Aspek Kebahasaan Teks Laporan Hasil Observasi
Aspek Kebahasaan Teks Laporan Hasil Observasi
Aspek Kebahasaan Teks Laporan Hasil Observasi
2. Afiksasi
Dalam kegiatan berbahasa, kata yang digunakan dapat berupa kata dasar atau kata bentukan.
Kata dasar adalah kata yang belum mendapat imbuhan, pemajemukan, atau pengulangan.
Kata bentukan adalah kata yang telah mendapat imbuhan (afiksasi), pengulangan
(reduplikasi), dan pemajemukan ketika digunakan.
Kata yang mendapat proses pengimbuhan dapat berubah jenis. Misalnya, kata berjenis verba
dapat berubah menjadi nomina jika mendapat imbuhan. Contoh, kata “minum” (verba)
mendapat imbuhan “– an” menjadi “minuman” (nomina).
Suatu kata dasar dapat berubah menjadi verba jika mendapat imbuhan me(N)-, be(R)-, di-,
bahkan terkadang ter- atau ke-an. Sementara itu, kata dasar yang sama dapat berubah
menjadi nomina jika diberi imbuhan pe(N)-, pe(R)-, -an, atau terkadang ke-an.
b. Verba
Berdasarkan analisis kata dan frasa dapat dinyatakan bahwa pada paragraf pertama teks di
atas banyak digunakan frasa nomina. Sementara itu, frasa verba pada paragraf pertama teks
di atas hanya ada satu, sedangkan yang lainnya berupa kata. Dengan demikian, nomina yang
berfungsi sebagai subjek atau objek pada paragraf pertama teks di atas banyak menggunakan
frasa, sedangkan predikat banyak menggunakan kata.
2. Afiksasi
Sebuah kata dalam teks dapat berupa kata dasar atau kata turunan. Kata turunan terbentuk
melalui afiksasi, yaitu proses pengimbuhan. Suatu kata yang melalui afiksasi bisa saja berubah
jenis. Sebagai contoh, suatu jenis verba suatu ketika muncul sebagai nomina dengan hanya
menambah atau mengubah imbuhan. Suatu kata dasar dapat berubah menjadi verba jika
diberi imbuhan me(N)-, be(R)-, di-, bahkan terkadang ter- atau ke-an. Sementara itu, kata
dasar
yang sama dapat berubah menjadi nomina jika diberi imbuhan pe(N)-, pe(R)-, -an, atau
terkadang ke-an. Berikut adalah contoh afiksasi:
Contoh kalimat deskripsi yang terdapat dalam teks tersebut adalah sebagai berikut.
a. Wayang ini terbuat dari kulit kerbau yang ditatah, dan diberi warna sesuai kaidah
pulasan wayang pendalangan, diberi tangkai dari bahan tanduk kerbau bule yang diolah
sedemikian rupa dengan nama cempurit yang terdiri dari: tuding dan gapit.
b. Wayang purwa terdiri atas beberapa gaya atau gagrak seperti, gagrak Kasunanan,
Mangkunegaraan; Ngayogyakarta, Banyumasan, Jawatimuran, Kedu, Cirebon, dan
sebagainya.
c. Wayang topeng dimainkan oleh orang yang menggunakan topeng.
d. Selain wayang golek Sunda yang terbuat dari kayu ada juga wayang menak atau
sering juga disebut wayang golek menak karena cirinya mirip dengan wayang golek.
Kalimat kompleks atau kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki dua atau lebih
klausa. Kalimat kompleks dibagi menjadi dua macam, yaitu kalimat kompleks atau
majemuk setara dan kalimat kompleks atau majemuk bertingkat. Kalimat majemuk setara
memiliki dua atau klausa ganda yang setara dalam suatu kalimat, sedangkan kalimat
majemuk bertingkat memiliki klausa ganda yang tidak sama atau berada di bawah fungsi
utama suatu kalimat. Fungsi-fungsi utama dalam dalam kalimat majemuk setara
membentuk induk kalimat atau klausa atasan. Fungsi-fungsi yang membentuk tingkat,
yaitu yang mengikuti konjungsi subordinatif disebut klausa bawahan atau anak kalimat.
Kalimat majemuk setara biasanya ditandai dengan penggunaan konjungsi koordinatif
(setara), sedangkan kalimat majemuk bertingkat biasanya ditandai dengan penggunaan
konjungsi subordinatif (bertingkat).
Cermatilah contoh kalimat kompleks di bawah ini!