MAKALAH PEREKONOMIAN INDONESIa

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

MENGEMBANGKAN EKONOMI KERAKYATAN

DENGAN AKSELERASI SEKTOR RIIL DAN UMKM

Disusun Oleh :

Nama : Ninik Noviana Ambarsari

Npm : 2018020097

Kelas : Manajemen A2 / smstr 6

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM BATIK
SURAKARTA

1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................3
1. Latar Belakang...........................................................................................................................3
2. Rumusan Masalah......................................................................................................................4
3. Tujuan Penelitian.......................................................................................................................4
4. Manfaat Penelitian.....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................6
1. Definisi UMKM........................................................................................................................6
2. UMKM Perlu dikembangkan.....................................................................................................7
3. Profil dan sebaran UMKM........................................................................................................7
4. Masalah Dasar UMKM..............................................................................................................8
5. Tujuh Tantangan UMKM Ditengah Krisis Global.....................................................................8
6. Paket kebijakan XVI..................................................................................................................9
7. Beberapa tips yang dapat pelaku UMKM ikuti ketika akan menentukan akses permodalan
mana yang dipilih yaitu:..................................................................................................................10
BAB III PENUTUP....................................................................................................................12
1. KESIMPULAN.......................................................................................................................12
2. SARAN...................................................................................................................................12

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Landasan sistem ekonomi negara diatur dalam Pasal 33 dan Pasal 34 Undang-
Undang Dasar Negara 1945, mengatur tanggungjawab yang dibebankan kepada
negara dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat. Selain ditujukan kepada
negara, tanggungjawab juga dibebankan kepada golongan yang mampu berusaha,
dan karena itu dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara 1945 memuat semangat
kebersamaan (kekeluargaan), sumber-sumber kemakmuran dan kesejahteraan sosial,
pelaku usaha, bangunan dan wadah/bentuk usaha, cara penggunaan/proses berusaha,
serta tujuan akhir kegiatan usaha yaitu untuk mencapai kemakmuran dan
kesejahteraan bersama

Dalam proses pembangunan ekonomi nasional, sampai saat ini struktur ekonomi
Indonesia disangga oleh para pelaku usaha yang tergabung dalam kelompok usaha
mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan kelompok usaha besar. Sumbangan dari
kelompok ini sangat berarti dalam perekonomian nasional. Usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM) merupakan salah satu pilar utama perekonomian nasional yang
berwawasan kemandirian memiliki potensi besar untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, tanpa mengabaikan peran usaha besar, koperasi,
maupun BUMN.

Perkembangan UMKM memiliki potensi besar dalam meningkatkan taraf hidup


rakyat banyak. Hal mana ditunjukkan oleh keberadaan UMKM yang telah
mencerminkan wujud nyata kehidupan sosial dan ekonomi bagian terbesar dari rakyat
Indonesia. Peran UMKM yang besar ditunjukkan oleh kontribusinya terhadap
produksi nasional, jumlah unit usaha dan pengusaha, serta penyerapan tenaga kerja.

Ditengah perkembangan ekonomi yang ada, UMKM sebagai pilar ekonomi


nasional dari segi kuantitas belum diimbangi dengan peningkatan kualitas yang
memadai. Masalah yang dihadapi adalah rendahnya produktivitas dan daya saing,
sehingga menimbulkan kesenjangan besar antara UMKM dengan usaha berskala
besar. Peningkatan produktivitas sangat dibutuhkan guna mendorong peningkatan

3
daya saing UMKM untuk bisa berkompetensi, baik dalam kancah perekonomian
domestik maupun global.

Prolem krusial yang dihadapi UMKM adalah terbatasnya akses UMKM kepada
sumber daya produktif, terutama terhadap permodalan, teknologi, informasi dan pasar.
Terbatasnya akses UMKM terhadap modal menyebabkan sulit untuk meningkatkan
kapasitas usaha dan mengembangkan produk-produk yang berdaya saing.

