Laporan Seleksi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM PEMULIAAN TANAMAN

HERITABILITAS DAN SELEKSI PADA TANAMAN

Disusun oleh :
Nama : Gita Eka Rahmawati
NIM :195040207111050
Kelas : D

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2020
BAB I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Heritabilitas sebagai parameter genetik yang juga menentukan kemajuan seleksi.
Makin besar nilai heritabilitas, makin besar kemajuan seleksi yang diraihnya dan makin
cepat varietas unggul dilepas. Sebaliknya, makin rendah nilai heritabilitas arti sempit,
makin kecil kemajuan seleksi diperoleh dan semakin lama varietas unggul baru
diperoleh (Aryana, 2010).
Pemuliaan tanaman umumnya mencakup tindakan penangkaran, persilangan, dan
seleksi.
Seleksi berperan sangat penting dalam keberhasilan pada kegiatan pemuliaan
tanaman. Menurut Syukur et al. (2011) seleksi akan efektif jika populasi tersebut
mempunyai keragaman genetik yang luas dan heritabilitas yang tinggi. Heritabilitas
yang tinggi dapat diartikan penampilan fenotipik lebih dipengaruhi oleh genetik
dibandingkan pengaruh lingkungan
Seleksi digunakan untuk memperbesar peluang perolehan genotipe unggul. Agar
kegiatan seleksi yang didasarkan pada wujud luar atau fenotipe dari tanaman dapat
berlangsung, maka perlu diperhatikan korelasi genotipik dan fenotipik antar karakter
tanaman, lingkungan yang sesuai untuk seleksi karakter yang dinginkan, keragaman
genetik maupun cara seleksinya apakah secara langsung atau tidak. Suatu karakter dapat
dipergunakan sebagai kriteria seleksi apabila terdapat hubungan yang nyata antara
karakter tersebut dengan karakter yang dituju. (Aryana, 2009)
Seleksi dapat dilakukan pada individu maupun pada populasi tanaman. Dalam
populasi maupun antar populasi tergantung dari cara penyerbukan tanaman dan tujuan
seleksi. Pada dasarnya ada 3 metode seleksi yaitu seleksi massa, seleksi keturunan atau
galur, dan seleksi berulang. Pemilihan metode yang digunakan tergantung pada macam
varietas yang diinginkan, sifat yang diinginkan, dan cara penyerbukan tanaman.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui komposisi genetik dari populasi tanaman allogam dan segregasi
keturunannya
2. Mengetahui pengaruh seleksi terhadap perubahan komposisi genetik
suatu populasi tanaman allogam dari satu generasi ke generasi berikutnya.
BAB II. Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi Heritabilitas
Heritabilitas adalah parameter genetik yang digunakan untuk mengukur kemampuan
suatu genotipe pada populasi tanaman dalam mewariskan karakter yang dimilikinya
atau merupakan suatu pendugaan yang mengukur sejauh mana keragaman penampilan
suatu genotipe dalam populasi terutama yang disebabkan oleh peranan faktor genetik
(Poehlman dan Sleper, 1995 dalam Martono, 2004).
2.2 Macam-Macam Heritabilitas
Menurut Dodley dan Moll (1969) dalam Wardana et al (2015) heritabilitas
dibedakan dalam arti luas (Broad Sense Heritability) dan sempit (Narrow Sense
Heritability). Dalam arti luas yang digunakan adalah total varian genetik dipakai
apabila seleksi dilakukan pada populasi yang diperbanyak secara klonal atau self
polinated, sedangkan dalam arti sempit yang digunakan hanya varian aditifnya saja
digunakan pada generasi yang bersegregasi.
2.3 Definisi Seleksi
Kegiatan seleksi merupakan salah satu tahap penting dalam program perbaikan
varietas yang keberhasilannya tergantung pada variasi genetik yang diturunkan
(Miftahorrahman 2010). Dalam seleksi terdapat dua hal yang sangat penting yaitu:
(i)seleksi dapat bekerja secara efektif hanya dalam perbedaan karakter yang dapat
diwariskan, dan (ii) seleksi tidak dapat menciptakan variabilitas tetapi hanya bekerja
pada sifat yang telah ada
2.4 Macam-Macam Seleksi
Terdapat perbedaan dalam metode seleksi antara tanaman yang secara alamiah
menyerbuk sendiri dan tanaman menyerbuk silang. Metode seleksi tanaman
menyerbuk sendiri terdiri atas seleksi massa, seleksi individual (pure-line selection),
seleksi silsilah (pedigree), seleksi curah (bulk), seleksi silang balik (back cross), dan
seleksi satu keturunan satu biji (single seed descent). Sebaliknya pada tanaman yang
secara alamiah menyerbuk silang, metode seleksi terdiri atas seleksi massa, seleksi
tanaman secara individual, seleksi satu tongkol satu baris (ear-to row selection), seleksi
saudara kandung(full-sib family selection), seleksi keturunan S1 (S1 progeny
selection), seleksi berulang untuk daya gabung umum (recurrent selection for general
combining ability), seleksi berulang untuk daya gabung khusus (recurrent selection for
specifi combining ability), dan seleksi berulang timbal balik (reciprocal recurrent
selection) (Utomo, 2012).
BAB III
3.1 Hasil Perhitungan Heritabilitas
Var P = 192,7128004
Var E = 34,56
Var G = 158,1528004
Heritabilitas =

