Karil Bu HJ Ene

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 36

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR 

 UNTUK MENINGKATKAN HASIL


BELAJAR SISWA KELAS V MATA PELAJARAN MATEMATIKA
DENGAN MATERI OPERASI HITUNG SATUAN WAKTU
DI SD NEGERI CITEUREUP 4 KABUPATEN PANDEGLANG
Nama : ENE MASTINAH NIM : 825863689
Alamat E mail : [email protected]

ABSTRAK

Yang menjadi masalah dalam pembelajaran PKP ini adalah siswa tidak memahami tentang
Operasi Hitung Satuan Waktu Siswa oleh karena itu guru ingin untuk mencapai tujuan
pembelajaran dalam (PKP) yakni : 1).   Guru SD mengetahui seberapa jauh peningkatan
kemampuan siswa kelas V SD SDN Citeureup 4. 2).  Siswa dapat memperoleh suatu
manfaat yang dapat meningkatkan kemampuannya dalam pembelajaran Matematika dengan
menggunakan media gambar. Dalam pembelajaran PKP untuk mata pelajaran Matematika
dapat dilihat dalam siklus sebagai berikut :1.Pra Siklus : Dengan melihat pembelajaran pada
Pra Siklus siswa mendapat nilai rata-rata 67,5 dan prosentase ketuntasan 56,25% 2.   Siklus I
(Pertama) Dalam pembelajaran siswa Sklus I (Pertama) siswa mengalami peningkatan
namun masih belum untuk dikategorikan tuntas karena siswa mendapat nilai rata-rata 77,84
dan prosentase ketuntasan 64,23%. 3.   Siklus II (Kedua). Untuk pembelajaran dalam siklus
II (Kedua) ini siswa dapat mengalami ketuntasan dalam pembelajaran karena mencapai
KKM yakni siswa mendapat nilai rata-rata 87,91 dan prosentase ketuntasan 73,26%
Pembelajaran tersebut diatas menunjukkan bahwa pembelajaran MatemaTika di kelas V
SDN Citeureup 4 dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.

Kata Kunci : hasil belajar pembelajaran Matemaika, Media Gambar


I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran matematika secara bermakna merupakan cara mengajarkan materi

pelajaran yang mengutamakan pengertian dari pada hafalan. Dalam belajar bermakna

aturan-aturan, dalil-dalil tidak diberikan dalam bentuk jadi, tetapi sebaliknya aturan-

aturan, dalil-dalil ditemukan oleh siswa melalui contoh-contoh secara induktif di SD,

kemudian dibuktikan secara deduktif pada jenjang selanjutnya.

Tentunya dalam mengajarkan matematika di Sekolah Dasar tidak semudah

dengan apa yang kita bayangkan, selain siswa yang pola pikirnya masih pada fase 

operasional konkret, juga kemampuan siswa juga sangat beragam. Hudojo         (2005 ).

Mengajar matematika untuk sebagian besar kelompok siswa berkemampuan sedang

akan berbeda dengan mengajarkan matematika kepada sekelompok kecil anak-anak

cerdas, sekelompok besar siswa tersebut perlu diperkenalkan matematika sebagai suatu

aktivitas manusia, dekat dengan penggunaan sehari-hari yang diatur secara kreatif (oleh

guru) agar kegiatan tersebut disesuaikan dengan topik matematika. Untuk siswa yang

cerdas, mereka akan mudah mengasimilasi dan mengakomodasi teori matematika dan

masalah-masalah yang tertera dalam buku teks.

Mengajar matematika di lingkungan SD, harus didahului dengan benda-

benda konkret. Secara bertahap dengan bekerja dan mengobservasi, siswa  dengan

sadar menginterpretasikan pola matematika yang terdapat dalam benda konkret

tersebut. Model konsep seyogianya dibentuk oleh siswa sendiri. Siswa menjadi

“penemu” kecil. Siswa akan merasa  senang bila mereka “menemukan”. Guru

seyogianya menyusun materi matematika sedemikian hingga siswa dapat menjadi


lebih aktif sesuai dengan tahap perkembangan mental, agar siswa mempunyai

kesempatan maksimum untuk belajar.

Matematika yang disajikan seyogianya dalam bentuk bervariasi. Cara

menyajikannya seyogianya dilandasi latar belakang yang realistik dari siswa. Dengan

demikian aktivitas matematika menjadi sesuai dengan lingkungan para siswa.

Matematika seyogianya disajikan secara terorganisasikan, baik antara aktivitas

belajarnya maupun didaktiknya. Bentuk pengorganisasian yang dimaksud antara lain

adalah laboratorium matematika, kelompok siswa yang heterogen kemampuannya,

instruksi langsung, diskusi kelas dan pengajaran individu. Semua itu dapat dipilih

bergantung kepada situasi siswa yang pada dasarnya agar siswa belajar matematika.

Dengan memperhatikan hal di atas, sangat diharapkan pembelajaran matematika

menyenangkan bagi siswa dan pembelajaran matematika menjadi efektif sehingga siswa

tidak hanya mampu menghafal konsep-konsep matematika, tetapi juga harus dapat

diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, jadi sangat diharapkan dalam proses

pembelajaran yang dipraktekkan guru juga melibatkan dan mengaktifkan siswa dalam

proses menemukan konsep-konsep matematika. Sehingga pembelajaran matematika di

sekolah dasar mampu mengembangkan kompetensi-kompetensi  matematika seperti

yang  terdapat dalam kurikulum matematika. 

1. Identifikasi Masalah
Berangkat dari Pengalaman dalam pelaksanaan Pemantapan penulis dalam
pembelajaran matematika dengan kompetensi dasar  “Operasi Hitung satuan waktu ‘’
dikelas V SD Negeri Citeureup 4, Kecamatan Panimbang , Kabupaten Pandeglang ,
Setelah diadakan tes formatif ternyata hasil pekerjaan siswa yang mendapatkan nilai
kurang dari 65 sebanyak 16 siswa atau 65 % dan siswa yang mendapat nilai diatas 65
sebanyak 12 siswa atau 35 % dari jumlah keseluruhan 28 siswa.
2. Analisis masalah
Untuk mengetahui secara lebih rinci kekurangan-kekurangan yang dialami oleh
siswa, penulis melakukan refleksi dengan Supervisor 2 sebagai pengamat. Adapun
beberapa permasalahan yang dialami siswa dalam proses pembelajaran, antara lain :
1. Siswa kurang memperhatikan pembelajaran.
2. Siswa sering ngomong sendiri, kadang keluar masuk kelas dan gaduh.
3. Siswa masih ragu-ragu dan malu dalam menjawab pertanyaan guru.
4. Siswa kurang berani untuk bertanya apabila mengalami kesulitan dalam belajar.
5. Beberapa siswa kurang sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas kelompok.
6. Siswa masih mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah mengenai
bilangan bulat
7. Hasil evaluasi siswa masih rendah.
Dari permasalahan di atas, dapat dikatakan bahwa siswa belum berhasil belajar
secara efektif, dengan indikator pokok nilai tes formatif rendah. Di samping itu,
siswa kurang tertib mengikuti pelajaran dan karena perhatian terhadap pelajaran 
kurang. Siswa juga kurang aktif (kurang berani menjawab dan mengajukan
pertanyaan), dan kemampuan berpikirnya kurang.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran matematika
kompetensi dasar “Operasi Hitung satuan waktu” di kelas V pada SD Negeri
Citeureup 4, Kecamatan Panimbang Kabupaten belum berjalan secara efektif. Hal
ini disebabkan karena guru kurang mengaktifkan siswa dalam pembahasan materi,
kurangnya pemanfaatan media (kurang alat peraga dan buku sumber), dan guru
kurang mengupayakan penanaman konsep kepada siswa dengan memberikan contoh
buah semangka yang di bagi menjadi 4 bagian dan di berikan kepada 4 anak sama
besar adalah suatu konsep pecahan sederhana, dan guru juga  kurang memberi
penguatan dan bimbingan khusus pada siswa yang masih mengalami kesulitan
belajar, dan guru juga  kurang memberi pekerjaan rumah kepada siswa.
● Menjelaskan kondisi pembelajaran yang terjadi di kelasnya
● Menjelaskan pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan pendapat ahli
Dari identifikasi masalah di atas, berdasarkn pengamatan supervvisor 2, hal yang
menjadi faktor penyebab adalah ;
a. Siswa tidak konsentrasi lebih banyak bermain sesama teman.
b. Siswa bersikap pasif dan jarang bertanya.
c. Siwa tidak dapat memahami memecahkan soal pertanyaan mengenai faktor
dan kelipatan.
d. Guru menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah kurang
bervariasi.
e. Guru tidak memberi kesempatan siswa untuk bertanya.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi masalah tersebut sekiranya perlu diperbaiki cara pembelajarannya
dengan alternatif lain yaitu Penggunaan Media Gambar

