Keperawatann Anak
Keperawatann Anak
Keperawatann Anak
DIARE
Disusun Oleh:
NURUL HOLIFAH
NIM: 20214663055
Nursalam (2008), mengatakan diare pada dasarnya adalah frekuensi buang air
besar yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer. Diare merupakan
gangguan buang air besar atau BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari
dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah atau lendir (Riskesdas, 2013).
Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi fese.
Seseorang dikatakan menderita bila feses berair dari biasanya, dan bila buang air besar
lebih dari tiga kali, atau buang air besar yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu
24 jam (Dinkes, 2016).
WHO (2009), mengatakan diare adalah suatu keadaan buang air besar (BAB)
dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari tiga kali sehari. Diare akut
berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten terjadi selama kuran lebih 14 hari.
2. Klasifikasi Diare
Pedoman dari laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan Anak, Universitas Airlangga dalam
Nursalam (2008), diare dapat dikelompokkan menjadi:
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling lama 3-5
hari.
b. Diare yang berkepanjangan bial diare berlangsung lebih dari 7 hari.
c. Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik bukan
suatu kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab dan
patogenisisnya multikompleks. Mengingat banyaknya kemungkinan penyakit
yang dapat mengakibatkan diare kronik dan banyak pemeriksaan yang harus
dikerjakan maka dibuat tinjauan pustaka ini untuk dapat melakukan pemeriksaan
lebih terarah.
Sedangkan menurut Wong (2008), diare dapat diklasifikasikan, sebagai
berikut:
a. Diare akut Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita. Diare
akut didefinisikan sebagai peningkatan atau perubahan frekuensi defekasi yang
sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus Gastroenteritis Infeksiosa
(GI). Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) atau
infeksi saluran kemih (ISK). Diare akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit
kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi
tidak terjadi.
b. Diare kronis Didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi
defekasi atau kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih
dari 14 hari. Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti
sindrom malabsorpsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi
makanan, intoleransi latosa atau diare nonspesifik yang kronis, atau sebagai
akibat dari penatalaksanaan diare akut yang tidak memadai.
c. Diare intraktabel Yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan
sindrompada bayi dalam usia minggu pertama dan lebih lama dari 2 minggu tanpa
ditemukannya dari mikroorganisme pathogen sebagai penyebabnya dan bersifat
resisten atau membandel terhadap terapi Penyebabnya yang paling sering
adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani secara memadai.
d. Diare kronis nonspesifik Diare ini juga dikenal dengan istilah kolon iritabel
pada anak atau diare toddler, merupakan penyebab diare kronis yang sering
dijumpai pada anak-anak yang berusia 6 hingga 54 minggu. Feses pada anak
lembek dan sering disertai dengan partikel makanan yang tidak dicerna, dan
lamanya diare lebih dari 2 minggu. Anak-anak yang menderita diare kronis
nonspesifikini akan tumbuh secara normal dan tidak terdapat gejala malnutrisi,
tidak ada daearh dalam fesesnya serta tidak tampak infeksi enteric.
3. Etiologi
Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi,
selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala
dari penyakit pada system gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan.
Tetapi sekarang lebih dikenal dengan “penyakit diare”, karena denga sebutan penyakit
diare akan mempercepattindakan penanggulangannya. Penyakit diare terutama pada bayi
perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bisa terlambat.
Faktor penyebab diare, antara lain :
a. Factor Infeksi
1). Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut :
a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
b) Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Polomyelitis)
Adeno-virus, Rotavirus, Astovirus, dan lain-lain.
c) Infeksi parasite : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Strongyloides);protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Trichomonas homini);jamur (Candida albicans).
2). Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : otitis
media akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2
tahun.
b. Factor malabsorbsi
1). Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intolerasni laktosa, maltose, dan
sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada
bayi dan anak terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2). Malabsorbsi lemak.
3). Malabsorbsi protein.
c. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas, (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang
lebih besar). Selain kuman, ada beberapa prilaku yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya diare, yaitu :
a. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari kehidupan
b. Menggunakan botol susu
c. Menyimpanan makanan masak pada suhu kamar
d. Air minum tercemar dengan bakteri tinja
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja, atau
sebelum menjamaah makanan.
