
Gereja dewasa ini lewat seruan evangelisasi baru. Prioritas tugas evangelisasi baru
ini melibatkan seluruh umat Allah karena ada kesadaran penuh akan kesetaraan
martabat. Semua orang beriman memiliki martabat yang sama. Dengan mengakui
Kesamaan akan martabat semua umat Kristiani juga memiliki panggilan yang sama,
yakni mengambil bagian dalam mewartakan karya keselamatan Allah. Tugas
mewartakan iman menjadi tanggung jawab Gereja secara universal, pengganti Petrus,
Uskup dan para Imam, kaum Religius, kaum awam, keluarga, dan kuam muda.
Semuanya mengemban misi yang sama yakni mewawartakan injil kepada segenap
makhluk. Perlu diperhatikan juga bahwa dalam menjalankan fungsi dalam
mengemban imamat Yesus Kristus dan corak hidup yang dijalankan ada perbedaan
antara kaum tertahbis dan tidak tertahbis.
Melalui baptisan, semua kaum beriman memperoleh martabat dan rahmat
yang sama; bersatu dalam Kristus, Gereja dan Allah sendiri. Pembaptisan tidak
hanya mengandaikan rahmat, tetapi juga merupakan suatu panggilan Ilahi untuk
berpartisipasi secara aktif dalam karya penebusan Yesus Kristus. Dengan baptisan
juga seseorang mendapat tugas baru yakni mengambil bagian dalam karya Yesus
Kristus sebagai imam, raja, dan nabi. Katiga karya Yesus ini sungguh mendukung isi

5
kanon 211 terkhusus tentang menjalankan hidup sebagai nabi dengan menerima injil
bagi dirinya dan mewartakan kepada orang lain.
Kewajiban mewartakan kabar gembira kepada dunia mencakup semua orang
umat beriman Kristiani (tertahbis dan taktertahbis) merupakan sifat yang universal.
Bagi Gereja yang menjadi pokok pewartaan injil bukan sekedar dalam Kawasan
geografis yang makin luas atau kepada semakin banyak orang. Melainkan juga
menyentuh dan seperti menggoncongkan – berkat kekuatan injil – norma-norma –
penilaiaan umat manusia, yang menentukan nilai-nilai, pokok-pokok kepentingan,
cara-cara berpikir, sumber-sumber inspirasi dan pola-pola hidup, yang bertentangan
dengan sabda Allah dan rencana keselamatan.3

b) Komentar/Interpretasi Atas Kanon


Melaksanakan kewajiban untuk mewartakan iman berarti melaksanakan perintah
Yesus yang dialamatkan kepada semua orang beriman. Hal ini mau menunjukkan
bahwa baik kaum tertahbis maupun tidak tertahbis tidak bertentangan atau bersaing,
namun bekerja sama dan saling melengkapi demi pemgembangan iman yang
menjangkau seluruh dunia. Hal ini hanya diketahui oleh segelintir orang yang
memiliki pengetahuan yang memadai akan kewajiban dan hak sebagai umat beriman
kristiani. Dengan keterbatasan ini pihak Gereja atau otoritas Gereja setempat perlu
berbenah diri dan mencari tahu akar permasalahannya. Pertanyaan-pertanyaan
berikut iniperlu diperhatikan: 1) Apakah umat memahami apa yang Gereja ajarkan
tentang kewjiban dan hak sebagai umat beriman Kristian dan tidak
melaksanakannya? 2) Apakah para gembala (kaum tertahbis) telah berinisiatif dan
terus menggiatkan apa yang diajarkan oleh Gereja terkait kewajiban dan hak umat
beriman kristiani?

4. IMPLIKASI YURIDIS DARI KANON

3
Paulus VI, “Evengelii Nuntiandi”, dalam Kumpulan Dokumen Ajaran Social Gereja Tahun 1891-
1991 Dari Rerum Novarum Sampai Centesimus Annus, art. 19 (terj. R. Hardawiryana SJ, Jakarta:
KWI, 1999).

6
Penegasan yang terkandung dalam visi Ad Gentes tentang kewajiban untuk
mewartakan iman sebagai penghayatan hidup Kristiani secara mendalam tampak
dalam hal pewartaan iman. Pertama-tama harus diakui bahwa keselamatan dalam
Yesus Kristus menjangkau semua orang tanpa terkecuali. Dengan pemahaman seperti
ini, maka setiap orang terdorong untuk sadar akan kewajibannya yakni menjadi
pewarta karya keselamatan yang telah dianugerahkan kepadanya. Panggilan untuk
mewartakan kabar sukacita pertama-tama adalah partisipasi seluruh umat beriman
karena keselamatan Allah tersebut. Cara yang dapat dilakukan umat beriman dalam
menanggapi panggilan itu adalah dengan berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan-
kegiatan yang ada dalam Gereja. Contoh yang paling konkret misalnya mengikuti
kegiatan yang ada dalam Gereja seperti kegiatan pendalaman iman, Latihan koor,
sharing Kitab Suci, memimpin ibadat harian jika memungkinkan, mengikuti
katekese, dsb. Semua umat beriman seharusnya mengemban dan mengambil bagian
dalam tugas Gereja secara sukarela seperti koinonia, kerygma, martirya, liturgia, dan
diakonia.
Sebagai anggota Kristus yang hidup, semua orang beriman diharapkan memiliki
kesadaran untuk melakukan berbagai kegiatan kemajuan iman demi perkembangan
Gereja serta mewartakan keselamatan ke seluruh dunia. Secara jelas dalam anjuran
apostolik Paus Paulus VI dalam Evangelii Nuntiandi (mewartakan injil) menegaskan
bahwa Gereja lahir dari kegiatan Yesus dan keduabelas rasul dalam pewartaan injil,
Gereja lahir sebagai konsekuensi perutusan, ia sendiri diutus oleh Yesus dan
mengalami evengelisasi. Dengan penegasan ini, secara eksplisit menandaskan bahwa
siapa pun yang karena baptisannya telah menjadi anggota Gereja memiliki kewajiban
dalam pewartaan kabar gembira kepada semua orang.

DAFTAR PUSTAKA

7
Caparros, E., dkk. “Code of Canon Law Annotated”. (1993). Montreal Kanada:
Wilson & Lafleur.

Coriden, J. A., dkk. “The Code of Canon Law. A Text and Commentary. (1985).
London: Paulist Press.

Dokumen Konsili Vatikan II, diterjemahkan oleh R. Hardawiryana, SJ, Jakarta: Dep.
Dokpen KWI – obor, 2017.

Kerja Sama Awam Dan Imam Dalam Pastoral: Instruksi Beberapa Soal Kerja Sama
Kaum Beriman Tak Tertahbis Dalam Pelayanan Imam, cetakan kedua,
diterjemahkan oleh: Piet Go, O.Carm, Jakarta: Dep. Dokpen KWI – Grafika Mardi
Yuana, 2015.

Kumpulan Dokumen Ajaran Sosial Gereja Tahun 1891-1991 Dari Rerum Novarum
Sampai Centesimus Annus, diterjemahkan oleh R. Hardawiryana, SJ, Jakarta: Dep.
Dokpen KWI, 1999.

Marzoa, A., dkk. “Exegetical Commentary on the Code of Canon Law”. Vol. II/I.
English language edition: Ernest Caparros (ed). (2004) Montreal Kanada: Wilson &
Lafleur.

Sujoko, A., MSG. Identitas Yesus dan Misteri Manusia. Cetakan kelima.
Yogyakarta: Kanisius, 2009.

Anda mungkin juga menyukai