Seleksi Differensiasi Intensitas KGH

3% 147 10,58917324 120,6378695

5% 145 10,44510286 118,9965379

10% 142 10,22899728 116,5345406


Tabel 1. Tabel distribusi normal data

3.2 Hasil Perhitungan Seleksi


a. Tanpa Seleksi
1. Generasi I
Persilangan Frekuensi Total Keturunan

AA Aa Aa

AA x AA 1/16 1 1 x (4) - -

AA x Aa 5/16 5 5 x (2) 5 x (2) -

AA x aa 1/16 1 - 1 x (4) -

Aa x Aa 5/16 5 5 x (1) 5 x (2) 5 x (1)

Aa x aa 3/16 3 - 3 x (2) 3 x (2)

aa x aa 1/16 1 - - 1 x (4)

Total 16 19 30 15

( )
Frekuensi A =
( )
Frekuensi a =
2. Generasi II
Persilangan Frekuensi Total Keturunan

AA Aa Aa

AA x AA 3/16 3 3 x (4) - -

AA x Aa 2/16 2 2 x (2) 2 x (2) -

AA x aa 3/16 3 - 3 x (4) -

Aa x Aa 1/16 1 1 x (1) 1 x (2) 1 x (1)

Aa x aa 7/16 7 - 7 x (2) 7 x (2)

aa x aa 0 0 - - -

Total 16 17 32 15

( )
Frekuensi A =
( )
Frekuensi a =

3. Generasi III
Persilangan Frekuensi Total Keturunan

AA Aa Aa

AA x AA 1/16 1 1 x (4) - -

AA x Aa 2/16 2 2 x (2) 2 x (2) -

AA x aa 3/16 3 - 3 x (4) -

Aa x Aa 5/16 5 5 x (1) 5 x (2) 5 x (1)

Aa x aa 4/16 4 - 4 x (2) 4 x (2)


aa x aa 1/16 1 - - -

Total 16 13 34 17

( )
Frekuensi A =
( )
Frekuensi a =

4. Generasi IV
Persilangan Frekuensi Total Keturunan

AA Aa Aa

AA x AA 1/16 1 1 x (4) - -

AA x Aa 6/16 6 6 x (2) 6 x (2) -

AA x aa 1/16 1 - 1 x (4) -

Aa x Aa 3/16 2 2 x (1) 2 x (2) 2 x (1)

