Laporan PKL Mikologi
Laporan PKL Mikologi
Laporan PKL Mikologi
KEC. WONOSARI
Disusun oleh:
SUCI RAMADHAYANI
1414421275
TAHUN 2021
i
Lampiran 2. Lembar Pengesahan
Gorontalo, 23 Oktober
2021
Menyetujui,
Pembimbing Lapangan
Dosen Pembimbing Lapangan
Mengetahui,
Ketua Program Studi Biologi,
FMIPA Universitas Negeri
Gorontalo
Nilai Akhir :
Gorontalo, 23 Oktober
2021 Menyetujui,
Pembimbing Lapangan
Dosen Pembimbing Lapangan
Mengetahui,
Ketua Program Studi Biologi,
FMIPA Universitas Negeri
Gorontalo
ii
Nama Mahasiswa : Suci Ramadhayani
Nim : 1414421275
CATATAN/LOGBOOK PKL
Tanggal Kegiatan/Skema/Pengukuran/Data/Dokume Td.
ntasi/Analisa Pembimbing
Lapangan
16
Oktober
2021
iii
iv
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS
NEGERI GORONTALO
TAHUN 2021
v
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Laporan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) dengan judul “Budidaya Jamur Tiram Di Desa Jati Mulya Kec. Wonosari”.
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikologi.
Dalam menyusun tugas ini, saya banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada para
pihak yang terlibat.
Saya menyadari bahwa dalam menyusun tugas ini masih jauh dari kata sempurna, Untuk itu
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya tugas
ini. Saya berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya.
Suci Ramadhayani
vi
DAFTAR IS
I
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................................i
CATATAN/LOGBOOK PKL....................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.................................................................................................................vi
DAFTAR ISI...............................................................................................................................vii
I. PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.2 Maksud...............................................................................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................................................2
2.4 Tujuan dan Fungsi Instansi yang Terkait dengan Bidang Kajian.......................................4
3.3 Pembibitan..........................................................................................................................6
3.6 Pemasaran...........................................................................................................................7
V. PENUTUP..............................................................................................................................10
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................................10
5.2 Saran.................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................12
viii
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Jamur juga merupakan sumber vitamin antara lain thiamin, niacin, biotin dan
asam askorbat. Vitamin A dan D jarang ditemukan pada jamur, namun dalam
jamur tiram putih terdapat ergosterol yang merupakan prekursor vitamin D.
Jamur umumnya kaya akan mineral terutama phosphor, mineral lain yang
dikandung, diantaranya kalsium dan zat besi.
1
1.2 Maksud
a. Untuk melengkapi sumber belajar atau pengetahuan mahasiswa khususnya
di bidang budidaya jamur.
b. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan yang telah didapatkan di bangku kuliah.
c. Dengan praktek kerja lapangan dapat melatih diri untuk menghadapi dunia
kerja.
1.3 Tujuan
a. Untuk memperoleh gambaran dunia kerja yang nantinya berguna bagi
mahasiswa yang bersangkutan apabila telah sarjana dan berada di tengah-tengah
masyarakat sehingga dapat menyesuaikan diri.
b. Untuk mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang telah di peroleh di
bangku kuliah dan sekaligus menanbah wawasan dan pengalaman.
c. Untuk mengetahui perbandingan antara teori ilmu yang di peroleh selama
perkuliahan dengan praktek di lapangan khususnya didalam bidang budidaya
jamur tiram.
2
b. Dapat melakukan kegiatan budidaya Jamur Tiram secara langsung.
c. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mengenai budidaya Jamur
Tiram.
Budidaya jamur di instansi ini dimulai pada tahun 2019, dilatih pada 15
Desember 2018 selama dua hari. Pemilik budidaya jamur ini juga termasuk
binaan dari APH. Awalnya pemilik instansi hanya berbekal menonton video
dari youtube, yang kemudia setelah dicoba gagal, namun setelah mengikuti
pelatihan budidaya jamur yang dilakukan oleh pemilik instansi berhasil. Waktu
itu pemilik jamur ini dibawa pameran ke tauran dan mendapatkan baliho,
didalam program ini terdapat 45 orang.