Menurut Wong (2008), penyebab infeksius dari diare akut yaitu :
1. Agens virus
a. Rotavirus, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan mengalami demam (380C atau lebih
tinggi), nausea atau Vomitus, nteri abdomen, disertai infeksi saluran pernafasan
atas dan diare dapat berlangsung lebih dari 1 minggu. Biasanya terjadi pada bayi usia
6-12 bulan, sedangkan pada anak terjadi di usia lebih dari 3 tahun.
b. Mikroorganisme, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan demam, nafsu makan
terganggu, malaise. Sumber infeksi bisa didapat dari air minum, air ditempat
rekreasi (air kolam renang, dll), makanan. Dapat menjangkit segala usian dan dapat
sembuh sendiri dalam wakru 2-3 hari.
2. Agens bacteri
a. Escherichia coli, masa inkubasinya bervariasi tergantung pada strainnya.
Biasanya anak akan mengalami distensi abdomen, demam, vomitus, BAB berupa
cairan berwarna hijau dengandarah atau mucus bersifat menyembur. Dapat
ditularkan antar individu, disebabkan karena daging yang kurang matang, pemberian
ASI tidak ekslusif.
b. Kelompok salmonella (nontifoid), masa inkubasi 6-72 jam untuk gastroenteritis.
Gejalanya bervariasi, anak bisa mengalami nausea atau vomitus, nyeri abdomen,
demam, BAB kadang berdarah dan ada lendir, peristaltic hiperaktif, nyeri tekan
ringan pada abdomen, sakit kepala, kejang. Dapat disebabkan oleh makanan dan
minuman yang sudah terkontaminasi oleh binatang seperti kucing, burung dan
lainnya.
3. Keracunan Makanan
a. Staphylococcus, masa inkubasi 4-6 jam. Dapat menyebabkan kram yang hebat
pada abdomen, syok. Disebabkan oleh makanan yang kurang matang atau makanan
yang disimpan dilemari es seperti pudding, mayones, makanan yang berlapis krim.
b. Clostridium perfringens, masa inkubasi 8-24 jam. Dimana anak akan
mengalami nyeri epigastrium yang bersifat kram dengan intensitas yang sedang
dan berat. Penularan bisa lewat produk makanan komersial yang paling sering
adalah daging dan unggas. c. Clostridium botulinum, masa inkubasi 12-26 jam.
Anak akan mengalami nausea, vomitus, mulut kering, dan disfagia. Ditularkan lewat
makanan yang terkontaminasi. Intensitasnya bervariasi mulai dari gejala ringan
hingga yang dapat menimbulkan kematian dengan cepat dalam waktu beberapa jam.
4. Patofisiologi
Hidayat (2008), mengatakan proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai
kemungkinan factor diantaranya :
a. Factor infeksi
1). Virus Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan infeksi rotavirus.
Setelah terpapar dengan agen tertentu, virus akan masuk ke dalam tubuh bersama dengan
makanan dan minuman yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian
melekat sel-sel mukosa usus, akibatnya sel mukosa usus menjadi rusak yang dapat
menurunkan daerah permukaan usus. Sel-sel mukosa yang rusak akan digantikan oleh sel
enterosit baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang belum matang
sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus. Hal ini menyebabkan vili-vili usus halus
mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap cairan dan makanan dengan baik. Selanjutnya,
terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus
dalam absorbs cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri virus
akan menyebabkan system transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami
iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
2). Bakteri Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu ke dalam
mukosa, terjadi perbanyakan diri sambil membentuk toksin. Enterotoksin ini dapat diresorpsi
ke dalam darah dan menimbulkan gejala hebat seperti demam tinggi, nyeri kepala, dan
kejang-kejang. Selain itu, mukosa usus, yang telah dirusak mengakibatkan mencret berdarah
berlendir. Penyebab utama pembentukan enterotoksin ialah bakteri Shigella sp, E.colli. diare
ini bersifat self-limiting dalam waktu kurang lebih lima hari tanpa pengobatan, setelah
sel-sel yang rusak diganti dengan sel-sel mukosa yang baru (Wijoyo, 2013).
b. Factor malabsorbsi,
1). Gangguan Osmotik Cairan dan makanan yang tidak dapat diserap akan terkumpul
di usus halus dan akan meningkatkan tekanan osmotic usus Akibatnya akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat. Gangguan osmotik meningkatkan
menyebabkan terjadinya pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Hal ini
menyebabkan terjadinya hiperperistaltik usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi
akan didorong keluar melalui anus dan terjadilah diare (Nursalam, 2008).
2). Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding
usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya
timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus (Nursalam, 2008).
3). Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaiknya bisa
peristaltic usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya
timbul diare pula. Akibat dari. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan
dapat di sebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan
asam basa dan elektrolit, serta mengalami gangguan asam basa dapat menyebabkan
dehidrasi,asidosis metabolik dan hypokalemia,hypovolemia.Gejala dari dehidrasi yang
tampak yaitu berat badan turun, turgor kembali sangat lambat,mata dan ubun-ubun besar
menjadi cekung,mucosa bibir kering. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya
karena dapat menyebabkan hypovolemia,kolaps cardiovaskuler dan kematian bila tidak
diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa
dehidrasi isotonik. Dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik.menurut
derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi,dehidrasi ringan,dehidrasi sedang atau dehidrasi
berat (juffrie,2010).
Untuk mengetahui keadaan dehidrasi dpat dilakukan penilaian sebagai berikut:
tanda-tanda yang juga dapat diperiksa: timbang berat badan,ubun-ubun besar,
urine,nadi dan pernafasan atau tekana darah.Sumber:depkes buku ajar diare dalam
(Nursalam, 2008).
5. Manifestasi Klinis
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial
dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam
akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai
penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora
komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan
dalam. (Kusmaul)
6. Komplikasi
Menurut Suharyono dalam (Nursalamm, 2008),komplikasi yang dapat terjadi
dari diare akut maupun kronis,Yaitu:
1. kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) Kondisi ini dapat mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (Asidosis metabolic), Karena:
a. kehilangan natrium bicarbonate bersama tinja.
b. walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pencernaan dalam waktu yang
terlalu lama.
c. makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik adanya
hiperperstaltik.
2. Gangguan sirkulasi Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, maka dapat
terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan natau syok hipovolemik. Akibat perfusi
jaringan berkurang dan terjadinya hipoksia, asidosis bertambah berta sehingga dapat
mengakibatkan perdarahan di dalam otak, kesadaran menurun, dan bila tidak segera
ditolong maka penderita meninggal.
3. Hiponatremia Anak dengan diare hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na< 130 mol/L). Hiponatremi
sering terjadi pada anakdengan Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan
oedema. Oralit aman dan efektif untuk terapi darin hamper semua anak dengan
hiponatremi. Bila tidak berhasi, koreksi Na dilakukan berasama dengan koreksi cairan
rehidrasi yaitu: memakai Ringer Laktat atau Normal (Juffrie, 2010).
Derajat dehidrasi Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat
dibagi berdasarkan:
- Kehilangan berat badan
- Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
- Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
- Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
7. Pemeriksaan Penunjang
A. Test Diagnostik
1. Pemeriksaan tinja
a.) Markoskopik dan mikroskopik
b.) Ph dan kadar gula tinja
c.) Biakan dan resistensi feces (color )
2. Analisa gas dada apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan asam
basa (pernafasan kusmaoul)
3. Pemeriksaan kadar ureum kreatif untuk mengetahui faal ginjal
4. Pemeriksaa elektrolitterutama kadar Na,K,Kalsium dan fosfat
B. Penanganan/penatalaksanaan
1. Pembenaan cairan Pembenaan cairan pada pasien diare dangan memperhatikan
darajat dehidrasinya dengan keadaan umum.
2. Diatetik Pembenaan makanan dan minum khusus pada klien dangan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan.Adapun hal yang perlu diperhatikan adalah:
a. Memberikan ASI
b. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori protein,vitamin,mineral dan
makanan yang bersih.
3. Obat-obatan a. Obat anti sekresi b. Obat anti sparmolitik c. Anti biotic
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1). Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang perlu
diperhatikan.
a). Jenis cairan
(1) Oral : Pedialyte atau oralit, Ricelyte
(2) Parenteral : NaCl, Isotonic, infuse
b). Jumlah cairan Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang dikeluarkan.
c). Jalan masuk atau cairan pemeberian
(1) Cairan per oral, pada pasien dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral
berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO3, KCL, dan glukosa.
