MAKALAH KEL 3 Koperasi & UKM

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“PERMASALAHAN UKM “

OLEH

Kelompok 3

DOSEN PENGAMPU : Dr.Arwansyah,M.Si

NAMA MAHASISWA : Anjelina sonata Br Simarmata (7193341035)

Dinda Oktavia Ayuni (7191141007)

Dini lestari (7191141013)

Riska Ramadhana (7191141002)

MATA KULIAH : Ekonomi Koperasi & UKM

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas Karunia dan
Rahmat-Nya yang telah senantiasa dilimpahkannya kepada kita semua, sehingga kita semua
dalam keadaan sehat walafiat dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Penyusun juga panjatkan
kehadiran Tuhan YME, karena hanya dengan kuasa-Nya, Makalah yang berjudul
“Permasalahan Ukm” ini dapat terselesaikan dan dapat berjalan dengan lancar dan baik.

Makalah Mata kuliah Perencanaan pembangunan daerah ini mengangkat topik.


Permasalahan Ukm” Nasional dan daerah Makalah ini disusun sedemikian rupa dangan mencari
dan mengembangkan sejumlah informasi yang kami dapatkan baik melalui buku, media cetak,
elektronik maupun media lainnya. Kami berharap dengan informasi yang kami dapat, serta yang
kami sajikan ini dapat memberikan penjelasan yang cukup tentang Permasalahan Ukm”
Demikian yang bisa kami sampaikan kepada pembaca makalah ini, Jika ada kesalahan
baik dalam penulisan maupun kutipan, kami terlebih dahulu memohon maaf dan kami juga
berharap agar semua pihak dapat memakluminya. Semoga semua pihak dapat menikmati dan
mengambil esensi dari makalah ini. Terima kasih.

Medan, November 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 2

A. Sifat Permasalahan .................................................................................................. .2


B. Macam Permasalahan Yang dihadapi UKM………………………….…………...4
C. Bentuk kelembagaan Untuk Perumusan dan Implementasi kebijakan
UKM……………………..……………………………….………………………….8

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 13

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UKM selalu digambarkan sebagai sector


yang mempunyai peranan yang penting, karena sebagian besar jumlah penduduknya
berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sector tradisional
maupun modern. Peranan UKM tersebut menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap
perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola oleh dua departemen yaitu :
Departemen Perindustrian dan perdagangan serta Departemen Koperasi dan UKM.

Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis
usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan
Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat
yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha
kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

Kegiatan UKM sudah menjamur di kota maupun pedesaan. Namun demikian, usaha
pengembangan yang dilakukan masih belum memuaskan hasilnya, karena pada
kenyataanya kemajuan UKM sangat kecil di bandingkan kemajuan yang dicapai usaha
besar.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dikaji dalam makalah berjudul “Permasalahan UKM” ini
antara lain:

1. Apa Yang dimaksud Sifat Permasalahan?

2.Bagaimana Macam Permasalahan Yang dihadapi UKM?

3. Apa Bentuk kelembagaan Untuk Perumusan dan Implementasi kebijakan UKM?

1
C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari pembuatan makalah yang berjudul “Permasalahan UKM””
ini antara lain:

1. Untuk mengetahui Sifat Permasalahan

2.Untuk mengetahui Macam Permasalahan Yang dihadapi UKM

3.Untuk mengetahui Bentuk kelembagaan Untuk Perumusan dan Implementasi kebijakan UKM