Problem akses modal UMKM sumber penyebabnya justru karena keterbatasan


UMKM itu sendiri baik dari segi pemasaran, penguasaan teknologi dan informasi,
serta buruknya manajemen usaha.

2. Rumusan Masalah
Pada latar belakang yang telah di sampaikan dapat dirumuskan permasalahannya
sebagai berikut :
a) Apa tujuan sumber-sumber kemakmuran dan kesejahteraan sosial, pelaku usaha,
bangunan dan wadah/bentuk usaha, cara penggunaan/proses berusaha, serta tujuan
akhir kegiatan usaha ?
b) Dalam proses pembangunan ekonomi nasional, sampai saat ini struktur ekonomi
Indonesia disangga oleh ?
c) Apa yang dimaksud Prolem krusial yang dihadapi UMKM ?
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan penelitian seperti yang di ungkapkan sebelumnya,
penelitian ini bertujuan untuk :
a) Sumber-sumber kemakmuran dan kesejahteraan sosial, pelaku usaha, bangunan
dan wadah/bentuk usaha, cara penggunaan/proses berusaha, serta tujuan akhir
kegiatan usaha yaitu untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bersama.
b) Dalam proses pembangunan ekonomi nasional, sampai saat ini struktur ekonomi
Indonesia disangga oleh para pelaku usaha yang tergabung dalam kelompok
usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan kelompok usaha besar.
c) Prolem krusial yang dihadapi UMKM adalah terbatasnya akses UMKM kepada
sumber daya produktif, terutama terhadap permodalan, teknologi, informasi dan
pasar.

4
4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dihadapkan dipenelitian ini adalah :
Penelitian dalam rangka penulisan disertasi ini mempunyai manfaat teoritis
maupun manfaat praktis. Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk
pengembangan keilmuan, khususnya pengembangan dalam kaitannya dengan hak
UMKM.

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi UMKM
Pengertian UMKM pada umumnya adalah usaha yang produktif yang
dijalankan oleh individu atau suatu badan usaha dan memenuhi sebagai usaha mikro.
Secara Defenisi juga, mungkin ada banyak yang bingung perbedaan UMKM dan
Startup, namun tidak perlu bingung karena Secara defenisi di Undang- Undang yang
ada di Indonesia, pada dasarnya landasan hukum dari Startup merupakan bagian dari
UMKM Indonesia yang dikategorikan berdasarkan banyak / jumlah pendapatan yang
didapatkan.
Beberapa ahli pernah menjelaskan tentang definisi UMKM, diantaranya adalah:
a. Rudjito
Menurut Rudjito, pengertian UMKM adalah usaha yang punya peranan
penting dalam perekonomian negara Indonesia, baik dari sisi lapangan kerja yang
tercipta maupun dari sisi jumlah usahanya
b. Ina Primiana
Menurut Ina Primiana, pengertian UMKM adalah pengembangan empat
kegiatan ekonomi utama yang menjadi motor penggerak pembangunan Indonesia,
yaitu;
 Industri manufaktur
 Agribisnis
 Bisnis kelautan
 Sumber daya manusia
Selain itu, Ina Primiana juga mengatakan bahwa UMKM dapat diartikan
sebagai pengembangan kawasan andalan untuk mempercepat pemulihan
perekonomian untuk mewadahi program prioritas dan pengembangan berbagai
sektor dan potensi. Sedangkan usaha kecil merupakan peningkatan berbagai
upaya pemberdayaan masyarakat.
c. M. Kwartono
Menurut M. Kwartono, pengertian UMKM adalah kegiatan ekonomi rakyat
yang punya kekayaan bersih maksimal Rp 200.000.000,- dimana tana dan
bangunan tempat usaha tidak diperhitungkan. Atau mereka yang punya omset