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil analisis masalah di atas penulis merumuskan masalah yang
menjadi fokus perbaikan adalah sebagai berikut : “ Apakah Penggunaan Media
Gambar  dapat Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Matematika Dengan Materi
Operasi Hitung satuan waktu Siswa Kelas V di SD Negeri Citeureup 4 Kecamatan
Panimbang.?”
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Dari latar belakang penelitian yang memusatkan pada proses
pembelajaranMatemtika di kelas V SD Negeri Citeureup 4 Kecamatan Sukaresmi
Kabupaten Pandeglang, tujuan perbaikan pembelajarannya adalah sebagai berikut :
1. Mendiskripsikan penggunaan media gambar sebagai penunjang untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Citeureup 4 dalam
pembelajaran matematika kompetensi dasar mengenal pecahan sederhana.
2. Mendeskripsikan pemberian penguatan dan bimbingan khusus bagi siswa yang
masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah mengenai pecahan
sederhana 

D. Manfaat Penelitian Perbaikan pembelajaran

Manfaat Penelitian Perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan penulis pada mata


pelajaran Matematika di kelas V SD Negeri Citeureup 4  Kecamatan Panimbang
Kabupaten Pandeglang, dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagi Guru
Membantu guru dalam usaha menemukan bentuk pembelajaran dan sebagai bahan
masukan untuk mengetahui bahwa Media Gambar merupakan salah satu bentuk
upaya dalam kegiatan pembelajaran yang memngkinkan dapat menambah atau
meningkatkan minat belajar siswa.

2. Bagi Lembaga yang Diteliti


Penelitian dapat dijadikan sebagai tolak ukur serta inovasi dalam pengelolaan
Pendidikan di sekolah, serta sebagai motivasi untuk kemajuan dan perkembangan
pendidikan di sekolah, selain itu juga sebagai suatu usaha dalam rangka mencapai
tujuan kurikulum seperti yang telah dirumuskan dalam kurikulum sekolah.

3. Bagi Siswa
Memotivasi siswa yang dimungkinkan dapat mendorong peningkatan aktivitas dan
hasil belajar.
II KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar
1.  Pengertian Hasil Belajar
Hasil  belajar  merupakan  kemampuan  yang diperoleh individu setelah proses
belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan,
pemahaman, sikap dan keterampilan mahasiswa sehingga menjadi lebih baik dari
sebelumnya. Sebagaimana yang dikemukakan Hamalik (1995: 48) hasil belajar adalah
“Perubahan tingkah laku subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor dalam situasi tertentu berkat  pengalamannya berulang-ulang ”. 
Pendapat  tersebut didukung oleh Sudjana  (2005:  3)  “hasil belajar ialah perubahan
tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor yang dimiliki
siswa setelah menerima pengalaman belajarnya”.
Hasil  belajar  Manajemen  Sistem  Penyelenggaraan  Makanan  Institusi
merupakan  tingkat  kemampuan  yang dapat  dikuasai  dari materi  yang telah diajarkan
mencakup tiga kemampuan sebagaimana yang telah diungkapkan oleh
Bloom  di  dalam Sudjana  (2007:   22-32) bahwa tingkat kemampuan  atau penugasan
yang dapat dikuasai oleh mahasiswa mencakup tiga aspek yaitu:
a.       Kemampuan   kognitif  (cognitive  domain)  adalah  kawasan  yang  berkaitan
dengan  aspek-aspek intelektual atau secara logis yang biasa diukur dengan pikiran
atau nalar. Kawasan ini terdiri dari:

1. Pengetahuan (Knowledge), mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari


dan disimpan dalam ingatan.
2. Pemahaman  (Comprehension),  mengacu  pada  kemampuan  memahami makna
materi.
3. Penerapan (Application), mengacu pada kemampuan menggunakan atau
menerapkan  materi  yang  sudah  dipelajari  pada  situasi  yang  baru  dan
menyangkut penggunaan aturan dan prinsip.
4. Analisis (Analysis), mengacu pada kemampuan menguraikan materi ke
dalam  komponen-komponen   atau   faktor   penyebabnya,   dan   mampu memahami
hubungan di antara bagian yang satu dengan lainnya sehingga struktur dan aturannya
dapat lebih dimengerti.
5. Sintesis (synthesis), mengacu pada kemampuan memadukan konsep atau komponen-
komponen  sehingga  membentuk  suatu  pola  struktur  atau bentuk baru.
6. Evaluasi          (Evaluation),   mengacu         pada    kemampuan    memberikan
pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu.
b.      Kemampuan afektif (The affective domain) adalah kawasan yang berkaitan
dengan aspek-aspek emosional, seperti  perasaan, minat, sikap,  kepatuhan terhadap
moral dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dari:
1. Kemampuan  menerima  (Receiving),  mengacu  pada  kesukarelaan  dan
kemampuan memperhatikan respon terhadap stimulasi yang tepat.
2. Sambutan (Responding), merupakan sikap mahasiswa dalam memberikan respon
aktif terhadap stimulus yang datang dari luar, mencakup kerelaan untuk
memperhatikan secara aktif dan perpartisipasi dalam suatu kegiatan.
3. Penghargaan (Valueving), mengacu pada penilaian atau pentingnya kita
mengaitkan  diri  pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti
menerima,  menolak,  atau tidak memperhitungkan. Tujuan-tujuan tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi sikap yang apresiasi.
4. Pengorganisasian  (Organizing),  mengacu  pada  penyatuan  nilai  sebagai pedoman
dan pegangan dalam kehidupan.
5. Karakteristik  nilai  (Characterization by  value),  mencakup  kemampuan
untuk  menghayati   nilai-nilai   kehidupan   sedemikian   rupa,   sehingga menjadi
milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur
kehidupannya.
c.       Kemampuan psikomotor (The  psychomotor domain) adalah kawasan  yang
berkaitan  dengan  aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan
otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari:
1. Persepsi (Perseption),   mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasiyang
tepat  antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik
yang khas pada masing-masing rangsangan.
2. Kesiapan  (Ready),  mencakup  kemampuan  untuk  menempatkan  dirinya dalam
keadaan akan memulai sesuatu gerakan atau rangkaian gerakan.
3. Gerakan terbimbing (Guidance response), mencakup kemampuan untuk
melakukan   suatu  rangkaian  gerak-gerik,  sesuai  dengan  contoh  yang diberikan
(imitasi)
4. Gerakan  yang  terbiasa  (Mechanical  response),  mencakup  kemampuan
untuk melakukan  sesuatu  rangkaian  gerak-gerik  dengan  lancar,  karena
sudah  dilatih   secukupnya,   tanpa   memperhatikan   lagi   contoh   yang diberikan.
5. Gerakan kompleks  (Complexs response), mencakup kemampuan untuk
melaksanakan  suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan
lancer, tepat, dan efisien.
6. Penyesuaian   pola   gerak   (Adjusment),   mencakup   kemampuan   untuk
mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan kondisi setempat
atau dengan  menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.
7. Kreatifitas (Creativity), mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak-
gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan sendiri.