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Sifat Permasalahan

Seperti halnya juga Negara – Negara lain. Perkembangan UKM di Indonesia tidak lepas
dari berbagai macam masalah. Tingkat intensitas dan sifat dari masalah – masalah tersebut
bisa berbeda tidak hanya menurut jenis produk atau pasar yang dilayani. Tetapi juga
berbeda antar wilayah / lokasi, antarsentra, antar sektor atau subsektor atau jenis
kegiatan, dan antarunit usaha dalam kegiatan / sektor yang sama. Namun demikian, ada
beberapa masalah yang umum dihadapi oleh pengusaha kecil dan menengah seperti
keterbatasan modal kerja dan / atau modal investasi, kesulitan mendapatkan bahan baku
dengan kualitas yang baik dan harga yang terjangkau, keterbatasan teknologi, SDM dengan
kualitas yang baik (terutama manajemen dan teknisi produksi), informasi khususnya
mengenai pasar, dan kesulitan dalam pemasaran (termasuk manajemen dan teknisi
distribusi). Dengan perkataan lain, masalah – masalah yang dihadapi banyak pengusaha
kecil dan menengah bersifat mulidismensi. Selain itu, secara alami ada beberapa
permasalahan yang bersifat lebih intern (sumbernya di dalam perusahaan), sedangkan
lainnya lebih bersifat eksternal (sumbernya di luar perusahaan, atau di luar pengaruh
perusahaan), sedangkan lainnya lebih bersifat eksternal (sumbernya di luar perusahaan,
atau di luar pengaruh perusahaan). Dua masalah eksternal yang oleh banyak pengusaha
kecil dan menengah dianggap paling serius adalah keterbatasan akses ke bank dan distorsi
pasar (output maupun input) yang disebabkan oleh kebijaksanaan – kebijaksanaan atau
peraturan – peraturan pemerintah yang tidak kondusif, yang disengaja maupun tidak
disengaja lebih menguntungkan pengusaha besar, termasuk investor asing (PMA).

Masalah – masalah tersebut di atas semakin terasa bagi pengusaha – pengusaha yang
melayani pasar terbuka atau ekspor, lain halnya dengan pengusaha – pengusaha yang
hanya melayani pasar lokal di daerah yang relatif terisolasi. Oleh karena itu, di pasar
terbuka mereka berhadapan dengan produk – produk serupa dari pengusaha – pengusaha

3
besar yang lebih unggul dalam banyak hal, majupun persaingan dari barang – barang
impor. Bahkan di pasar ekspor, pengusaha – pengusaha kecil maupun menengah Indonesia
harus berhadapan dengan mitra mereka juga dari skala usaha yang sama dan lebih maju
dari Negara – Negara lain. Dalam kondisi pasar seperti ini, faktor – faktor seperti
penguasaan teknologi dan informasi, modal yang cukup, termasuk untuk melakukan
inovasi dalam produk dan proses produksi, pembaharuan mesin dan alat – alat produksi
dan untuk melakukan kegiatan promosi yang luas dan agresif, pekerja dnegan
keterampilan yang tinggi, dan manajer dengan etrepreneurship dan tingkat keterampilan
yang tinggi dalam business management serta memiliki wawasan yang luas menjadi faktor
– faktor yang sangat penting, untuk paling tidak mempertahankan tingkat daya saing
global.

B. Macam Permasalahan Yang dihadapi UKM


1. Kesulitan Pemasaran
Dalam literatur, pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis
bagi perkembangan UKM. Hasil dari suatu studi lintas Negara yang dilakukan oleh James
dan Akrasanee (1998) di sejumlah Negara ASEAN menunjukkan bahwa pemasaran adalah
termasuk growth constraint yang dihadapi oleh banyak pengusaha kecil dan menengah
(masalah ini dijumpai tidak terlalu serius di Singapura). Studi ini menyimpulkan bahwa
jika UKM tidak melakukan perbaikan yang cukup di semua aspek – aspek yang terkait
dengan pemasaran seperti kualitas produk dan kegiatan promosi maka sulit sekali bagi
UKM untuk dapat turut berpartisipasi dalam era promosi maka sulit sekali bagi UKM untuk
dapat turut berpartisipasi dalam era perdagangan bebas.
Hasil studi mereka itu menunjukkan bahwa salah satu aspek yang terkait dengan
masalah pemasaran yang umum dihadapi oleh UKM adalah tekanan – tekanan persaingan,
baik di pasar domestik dari produk – produk serupa buatan UB dan impor, maupun di
pasar ekspor. Saat ini, di Negara – Negara Asia yang terkena krisis keuangan seperti
Indonesia, Filipina, dan Korea Selatan, masalah pemasaran bisa menjadi lebih serius,
karena sebagai salah satu efek dari krisis tersebut akses ke kredit bank menjadi sulit (kalau
tidak dapat dikatakan tertutup sama sekali), ditambah lagi dengan mahalnya bahan baku
yang pada umumnya diimpor, dan permintaan pasar dalam negeri yang menurun karena