Aa x aa 3/16 3 - 2 x (2) 2 x (2)

aa x aa 2/16 2 - - -

Total 16 19 28 17

( )
Frekuensi A = 25
( )
Frekuensi a =

5. Generasi V
Persilangan Frekuensi Total Keturunan

AA Aa Aa

AA x AA 0 0 - - -
AA x Aa 1/16 1 1 x (2) 1 x (2) -

AA x aa 4/16 4 - 4 x (4) -

Aa x Aa 4/16 4 4 x (1) 4 x (2) 4 x (1)

Aa x aa 6/16 6 - 6 x (2) 6 x (2)

aa x aa 1/16 1 - - -

Total 16 6 38 20

( )
Frekuensi A =
( )
Frekuensi a =

Gambar 1. Perubahan frekuensi gen dari generasi 1-5 akibat tanpa seleksi

b. Seleksi Tak Lengkap


1. Generasi I
Persilangan Frekuensi Total Keturunan

AA Aa Aa

AA x AA 1/10 1 1 x (4) - -
AA x Aa 5/10 2 2 x (2) 2 x (2) -

AA x aa 4/10 5 5 (1) 5 x (2) 5 x (1)

Total 8 13 14 5

( )
Frekuensi A =
( )
Frekuensi a =

2. Generasi II
Persilangan Frekuensi Total Keturunan

AA Aa Aa

AA x AA 1/10 1 1 x (4) - -

AA x Aa 5/10 5 5 x (2) 5 x (2) -

AA x aa 4/10 4 4 x (1) 4 x (2) 4 x (1)

Total 10 18 18 4

( )
Frekuensi A =
( )
Frekuensi a =

3. Generasi III
Persilangan Frekuensi Total Keturunan

AA Aa Aa

AA x AA 1/7 1 1 x (4) - -

AA x Aa 5/7 5 5 x (2) 5 x (2) -

AA x aa 1/7 1 1 x (1) 1 x (2) 1 x (1)


Total 7 15 12 1

( )
Frekuensi A =
( )
Frekuensi a =

4. Generasi IV
Persilangan Frekuensi Total Keturunan

AA Aa Aa

AA x AA 1/10 1 1 x (4) - -

AA x Aa 6/10 6 6 x (2) 6 x (2) -

AA x aa 3/10 3 3 x (1) 3 x (2) 3 x (1)

Total 10 19 18 3

( )
Frekuensi A =
( )
Frekuensi a =

5. Generasi V
Persilangan Frekuensi Total Keturunan

AA Aa Aa

AA x AA 1/10 1 1 x (4) - -

AA x Aa 5/10 5 5 x (2) 5 x (2) -

AA x aa 4/10 4 4 x (1) 4 x (2) 4 x (1)

Total 10 18 18 4

( )
Frekuensi A =
( )
Frekuensi a =
Gambar 2. Perubahan frekuensi gen dari generasi 1-5 akibat seleksi tak lengkap

c. Seleksi Lengkap
1. Generasi I
Persilangan Frekuensi Total Keturunan

AA Aa Aa

AA x AA 1/16 1 1 x (4) - -

AA x Aa 3/16 3 3 x (2) 3 x (2) -

AA x aa 0 0 - - -

Aa x Aa 7/16 7 7 x (1) 7 x (2) 7 x (1)

Aa x aa 5/16 5 - 5 x (2) 5 x (2)

aa x aa 0 0 - - -

Total 16 17 30 17

( )
Frekuensi A =
( )
Frekuensi a =

2. Generasi II
Persilangan Frekuensi Total Keturunan

AA Aa Aa

AA x AA 0/16 0 - - -

AA x Aa 5/16 5 5 x (2) 5 x (2) -

AA x aa 3/16 3 - 3 x (4) -

Aa x Aa 3/16 3 3 x (1) 3 x (2) 3 x (1)