Dari  ketiga  kemampuan  ini dijadikan dasar  sebagai  kemampuan yang harus


dimiliki  oleh siswa untuk selanjutnya dijadikan sebagai dasar dalam menempuh
pembelajaran selanjutnya.
2.      Manfaat Hasil Belajar
Hasil  belajar  pada  hakekatnya  adalah  perubahan  tingkah  laku  yang
mencakup  bidang kognitif, afektif dan psikomotor. Pendidikan dan pengajaran
dikatakan berhasil apabila  perubahan-perubahan yang tampak pada mahasiswa
merupakan akibat dari proses belajar mengajar yang dialaminya yaitu proses yang
ditempuhnya melalui program dan kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh dosen
dalam proses pengajarannya.
 Berdasarkan hasil belajar  mahasiswa, dapat diketahui kemampuan dan
perkembangan  sekaligus tingkat     keberhasilan pendidikan dalam perkuliahan.
Sebagaimana dikemukakan ole  Douglas Bentos dalam Kustiani, (2006:20) yaitu:
“To learn is to change, to demonstrate change a person capabilities must
change. Learning has taken place when students: a. Know more than they know before,
b. Understand what they have not understood before, c. Develop a skill that was not
develop before, or e. Appreciate a subject that they have not appreciate before”.
Kutipan tersebut dapat diartikan bahwa hasil belajar harus menunjukkan
perubahan  keadaan menjadi lebih baik, sehingga dapat bermanfaat untuk:
(a) menambah pengetahuan,  
(b) lebih  memahami  sesuatu  yang  belum  dipahami  sebelumnya,
(c) lebih mengembangkan keterampilannya,
(d) memiliki pandangan yang baru atas sesuatu hal,
(e) lebih menghargai sesuatu daripada sebelumnya.
Mengacu  dari  kutipan  dari  Douglas  Benton  dapat  disimpulkan  bahwa
istilah hasil  belajar merupakan perubahan dari peserta didik sehingga terdapat
perubahan dari segi pengetahuan, sikap dan keterampilan.

B. MEDIA GAMBAR
1. Pengertian Media Gambar
Media gambar merupakan salah satu dari media pembelajaran yang paling
umum dipakai dan merupakan bahasa yang umum dan dapat dimengerti dan
dinikmati dimana-mana. Menurut Sadiman Arief S. (2003:21), media gambar adalah
sebagai berikut : 

Media gambar adalah suatu gambar yang berkaitan dengan materi pelajaran
yang berfungsi untuk menyampaikan pesan dari guru kepada siswa. Media gambar
ini dapat membantu siswa untuk mengungkapkan informasi yang terkandung dalam
masalah sehingga hubungan antar komponen dalam masalah tersebut dapat terlihat
dengan lebih jelas. 
Menurut Purwanto dan Alim (1997 : 63), kelebihan media gambar adalah: 

1. Sifatnya konkrit, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah


dibandingkan dengan media verbal semata
2. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu,
3. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan,
4. Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja,
5. Murah harganya, mudah didapatkan dan digunakan. 

Sedangkan kelemahan media gambar menurut Purwanto dan Alim (1997:63) adalah


“1) Gambar menekankan persepsi indera mata, 2) Gambar berada yang terlalu
kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran, 3) Ukurannya sangat terbatas
untuk kelompok besar”. 
Menurut Sadiman Arief S. (2003:25), ada enam syarat yang perlu dipenuhi oleh
media gambar, yaitu : 
a. Harus Autentik Gambar tersebut haruslah secara jujur melukiskan situasi
seperti kalau orang melihat benda sebenarnya. Membicarakan atau
menyampaikan suatu kejadian sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya,
seperti kalau menemukan buku tiga buah, samaikanlah sesuai dengan banyak
benda yang ditemukannya.
b. Komposisinya hendak cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam
gambar, jangan sampai berlebihan sehingga dapat membuat kesulitan siswa
untuk memahaminya.
c. Ukuran Relatif Gambar dapat membesarkan atau mengecilkan objek/benda
sebenarnya. Hendaknya dalam gambar tersebut terdapat sesuatu yang telah
dikenal siswa sehingga dapat membantu membayangkan gambar dan isinya. 
d. Gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Gambar yang baik menunjukkan objek dalam keadaan
memperlihatkan aktivitas tertentu sesuai dengan tema pembelajaran. 
e. Gambar yang tersedia perlu digunakan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan
pembelajaran. 
f. Gambar hendaklah bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. 
Dengan demikian, pada saat guru mencoba mengajarkan strategi ini,
penekanan perlu dilakukan bahwa gambar atau diagram yang dibuat tidak perlu
sempurna, terlalu bagus atau terlalu detail. Hal ini perlu digambar atau dibuat
diagramnya adalah bagian-bagian terpenting yang diperkirakan mampu memperjelas
permasalahan yang dihadapi