4
merosotnya tingkat pendapatan riil masyarakat per kapita. Akibatnya dapat di duga bahwa
banyak UKM tidak memiliki sumber daya produksi yang cukup untuk paling tidak
mempertahankan volume produksi dan memperbaiki kualitas dari produk – produk
mereka, dan ini berarti mereka semakin sulit untuk meningkatkan atau bahkan
mempertahankan tingkat daya saing mereka di pasar domestis maupun pasar
internasional.
2. Keterbatasan Finansial
UKM, khususnya UK di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek
finansial : mobilisasi modal awal (star – up capital) dan akses ke modal kerja dan finansial
jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan output jangka
panjang. Walau pada umumnya modal awal bersumber dari modal (tabungan) sendiri atau
sumber – sumber informal, namun sumber – sumber permodalan ini sering tidak cukup
untuk kegiatan produksi, apa lagi untuk investasi (perluasan kapasitas produksi atau
menggantikan mesin – mesin tua). Sementara, mengharapkan sisa dari kebutuhan finansial
sepenuhnya dibiayai oleh dana dari perbankan jauh dari realitas. Oleh sebab itu, tidak
mengherankan jika hingga saat ini walaupun begitu banyak skim – skim kredit dari
perbankan dan dari bantuan BUMN, sumber – sumber pendanaan dari sector informal
masih tetap dominan dalam pembiayaan kegiatan UKM, terutama usaha mikro / rumah
tangga. Hal ini disebabkan oleh pengusaha yang tinggal di daerah yang relatif terisolasi,
persyaratan terlalu berat, urusan administrasi terlalu bertele – tele dan kurang informasi
mengenai skim – skim perkreditan yang ada dan prosedurnya (Tambunan, 1994 dan
2000).
Dalam hal jenis kepemilikan modal, baik di kelompok IK maupun IRT jumlah
pengusaha yang membiayai usahanya sepenuhnya dengan uang sendiri atau dengan modal
sendiri dan pinjaman, lebih banyak daripada jumlah pengusaha yang menggunakan 100
persen modal dari pihak lain. Walaupun komposisinya bervariasi menurut golongan besar
industri, baik di IK maupun di IRT sebagian besar dari jumlah pengusaha dengan 100
persen modal sendiri terdapat di industri makanan, minuman dan tembakau, industri
kulilt, tekstil dan produk – produknya, dan industri kayu, bambu dan rotan serta produk –
produknya.

5
3. Keterbatasan SDM
Keterbatasan SDM juga merupakan salah satu kendala serius bagi banyak UKM di
Indonesia, terutama dalam aspek – aspek entrepreneurship, manajemen, teknik produksi,
pengembangan produksi, engineering design, quality control, organisasi bisnis, akuntansi,
data processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Sedangkan semua keahlian ini
sangat dibutuhkan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas produk,
meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar dan
menembus pasar baru.
Sering dikatakan bahwa untuk menanggulangi masalah SDM ini, memberikan
pelatihan langsung kepada pengusaha sangat penting dan ini khususnya usaha mikro, tidak
sanggung menanggung sendiri biaya pelatihan, oleh karena itu, peran pemerintah sangat
penting dalam menyelenggarakan program – program pendidikan / pelatihan bagi
pengusaha maupun tenaga kerja di UKM. Memang selama ini sudah banyak pelatihan dan
penyuluhan yang dari Menegkop dan PKM, depperdag, dan Depnaker. Hanya saja
efektivitasnya masih diragukan. Karena banyak pengusaha yang pernah menguikuti
pelatihan – pelatihan dari pemerintah mengeluh bahwa pelatihan – pelatihan sering terlalu
teoritis, waktunya terlalu singkat, tidak ada tindak lanjut (misalnya beberapa saat setelah
pelatihan selesai, pihak pemberi pelatihan mengunjungi kembali pengusaha untuk melihat
sejauh mana pelatihan tersebut diterapkan dalam kegiatan usahanya) dan sering kali tidak
cocok dengan kebutuhan mereka sebenarnya.
Keterbatasan SDM merupakan salah satu ancaman serius bagi UKM Indonesia untuk
dapat bersaing baik di pasar domestik maupun pasar internasional di dalam era
perdagangan bebas anti, bahkan di masa itu SDM bersama – sama dengan teknologi akan
menjadi jauh lebih penting dibandingkan modal sebagai faktor penentu utama kemampuan
UKM untuk meningkatkan daya saing globalnya.

