LP PK Fix
LP PK Fix
LP PK Fix
DisusunOleh:
Navi Mayyoulanda
14401.18.19017
PRODI D3 KEPERAWATAN
STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
I. KASUS / MASAALH UTAMA
Perilaku kekerasan
II. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Perilaku atau agresif merupakan suatu bentuk prilaku yang bertujuan
untuk melukaaaaaai seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah
tidak memiliki tujuan khusus, tapi lebih merujuk pada suatu perangkat
perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah
(Berkowitz, 1993 dalam Dermawan, deden, 2013)
2. Proses Terjadinya Masalah
A. Faktor Predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor
predisposisi, artinya mungkin terjadi / mungkin tidak terjadi perilaku
kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu :
1) Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi
yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak
yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya
atau sanksi penganiayaan.
2) Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan
kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar
rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi
perilaku kekerasan.
3) Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam
(pasifagresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku
kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan yang
diterima (permissive).
4) Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik,
lobusfrontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan
neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku
kekerasan.
B. Faktor Prespitasi
Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi
dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit
fisik), keputusan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat
menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi
lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada
penghinaan, kehilangan orang yang dicintai / pekerjaan dan kekerasan
merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif
dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.
a. Penatalaksanaan medik
1) Farmakoterapi
2) Terapi Somatis
Terapi kejang listrik atau Electro Convulsif Therapi (ECT) adalah bentuk
terapi kepada pasien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan
arus listrik melalui elektroda yang ditempatkan dipelipis pasien. Terapi ini ada
awalnya untuk menangani skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya
dilaksanakan setiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali) dengan kekuatan arus listrik
(2-3 joule).
c) Isolasi
b. Penatalaksanaan Keperawatan
2) Terapi modalitas
a) Psikoterapi
3) Terapi Keluarga
GangguanHargaDiri :HargaDiriRendah
B. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Riwayat ketidakjelasan nama atau identitas serta
pendidikan yang rendah, atau riwayat putus sekolah yang
mengakibatkan perkembangan kurang efektif. Status sosial tuna
wisma, kehidupan terisolasi (kehilangan kontak sosial, misal pada
lansia). Agama dan keyakinan klien tidak bisa menjelaskan
aktivitas keagamaan secara rutin (Mellia Trisyani Putri, 2020)
2. Alasan masuk
Biasanya klien masuk dengan alasan sering mengamuk
tanpa sebab, memukul, membanting, mengancam, menyerang
orang lain, melukai diri sendiri, mengganggu lingkungan, bersifat
kasar dan pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu kambuh
karena tidak mau minum obat secara teratur (Keliat,2016).
3. Faktor Predisposisi
a. Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu
dan pernah dirawat atau baru pertama kali mengalami gangguan
jiwa (Parwati, Dewi & Saputra 2018).
b. Biasanya klien berobat untuk pertama kalinya kedukun sebagai
alternative serta memasung dan bila tidak berhasil baru di bawa
kerumah sakit jiwa.
c. Trauma. Biasnya klien pernah mengalami atau menyaksikan
penganiayaan fisik, seksual, penolakan, dari lingkungan.
d. Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa,
kalau ada hubungan dengan keluarga, gejala, pengobatan dan
perawatan.
e. Biasanya klien pernah mengalami pengalaman masa lalu yang
tidak menyenangkan misalnya, perasaan ditolak, dihina, dianiaya,
penolakan dari lingkungan
4. Fisik
Pengkajian fisik
a. Ukur dan observasi tanda-tanda vital seperti tekanan darah akan
bertambah naik, nadi cepat, suhu, pernapasan terlihat cepat.
b. Ukur tinggi badan dan berat badan.
c. Yang kita temukan pada klien dengan prilaku kekerasan pada saat
pemeriksaan fisik (mata melotot, pandangan tajam, tangan
mengepal, rahang mengatup, wajah memerah)
d. Verbal (mengancam, mengupat kata-kata kotor, berbicara kasar
dan ketus)
5. Psikososial
a) Genogram
Genogram dibuat 3 generasi keatas yang dapat
menggambarkan hubungan klien dengan keluarga. Tiga generasi
ini dimaksud jangkauan yang mudah diingat oleh klien maupun
keluarga apa disaat pengkajian.