C. Hakikat Pelajaran Matematika


Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau  mathema  yang
berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda
disebut wiskunde  atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran.
Istilah ”matematika” (dari yunani: mathematikos ialah ilmu pasti, dari
katamathema atau mathesis yang berarti ajaran, pengetahuan, atau ilmu
pengetahuan). Matematika adalah salah satu pengetahuan tertua, terbentuk dari
penelitian bilangan dan ruang.
1.      Sejarah Matematika
Sebelum zaman modern dan penyebaran ilmu pengetahuan ke seluruh
dunia, contoh-contoh tertulis dari pengembangan matematika telah mengalami
kemilau hanya di beberapa tempat. Tulisan matematika terkuno yang telah
ditemukan adalah Plimpton 322 (matematika Babilonia sekitar 1900 SM), Lembaran
Matematika Rhind (Matematika Mesir sekitar 2000-1800 SM) dan Lembaran
Matematika Moskwa (matematika Mesir sekitar 1890 SM). Semua tulisan itu
membahas teorema yang umum dikenal sebagai teorema Pythagoras, yang
tampaknya menjadi pengembangan matematika tertua dan paling tersebar luas
setelah aritmetika dasar dan geometri.
Sumbangan matematikawan Yunani memurnikan metode-metode
(khususnya melalui pengenalan penalaran deduktif dan kekakuan matematika di
dalam pembuktian matematika) dan perluasan pokok bahasan matematika. Kata
"matematika" itu sendiri diturunkan dari kata Yunani kuno, μάθημα (mathema), yang
berarti "mata pelajaran". Matematika Cina membuat sumbangan dini, termasuk
notasi posisional. Sistem bilangan Hindu-Arab dan aturan penggunaan operasinya,
digunakan hingga kini, mungkin dikembangakan melalui kuliah pada milenium
pertama Masehi di dalam matematika India dan telah diteruskan ke Barat melalui
matematika Islam. Matematika Islam, pada gilirannya, mengembangkan dan
memperluas pengetahuan matematika ke peradaban ini. Banyak naskah berbahasa
Yunani dan Arab tentang matematika kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin, yang mengarah pada pengembangan matematika lebih jauh lagi di Zaman
Pertengahan Eropa.
Dari zaman kuno melalui Zaman Pertengahan, ledakan kreativitas
matematika seringkali diikuti oleh abad-abad kemandekan. Bermula pada abad
Renaisans Italia pada abad ke-16, pengembangan matematika baru, berinteraksi
dengan penemuan ilmiah baru, dibuat pada pertumbuhan eksponensial yang berlanjut
hingga kini.
Tokoh-Tokoh matematika :
a.    Thales (624-550 SM) Dapat disebut matematikawan  pertama yang merumuskan
teorema atau proposisi, dimana tradisi ini menjadi lebih jelas setelah dijabarkan
oleh Euclid. Landasan matematika sebagai ilmu terapan rupanya sudah diletakan
oleh Thales sebelum muncul Pythagoras yang membuat bilangan.
b.     Pythagoras (582-496 SM) Pythagoras adalah orang yang pertama kali
mencetuskan aksioma-aksioma, postulat-postulat yang perlu dijabarkan terlebih
dahulu dalam mengembangkan geometri.Pythagoras bukan orang yang
menemukan suatu teorema Pythagoras namun dia berhasil membuat pembuktian
matematis.Persaudaraan Pythagoras menemukan 2 sebagai bilangan
irrasional.
c.     Socrates (427-347 SM) Ia merupakan seorang filosofi besar dari Yunani. Dia
juga menjadi pencipta ajaran serba cita, karena itu filosofinya dinamakan
idealisme.Ajarannya lahir karena pergaulannya dengan kaum sofis.Plato
merupakan ahli piker pertama yang menerima paham adanya alam bukan benda.

2.      Karakteristik Pembelajaran Matematika SD


Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran
pada tingkat  SMP  maupun  SMA. Karena  disesuaikan dengan  perkembangan
peserta didiknya. Adapun  ciri-ciri pembelajaran matematika di SD diantaranya
adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran matematika menggunakan metode spiralPendekatan spiral dalam
pembelajaran matematika merupakan pendekatan
dimana pembelajaran  konsep  atau  topik  matematika  selalu  mengaitkan  atau
menghubungkan dengan topik sebelumnya.
b. Pembelajaran matematika bertahapMateri pelajaran matematika diajarkan secara
bertahap yaitu dimulai dari konsep-konsep yang sederhana menuju yang lebih
sulit. Selain itu pembelajaran matematika  dimulai dari  yang konkrit, ke semi
konkrit, dan akhirnya kepada konsep abstrak.
c. Pembelajaran matematika menggunakan metode induktifMetode induktif sesuai
dengan tahap perkembangan peserta didik usiaSekolah Dasar, karena metode
induktif ini dimulai dari contoh-contoh. Misalnya pengenalan bangun-bangun
ruang tidak dimulai dari definisi, melainkan dengan memperhatikan contoh-
contoh dari bangun tersebut.
d. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensiKebenaran
matematika merupakan kebenaran yang konsisten artinya tidak ada pertentangan
antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang lainnya.
e. Pembelajaran matematika hendaknya bermakna Pembelajaran   
bermaknamerupakan  cara  mengajarkan  materi  pelajaran yang  mengutamakan
pengertian  dan pemahaman dari pada hafalan.
Dalam pembelajaran bermakna siswa mempelajari  matematika   mulai
dari   proses terbentuknyasuatu konsep kemudian menerapkannya
danmemanipulasikonsepkonsep tersebut padasituasi baru.
III PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A.  Subyek, Tempat Dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu


1.     Subyek Penelitian
Penelitian Perbaikan Pembelajaran dilakukan pada  kelas V SD Negeri Citeureup 4
Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang pada Mata pelajaran Matematika
Kelas yang diteliti adalah kelas V yang berjumlah 28 orang siswa .
2.     Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SDN Citeureup 4 Kecamatan Panimbang Kabupaten
Pandeglang
3.      Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan tanggal 19 Agustus 2015 – 13 Sepetember 2015 Perbaikan
Pembelajaran untuk mata pelajaran Matematika  tiap siklusnya disusun dengan
disesuaikan jadwal pelajaran di sekolah. Yaitu sebagai berikut :
Tabel 1
Jadwal Penelitian Tindakan Kelas
Mata
No Siklus Waktu Pelaksanaan
Pelajaran
1 Matematika Pra Siklus Rabu, 19  Agustus 2015
2 Matematika I Selasa, 25 Agustus  2015
3 Matematika II Selasa, 8 September 2015

4. Pihak Yang membantu


Dalam Pelaksanaan PKP ini di bantu oleh Seorang guru dari SDN Citereup 4
Kecamatan Panimbang Supervisor 2 dan Kepala Sekolah serta untuk Bimbingan
tekhnis di bantu oleh Supervisor 1.
B. DESAIN PROSEDUR PERBAIKAN PEMBELAJARAN
1. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Kegiatan penelitian ini diawali dengan persiapan/perencanaan. Pada tahap
persiapan penulis menyusun perencanaan perbaikan pembelajaran yaitu:
1) Permohonan ijin kepala sekolah untuk melakukan penelitian,
2) Menentukan waktu pelaksanaan penelitian,
3) menghubungi rekan guru untuk menjadi observer
4) Menyususn RPP. Perbaikan pembelajaran yang akan peneliti lakukan dalam 2
siklus pembelajaran. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu:
1) perencanaan tindakan,
2) pelaksanaan,
3) observasi,
4) refleksi.
1.    Siklus 1
a.    Tahap perencanaan .
Dalam tahap perencanaan tindakan kegiatan yang dilakukan peneliti sebagai
berikut:
a)Menentukan metode mengajar,
b) mempersiapkan lembar observasi,
c)mempersiapkan lembar kerja siswa,
d) mempersiapkan lembar evaluasi.
b.    Tahap pelaksanaan
Siswa diberikan penjelasan tenteng tujuan penelitian tindakan kelas sesuai dengan
rancangan yang telah direncanakan, baik mengenai pengumpulan data maupun
kegiatan-kegiatan yang lain. Kegiatan dalam penelitian tindakan kelas ini
meliputi:
- Memberikan penjelasan secara umum tentang pokok bahasan yang diajarkan
dengan menggunakan metode kerja kelompok,

- Mendorong siswa yang belum aktif untuk aktif dalam mengikuti


pembelajaran,
- Mengamati dan mencatat siswa yang berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
menggunakan lembar observasi,
- Mengumpulkan hasil pengujian siswa yang diperoleh siswa dalam
mengerjakan tugas,
- menganalisa hasil tes.

c.    Tahap Pengamatan.