4. Masalah Bahan Baku


Keterbatasan bahan baku (dan input – input lainnya) juga sering menjadi salah satu
kendala serius lagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi banyak UKM di
Indonesia. Terutama selama masa krisis, banyak sentra – sentra IKM di sejumlah subsektor
industri manufaktur seperti sepatu dan produk – produk tekstil yang mengalami kesulitan

6
mendapatkan bahan baku atau input lainnya, atau karena harganya dalam rupiah menjadi
sangat mahal akibat depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Tidak sedikit dari
mereka terpaksa menghentikan usaha dan berpindah profesi ke kegiatan – kegiatan
ekonomi lainnya, misalnya menjadi pedagang. Beberapa contoh kasus, misalnya tahun
1998 sekitar 200 pengusaha tempe di Banjarnegara dekat perbatasan Jawa Barat dan Jawa
Tengah terpaksa menghentikan kegiatan produksi mereka karena harga kedelai yang
diimpor ternyata menjadi sangat mahal. Banyak pengusaha rokok kretek di Jawa Tengah
juga terpaksa menghentikan produksi mereka karena naiknya harga bahan baku. Demikian
juga, banyak pengusaha batik tradisional di Pekalongan (Jawa Tengah), dan ratusan
pengusaha kecil sepatu di sejumlah sentra – sentra di Jakarta (PIK), Cibaduyut (Bandung),
dan Medan terpaksa gulung tikar dan berubah profesi menjadi pedagang kecil atau kerja di
sektor transportasi atau menjadi buruh bangunan.

5. Keterbatasan Teknologi
Berbeda dengan Negara – Negara maju, UKM di Indonesia umumnya masih
menggunakan teknologi lama / tradisional dalam bentuk mesin – mesin tua atau alat – alat
produksi yang sifatnya manual. Keterbelakangan teknologi ini tidak hanya membuat
rendahnya total faktor productivity dan efisiensi di dalam proses produksi, tetapi juga
rendahnya kualitas produk yang dibuat. Keterbatasan teknologi khususnya usaha – usaha
rumah tangga (mikro), disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya keterbatasan modal
investasi untuk membeli mesin – mesin baru atau untuk menyempurnakan proses
produksi, keterbatasan informasi mengenai perkembangan teknologi atau mesin – mesin
dan alat – alat produksi baru, dan keterbatasan SDM yang dapat mengoperasikan mesin –
mesin baru atau melakukan inovasi – inovasi dalam produk maupun proses produksi.
Rendahnya pemilikan / pengusaha teknologi modern juga merupakan suatu dalam era
pasar bebas nanti. Padahal, di era tersebut, berbeda dengan 20 atau 30 tahun lalu, faktor
teknologi bersama – sama dengan faktor SDM akan menjadi komparatif yang dimiliki
Indonesia atau UKM pada khususnya selama ini, yaitu ketersediaan berbagai ragam bahan
baku dalam jumlah yang berlimpah dan upah tenaga kerja yang murah akan semakin tidak
penting di masa mendatang, diganti oleh dua faktor keunggulan kompetitif tersebut
(teknologi dan SDM).