6
penjualan tahunan paling banyak Rp1.000.000.000,- dan milik warga negara
Indonesia.
2. UMKM Perlu dikembangkan
usaha mikro kecil dan menengah harus dikembangkan karena bisa membantu
membangun ekonomi nasional, kata Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai
Persatuan Indonesia (Perindo) Hary Tanoesoedibjo.
"Kenapa itu bisa membantu membangun ekonomi nasional? Karena basis
UMKM itu besar. Ada lebih dari 50 juta UMKM," katanya di Purwokerto, Kabupaten
Banyumas, Jawa Tengah, Rabu (Ant).
Hary Tanoesoedibjo yang akrab dipanggil HT mengatakan hal itu kepada
wartawan usai menghadiri Rapat Koordinasi, Verifikasi Internal, dan Pelantikan
Pengurus DPC Partai Perindo Daerah Pemilihan 8 dan 9 Jateng yang meliputi
Kabupaten Banyumas, Cilacap, Brebes, Tegal, dan Kota Tegal.
Ia mengatakan bahwa saat sekarang, keberadaan UMKM perlu dikembangkan
karena banyak masyarakat Indonesia yang menganggur akibat pemutusan hubungan
kerja (PHK).
"Jadi, bagaimana kita bisa berdayakan mereka (melalui UMKM) agar bisa
memperoleh penghasilan dan mudah-mudahan bisa mandiri," kata Chief Executive
Officer (CEO) Media Nusantara Citra (MNC) Group itu.
Lebih lanjut, HT mengatakan jika kekuatan ekonomi dibangun dengan basis
masyarakat akan membuat ekonomi Indonesia "tahan banting".
Akan tetapi jika tergantung pada segelintir orang, kata dia, hal itu berbahaya.
"Jika kelompok-kelompok ini goyang, Indonesia akan ikut goyang. Jadi, kita harus
betul-betul jeli dan tepat sasaran dalam membangun ekonomi," katanya. (Ant)
3. Profil dan sebaran UMKM
Dalam profil ini umkm dikelompokan ke dalam tiga bidang usaha, yaitu :
 Industry
 Perdagangan
 Jasa

Penggambaran Usaha berdasarkan bidang usaha ini dilakukan, dengan tinjauan


per bidang usaha ini dihadapkan dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas untuk
setiap bidang usaha dan dapat melakukan perbandingan kondisi antar bidang usaha
tersebut.

7
4. Masalah Dasar UMKM
Permasalahan UMKM paling utama adalah modal usaha yang terbatas.
Akibatnya, para pengusaha tidak bisa menaikan jumlah produksinya untuk mencapai
omzet lebih banyak. Para pelaku UMKM mungkin saja memiliki banyak ide bisnis
untuk mengembangkan usahanya, namun harus terhentikan karena tidak adanya
modal tambahan.
5. Tujuh Tantangan UMKM Ditengah Krisis Global
1) Tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan operasi.
Kebanyakan UKM dikelola oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik
sekaligus pengelola perusahaan, serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga
dan kerabat dekatnya.
2) Akses industri kecil terhadap lembaga kredit formal rendah, sehingga mereka
cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau
sumber lain, seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara, bahkan rentenir.
3) Sebagian besar usaha kecil ditandai dengan belum dipunyainya status badan
hukum. Mayoritas UKM merupakan perusahaan perorangan yang tidak berakta
notaris, 4,7% tergolong perusahaan perorangan berakta notaris, dan hanya 1,7%
yang sudah memiliki badan hukum (PT/ NV, CV, Firma, atau koperasi).
4) Tren nilai ekspor menunjukkan betapa sangat berfluktuatif dan berubah-ubahnya
komoditas ekspor Indonesia selama periode 1999-2006. Penyebabnya adalah
eksportir masih menunggu order dari pembeli/pelanggan dari luar negeri, faktor
musim di negara mitra dagang ikut berpengaruh, dan belum stabilnya bisnis
UKM yang berorientasi ekspor.
5) Masalah terbesar yang dihadapi dalam pengadaan bahan baku adalah mahalnya
harga, terbatasnya ketersediaan, dan jarak yang relatif jauh. Ini karena bahan baku
bagi UKM yang berorientasi ekspor sebagian besar berasal dari luar daerah
usahan tersebut berlokasi.
6) Masalah utama yang dihadapi dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja adalah
tidak terampil dan mahalnya biaya tenaga kerja. Regenerasi perajin dan pekerja
terampil relatif lambat. Akibatnya, di banyak sentra ekspor mengalami
kelangkaan tenaga terampil untuk sektor tertentu.
7) Dalam bidang pemasaran, masalahnya terkait dengan banyaknya pesaing yang
bergerak dalam industri yang sama, relatif minimnya kemampuan bahasa asing