Pada pelaksanaannya observasi selalu dilaksanakan oleh peneliti dan supervisor 2
selaku observer. Observasi sebagai bentuk pengamatan terhadap isi tindakan,
pelaksanaan tindakan, maupun akibat dari tindakan tersebut.

d.    Tahap refleksi.


Pada tahap ini peneliti menganalisa kekurangan-kekurangan yang terjadi pada
penelitian yang telah dilakukan guna menentukan langkah berikutnya.
2.    Siklus II

a.    Tahap perencanaan


● Mempersiapkan fasilitas dan sarana yaitu dengan membuat kelompok
belajar siswa yang jumlah anggotanya lebih kecil.
● Membuat pengurus baru pada masing-masing kelompok mencakup
fasilisator, penulis, dan juru bicara.
● Membuat bahan pelajaran yang akan disampaikan pada kelompok untuk
didiskusikan
● Membuat soal tes formatif yang akan dikerjakan oleh masing-masing
siswa.

b.    Tahap pelaksanaan

● Peneliti memberikan penjelasan tentang pokok bahasan operasi hitung


pecahan yang akan dipelajari serta menjelaskan kegiatan yang akan
dilaksanakan siswa untuk belajar bersama dalam kelompoknya.
● Siswa yang telah menguasai materi pada siklus I dimohon memimpin
teman kelompoknya membahas bahan ajar yang diberikan oleh peneliti
bahan ajar yang diberikan oleh peneliti berisikan tugas tindaklanjut dari
siklus I.
● Memberi kesempatan pada masing-masing kelompok untuk melaporkan
hasil kerja kelompok/diskusi.
● Pembahasan hasil kerja kelompok.
● Memberikan evaluasi pada siswa untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam materi hitung pecahan.
● Menganalisa hasil tes siswa.

c.    Tahap Pengamatan .


Peneliti mencatat hasil-hasil yang diperoleh anak didik serta mencatat
kesalahan-kesalahan yang dilakukan anak didik dalam proses pembelajaran
baik dalam kerja ke lompok maupun hasil tes.

d.  Tahap refleksi.Peneliti membuat inventarisasi tingkat kesulitan yang


dilakukan siswa dalam menyelesaikan bahan ajar yang diberikan serta
mendata siswa yang telah mampu menyelesaikan soal evaluasi dan mampu
mendapatkan nilai di atas standar ketuntasan belajar

Perbaikan Pembelajaran yang dilkukan pada pada Kelas V SDN Citeureup 4


Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang. Mata pelajaran yang menjadi tujuan
perbaikan adalah mata pelajaran Matematika dengan Desain Prosedur Sebagai Berikut :
1. Mengamati fakta/data pembelajaran Matematika di Kelas V SDN Citeureup 4
Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang
2. Mengidentifikasi masalah yang terjadi di kelas yaitu :Pada nilai Pra Siklus hanya7
siswa (30 %)  yang nilainya baik, 5 siswa (16,67%) nilainya sama dengan KKM dan
16 siswa (53,33%) nilainya kurang
3. Melakukan Analisis Masalah yang terjadi di Kelas V SDN Citeureup 4 Kecamatan
Panimbang Kabupaten Pandeglang pada pelajaran Matemtika . Yaitu sebagai
berikut :
Karena siswa tidak fokus bila guru menerangkan Dalam menyerap materi pelajaran
penanggapan siswa berbeda-beda sebagian besar daya tangkapnya lemah karena
menurut mereka materi tersebut tidak menarik Guru tidak melakukan berbagai
metode pendekatan belajar mengajar.
·          Faktor – faktor yang mempengaruhi rendahnya nilai siswa di akhir pembelajaran
adalah Kurangnya media gambar yang tepat, penjelasan guru tidak terperinci dan
terlalu cepat, dan penjelasan didominasi oleh guru.
4. Melakukan Alternatif dan Prioritas Pemecahan masalah yaitu penulis melakukan 2
(dua) siklus perbaikan pembelajaran Matematika Kelas 5 SDN Citeureup 4
Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang
5. Menentukan Metode Perbaikan Pembelajaran, penulis menggunakan metode
pengamatan (obsevasi)
6. Merumuskan Masalah Rumusan Masalahnya adalah “Bagaimana meningkatkan hasil
belajar siswa dengan penggunaan media gambar dalam materi operasi hitung
satuan waktu mata pelajaran Matematika Kelas V SDN Citeureup 4 Kecamatan
Panimbang Kabupaten Pandeglang?”
7. Melakukan Tindakan. Tindakan Perbaikan akan dilaksanakan dengan langkah –
langkah sebagai berikut :
a.         Siklus 1 (satu)
1)      Kegiatan Awal (5 menit)
- Guru mengkondisikan kelas, berdo’a mengabsen siswa
- Guru memotivasi siswa
2)      Kegiatan Inti (25 menit)
- Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan satuan waktu dalam kehidupan
sehari-hari yang berhubungan dengan cuaca.
- Guru menampilkan media gambar (Gambar jam, kalender)
- Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan berbagai macam satuan waktu.
- Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan satuan waktu nama hari dalam
satu minggu
- Guru memberikan lembar soal evaluasi
3)      Siswa Penutup (5 menit)
- dengan bantuan guru menyimpulkan hasil pelajaran
- Guru mengadakan post tes.
- Guru memberikan pujian sebagai motivasi bagi siswa yang aktif dalam
kegiatan belajar,
- Memberikan teguran kepada siswa yang belum aktif.
- Penutup do’a dan  tindak lanjut
b.          Siklus 2 (dua)
1)      Kegiatan Awal (5 menit)
- Guru mengkondisikan kelas, berdo’a mengabsen siswa
- Guru memotivasi siswa
2)      Kegiatan Inti (25 menit)
- Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan nama satuan waktu dalam
kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan nama hari, bulan, .
- Guru menjelaskan materi Operasi satuan waktu
- Guru menjelaskan satuan waktu dengan gambar – gambar
- Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan pengaruh satuan waktu
terhadap kegiatan manusia
- Guru memberikan lembar soal evaluasi
3)      Penutup (5 Menit)
-          Siswa dengan bantuan guru menyimpulkan hasil pelajaran
-          Guru mengadakan post tes.
-          Guru memberikan pujian sebagai motivasi bagi siswa yang aktif dalam
kegiatan belajar, dan memberikan teguran kepada siswa yang belum aktif.
-          Penutup do’a
-          Setelah pelajaran selesai guru memeriksa hasil belajar siswa dengan
menganalisi nilai.
C.    Tehnik Analisa Data
Dalam suatu penelitian, data yang dikumpulkan dapat berbentuk data
kuantitatifdan data kualitatif. Analisis data dilakukan dengan  membandingkan  tingkat
keterlibatan siswa selama proses pembelajaran dan prestasi belajar siswa sebelum dan
sesudah melaksanakan perbaikan.
Data kualitatif dianalisis melalui narasi dan paparan untuk mengetahui keterlibatan
siswa dalam proses pembelajaran. Data kuantitatif dianalisis dengan statistik sederhana
untuk mengetahui tingkat keberhasilan Data Pokok dalam penelitian ini adalah nilai
hasil evaluasi siswa pra siklus, siklus I dan Siklus II, dengan menklasifikasi nilai dengan
kriteria kurang, sedang dan baik Dalam rangka membantu kelancaran penelitian
perbaikan pembelajaran, penulis meminta bantuan supervisor 2 untuk melakukan
pengamatan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh penulis.
Hal yang menjadi fokus pengamatan adalah tingkat keaktifan siswa dalam
setian siklus perbaikan pembelajaran.
Aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran baik berupa tanya jawab
maupun diskusi kelompok pada mata pelajaran matematika
Fokus Pengamatan tersebut meliputi :
v  Pengelolaan ruang dan fasilitas pembelajaran
v  Pengelolaan interaksi kelas
v  Memberi petunjuk dan penjelasan tentang isi pembelajaran
v  Memberi umpan balik terhadap pertanyaan siswa
v  Memotivasi dan memelihara ketertiban siswa
v  Memantapkan materi pembelajaran
v  Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
v  Memulai pelajaran
v  Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tujuan
v  Menggunakan alat bantu (media) yang sesuai
v  Melaksanakan pembelajaran dalam urutan yang logis
v  Mengelola waktu pembelajaran secara efisien
v  Bersikap terbuka dan luwes terhadap siswa
v  Melaksanakan penilaian akhir pelajaran
IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Hasil penelitian penulis uraikan sebagai berikut :
1. Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal hasil pembelajaran Matematika di Kelas V sebelum dilakukan
penelitian sangat rendah. Hal ini terbukti dari dua kali pelaksanaan ulangan harian,
hasil yang diperoleh belum mencapai ketuntasan. Dari 28 siswa yang mengikuti
ulangan harian, baru 16 anak atau 42,86 persen yang mencapai ketuntasan.
Dari 2 kali pelaksanaan ulangan harian, nilai rata-rata siswa masih di bawah KKM.
Nilai rata-rata siswa 61,43. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata masih di
bawah KKM kelas, yaitu 65.
Hasil pembelajaran yang rendah di atas dikarenakan tingkat keaktifan siswa sangat
rendah, yaitu baru mencapai 42,86 % siswa yang aktif. Keberanian siswa dalam
bertanya juga sangat rendah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Hasil Belajar Matematika Siswa Pra Siklus
Tabel 4.1
DAFTAR NILAI PRA SIKLUS