7
C. Bentuk kelembagaan Untuk Perumusan dan Implementasi kebijakan UKM
1. Arah Kebijaksanaan UKM

Pada masa lampau, selama tahun 1970–an hingga pertengahan dekade 1980–an, perhatian
pemerintah Indonesia ditujukan hanya kepada perkembangan UK (termasuk usaha mikro), tidak
ada perhatian secara eksplisit diberikan kepada perkembangan UM. Pada waktu itu,
kebijaksanaan UK dianggap sebagai satu bagian penting dari kebijaksanaan – kebijaksanaan
yang menyangkut penciptaan kesempatan kerja dan pendapatan, penanggulangan kemiskman
dan pembangunan ekonomi pedesaan. Akan tetapi, akhir – akhir ini, khususnya dalam
menghadapi era perdagangan bebas yang mengharuskan adanya upaya – upaya peningkatan daya
saing dan perekonomian nasional dan pemerintah menyadari bahwa di Indonesia jumlah UB
tidak banyak. Sedangkan jumlah UK sangat besar tetapi tidak ada UM dalam yang besar dan
kuat yang secara potensial dapat berfungsi sebagai penghubung antara UK dan UB (misalnya
lewat subcontracting), pemerintah muiai punya kebijaksanaan UKM. Pernah sekali, seorang
mantan Menteri Koperasi mengalakan sebagai berikut: "Kita harus punya suatu kebijaksanaan
UKM yang bagus untuk memberdayakan UKM di dalam negeri yang secara potensial dapat
memberi suatu kontribusi yang besar terhadap pembangunan dan pertumbuhan eskpor kita. Di
antara UK, perhatian kita harus difokuskan kepada unit – unit usaha yang modern, sedangkan
usaha – usaha mikro menjadi tanggung jawab dari Departemen Sosial yang dikaitkan dengan
kebijaksanaan pengurangan kemiskman di tanah air". Menurut mantan Menteri tersebut, tujuan
utama dan kebijaksanaan UKM adalah untuk menciptakan suatu lingkungan usaha yang kondusif
untuk pembangunan dan peningkatan daya saing UKM dengan cara menghilangkan semua
distorsi – distorsi pasar melalui deregulasi – deregulasi dan pengurangan beban – beban
birokrasi.

Arab kebijaksanaan pengembangan UKM di Indonesia dinyatakan secara eksplisit di dalam


Garis – garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1999 – 2004. Pedoman kebijaksanaan negara
ini menggaris bawahi 28 butir mengenai arah kebijaksanaan pembangunan ekonomi nasional
untuk periode tahun 1999 – 2004. Kerangka kerja kebijaksanaan terdiri dari tiga kebijaksanaan
utama (Menegkop & UKM, 2000), yaitu:

(1) Sistem ekonomi kerakyatan yang didasarkan pada mekanisme pasar dengan suatu persaingan
yang adil dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi, keadilan, prioritas pada sosial), kualitas
hidup, lingkkungan dan pembangunan berkelanjutan. Sistem ini menjamin kesempatan –
kesempatan bisnis dan kesempatan kerja yang sama, perlindungan konsumen dan perlakuan yang
adil terhadap masyarakat. Di bawah kerangka kerja kebijaksanaan ini, memberdayakan KUKM
rneniadi prioritas utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Usaha – usaha mengembangkan
sistem ekonomi kerakyatan dapat ditunjukkan dengan : (a) adanya suatu sistern persaingan yang
adil yang menjamin kesempatan bisnis dan kerja yang sama, (b) peranan pemerintah yang efektif
dalam menyempurnakan sistem pasar termasuk pengurangan pajak, (c) kebijaksanaan ekonomi
yang menciptakan kesempatan berusaha bagi KUKM, (d) suatu pertumbuhan kemitraan usaha

8
antar pengusaha UKM, dan (e) meningkatkan penerimaan positif dari masyarakat dalam bisnis
dan peningkatan dalam penerimaan dari masyarakat.

(2) Penciptaan iklim bisnis yang kondusif untuk memberdayakan KUKM


sehingga menjadi efisien, produktif dan kompetitif. Kebijaksanaan ini
bertujuan untuk menciptakan suatu mekanisme yang adil di mana KUKM bias mendapat
keuntungan secara proporsional dan dapat bersaing secara adil dengan pemain – pemain bisnis
lainnya. Pada dasarnya kebijaksanaan ini sejalan dengan kebijaksanaan – kebijaksanaan lainnya
dari ekonomi makro, sekoral, dan pembangunan daerah, local yang secara bersama – sama
memberikan dukungan komplementer untuk meningkatkan bisnis KUKM.