Aa x aa 5/16 5 - 5 x (2) 5 x (2)

aa x aa 0 0 - - -

Total 16 13 38 17

( )
Frekuensi A =
( )
Frekuensi a =

3. Generasi III
Persilangan Frekuensi Total Keturunan

AA Aa Aa

AA x AA 1/16 1 1 x (4) - -

AA x Aa 4/16 4 4 x (2) 4 x (2) -

AA x aa 3/16 3 - 3 x (4) -

Aa x Aa 2/16 2 2 x (1) 2 x (2) 2 x (1)

Aa x aa 3/16 3 - 3 x (2) 3 x (2)

aa x aa 3/16 3 - - 3 x (4)
Total 16 14 30 20

( )
Frekuensi A =
( )
Frekuensi a =

4. Generasi IV
Persilangan Frekuensi Total Keturunan

AA Aa Aa

AA x AA 2/16 2 2 x (4) - -

AA x Aa 5/16 5 5 x (2) 5 x (2) -

AA x aa 1/16 1 - 1 x (4) -

Aa x Aa 3/16 3 3 x (1) 3 x (2) 3 x (1)

Aa x aa 4/16 4 - 4 x (2) 4 x (2)

aa x aa 1/16 1 - - 1 x (4)

Total 16 21 28 15

( )
Frekuensi A = 25
( )
Frekuensi a =

5. Generasi V
Persilangan Frekuensi Total Keturunan

AA Aa Aa

AA x AA 0 0 - - -

AA x Aa 2/16 2 2 x (2) 2 x (2) -


AA x aa 2/16 2 - 2 x (4) -

Aa x Aa 6/16 6 6 x (1) 6 x (2) 6 x (1)

Aa x aa 5/16 5 - 5 x (2) 5 x (2)