Salah satu olahan jamur di instansi ini adalah jamur crispy, jamur crispy
ini sudah diuji coba, dan hasilnya bisa dimakan sampai 2 bulan, dalam jangka
waktu 2 bulan ini jamur masih kriyuk, wangi, tidak lembek. Campuran pada
jamur crispy ini adalah sponga nya yg berjumlah 15-20%, serbuk dan kapur.
Jika serbuk kayu 100 maka sponga nya sekitar 15-20%, air 60%, kemudian
disterilkan dengan waktu kurang lebih 4 jam dengan suhu 120ᵒ. Jika ditempat
perawatan suhunya harus 28ᵒ dan paling tinggi adalah 30ᵒ. Jika nanti suhu nya
naik sampai 32ᵒ maka jamur akan di semprot hingga turun menjadii 28ᵒ-30ᵒ.
Jika suhunya terlalu tinggi maka jamur akan kering, begitu juga sebaliknya, jika
suhu terlalu rendah jamur juga akan menjadi kering. Jamur ini distrerilkan
dengan alkohol.
3
II.3 Struktur Organisasi Instansi Tempat PKL
Produksi jamur ini bernama tunas berkah. Instansi ini belum mempunyai
struktur organisasi, tetapi pada bagian pemasaran instansi hanya memasarkan
pada pengecer yang berjumlah 5 orang. Dan ini dipasarkan hanya hari selasa,
sabtu dan kamis. Tempat pemasaran hany sekitar Wonosari.
4
dibutuhkan oleh jamur. Jenis kayu keras yang bisa digunakan sebagai media
tanam untuk jamur tiram antara lain sengon, kayu apung, dan kayu mahoni.
c. Cahaya
5
Cahaya yang sangat kuat dapat menghambat pertumbuhan bahkan dapat
menghentikan pertumbuhan. Efek cahaya juga dapat merusak vitamin yang
dibentuk oleh jamur. Pada fase pertumbuhan generatif, cahaya diperlukan untuk
merangsang pembentukan calon tubuh buah, pembentukan tudung dan
perkembangannya. Kekurangan cahaya akan menyebabkan pertumbuhan
tangkai lebih panjang daripada ukuran normalnya dan pertumbuhan tudung
kurang berkembang sehingga ukurannya lebih kecil dari normalnya.
d. CO2 dan O2
III.3 Pembibitan
Bibit jamur ini awalnya masih diberikan dari pemateri dan ternyata jadi,
kemudian pihak instansi ingin membuat jamur lagi dan minta dikirim lagi dari
pemateri dan kemudian jadi, tetapi jika dikirim-kirim terus dan pihak instansi
mencari hasil dan ternyata tidak punya hasil, maka akan habis ke bibit,
kemudian pihak instansi usaha dulu bikin bibit, yang terpenting di plot itu
masih ada jamur untuk bibit. Karena jika bibit sudah habis dan tidak ada jamur
jadi pihak instansi harus cari jamur dimana? Karena spora nya tidak ada.
6
III.5 Peralatan, Pengolahan dan Perawatan
III.6 Pemasaran
7
Jika pasaran kuat, bumbung ini bisa mencapai 25kg sehari. Pagi petik, sore
petik. Jika pagi tidak dipetik maka jamur akan dipetik sore, jika dibatangnya
sudah coklat itu tidak bis dipetik, batasnya hanya 2 hari. Namun, jika masih
putih, masih tebal, dan masih belum runcing itu bisa sampai 3 hari, maka petik
maka jangan sampai runcing daunnya.
Permasalahan yang terjadi pada instansi jamur ini adalah pada saat
pembibitan. Dalam pembibitan juga terjadi kendala, karena seharusnya
pembibitan menggunakan autoklaf, sedangkan pihak instansi hanya
menggunakan panci presto. Karena jika menggunakan panci presto tidak tahu
berapa suhu yang akan diberikan.