(3) Kebijaksanaan peningkatan kapasitas KUKM yang bertujuan untuk membuat KUKM
mampu bersaing di pasar bebas dengan pelaku – pelaku bisnis lainnya. Pada dasarnya,
kebijaksanaan ini bertujuan untuk menghilangkan segala kendala yang dihadapi KUKM, seperti
keterbatasan modal pasar dan input – input untuk berproduksi, kekurangan dalam kapabilitas
manajemen, kekurangan pekerja dengan keahlian – keahlian teknis, bisnis, teknologi, dan
keterbatasan akses ke informasi dan mitra usaha. GBHN tahun 1999 menekankan bahwa
dukungan dari pemerintah terhadap penguatan KUKM harus dilaksanakan secara selektif dalam
bentuk perlindungan terhadap persaingan yang tidak adil, peagembaagan DM lewat pendidikan
dan pelatihan, diseminasi informasi mengenai bisnis dan teknologi, penyediaan finansial, lokasi
usaha dan kemitraan usaha dengan BUMN dan perusahaan – perusahaan besar swasta,
penyediaan fasilitas – fasilitas untuk agribisnis, IK dan IRT (handicrafts), penyempurnaan dan
pembangunan kapasitas dari lembaga – lembaga lokal dan utilisasi SDA.

Namun demikian, dalam realitas, kebijaksanaan UKM (terutama UK masih lebih berorientasi
kepada sosial daripada pasar atau persaingan. Kebijaksanaan UKM belum sepenuhnya
terintegrasi dalam kebijaksanaan ekonomi umum / makro di Indonesia. Konsekuensinya,
kebijaksanaan UKM di Indonesia tidak (belum) berfungsi sebagai elemen – elemen komplemen
dan sektoral dari kebijaksanaan ekonomi seperti yang diharapkan. Oleh sebab itu, tidak
mengherankan apabila sampai saat ini masih saja terjadi tumpang tindih antara kerja,
pembangunan ekonomi dan masyarakat pedesaan, pemberdayaan perempuan dan pengurangan
kemiskinan. Bahkan, di dalam Strategi Industri Nasional yang dirumuskan oleh Depperindag
semasa pemerintahan Presiden Gus Dur, pentingnya dan peranan dari IKM dalam pembangunan
atau usaha – usaha penyempurnaan daya saing dari industri nasional tidak dinyatakan secara
eksplisit, tidak ada peranan spesifik yang diberikan kepada IKM, misalnya sebagai industri –
industri pendukung yang memproduksi komponen – komponen, spare parts, mesin – mesin atau
input – input lainnya untuk IB.

9
Walaupun dalam GHBN 1999, dinyatakan bahwa sistem ekonomi kerakyatan didasarkan pada
“mekanisme pasar dengan suatu persaingan yang adil dan memperhatikan pertumbuhan
ekonomi”, sistem ini masih lebih terfokus pada isu – isu seperti untuk “menjamin kesempatan
bisnis dan kerja yang sama, perlindungan konsumen, dan suatu perlakuan yang adil terhadap
masyarakat". Tidak dikatakan secara eksplisit di dalam GBHN tersebut misalnya seperti ini :
"dalam menghadapi era perdagangan bebas dan globalisasi, ekonomi nasional harus
diberdayakan atau daya saing dari ekonomi Indonesia harus ditingkatkan, dan untuk mencapai
tujuan tersebut, UKM di dalam negeri harus diberdayakan atau dimodernisasikan dan
produktivitas, efisiensi dan daya saingnya harus ditingkatkan". Oleh karena itu, penekanan
utamanya harus pada pertanyaan bagaimana menyiapkan UKM di Indonesia dalam menghadapi
era perdagangan bebas, dan sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi, bukan hanya sebagai
sumber utama kesempatan berusaha bagi masyarakat.