8
sebagai suatu hambatan dalam melakukan negosiasi, dan penetrasi pasar di luar
negeri.
6. Paket kebijakan XVI
Paket kebijakan XVI Kebijakan relaksasi Daftar Negatif Investasi (DNI) 54
sektor usaha ini akan membuat investasi pada 54 sektor usaha itu bisa 100 persen dari
asing. Hal ini menunjukkan Pemerintah semakin jauh dari Nawa Cita dalam
mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik.
Salah satu tujuan relaksasi ini yang kemudian menjadi sorotan publik adalah
Pemerintah membuka kesempatan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan
Penanamn Modal Asing (PMA) masuk dalam sektor usaha mikro kecil dan menengah
(UMKM) dan koperasi agar bisa masuk ke segala bidang usaha. Padahal dalam UU
No.20 Tahun 2008 tentang UMKM, dimana Pemerintah berkewajiban melindungi
sektor UMKM.
Lahirnya peket kebijakan ke XVI ini tidak bisa dilepaskan dari kondisi defisit
neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan yang yang dialami dalam beberapa
waktu terakhir. Bank Indonesia (BI) mengumumkan CAD pada kuartal III-2018
tercatat meningkat, yakni US$ 8,8 miliar atau setara 3,37% dari PDB. Nilai itu ebih
tinggi dari periode kuartal I yang mencapai US$ 5,7 miliar. Angka ini juga lebih besar
dibandingkan kuartal II-2017 yang hanya US$ 5 miliar.
Lahirnya paket kebijakan ini akan memberikan pengaruh yang besar bagi
sektor UMKM dan Koperasi di Indonesia. Kebijakan ini justru menunjukkan
liberalisasi perekonomian nasional yang sedang dilakukan Pemerintah, dengan
semakin meminimalisir peran pengusaha lokal dalam bidang UMKM dan Koperasi.
Kondisi ini menunjukkan keberpihakan Pemerintah terhadap pengusaha lokal UMKM
semakin kecil, bahkan cenderung berlepas tangan. Sehingga kebijakan ini nantinya
akan berdampak terhadap perkembangan UMKM.
Pertama, kebijakan ini dikhawatirkan akan memberikan dampak bagi
eksistensi pengusaha UMKM dan Koperasi lokal yang selama ini masih bisa bertahan
ditengah stagnannya pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya kebijakan ini keberadaan
mereka akan semakin terancam oleh masuknya modal PMDN dan PMA besar.
Pemerintah seharuanya memberikan perlindungan dan insentif bagi pengusaha lokal
UMKM dan Koperasi agar bisa tumbuh dan berkembang.