aa x aa 1/16 1 - - -

Total 16 10 34 20

( )
Frekuensi A =
( )
Frekuensi a =

Gambar 3. Perubahan frekuensi gen dari generasi 1-5 akibat seleksi lengkap

BAB IV. Pembahasan


4.1 Heritabilitas
Dari tabel di atas diperoleh hasil nilai dari heritabilitas adalah . Dengan nilai
heritabilitas 0,82067 dapat dikatakan bahwa heritabilitasnya tergolong tinggi. Seleksi
terhadap populasi yang memiliki heritabilitas tinggi akan lebih efektif dibandingkan dengan
populasi dengan heritabilitas rendah. Seleksi terhadap sifat yang mempunyai nilai
heritabilitas tinggi dapat dilakukan pada generasi awal, sedangkan bila nilai heritabilitasnya
rendah seleksi dapat dilaksanakan pada generasi akhir (Satriawan, 2017).
4.2 Perbandingan 3 Seleksi
Persilangan yang terjadi antara gen A dan gen a dengan adanya pengaruh seleksi
lengkap, tidak lengap (sebagian), serta tanpa adanya seleksi menunjukkan frekuensi gen
yang berbeda disetiap pengaruh jenis seleksinya. Hukum Hardy Weinberg menyatakan jika
frekuensi alel dan genotipe suatu populasi akan selalu konstan dari generasi ke generasi
dengan kondisisi tertentu yang meliputi: ukuran populasi cukup besar, populasi terisolasi,
jumlah mutasi gen dan alel seimbang, perkawinan acak, serta kemampuan reproduksi antar
individu yang sama. Pada percobaan pertama yaitu persilangan tanpa seleksi, frekuensi gen
pada setiap generasi menunjukkan nilai yang konstan atau stabil yaitu 1. Pada kondisi tanpa
seleksi ini menunjukkan jika adanya kestabilan frekuensi gen telah sesuai dengan hukum
Hardy Weinberg. Menurut Habib et al. (2020) frekuensi alel dan genotipe yang tetap
(konstan) terjadi akibat adanya perkawinan acak dalam suatu populasi ataupun terdapat
mutasi namun berada dalam kesetimbangan serta tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
yang dapat menyebabkan perubahan genetik. Sedangkan pada percobaan persilangan antara
gen A dan gen a dengan adanya pengaruh seleksi lengkap dan tak lengkap menunjukkan
perbedaan frekuensi yang gen yang berbeda pada setiap generasinya. Hal tersebut didukung
oleh pernyataan Sudika et al. (2010) yang menyatakan bahwa adanya kemajuan seleksi
yang nyata pada perkawinan dalam suatu populasi akan menyebabkan adanya perubahan
frekuensi gen yang cukup besar
BAB V. Penutup
5.1 Kesimpulan
Seleksi adalah salah satu proses penting yang perlu dilakukan dalam pemuliaan.
Seleksi yang dilakukan akan sangat mempengaruhi keberhasilan dari pemuliaan. Dalam
melakukan seleksi diperlukan ketelitian. Oleh karena itu, kita perlu berlatih untuk
meminimalisir terjadinya kesalahan dan meningkatkan keberhasilan. Kita perlu belajar
mengenai seleksi karena akan sangat bermanfaat di bidang pertanian.
5.2 Saran
Praktikum sudah berjalan dengan baik. Namun, dengan adanya pandemi COVID-19
memang akan sangat mempengaruhi aktifitas di berbagai bidang termasuk perkuliahan.
Asprak sudah berusaha dengan maksimal. Semoga ke depannya didapat cara-cara lain yang
dapat mempermudah dalam proses praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Habib, M. F., Murtini, S., Gunawan, A., Ulupi, N., & Sumantri, C. (2020). Asosiasi c.
248 A>G gen CD1B dengan IgY dan Titer ND pada Ayam Sentul Galur Sensi-1
Agrinak. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan, 8(1), 30-35.
Aryana, I. G. P. M. 2010. Uji Keseragaman, Heritabilitas, dan Kemajuan Genetik Galur
Padi Beras Merah Hasil Seleksi Silang Balik di Lingkungan Gogo.
Agroekoteknologi. 3(1): 12-19
Aryana, I. M. 2018. Korelasi fenotipik, genotipik dan sidik lintas serta implikasinya pada
seleksi padi beras merah. CROP AGRO, Jurnal Ilmiah Budidaya, 2(1), 8-14.
Miftahorrachman. 2010. Korelasi dan analisis sidik lintas karakter tandan bunga terhadap
buah jadi kelapa genjah salak. Buletin Palma 38: 60- 66.
Martono, B. 2004. Keragaman Genetik dan Heritabilitas Karakter Ubi Bengkuang
(Pchyrhizus erosus (L.) Urban). Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka
Tanaman Industri. Sukabumi.
Satriawan, I. B., Sugiharto, A. N., & Ashari, S. 2017. Heritabilitas dan kemajuan genetik
tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) generasi F2. Jurnal Produksi Tanaman,
5(2).
Sudika, I. W., Sutresna, I. W., Ngawit, K., Wirajaswadi, L., Lutfi, M., & Hipi, A. (2018).
Seleksi Klon Sederhana Secara Simultan Terhadap Ketahanan Penyakit Embun Upas
dan Cekaman Kekeringan Pada Tanaman Bawang Merah Kultivar Ampenan. CROP
AGRO, Jurnal Ilmiah Budidaya, 3(1), 18-27.
Syukur, M., S. Sujiprihati, R. Yunianti, D.A. Kusumah. 2011. Pendugaan ragam genetik
dan heritabilitas karakter komponen hasil beberapa genotipe cabai. J. Agrivigor
10:148-156.
Utomo, S. D. 2012. Pemuliaan Tanaman Menggunakan Rekayasa Genetik.
Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung.139 hlm.
Wardana, C. K., Karyawati, A. S., & Sitompul, S. M. (2015). Keragaman Hasil,
Heritabilitas Dan Korelasi F3 Hasil Persilangan Kedelai (Glycine Max L. Merril)
Varietas Anjasmoro Dengan Varietas Tanggamus, Grobogan, Galur Ap Dan Ub.
Jurnal Produksi Tanaman, 3(3).

Anda mungkin juga menyukai