Ketuntasan KKM
No Nama NILAI Belum
Tuntas
Tuntas
1 Arsanah 55 ✔
2 Aditiya Dwi 60 ✔
3 Aenun Chusu 70 ✔
4 Agung Lesmana 70 ✔
5 Amanda Isyabela 80 ✔
6 Arif Saepudin 80 ✔
7 Dani Firdaus 90 ✔
8 Dani Ramadhan 50 ✔
9 Dede Saripudin 60 ✔
10 Delit Desta 80 ✔
11 Dhavina 70 ✔
12 Dika Alfarizi 80 ✔
13 Dina 45 ✔
14 Dita Agustina 50 ✔
15 Elvi Sukaesih 70 ✔
16 Gelar Raya 50 ✔
17 Haenia 90 ✔
18 Hasbiallah 50 ✔
19 Hendri Hidayat 70 ✔
20 Ima Amelia 55 ✔
21 Priyanto 55 ✔
22 Ruman 40 ✔
23 Lusi Desvita 80 ✔
24 Mita Dwi 50 ✔
25 Hamdi 50 ✔
26 Rayadin 80 ✔
27 Nbila 50 ✔
28 Neng Mira 50 ✔
Jumlah 1720 12 16
Rata-Rata 61,43    
Prosentase 42,86 57,14
Gambar 4.1
Grafik Nilai Siswa Pra Siklus

Berdasarkan dari tabel dan grafik analisis nilai hasil evaluasi Pra Siklus  diperoleh data 16
siswa (57,14%) belum Tuntas  12 siswa (42,86%) Tuntas dan nilai rata – rata kelas
dibawah 100 % dan nilai rata-rata hanya 61,43 dibawah 75 . Dari data tersebut dapat
diartikan bahwa tujuan pembelajaran belum tercapai sepenuhnya untuk itu perlu diadakan
perbaikan pembelajaran. Perbaikan pembelajaran yang penulis lakukan untuk menindak
lanjuti adalah 2 (dua) Siklus perbaikan yang terdiri dari Siklus 1 dan Siklus 2 yang akan di
uraikan selanjutnya.

2.    Deskripsi Siklus I dan II


1.    Siklus I
a.    Perencanaan
Langkah awal dalam perencanaan adalah memeriksa RPP. Langkah selanjutnya
adalah memeriksa alat peraga yang akan digunakan, kemudian memeriksa
kelengkapan dan ketersediaan alat pengumpul data, seperti lembar observasi.

b.    Pelaksanaan
Dalam pelaksananaan Siklus 1 diadakan langkah-langkah sebagai berikut
:
Kegiatan Awal (10 menit)
Apresepsi/ Motivasi
Membahas masalah Jam, Apa saja yang terdapat pada jam seperti jarum
jam, jarum menit, jarum detik dll.
Kegiatan Inti (45 menit)
- Menuliskan tanda waktu dengan menggunakan notasi 24 jam
- Melakukan percobaan dengan membuat jam mainan dari
karton,memberikan permasalahan untuk didiskusikan sampai didapat
kesimpulan. Setelah itu siswa diuji kemampuannya dengan memecahkan
persoalan yang ada pada buku paket.
- Siswa diuji kemampuan dan keterampilannya Mengerjakan soal-soal
latihan.
- Membahas macam-macam satuan waktu, mangadakan Tanya Jawab
untuk menentukan operasi hitungnya sampai diperoleh suatu kesimpulan.
- Siswa diuji kemampuan dan keterampilannya Mengerjakan soal-soal
latihan
- Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
- Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,
- memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup (15 menit)
- Guru memberikan refleksi mengenai materi yang telah disampaikan,
- memberikan pekerjaan rumah dan menginformasikan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
- Siswa dengan bantuan guru menyimpulkan hasil pelajaran
- Kegiatan tindak lanjut
- Kegiatan Tes Formatif

c.    Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat terhadap peneliti. Berdasarkan hasil
penelitian didapat beberapa hal yang mendapat perhatian pengamat dan
menjadi catatan, ada beberapa siswa yang tidak serius melaksanakan tugas dan
bermain sendiri.
Berdasarkan hasil pengamatan secara umum proses kegiatan perbaikan
pembelajaran belum optimal. Kurang optimalnya kegiatan siswa merupakan
penyebab masih rendahnya hasil belajar siswa. Hasil ulangan harian, 23 Siswa
yang sudah mendapat nilai di atas nilai tuntas, dan sisanya 15 siswa mendapat
nilai di bawah nilai tuntas.