(2) Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) selalu tersedia
di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai beberapa banyak cairan yang
diberikan tergantung dari berat ringan dehidrasi, yang diperhitungkan dengan
kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya. d). Jadwal pemberian
cairan Diberikan 2 jam pertama,selajutnya dilakukan penilaian kembali status
hidrasi untuk menghitung keburtuhan cairan.
(1) Identifikasi penyebab diare
(2) Terapi sistemik seperti pemberian obat anti diare, obat anti mortilitas dan sekresi
usus, antimetik.
2). Pengobatan dietetic Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun
dengan berat badan kurang dari 7 kg jenis makanan :
(a) Susus (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah adan asam
lemak tidak jenuh, misalnyta LLM. Almiron atau sejenis lainnya).
(b) Makan setengah padat (bubur) atau makan padat (nasi tim), bila anak tidak mau
minum susu karena dirumah tidak biasa.
(c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditermukan misalnya susus
yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak
jenuh (Ngastiyah, 2014).
b. Penatalaksanaan keperawatan
1). Bila dehidrasi masih ringan Berikan minum sebanyak-banyaknya, 1 gelas setiap kali
setelah pasien defekasi. Cairan mengandung elektrolit, seperti oralit. Bila tidak ada
oralit dapat diberikan larutan garam dan 1 gelas air matang yang agak dingin
dilarutkan dalam satu sendok teh gula pasir dan 1 jumput garam dapur. Jika anak terus
muntah tidak mau minum sama sekali perlu diberikan melalui sonde. Bila cairan per oral
tidak dapat dilakukan, dipasang infuse dengan cairan Ringer Laktat (RL) atau cairan lain
(atas persetujuan dokter). Yang penting diperhatikan adalah apakah tetesan berjalan lancar
terutama pada jam-jam pertama karena diperlukan untuk mengatasi dehidrasi.
2). Pada dehidrasi berat Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat.untuk mengetahui
kebutuhan sesuai dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan yang masuk tubuh dapat
dihitung dengan cara: (a) Jumlah tetesan per menit dikali 60, dibagi 15/20 (sesuai set
infuse yang dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol infuse waktu memantaunya.
(b) Perhatikan tanda vital : denyut nadi, pernapasan, suhu.
(c) Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih sering, encer atau sudah berubah
konsistensinya.
(d) Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk mencegah bibir dan selaput lendir
mulut kering.
(e) Jika dehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberikan makan lunak atau
secara realimentasi.
Penanganan diare lainya yaitu dengan rencana terapi A, B, dan C sebagai berikut: 1. Rencana
terapi A Penanganan diare rumah, dengan menjelaskan pada ibu tentang 4 aturan
perawatan di rumah :
a. Beri cairan tambahan
1). Jelaskan pada ibu, untuk
a). Beri ASI lebih sering danlebih lama pada setiap kali pemberian.
b). Jika anak memperoleh ASI Eksklusif, berikan oralit atau air matang sebagai
tambahan.
c). Jika anak tidak memperoleh ASI Eksklusif, berikan 1 atau lebih cairan
berikut ini : oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin). Atau air matang.Anak harus
diberi larutan oralit dirumah jika:
a). Anak telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C dalam kunjungan ini.
b). Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diareanya bertambah parah.
2). Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6 bungkus oralit (200
ml) untuk digunakan dirumah. Tunjukkan kepada ibu beberapa banyak oralit atau caian
lain yang harus diberikan setiap kali anak berak:
a). Sampai umur 1 tahun : 50 sampai 100 ml setiap kali berak.
b). Umur 1 sampai 5 tahun : 100sampai 200 ml setiap kali berak.
Katakan kepada ibu:
a). Agar meminum sedikit-sedikit tapi sering dari mangkuk / cairan / gelas.
b). Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi lebih lambat.
c). lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.
b. Beri tablet Zinc selam 10 hari.
c. lanjutkan pemberian makanan
d. kapan harus kembali konseling bagi ibu.