b) Konsep diri
Biasanya ada anggota tubuh klien yang tidak disukai klien yang
mempengaruhi keadaan klien saat berhubungan dengan orang lain
sehingga klien merasa terhina, diejek dengan kondisinya tersebut.
c) Identitas
Biasanya pada klien dengan prilaku kekerasan tidak puas
dengan pekerjaannya, tidak puas dengan statusnya, baik disekolah,
tempat kerja dan dalam lingkungan tempat tinggal
d) Harga diri
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan hubungan
dengan orang lain akan terlihat baik, harmoni sata terdapat
penolakan atau klien merasa tidak berharga, dihina, diejek dalam
lingkungan
e) Peran diri
Biasanya klien memiliki masalah dengan peranatau tugas yang
diembannya dalam keluarga, kelompok atau masyarakat dan
biasanya klien tidak mampu melaksanakan tugas dan peran
tersebut dan merasa tidak berguna.
f) Ideal diri
Biasanya klien memilki harapan yang tinggi terhadap tubuh,
posisi dan perannya baik dalam keluarga, sekolah, tempat kerja dan
masyarakat.
6. Hubungan social
a. Orang yang berarti Tempat mengadu, berbicara
b. Kegiatan yang diikuti klien dalam masyarakat dan apakah klien
berperan aktif dalam kelompok tersebut
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain/tingkat
keterlibatan klien dalam hubungan masyarakat.
7. Spiritual
a) Nilai dan keyakinan
b) Biasanya klien mengatakan bahwa dia tidak mengalami gangguan
jiwa.
c) Kegiatan ibadah
d) Biasaya dalam selama sakit klien jarang melakukan ibadah.
8. Status mental
a) Penampilan.
b) Biasanya penampilan klien kotor.
c) Pembicaraan.
d) Biasanya pada klien prilaku kekerasan pada saat dilakukan
pengkajian bicara cepat,keras, kasar, nada tinggi dan mudah
tersinggung.
e) Aktivitas motoric
f) Biasanya aktivitas motoric klien dengan prilaku kekerasan akan
terlihat tegang, gelisah, gerakan otot muka berubah-ubah, gemetar,
tangan mengepal, dan rahang dengan kuat.
g) Alam perasaan
Biasanya akan merasa sedih dan menyesali apa yang telah
dilakukan
h) Efek
Biasanya klien mudah tersinggung dan sering marah-marah tanpa
sebab
i) Interaksi selama wawancara
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan akan terlihat
bermusuhan, curiga, tidak kooperatif, tidak mau menatap lawan
bicara dan mudah tersinggung.
j) Persepsi
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan masih dapat menjawab
pertanyaan dengan jelas.
k) Isi Pikir
Biasanya klien meyakini dirinya tidak sakit, dan baik-baik saja.
l) Tingkat kesadaran
Biasanya klien prilaku kekerasan kadang tampak bingung,
m) Memori
Biasanya klien diwaktu wawancara dapat mengingat kejadian yang
terjadi dan mengalami gangguan daya ingat jangka panjang.
n) Kemampuan penilaian
Biasanya klien mengalami kemampuan penilaian ringan dan
sedang dan tidak mampu mengambil keputusan
o) Daya fikir diri
Biasanya klien mengingkari penyakit yang dideritanya
9. Kebutuhan persiapan pulang
a) Makan
Biasanya klien tidak mengalami perubahan
b) BAB/BAK
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan tidak ada gangguan
c) Mandi
Biasanya klien jarang mandi, tidak menyikat gigi, jarang mencuci
rambut dan bercukur atau berhias. Badan klien sangat bau dan
kotor, dan klien hanya melakukan kebersihan diri jika disuruh.
d) Berpakaian
Biasanya klien jarang mengganti pakaian, dan tidak mau
berdandan. Klien tidak mampu mengenakan pakaian dengan sesuai
dan klien tidak mengenakan alas kaki
e) Istirahat dan tidur
Biasanya klien tidak melakukan persiapan sebelum tidur, seperti:
menyikat gigi, cucu kaki, berdoa. Dan sesudah tidur seperti:
merapikan tempat tidur, mandi atau cuci muka dan menyikat gigi.