d.    Refleksi
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I menunjukkan peningkatan hasil
belajar, terbukti dari 28 siswa, baru 23 yang mendapat nilai tuntas, namun
demikian, peningkatan tersebut belum mencapai kriteria keberhasilan
pembelajaran. Pembelajaran masih dilaksanakan secara klasikal, sehingga
siswa banyak yang merasa bingung dalam mengerjakan tugas. Kurangnya
optimalisasi kegiatan siswa merupakan salah satu faktor penyebab, dan
kurangnya pengawasan peneliti juga menjadi sebab rendahnya nilai siswa.
Berdasarkan kenyataan tersebut peneliti dan pengamat sepakat untuk
melakukan tindakan perbaikan pembelajaran siklus II. Upaya yang akan
dilakukan adalah menggunakan benda-benda di lingkungan sekolah dengan
mengoptimalkan kegiatan siswa, dan meningkatkan pengawasan peneliti
terhadap kerja siswa.
Hasil penelitian siklus lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2. Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus I melalui Media gambar
Ketuntasan KKM
No Nama NILAI
Tuntas Belum Tuntas
1 Arsanah 65 ✔   
2 Aditiya Dwi 65 ✔   
3 Aenun Chusu 70 ✔     
4 Agung Lesmana 75 ✔     
5 Amanda Isyabela 85 ✔     
6 Arif Saepudin 65 ✔   
7 Dani Firdaus 90 ✔   
8 Dani Ramadhan 60   ✔   
9 Dede Saripudin 65 ✔   
10 Delit Desta 85 ✔     
11 Dhavina 75 ✔     
12 Dika Alfarizi 85 ✔     
13 Dina 60   ✔   
14 Dita Agustina 55   ✔   
15 Elvi Sukaesih 75 ✔     
16 Gelar Raya 60 ✔   
17 Haenia 95 ✔     
18 Hasbiallah 65 ✔   
19 Hendri Hidayat 70 ✔     
20 Ima Amelia 60   ✔   
21 Priyanto 65 ✔   
22 Ruman 60   ✔   
23 Lusi Desvita 85 ✔     
24 Mita Dwi 65 ✔   
25 Hamdi 65 ✔   
26 Rayadin 85 ✔     
27 Nbila 65 ✔   
28 Neng Mira 60 ✔   
Jumlah 1975 23 5
Rata-Rata 70,54    
Prosentase 94,05 42,86 82,14

Gambar 4.2 : grafik ketuntasan dan nilai rata-rata siklus I


Berdasarkan dari tabel dan grafik analisis nilai hasil evaluasi Siklus I   diperoleh data
23 siswa (82,14%) belum Tuntas  5  siswa (82,14%) Tuntas dan nilai rata – rata
kelas dibawah 100 % hanya 94,05 %
Berdasarkan kenyataan tersebut peneliti dan pengamat sepakat untuk melakukan
tindakan perbaikan pembelajaran siklus II. Upaya yang akan dilakukan adalah
menggunakan Media gambar yang lebih lengkap dari sekolah dengan
mengoptimalkan kegiatan siswa, dan meningkatkan pengawasan peneliti terhadap
kerja siswa.

2.    Siklus II
a.    Perencanaan
Kegiatan perencanaan siklus II yaitu menyediakan perangkat penelitian yang
meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran, materi dan sumber, alat peraga,
lembar pengamatan, dan lembar kerja siswa.

b.    Pelaksanaan
Kegiatan Awal (10 menit)
Apresepsi/ Motivasi
Membahas masalah Jam, Apa saja yang terdapat pada jam
seperti jarum jam, jarum menit, jarum detik dll.
Kegiatan Inti (45 )
- Menuliskan tanda waktu dengan menggunakan notasi 24
jam
- Melakukan percobaan dengan membuat jam mainan dari
karton,memberikan permasalahan untuk didiskusikan sampai didapat
kesimpulan. Setelah itu siswa diuji kemampuannya dengan
memecahkan persoalan yang ada pada buku paket.
- Siswa diuji kemampuan dan keterampilannya Mengerjakan soal-
soal latihan.
- Membahas macam-macam satuan waktu, mangadakan Tanya
Jawab untuk menentukan operasi hitungnya sampai diperoleh suatu
kesimpulan.
- Siswa diuji kemampuan dan keterampilannya Mengerjakan soal-
soal latihan
- Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
- Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
Kegiatan Penutup (15)
- Guru memberikan refleksi mengenai materi yang telah
disampaikan,
- memberikan pekerjaan rumah dan menginformasikan materi yang
akan
- dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
- Siswa dengan bantuan guru menyimpulkan hasil Pelajaran
- Kegiatan Tes Formatif

c.    Pengamatan
Hasil pengamatan terlihat adanya optimalisasi kerja siswa. peneliti terlihat
membimbing siswa serta mengingatkan siswa-siswa yang bermain sendiri. Hasil
siklus II terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa dari 23 menjadi 28 siswa .
Tingkat keaktifan siswa pada siklus II juga meningkat, seluruh siswa telah aktif
mengikuti dan mengerjakan semua tugas yang diberikan, dengan demikian perbaikan
pembelajaran siklus II dinyatakan telah berhasil, sehingga penelitian dihentikan pada
siklus II.
d.    Refleksi
Pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran siklus II telah berhasil. Hal itu
dibuktikan bahwa dari 28 siswa telah berhasil mencapai nilai KKM yang ditentukan
sebagai indikator keberhasilan pembelajaran yaitu 70, dengan demikian hasil
penelitian sudah dinyatakan berhasil.
Hasil penelitian siklus lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar Grafik dan Tabel 3
berikut:
Gambar 4.3 : Grafik Perkembangan Siklus II

Tabel 4.3. Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus II melalui Media Gambar
Ketuntasan KKM
No Nama NILAI Belum
Tuntas
Tuntas
1 Arsanah 70 ✔   
2 Aditiya Dwi 70 ✔   
3 Aenun Chusu 75 ✔     
4 Agung Lesmana 80 ✔     
5 Amanda Isyabela 80 ✔     
6 Arif Saepudin 75 ✔   
7 Dani Firdaus 95 ✔   
8 Dani Ramadhan 65 ✔   
9 Dede Saripudin 70 ✔   
10 Delit Desta 90 ✔     
11 Dhavina 75 ✔     
12 Dika Alfarizi 85 ✔     
13 Dina 76 ✔   
14 Dita Agustina 65 ✔   
15 Elvi Sukaesih 80 ✔   
16 Gelar Raya 70 ✔   
17 Haenia 95 ✔   
18 Hasbiallah 70 ✔   
19 Hendri Hidayat 75 ✔   
20 Ima Amelia 65 ✔   
21 Priyanto 70 ✔   
22 Ruman 65 ✔   
23 Lusi Desvita 85 ✔   
24 Mita Dwi 70 ✔   
25 Hamdi 70 ✔   
26 Rayadin 85 ✔   
27 Nbila 70 ✔   
28 Neng Mira 75 ✔   
Jumlah 1975 28
Rata-Rata 2116    
Prosentase 75,57 100 0

Berdasarkan dari tabel dan grafik analisis nilai hasil evaluasi Siklus II  diperoleh
data 28 siswa (100,76%) belum Tuntas  0  siswa (0%) Tuntas dan nilai rata – rata
kelas di atas 100 % hanya 100,76 %
Berdasarkan kenyataan tersebut peneliti dan pengamat sepakat untuk melakukan
tindakan perbaikan pembelajaran siklus II. Telah berhasil meningkatkan Hasil
Belajar siswa