9
Kedua, potensi UMKM nasional yang terdapat dalam startup bisnis juga akan
terancam. Potensi bisnis yang besar ini terancam akan dikuasai oleh para pemodal
besar terutama asing, sehingga semakin memperkuat cengkraman asing dalam potensi
bisnis yang terdapat di dalamnya. Pemerintah seharusnya menjaga dan melindungi
startup potensial yang justru akan memberikan nilai tambah besar dalam
perekonomian nasional
Ketiga, Indonesia akan terus menjadi konsumen terbesar di tengah-tengah
penguasaan asing dalam struktur perekonomian terbesarnya, baik dilihat dari sisi
kelembaganya maupun dari sisi tenaga kerja yang terlibat didalamnya. Sudah
seharuanya ini menjadi andalan pemerintah dalam memperkuat fundamendatal
perekonomian nasional.
Dengan demikian kebijakan ini akan lebih banyak merugikan kepentingan
nasional, terutama pengusaha UMKM dan Koperasi yang selama ini belum menjadi
tuan rumah dinegerinya sendiri. Selain itu, penguasaan kue ekonomi nasional akan
semakin dikuasai oleh usaha besar dan asing, sehingga akan berdampak terhadap
struktur ekonomi nasional dimasa yang akan datang. (Jakarta, 19 November 2018,
Handy Risza, Juru Bicara PKS Muda Bidang Ekonomi Pembangunan)
7. Beberapa tips yang dapat pelaku UMKM ikuti ketika akan menentukan akses
permodalan mana yang dipilih yaitu:
 Lakukan pencatatan keuangan sederhana: Hal ini penting untuk mengetahui
rencana penggunaan dana yang menghasilkan return paling optimal dari modal
yang akan diterima. Banyak pelaku UMKM yang tidak menyadari atau paham
bagaimana mengelola modal yang sudah didapat sehingga terkadang justru
adanya modal malah membuat jebakan utang dan dikhawatirkan akan
mengalami fenomena gali lubang tutup lubang.
 Membuat perencanaan bisnis: Banyak model perencanaan bisnis yang dapat
dijadikan acuan oleh pelaku UMKM misalnya Business Model Canvas (BMC)
guna mendapatkan gambaran menyeluruh menjadi pelaku usaha yang naik
kelas. Jika sudah membuat perencanaan bisnis yang matang maka strategi
pengelolaan usaha akan lebih baik dan didapatkan hasil yang optimal.
 Pilih lembaga penyalur yang sudah diverifikasi oleh otoritas terkait: Maraknya
lembaga penyalur akses permodalan dalam bentuk pinjaman yang masih ilegal
menjadi kekhawatiran tersendiri bagi pelaku UMKM sehingga terkadang

10
terdapat banyak penipuan dialami ketika melakukan transaksi. Untuk
menghindari hal tersebut, maka perlu dipastikan bahwa lembaga penyalur yang
dipilih adalah lembaga yang tercantum di laman resmi setiap pilihan akses
permodalan sesuai tabel di atas. Cara sederhananya adalah memastikan ada logo
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) di laman resmi atau
brosur dari lembaga penyalur akses permodalan.
 Bergabunglah dalam komunitas atau enabler penggerak UMKM di Indonesia:
Jika masih ragu dalam memilih lembaga penyalur dan bagaimana
pengelolaannya maka bergabung dengan komunitas atau enabler penggerak
UMKM adalah jawabannya. Jejaring dan juga mentor yang dapat disediakan
oleh komunitas tersebut dapat berguna dalam mengembangkan usaha para
pelaku UMKM.

11
BAB III

PENUTUP
1. KESIMPULAN
Perkembangan UMKM memiliki potensi besar dalam meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak. Hal mana ditunjukkan oleh keberadaan UMKM yang telah
mencerminkan wujud nyata kehidupan sosial dan ekonomi bagian terbesar dari rakyat
Indonesia. Prolem krusial yang dihadapi UMKM adalah terbatasnya akses UMKM
kepada sumber daya produktif, terutama terhadap permodalan, teknologi, informasi
dan pasar. Terbatasnya akses UMKM terhadap modal menyebabkan sulit untuk
meningkatkan kapasitas usaha dan mengembangkan produk-produk yang berdaya
saing.
2. SARAN
Pembuatan isi makalah Mengembangkan Ekonomi Kerakyatan Dengan Akselerasi
Sektor Riil Dan UMKM jauh dari kata sempurna. Penyusun berharap adanya kritik
dan saran dari para pembaca.

12

Anda mungkin juga menyukai