2. Struktur Pemerintahan
a. Pada tingkat nasional

Di bawah Konstitusi 1945, Indonesia dipimpin oieh seorang presiden yang dipilih sekali lima
tahun oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), yang termasuk parlemen
dan otoritas tertinggi negara. Presiden dapat menunjuk anggota – anggota MPR dan
membentuk kabinet dan sejumlah menteri yang terdiri dan beberapa menteri Negara (non
departemen) dan menteri – menteri yang mengepalai departemen – departemen. Pelaksana
pemerintah adalah Presiden dan kabinetnya sedangkan kekuasaan legislatif di Indonesia adalah
di tangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Berdasarkan undang – undang yang berlaku, fungsi – fungsi utama dari MPR adalah memilih
presides dan wakilnya, dan menetapkan konstitusi dan garis – garis besar dari kebijaksanaan
pemerintah dan negara. Sedangkan fungsi – fungsi utama dari badan legislatif (DPR) adalah
membuat, merubah, menyempurnakan atau menyetujui usulan peraturan – peraturan atau undang
– undang, termasuk UU APBN berdasarkan usulan RAPBN dari Menteri Keuangan yang
berkoordinasi dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) lewat Presiden
dan membantu pelaksanaan dari undang – undang dan realisasi dari APBN dam kebijaksanaan
pemerintah (lihat gambar .1) untuk memperlancar tugas – tugas tersebut, DPR membentuk 9
komisi adalah termasuk persiapaan, diskusi, dan penyempurnaan dari undang – undang yang
diusulkan dalam bidangnya masing – masing, diskusi dan penyempumaan rencana APBN
(RAPBN) yang diusulkan oleh pemerintah (kabinet), dan melakukan monitor dan evaluasi.
Komisi – komisi ini secara rutin melakukan dengar pendapat / dialog dengan departemen –
departemen maupun organisasi – organisasi non pemerintah seperti Kamar Dagang dan Industri
(KADIN), asosiasi – asosiasi bisnis dan lain – Iain mengenai berbagai macam isu – isu aktual.

Kesembilan komisi – komisi tersebut, masing – masing dengan bidang / sektornya adalah
sebagai berikut :

10
Komisi 1 : Pertahanan dan keamanan, hubungan luar negeri dan informasi

Komisi 2 : Hukum, hak asasi manusia (HAM), dan masalah – masalah dalam negeri.

Komisi 3 : Pertanian, kehutanan, dan kelautan (termasuk perikanan)

Komisi 4 : Transportasi, pemukiman dan infrastruktur daerah

Komisi 5 : Industri, perdagangan, koperasi, turisme

Komisi 6 : Agama dan pendidikan

Komisi 7 : Kesehatan dan kesejahteraan sosial

Komisi 8 : Energi, sumber daya mineral, penelitian dan teknologi, dan lingkungan

Komisi 9 : Keuangan, perbankan, perencanaan pembangunan

Dalam hal eksekutif, struktur pemerintah secara garis besar dapat dibagi ke dalam tiga elemen
utama : pembuatan kebijaksanaan dan koordinasi, manajemen dan pelaksanaan fungsi – fungsi
oleh departemen – departemen perwakilan – perwakilan kunci yang bertanggung jawab untuk
setiap elemen adalah sebagai berikut :

a. Pembuat kebijaksanaan dan koordinasi

Kabinet terdiri dari sejumlah menteri yang memiliki kontrol secara keseluruhan dari pemerintah,
memimpin dan mengkoordinasi departemen – departemen dan badan – badan dan menentukan
kebijaksanaan – kebijaksaan pemerintah.

b.Manajemen

Menten keuangan adalah manajemen kunci dari pemerintah dan bertanggung jawab atas
perumusan strategi ekonomi, kebijaksanaan fiskal (pendapatan pemerintah), anggaran nasionanl
(APBN), manajemen BUMN. dan pengembangan lembaga – lembaga keuangan. Seperti di
Negara – Negara lain. Kekuasaan atas sumber daya finansial yang dimiliki oleh Menteri
Keuangan membuatnya sebagai menteri yang paling berkuasa di Indonesia. Pada tahun 1997,
bank sentral dari Indonesia (Bank Indonesia, BI) dibuat independen dari pemerintah, jadi posisi
BI adalah di luar kabinet. BI mempunyai tanggung jawab terhadap kebijaksanaan moneter,
termasuk kebijaksanaan nilai tukar rupiah, dan pencapaian target – target inflasi yang ditetapkan
oleh BI sendiri.