8
Miselium Buah r t e
Pada (Pin Tudung Segar Panen
Substrat Head) Buah Bada (hari)
(HSI) Pertam (Cm) n
a (HSI) Buah
(g)
M1: J=800g, 40,74 c 72,54 c 6,81 7,33 42,88 3,55
SGk=0g cd
M2: J=700g, 38,11 b 63,06 a 6,90 7,67 49,78 4,80
SGk=100g de
M3: J=600g, 40,33 c 81,07 d 5,22 4,67 34,44 3,27
SGk=200g ab
M4: J=500g, 41,44 c 84,47 d 6,11 3,33 31,89 3,41
SGk=30041, a
g
M5: J=400g, 41,94 c 71,48 6,48 7,00 52,25 5,96
SGk=400g bc ef
M6: J=300g, 35,78 c 70,62 6,45 8,67 40,03 3,19
Sgk=500g bc bc
M7: 200g, 41,97 c 65,81 6,36 10,00 48,28 3,37
SGk=600g ab de
M8: J=100g, 35,19 c 65,63 6,57 9,33 58,71 3,34
SGk=700g ab f
M9: J=0g, 34,5 c 65,77 6,68 8,00 59,18 3,17
SGk=800g ab f
Keterangan : HSI : Hari Setelah Inokulasi. Angka-angka didampingi
huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada
uji BNT 5%. tn: tidak nyata pada uji BNT 5%. J: Jerami Padi; SGK: Serbuk
Gergaji Kayu, n = 3.
9
miselium merambat relatif lebih lama, yaitu 40,74 HSI; 40,33 HSI; 41,44 HSI;
41,94 HSI; 41,97 HSI. Dari data analisis ragam (Tabel 1) menunjukkan bahwa
perlakuan M3 dan M4 tidak berbeda nyata dan menunjukkan lama saat muncul
badan buah (Pin head) pertama paling lambat, yaitu : 81,07 HSI; 84,47 HSI.
Perlakuan M2; M7; M8; M9 tidak berbeda nyata dan menunjukkan lama saat
muncul badan buah (Pin head) pertama paling cepat, yaitu 63,06 HSI; 65,81
HSI; 65,63 HSI; 65,77 HSI. Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan M5; M8;
M9 tidak berbeda nyata dan memiliki rata-rata bobot segar badan buah yang
paling tinggi, yaitu 52,25 g; 58,71 g dan 59,18 g. Perlakuan M8 menghasilkan
total bobot segar badan buah paling tinggi yaitu 548,00 g/ baglog selama masa
tanam. Sedangkan pada perlakuan M3 dan M4 tidak berbeda nyata dan
memiliki rata-rata bobot segar badan buah yang rendah disetiap panen sebesar
34,44 g dan 31,89 g dengan total bobot segar badan buah peling rendah yaitu
sebesar 160,74 g/ baglog selama masa tanam dan 135,93 g/ baglog selama masa
tanam. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian komposisi media
tanam yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap rata-rata
rata-rata diameter tudung buah jamur, frekuensi panen, dan interval periode
panen jamur tiram putih.
V. PENUTUP
V.1Kesimpulan
10
1. Produk jamur tunas berkah merupakan balai benih yang membudidayakan
berbagai jenis jamur. Salah satu olahan yang terdapat dalam instansi ini
adalah jamur crispy.
2. Budidaya Jamur Tiram di tunas berkas ini belum memenuhi syarat karena
belum mendapatkan perizinan pemasaran
3. Dalam budidaya jamur tiram dibutuhkan tempat yang bersih dan terhindar
dari hama penyakit sehingga dibutuhkan penanganan yang teliti agar
budidaya dapat berjalan dengan lancar.
V.2Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Cahyana, M., dan M. Bakrun. 1999. Pembibitan, Pembudidayaan,
Analisis usaha Jamur tiram: Penebar Swadaya. Jakarta
Hariadi, Nurul, dkk. 2013. Studi Pertumbuhan Dan Hasil Produksi Jamur
Tiram Putih (Pleorotus ostreatus) Pada Media Tumbuh Jerami
Padi Dan Serbuk Gergaji. Jurnal Produksi Tanaman. Vol 1(1):
Hal 47-53
12