WOC
LAPORAN KASUS
Riwayat postnatal :
Tempat kelahiran di Bidan
Penolong persalinan Bidan
Cara persalinan normal
Masa gestasi 38 minggu
Keadaan bayi:
Berat lahir 2800
Panjang 49
LK 34 cm
Langsung menangis ya
Nilai APGAR 8
Kelainan bawaan tidak ada
ASI diberikan saat bayi umur 1 hari, PASI diberikan saat anak umur 5 bulan,
saat ini anak tetap minum asi didampingi PASI
Masalah Keperawatan:
Tidak Ada Masalah Keperawatan
Masalah Keperawatan:
4. Kesadaran :
K/U : Lemah
Apatis GCS 9 (E3M4V5)
5. TTV : Suhu : 38 oC
TD : -
RR : 30 X/menit
Nadi : 140 X/menit
Gelisah
3. Pola Eliminasi
Eliminasi Alvi
SMRS
DS: Ny. B mengatakan BAB sehari sekali berbentuk padat warna kecoklatan bau khas,
tidak ada lendir dan darah
MRS
DS: Ny. B mengatakan BAB 4kali sehari menggunakan diapers, feses cair ampas
berlendir (1 Kali =200cc) 4 kali = 800cc
Eliminasi Uri
SMRS
DS: Ny. B mengatakan BAK kurang lebih 5 kali sehari, warna kuning jernih, . .bau khas,
tidak ada darah
MRS
DS:ibu pasien mengatakan BAK kurang lebih 3kali sehari (1000cc dalam sehari)
DO: Output BAB 800 + BAK 1000 + IWL 225 = 2025 cc
Intake 1420 – Output 2025 = Balance -605cc
DO:
Pemeriksaan fisik
Abdomen Inspeksi:
Bentuk : Simetris
Umbilikus : tidak menonjol
Petekie :-
Spider nevi : -
Turgor : Menurun
Lain-lain :-
Masalah Keperawatan :
Diare
4. Pola Istirahat dan tidur
SMRS
DS:Ny. B mengatakan anak rutin tidur siang 2-3 jam/hari dan malam 8-9 jam dengan
keadaan tenang tanpa terbangun.
MRS
DS: Ny.B mengatakan anak sering terbangun rewel karena panas, tidur siang sering
terbangun , malam 4-6jam sering terbangun.
Kemampuan perawatan diri An.C berpakaian toileting dibantu oleh orang tua.
Masalah Keperawatan :
Tidak ada maslah keperawatan
5. Pola Aktifitas - Latihan
SMRS
DS:Ny. B mengatakan anak sangat aktif bermain dan berjalan
MRS
...............................................................DS: Ny. B mengatakan anak hanya tidur tidak beraktifitas
terhalang oleh selang infus
DO : klien terlihat lemah
Pemeriksaan fisik
Cardiovaskuler :
1. Conjungtiva : pink
2. Suara jantung S1, S2 : Normal (LUB, DUK)
3. Capitarry refilling time : ≤ 3 detik
4. Warna kuku : merah muda
5. Distribusi rambut: normal
Respirasi :
1.Hidung : bersih tidak ada peradangan
Kelenjar pada leher: tidak ada pembengkakan pada leher
2.Dada
- bentuk dada: bentuk dada simetris
Gerakan dada : simetris antara kiri dan kanan
Suara napas : vesikuler
3.clubbing finger : normal
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
b. Harga diri :
Keluarga mengatakan anak ramah jika bertemu dengan orang tidak kenal
c. Ideal diri :
Keluarga mengatakan anak cenderung menurut pada orang yang ia kenal
d. Peran diri : pasien masih tanggung jawab orang tua, meurpakan anak pertama
Genitalia Inspeksi:
Tidak terpasang kateter
Disirkumsisi
Tidak terdapat peradangan (herpes)
Terdapat kemerahan pada daerah anus
prostat Permukaan: halus
Konsistensi: elastic
Ukuran: normal
Sensitifitas terhadap tekanan: normal
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
Sumber pendukung
Orang tua dan keluarga lainnya
DO:
Anak terlihat ketakutan saat perawat menghampiri atau melakukan tindakan bahkan saat
berbicara bersama keluarganya Anak tampak menangis, menjerit, dan menendang Anak
tidak mau bertemu dengan perawat.
Masalah Keperawatan :
Ansietas
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
Biceps Triceps
\ \
Knee Achiles
\
Refleks Patologis
Fungsi cerebral : baik tidak ada gangguan
Fungsi motorik : An. C tidak mengalami kelemahan otak
Refleks Basep : An. C merasakan semua rangsangan yang diberikan
Masalah Keperawatan :
Masalah Keperawatan :
Ansietas
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan feses :
Warna : kuning
Konsistensi : cair
Lendir : ada
Parasit : tropozoit
(Nurul Holifah)
ANALISA DATA