c. Departemen – departemen

11
Departemen – departemen pemerintah (umum disebut departemen teknis) secara tradisional
adalah motor utama untuk membuat menjalankan dan mengefektifkan kebijaksanaan pemerintah
dan dibiayai oleh Menteri Keuangan, atas persetujuan oleh Parlemen (DPR). Departemen –
departemen biasanya punya satu hierarki pimpinan, dan dikepalai oleh seorang menteri yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

d. Menteri – menteri Negara

Kementrian – kementrian non departemen yang dikenal dengan sebutan Menteri Negara tidak
mengepalai suatu departemen. Mereka adalah asisten – asisten dari Presiden yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada presiden. Tugas utama mereka adalah untuk membantu
Presiden dalam merumuskan kebijaksanaan – kebijaksanaan di bidang – bidang tertentu kegiatan
– kegiatan pemerintahan negara.

e. Badan badan pelaksana

Seperti di banyak Negara – Negara lain, badan – badan pelaksana dibentuk untuk mematahkan
struktur pemerintah yang kaku, yang susah digunakan, ke dalam unit – unit yang berdiri bebas
dan lebih fleksibel, dan untuk memisahkan pemberian layanan dan implementasi fungsi – fungsi
dari departemen – departemen dan tanggung jawab – tanggung jawab utama dari pembuatan
kebijaksanaan dan strategi. Badan – badan tersebut adalah seperti BAPPENAS, BPS (Biro Pusat
Statistik), BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal), dan LAN (Lembaga Administrasi
Negara).

b. Pada Tingkat Regional

Indonesia dibagi dalam lebih dari 30 propinsi, dan setiap propinsi dikelola oleh seorang
Gubernur dan suatu badan pembuat undang – undang di tingkat regional, yaitu Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), yang mana anggota – anggotanya dipilih melalui pemilihan
umum, yang memilih gubernur atas persetujuan presiden. Di antara propinsi – propinsi, ada lebih
dan 200 kabupaten dan lebih dari 55 kotamadya atau kota, dikepalai masing – masing oleh
Bupati. Dan walikota. Pada tingkat lebih rendah, ada banyak kecamatan dan desa. Setiap
pemerintah – pemerintah propinsi, kabupaten dan kota mengatur dan mengelola urusan – urusan
keperintahan mereka sesuai prinsip – prinsip dari otonomi. Gubernur, Bupati, dan Walikota
dipilih secara demokrasi.

Dalam hal legislatif, berdasarkan UU No. 22/1999, Bupati / Walikota ditentukan oleh DPRD
Kabupaten / kota dan harus disetujui oleh Presiden, Bupati / Walikota bertanggung jawab kepada
DPRD : Setiap macam kebijaksanaan daerah yang dikeluarkan oleh Bupati / walikota harus
disetujui oleh DPRD. Oleh karena itu, peranan DPRD adalah untuk mengawasi pelaksanaan dari
undang – undang / peraturan – peraturan daerah yang disetujuinya.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Usaha Mikro Kecil dan Menegah disingkat UMKM adalah sebuah sebuah istilah yang mengacu
kejenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000 tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha, dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut keputusan presiden RI
N0. 99 tahun 1998 pengertian UMKM adalah : “ kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil
dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecila dan dan perlu
dilindungu untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat”.
Dalam perekonomian Indonesia usaha mikro kecil dan menengah merupakan kelompok usaha
yang paling banyak jumlahnya. Usaha mikro kecil dan menengah ini tergolong kepada sector rill
dalam perekonomian , dimana sector inilah yang memiliki daya tahan yang tinggi terhadap krisis
global. UMKM dapat membantu mempeercepat laju pertumbuhan ekonomi suatu Negara karena
sector ini akan banyak menyarap tanaga kerja. Hal ini selaras dengan apa yang diungkapkan oleh
Joseph Alois Schumpeter seorang ahli ekonomi Amerika bahwa, pertumbuhan ekonomi suatu
Negara sanggat dipengaruhi oleh kewirausahaan ( entrepreneurship ), dimana UMKM termasuk
didalamnya.
.

13
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Sudrajad, MM.,Modul 5 : Pembinaan dan Pengembangan UKM, Universitas Mercubuana


di http://kk.mercubuana.ac.id diakses tanggal 18 desember 2012 pukul 12:30 WIB

Drs. Sudrajad, MM.,Modul 6 : Pembinaan Kewirausahaan, Universitas Mercubuana


di http://kk.mercubuana.ac.id diakses tanggal 18 desember 2012 pukul 12:30 WIB.

14

Anda mungkin juga menyukai