Frekuensi tidur klienberubah-ubah, kadang nyenyak dan kadang
gaduh atau tidak tidur.
f) Penggunaan obat
Biasanya klien mengatakan minum obat 3 kali sehari dan klien
tidak mengetahui fungsi obat dan akibat jika putus minum obat.
g) Pemeliharaan kesehatan
Biasanya klien tidak memperhatikan kesehatannya, dan tidak
peduli tentang bagaimana cara yang baik untuk merawat dirinya.
h) Aktifitas didalam rumah
Biasanya klien mampu merencanakan, mengolah, dan menyajikan
makanan, merapikan rumah, mencuci pakaian sendiri dan
mengatur biaya sehari-hari.
10. Mekanisme koping
Biasanya klien menggunakan respon maldaptif yang ditandai
dengan tingkah laku yang tidak terorganisir, marah-marah bila
keinginannya tidak terpenuhi, memukul anggota keluarganya, dan
merusak alat-alat yg ada dirumah.
11. Masalah psikologis dan lingkungan
Biasanya klien merasa ditolak dan mengalami masalah interaksi
dengan lingkungan.
12. Pengetahuan
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan kurang pengetahuan
tentang penyakitnya,dan klien tidak mengetahui akibat dari putus
obat dan fungsi Dari obat yang diminumnya.
III. DiagmosaKeperawatan
1. Perilaku kekerasa b/d ketidak mampuan mengendalikan
dorongan marah
2. Harga diri rendah kronis b/d terpapar stuasi traumatis
(KERJA)
“Apa yang menyebabkan bapak marah?
Apakah sebelumnya bapak pernah marah?
Terus penyebabnya apa?
Samakah dengan yang sekarang?
Pada saat penyebab marah itu ada, seperti rumah yang berantakan,
makanan yang tidak tersedia, air tak tersedia ( misalnya ini penyebab
marah klien), apa yang bapak rasakan?
Apakah bapak merasa kesal, kemudian dada bapak berdebar-debar,
mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?
Apa yang bapak lakukan selanjutnya?
Apakah dengan bapak marah-marah, keadaan jadi lebih baik?
Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik selain marah-marah?
Maukah bapak belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian?
Ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini
kita belajar satu cara dulu, begini pak, kalau tanda- marah itu sudah bapak
rasakan bapak berdiri lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu
keluarkan secara perlahan-lahan dari mulut seperti mengeluarkan
kemarahan, coba lagi pak dan lakukan sebanyak 5 kali. Bagus sekali bapak
sudah dapat melakukan nya. Nah sebaiknya latihan ini bapak lakukan
secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak
sudah terbiasa melakukannya dan cara yang kedua dengan melampiasakan
marah bapak dengan memukul bantal atau kasur”.
(TERMINASI)
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang
kemarahan bapak?
Evaluasi Objektif
“Coba bapak sebutkan penyebab bapak marah dan yang bapak
rasakan dan apa yang bapak lakukan serta akibatnya.”
“coba bagaimana cara mengontrol marah bapak saat bapak sedang
marah?”
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil
tindakan yang telah dilakukan):
“Sekarang kita buat jadwal latihan nya ya pak, berapa kali sehari
bapak mau latihan nafas dalam ?”
3. Kontrak yang akan datang
“Baik bagaimana kalau besok saat jam makan siang kita latihan cara
lain yaitu dengan minum obat secara teratur.? Tempatnya disini saja
ya pak? Selamat Pagi.”
SP 2 : Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum obat secara
teratur
Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
(ORIENTASI)
1. Salam terapeutik
“Selamat pagi bapak “Y”, masih ingat dengan saya kan?
2. Evaluasi/ validasi
Bagaimana pak, sudah makan siang sudah diminum obatnya, ? Apa
bapak sudah mencoba cara yang saya berikan kemarin? Bapak masih
ingat cara yang kemarin kan?”
3. Kontrak
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum
obat yang benar untuk mengontrol rasa marah? Dimana enaknya kita
berbincang-bincang? Bagaimana kalau ditempat tadi? Berapa lama
bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
(KERJA)
bapak sudah dapat obat dari dokter?
Berapa macam obat yang bapak minum?
warnanya apa saja?
Bagus, jam berapa di minum?
Bagus. Obatnya ada 3 macam, yang warnanya oranye namanya CPZ
gunanya agar pikiran tenang, yang putih namanya THP agar rileks dan
tidak tegang, dan yang merah jambu ini namanya HLP rasa marah
berkurang. Semuanya ini harus bapak minum 3x sehari jam 7 pagi, jam
1 siang, dan jam 7 malam. Bila nanti setelah minum obat mulut bapak
terasa kering, untuk membantu mengatasinya bapak bias mengisap-
isap es batu. Bila terasa berkunang-kunang, bapak sebaiknya istirahat
dan jangan beraktivitas dulu. Nanti dirumah sebelum minum obat ini
bapak lihat dulu label di kotak obat apakah benar nama bapak tertulis
disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja harus
diminum, baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Disini minta
obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya. Jangan
penah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter
ya, karena dapat terjadi kekambuhan. Sekarang kita masukkan waktu
minum obat kedalam jadwal ya”.
(TERMINASI)
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
kita minum obat yang benar?”
Evaluasi objektif
“Coba bapak sebutkan lagi jenis jenis obat yang bapak minum.
Bagaiman cara minum obat yang benar? Nah, sudah berapa cara
mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?”
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil
tindakan yang telah dilakukan):
“Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum obat.
Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya.”
3. Kontrak yang akan datang
“Baik, besok kita ketemu lagi untuk latihan dengan cara yang ketiga,
besok sekitar jam 09:00 WIB bagaimana pak? Bapak mau?
Bagaimana kalo besok kita berbincang-bincang lagi disini? Baik pak,
selamat siang.”
SP 3 : Melatih cara mengontrol perilaku kekerasan ke-2: dengan cara
verbal/bicara baik
Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
(ORIENTASI)
1. Salam terapeutik
“Selamat pagi bapak “Y”sesuai dengan janji saya kemarin sekarang
kita ketemu lagi. Masih ingat dengan nama saya kan pak?
2. Evaluasi/ validasi
Bagaimana pak, sudah dilakukan tarik nafas dalam dan pukul kasur
bantal? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?
Apakah bapak masih ingat dengan macam-macam obat bapak?
3. Kontrak
“Bagaiman kalau kita sekarang latihan cara bicara untuk mencegah
marah? Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
ditempat yang sama? Berapa lama bapak mau kita berbincang-
bincang? Bagaiman kalau 15 menit?”
(KERJA)
“Sekarang kita latihan cara bicara bapak baik untuk mencegah
marah. Kalau marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul
kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang
yang membuat kita marah. Ada tiga caranya:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan suara yang rendah serta
tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin bapak mengatakan
penyebab marahnya karena makanan tidak tersedia, rumah berantakan,
Coba bapak minta sediakan makan dengan baik:” tolong sediakan
makan dan bereskan rumah” Nanti biasakan dicoba disini untuk
meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus
pak.
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: ‘maaf saya tidak bisa melakukannya karena
sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan . Bagus pak.
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal bapak dapat mengatakan:’Saya jadi ingin marah karena
perkataan mu itu’. Coba praktekkan. Bagus.”
(TERMINASI)
1. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah bercakap-cakap tentang cara
mengontrol marah dengan bicara yang baik?
2. Evaluasi objektif
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita
pelajari. Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal.”
3. Rencana Tindak Lanjut
“Berapa kali sehari bapak mau latihan bicara yang baik? bisa kita
buat jadwalnya? Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari,
misalnya meminta obat, makanan dll. Bagus nanti dicoba ya pak.”
4. Kontrak yang akan datang
“Bagaimana kalau besok untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu
dengan cara ibadah, Mau dimana pak? Disini lagi? Baik sampai
bertemu besok ya pak”.
Ah. Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Keliat, Ana Budi. Dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
EGC.
Keliat, Ana Budi. Dkk. 2009. Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa.
Jakarta: EGC.
Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi . Jakarta: EGC
Dermawan, deden. 2013. Konsep dan kerangk kerja asuhan keperawatan jiwa.
Yogyakarta: Goesyen publishing, 2013