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan sebelum penelitian, peneliti melihat
bahwa hasil belajar Matematika siswa belum tuntas. Hal tersebut dikarenakan
kegiatan pembelajaran masih menggunakan metode ceramah dan latihan dan belum
memanfaatkan benda-benda konkret yang ada di lingkungan siswa.
Pada pembelajaran pra siklus ketuntasan belajar siswa baru mencapai 16 siswa
belum Tuntas (57,14%)   persen, dari 28 siswa dengan mendapatkan nilai hasil
ulangan di atas KKM 70. Pada pembelajaran siklus I siswa yang telah mencapai nilai
KKM meningkat menjadi 23 anak (70,54 %) dan pada kegiatan pembelajaran siklus
II meningkat dengan signifikan menjadi 29 anak (75,,7%).
Setelah dilakukan penelitian dalam dua siklis, terlihat bahwa penggunaan media
konkret dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa SD Negeri Citerup 4
Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang Peningkatan tersebut dapat
dibuktikan dari kriteria hasil belajar siswa sebelum dan sesudah tindakan, yaitu
setiap siklus telah menunjukkan adanya peningkatan. Oleh karena itu, penelitian
dinyatakan telah berhasil dan dihentikan pada siklus II.
Hasil penelitian selengkapnya dapat dilihat pada gambar grafik dan tabel
perbandingan penelitian siklus I dan II berikut: Bila disajikan dalam bentuk grafik
dapat di lihat seperti dibawah ini : Secara ringkas tampak pada gambar berikut:

Gambar 4.4 : Grafik Perkembangan Siklus I dengan II

Tabel 4.4. Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Pra, Siklus I dan II
NILAI HASIL EVALUASI
No Nama
Pra Siklus Keterangan
Siklus
Siklus I
II
1 Arsanah 50 65 70  
2 Aditiya Dwi 50 65 70  
3 Aenun Chusu 70 70 75  
4 Agung Lesmana 70 75 80  
5 Amanda Isyabela 80 85 80  
6 Arif Saepudin 60 65 75  
7 Dani Firdaus 90 90 95  
8 Dani Ramadhan 50 60 65  
9 Dede Saripudin 50 65 70  
10 Delit Desta 80 85 90  
11 Dhavina 70 75 75  
12 Dika Alfarizi 80 85 85  
13 Dina 40 60 76  
14 Dita Agustina 50 55 65  
15 Elvi Sukaesih 70 75 80  
16 Gelar Raya 50 60 70  
17 Haenia 90 95 95  
18 Hasbiallah 50 65 70  
19 Hendri Hidayat 70 70 75  
20 Ima Amelia 50 60 65  
21 Priyanto 50 65 70  
22 Ruman 40 60 65  
23 Lusi Desvita 80 85 85  
24 Mita Dwi 50 65 70  
25 Hamdi 50 65 70  
26 Rayadin 80 85 85  
27 Nbila 50 65 70  
28 Neng Mira 50 60 75  
Jumlah 1720 1975 2116  
Rata-Rata 61,43 70,54 75,57
Prosentase 61,43 94,0476 100,76

Tabel di atas menunjukkan bahwa peningkatan mulai dari Pra Siklu, dengan nilai
61,43 dan siklus I menjadi 94,05, pada siklus II mencapai nilai 75, 57 melebihi nilai
rata-rata yang telah di tentukan. Artinya Penggunaan Media Gambar telah berhasil
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Citeureup 4 kecamatan Sobang.

V KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A.    KESIMPULAN
2. Tindakan perbaikan pembelajaran yang penulis lakukan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dalam materi operasi hitung satuan waktu melalui penggunaan media
gambar pada mata Matematika materi tentang satuan waktu di kelas V DI SD
Negeri Citeureup 4 Kabupaten Pandeglang
3. Berdasarkan analisis nilai hasil evaluasi Pra Siklus  diperoleh data 16 siswa yang
belum (57,14%) tuntas, 12 siswa (42,86%) mendapat nilai rata-rata 61,43 Dari data
tersebut dapat diartikan bahwa tujuan pembelajaran belum tercapai sepenuhnya
untuk itu perlu diadakan perbaikan pembelajaran. Perbaikan pembelajaran yang
penulis lakukan untuk menindak lanjuti adalah 2 (dua) Siklus perbaikan.
3.    Berdasarkan analisis nilai hasil evaluasi Siklus 1  diperoleh data yang tuntas 23siswa
(82,14%) sedang yang tidak tuntas 5 siswa (17,86%) . Dari data tersebut dapat
diartikan sudah terjadi peningkatan nilai dari Pra Siklus ke Siklus 1.
4.    Berdasarkan analisis nilai hasil evaluasi Siklus 2  diperoleh data tidak ada siswa
mendapat tidak tuntas 0 siswa (0 %) nilai rata-rata kelas sudah mencapai 75.57 telah
mencapai batas kelulusan . Dari data tersebut dapat diartikan sudah terjadi
peningkatan yang signifikan nilai dari Pra Siklus sampai siklus 2. Namun masi ada 4
siswa yang nilainya sedang
5.    Nilai rata-rata kelas pada Pra Siklus 61,67 kemudian meningkat pada siklus 1 yakni
70,76 dan meningkat lagi pada siklus 2 menjadi 75,57 dapat dikatakan tindakan
perbaikan pembelajaran yang penulis lakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas V DI SD Negeri Citeureup 4  di Kabupaten Pandeglang melalui penggunaan
media gambar pada mata pelajaran Matematika materi tentang satuan waktu

B.  SARAN TINDAK LANJUT


1. Setelah melaksanakan pembelajaran dan perbaikan pembelajaran ternyata masih ada
saja siswa yang nilainya di bawah standar atau rendah dengan demikian walaupun
telah melakukan perbaikan dengan 2 siklus penulis sarankan agar melakukan
perbaikan lagi atau remedial sampai tidak ada satupun siswa yang tertinggal atau
nilainya rendah
2. Guru memberikan perhatian lebih kepada siswa yang mendapat nilai terendah
mengenai tingkah laku dan aktifitasnya selama berada di Sekolah
3. Siswa yang daya serap rendah dan selalu mendapat nilai terendeah di kelasnya di
anjurkan untuk mengikuti kegiatan belajar di luar sekolah seperti LES atau
sejenisnya
4. Diharapkan kepada semua guru untuk lebih memperhatikan siswa yang memiliki
kekurangan atau keterbelakangan dalam belajar dan siswa tersebut mendapat
pembelajaran secara khusus dan intensif

DAFTAR PUSTAKA
Andayani dkk, (2008) Pemantapan Kemampuan Profesional, Buku Panduan PDGK4501
Edisi 1, Universitas Terbuka, Jakarta

Anton M. Moeliano, (1989) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta

Desailmu, Metode Observasi  http://desailmu.blogspot.com/2011/11/metode-observasi.html

Gatot Muhsetyo, dkk (2007), Penelitian Tindakan Kelas, Univeritas Terbuka, Jakarta


Harnawan, Asep Herry, dkk (2008), Pengembangan Kurikulum dan
Pembelajaran.Universitas Terbuka, Jakarta.
Oliveoile, Pengamatan Cuaca  http : // oliveoile.wordpress.com / 2008 / 02 / 21 /
pengamatan-cuaca/

Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No. 34 Tahun 2008 Tentang Penetapan Buku Teks
Pelajaran Yang Memenuhi Syarat Kelayakan Untuk Digunakan Dalam Proses
Pembelajaran

Sarjanaku, Hasil Belajar   http://www.sarjanaku.com/2011/03/pengertian-definisi-hasil-


belajar.html

Sudjana (20050) Konsep Dasar Pendidikan, Nusantara Pers, Bandung

Karim, dkk. 2009. Pendidikan Matematika 2.  Jakarta: Universitas Terbuka.


Karso, dkk. 2008. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Universitas Terbuka.
Muhsetyo, dkk. 2011. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sukirman, dkk. 2008.Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai