Makalah Kelompok 2
Makalah Kelompok 2
Makalah Kelompok 2
Gh
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rida dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah asuhan
keperawatan PPOK. Tidak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Rosliana
yang yang telah membimbing dan membantu kami dalam proses penyusunan Makalah
ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman yang telah
membantu baik secara moral maupun material sehingga makalah ini dapat terwujud.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah I
selain itu untuk mengetahui dan memahami arti dari Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Kasus Gangguan Sistem Pernafasan (PPOK) .
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dan kesalahan dalam makalah
yang disusun. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas kesalahan tersebut. Kritik dan
saran dari pembaca senantiasa ditunggu oleh penulis guna meningkatkan kualitas
tulisan ke depannya.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I........................................................................................................................................iii
PENDAHULUAN....................................................................................................................iii
Latar Belakang......................................................................................................................iii
Rumusan Masalah.................................................................................................................iv
Tujuan....................................................................................................................................iv
BAB II.......................................................................................................................................1
PEMBAHASAN.......................................................................................................................1
Pengertian PPOK....................................................................................................................1
Etiologi PPOK........................................................................................................................1
Patofisiologi PPOK................................................................................................................4
Manifestasi Klinis PPOK.......................................................................................................5
Penatalaksanaan PPOK..........................................................................................................5
Pencegahan PPOK..................................................................................................................8
Asuhan Keperawatan PPOK.................................................................................................10
BAB III....................................................................................................................................17
PENUTUP...............................................................................................................................22
Kesimpulan...........................................................................................................................22
Saran.....................................................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai
oleh hambatan aliran udara di saluran nafas yang bersifat progresif non-reversible
atau reversible parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronis dan emfisema atau
gabungan keduanya.1 World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa
PPOK menduduki peringkat ketiga dalam kategori 10 penyakit penyebab kematian
terbanyak di dunia dan insidensi dari penyakit ini diyakini akan mengalami
kenaikan di tahun-tahun mendatang, Oleh karena itu PPOK menjadi salah satu
permasalahan yang penting dalam dunia kesehatan.2 Tahun 2015 WHO melaporkan
telah terjadi 251 juta kasus PPOK di seluruh dunia dan menyebabkan kematian
sebanyak 3,17 juta orang.
B. Rumusan Masalah
A. Pengertian PPOK
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Terhalangnya aliran udara ke paru-paru
adalah ciri dari PPOK Penyakit paru obstruktif kronis atau PPOK adalah nama
untuk sekelompok kondisi paru yang menyebabkan kesulitan bernapas. Kondisi ini
menyebabkan aliran udara ke paru-paru terhalang.Penyakit ini termasuk kondisi
umum yang menyerang orang dewasa, terutama yang memiliki kebiasaan
merokok.Masalah pernapasan ini cenderung semakin memburuk dari waktu ke
waktu dan dapat memengaruhi produktivitas. Seseorang yang terkena PPOK
memiliki risiko yang lebih tinggi terserang penyakit jantung, kanker paru-paru, dan
berbagai kondisi lainnya. Meski kondisi ini termasuk kategori penyakit progresif,
namun tetap bisa diobati. Pengobatan dan perawatan yang tepat bisa membuat
penderitanya memiliki kualitas hidup yang baik. Selain itu, perawatan yang baik
juga akan memperkecil risiko mengalami komplikasi.
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive Pulmonary
Disease (COPD) adalah suatu penyumbatan menetap pada saluran pernapasan yang
disebabkan oleh emfisema dan bronkitis kronis. Menurut American College of
Chest Physicians/American Society, (2015). Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK) adalah sekolompok penyakit paru menahun yang berlangsung lama dan
disertai dengan peningkatan resistensi terhadap aliran udara (Padila, 2012).
Kelompok penyakit paru tersebut adalah bronkitis kronis, emfisema paru-paru dan
asma bronchial (Smeltzer, 2011).
B. Etiologi PPOK
Etiologi penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau chronic obstructive
pulmonary disease (COPD) adalah kerusakan jalan nafas atau kerusakan parenkim
paru. Kerusakan ini dapat disebabkan oleh :
1. Merokok
Merokok hingga saat ini masih menjadi penyebab utama dari PPOK, termasuk
perokok pasif. World Health Organitation (WHO) memperkirakan pada tahun
2005, 5.4 juta orang meninggal akibat konsumsi rokok. Kematian akibat rokok
1
diperkirakan akan meningkat hingga 8.3 juta kematian pertahun pada tahun
2030.Merokok merangsang makrofag melepaskan fator kemotaktik netrofil dan
elastase yang akan menyebabkan destruksi jaringan. Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa penurunnan fungsi paru dan perubahan struktur paru pada
pasien yang merokok telah terjadi jauh sebelum gejala klinis PPOK muncul.
2. Faktor Lingkungan
PPOK dapat muncul pada pasien yang tidak pernah merokok. Faktor lingkungan
dicurigai dapat menjadi penyebabnya namun mekanisme belum diketahui pasti.
Pada negara dengan penghasilan sedang hingga tinggi, merokok merupakan
penyebab utama PPOK, namun pada negara dengan penghasilan rendah paparan
terhadap polusi udara merupakan penyebabnya. Faktor risiko yang berasal dari
lingkungan antara lain adalah polusi dalam ruangan, polusi luar ruangan, zat
kimia dan debu pada lingkungan kerja, serta infeksi saluran nafas bagian bawah
yang berulang pada usia anak.
3. Defisiensi enzim Alpha1-antitrypsin (AAT)
AAT merupakan enzim yang berfungsi untuk menetralisir efek elastase neutrophil
dan melindungi parenkim paru dari efek elastase. Defisiensi AAT merupakan
faktor predisposisi pada Emfisema tipe panasinar. Defisiensi AAT yang berat
akan menyebabkan emfisema prematur pada usia rata-rata 53 tahun untuk pasien
bukan perokok dan 40 tahun pada pasien perokok.
4. Paparan Pekerjaan
Meningkatnya gejala-gejala respirasi dan obstruksi aliran udara dapat diakibatkan
oleh paparan debu di tempat kerja. Beberapa paparan pekerjaan yang khas
termasuk penambangan batu bara, penambangan emas, dan debu kapas tekstil
telah diketahui sebagai faktor risiko obstruksi aliran udara kronis.
5. Polusi Udara
Beberapa peneliti melaporkan meningkatnya gejala respirasi pada orang-orang
yang tinggal di daerah padat perkotaan dibandingkan dengan mereka yang tinggal
di daerah pedesaan, yang berhubungan dengan meningkatnya polusi di daerah
padat perkotaan. Pada wanita bukan perokok di banyak negara berkembang,
adanya polusi udara di dalam ruangan yang biasanya dihubungkan dengan
memasak, telah dikatakan sebagai kontributor yang potensial.
6. Infeksi Berulang Saluran Respirasi
Infeksi saluran respirasi telah diteliti sebagai faktor risiko potensial dalam
perkembangan dan progresivitas PPOK pada orang dewasa, terutama infeksi
saluran nafas bawah berulang. Infeksi saluran respirasi pada masa anak-anak juga
telah dinyatakan sebagai faktor predisposisi potensial pada perkembangan akhir
PPOK.
7. Kepekaan Jalan Nafas dan PPOK
Kecenderungan meningkatnya bronkontriksi sebagai reaksi terhadap berbagai
stimulus eksogen, termasuk methakolin dan histamin, adalah salah satu ciri-ciri
dari asma. Bagaimanapun juga, banyak pasien PPOK juga memiliki ciri-ciri jalan
nafas yang hiperesponsif. Pertimbangan akan tumpang tindihnya seseorang
dengan asma dan PPOK dalam kepekaan jalan nafas, obstruksi aliran udara, dan
gejala pulmonal mengarahkan kepada perumusan hipotesis Dutch yang
menegaskan bahwa asma, bronkitis kronis, dan emfisema merupakan variasi dari
dasar penyakit yang sama, yang dimodulasi oleh faktor lingkungan dan genetik
untuk menghasilkan gambaran patologis yang nyata.
C. Patofisiologi PPOK
PPOK merupakan kombinasi antara penyakit bronkitis obstruksi kronis, emfisema,
dan asma. Menurut Black (2014), patologi penyakit tersebut adalah :
a. Bronkitis Obstruksi Kronis
Bronkitis obstruksi kronis merupakan akibat dari inflamasi bronkus, yang
merangsang peningkatan produksi mukus, batuk kronis, dan kemungkinan
terjadi luka pada lapisan bronkus. Bronkitis kronis ditandai dengan hal-hal
berikut :
1) Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar submukosa pada bronkus yang
menyebabkan peningkatan produksi mukus.
2) Peningkatan jumlah sel goblet yanag juga memproduksi mukus.
3) Terganggunya fungsi silia, sehingga menurunkan pembersihan mukus.
Kemampuan pertahanan mukosilier paru berkurang, sehingga paru akan lebih
mudah terinfeksi. Ketika terjadi infeksi, produksi mukus akan menjadi lebih
banyak, serta dinding bronkus akan meradang dan menebal. Bronkitis kronis
awalnya hanya mengenai bronkus besar, namun pada akhirnya seluruh saluran
nafas akan terpengaruh.
b. Emfisema
Emfisema adalah gangguan yang berupa terjadinya kerusakan pada dinding
alveolus. Kerusakan tersebuat menyebabkan ruang udara terdistensi secara
permanen. Akibatnya aliran udara akan terhambat, tetapi bukan karena produksi
mukus yang berlebih seperti bronchitis kronis. Beberapa bentuk dari emfisema
dapat terjadi akibat rusaknya fungsi pertahanan normal pada paru melawan
enzim-enzim tertentu. Peneliti menunjukkan enzim protease dan elastase dapat
menyerang dan menghancurkan jaringan ikat paru. Ekspirasi yang sulit pada
penderita emfisema merupakan akibat dari rusaknya dinding di antara alveolus
(septa), kolaps parsial pada jalan nafas, dan hilangnya kelenturan alveolus untuk
mengembang dan mengempis.
c. Asma
Asma melibatkan proses peradangan kronis yang menyebabkan edema mukosa,
sekresi mukus, dan peradangan saluran nafas. Ketika orang dengan asma
terpapar alergen ekstrinsik dan iritan (misalnya : debu, serbuk sari, asap, tungau,
obat- obatan, makanan, infesi saluran napas) saluran napasnya akan meradang
yang menyebabkan kesulitan napas, dada terasa sesak.Hambatan aliran udara
yang progresif memburuk merupakan perubahan fisiologi utama pada Penyakit
Paru Obstruktif Kronik (PPOK) yang disebabkan perubahan saluran nafas secara
anatomi di bagian proksimal, perifer, parenkim, dan vaskularisasi paru
dikarenakan adanya suatu proses peradangan atau inflamasi yang kronik dan
perubahan struktural pada paru.
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-komponen asap
rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu,
silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta
metaplasia. Perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu
sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental
dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus berfungsi
sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi
sangat purulen. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul
hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat
mukus yang kental dan adanya peradangan. (Jackson, 2014). Komponen-
komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik pada paru.
Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur-struktur
penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya
alveolus, maka ventilasi
berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi
normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi.
Dengan demikian apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan
terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps. (Grece & Borley, 2011)
c. Terapi Oksigen.
d. Nutrisi
2. Farmakologis
a. Bronkodilator
Prinsip kerja dari β2 agonis adalah relaksasi otot polos jalan napas dengan
menstimulasi reseptor β2 dengan meningkatkan C-AMP dan menghasilkan
antagonisme fungsional terhadap bronkokontriksi. Angios β2 adalah obat dan
napas menyebabkan bronkodilasi. Obat ini juga membantu pembersihan
mukus dan memperbaiki kekuatan (endurance) otot pernapasan (Black &
Hawks, 2014).
2) Antikolinergik
b. Methylxanthine
c. Kortikosteroid
Inhalasi yang diberikan secara regular dapat memperbaiki gejala, fungsi paru,
kualitas hidup serta mengurangi frekuensi eksaserbasi pada pasien dengan FEV1
<60% prediksi.
d. Phosphodiesterase-4 inhibitor
Terapi ini ditujukan bagi pasien usia muda dengan defisiensi alpha-1
antitripsin herediter berat. Terapi ini sangat mahal, dan tidak tersedia di hampir
semua negara dan tidak direkomendasikan untuk pasien PPOK yang tidak ada
hubungannya dengan defisiensi alpha-1 antitripsin.
c. Antibiotik
F. Pencegahan PPOK
Berikut adalah beberapa tips menjalani gaya hidup bagi penderita PPOK
1. Pengkajian
a. Biodata
Penyakit PPOK (Asma bronkial) terjadi dapat menyerang seagala usia tetapi
lebih sering di jumpai pada usia dini.S eparuh kasus timbul sebelum usia 10 tahun
dan sepertigakasus lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun. Predisposisilaki-laki dan
perempuan di usia dini sebesar 2:1 yang kemudian sama pada usia 30 tahun.
b. Riwayat kesehatan
Keluhan utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan sama bronkial adalah dispnea
(bias sampai berhari-hari atau berbulan-bulan),batuk,dan mengi (pada beberapa
kasuslebih banyak paroksismal).
Chest X- Ray :
c. Pemeriksaan fisik
Objektif
b)Respirasi terdengar kasar dan suara mengi (wheezing) pada kedua fase
respirasi semakin menonjol.
Subjektif
Psikososial
Bronkodilator
c. Pemberian Aminophilin
Kortikosteroid
Pemberian oksigen
Beta Agonis
2. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosis Perencanaan
Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
(NANDA)
1. Bersihan jalan nafas Status respirasi : a. Manajemen jalan Adanya perubahan
tidak efektif kepatenan jalan nafas napas. fungsi respirasi dan
berhubungan dengan dengan skala(1-5) b. Penurunan penggunaan otot
Bronkospas setelah diberikan kecemasan tambahan menandakan
me. perawatan selama… c. Aspiration kondisi penyakit yang
Peningkatan hari, precautions. masih harus
produksi d. Fisioterapi dada. mendapatkan
secret(secret dengan kriteria: e. Latih batuk efektif penanganan penuh.
yang Tidak ada f. Terapi oksigen.
bertahan, demam g. Pemberian posisi. Ketidakmampuan
kental) Tidak ada h. Monitoringrespirasi. mengeluarkan mukus
Menurunnya cemas i. Monitoring tanda menjadikan timbulnya
energi/fatigu RR normal vital kongesti berlebih pada
e Irama nafas saluran pernapasan .
Ditandai dengan: normal
Klien Pergerakan Posisi semi/ highfowler
mengeluh sputum keluar memberikan
sulit dari jalan kesempatan paru-paru
bernafas. nafas berkembang secara
Perubahanke Bebas dari maksimal akibat
dalaman/ suara nafas diafragma turun ke
jumlah tambahan bawah. Batuk efektif
napas mempermudah
penggunaan ekspektorasi mukus.
otot bantu
pernafasan. Klien dalam kondisi
Suara sesak cenderung untuk
nafasabnorm bernapas melalui mulut
al seperti yang pada akhirnya jika
wheezing, tidak ditindak lanjuti
ronchi,dan akan mengakibatkan
cracles. stomatis.
Batuk(presis
ten)
dengan/tanp
a produksi
sputum
2. Gangguan Status respirasi a. Manajemen asam Kelemahan,
pertukaran gas yang pertukaran gas basa tubuh iritable, bingung dan
berhubungan dengan skala….(1-5) b. Manajemen somnolen dapat
dengan: setelah diberikan jalan napas merefleksikan adanya
perawatan c. Latihan batuk efektif hipoksemia/penurunan
Kurangnya selama… hari d. Tingkatkan aktivitas oksigenasi serebral.
suplai e. Terapi oksigen
oksigen dengan kriteria : f. Monitoring respirasi Mencegah kelelahan
(obstruksi Statusmentald g. Monitoring tanda dan mengurangi
jalan napas alam vital konsumsi oksigen
olehsecret, batasnormal untuk memfasilitasi
bronkospas Bernapas resolusi infeksi.
me, dengan
airtrapping); mudah Pemberian terapi
Destruksi Tidak oksigen untuk
alveoli adasinosis memelihara PaO2 di
Pao atas 60mmHg, oksigen
Ditandai dengan pacodalam yang diberikan sesuai
Dyspnea batas normal dengan toleransi dari
Confusion,le Saturnasi O klien Untuk mengikuti
mah; dalam rentang kemajuan proses
Tidak normal penyakit dan
mampumen memfasilitasi
geluarkanse perubahan dalam terapi
cret; oksigen.
Nilai ABGs
abnormal
(hipoksiadan
hiperkapnea
)
Perubahan
tanda vital
Menurunyat
oleransi
terhadap
aktivitas
Bantu klien
membuat
jadwal latihan
diwaktu luang
Bantu
pasien/keluarga
untukmengiden
tifikasi
kekurangan
dalam
beraktivitas
Sediakan
penguatan
positif bagi
yang aktif
beraktivitas
Bantu pasien
untukmengemb
angkan
motivasi diri
dan penguatan
Monitor respon
fisik,emosi,sosi
al dan spiritual
5. Risiko tinggi Tidak muncul Monitor Selama
penyebaran infeksi tanda tanda vitalsign, perideini,
yang b.d penyakit infeksi terutama pada potensial
kronis sekunder. prosesterapi. berkembangme
Klien dapat Demonstrasika njadikomplikas
mendemonstr n teknik iyang
asikan mencuci yang lebihfatal(hipot
kegiatan benar. ensi /shock ).
untuk Ubah posisi Sangat efektif
menghindarka dan berikan untuk
n infeksi. pulmonari mengurangi
toiletyang baik. penyebaran
Batasi infeksi .
pengunjung Meningkatkane
atasindikasi. kspektorasi,
Lakukan membersihkan
isolasisesuai dari infeksi.
dengan Mengurangi
kebutuhan paparandengan
individual. organisme
Anjurkan untuk patogen lain.
istirahat secara Isolasi
adekuat mungkin dapat
sebanding mencegah
dengan penyebaran
aktifitas, atau
tingkatkan memproteksikli
intake nutrisi en dari proses
secara adekuat. infeksilainya.
Memvasilitasi
proses
pengembuhan
dan
meningkatkan
pertahanan
tubuh alami.
4. Implementasi
1) Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan mukus berlebih antara lain :
a. memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b. menginstruksikan bagaimana agar bias melakukan batuk efektif
c. mengauskultasi suara nafas
d. menonitor suara nafas tambahan
e. memberikan bantuan terapi nafas nebulizer combivent
2) Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk diagnosa ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan penggunaan otot bantu pernafasan antara lain :
a. memberikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan
b. memonitor aliran oksigen
c. memonitor tekanan darah, nadi, suhu dan status pernafasan dengan tepat
d. memonitor suara paru-paru
e. memonitor efektifitas terapi oksigen
3). Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan antara lain :
a. mengidentifikasi alergi dan intoleransi terhadap makanan
b. menganjurkan diit pasien sesuai kebutuhan
c. memonitor adanya mual muntah
d. memonitor pucat pada konjungtiva
4). Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen ke jaringan antara lain :
a. memonitor gas darah arteri
b. memonitor adanya kegagalan pernafasan
c. memonitor status hemodinamik
d. memberikan terapi oksigen dengan tepat
e. melakukan penilaian sirkulasi perifer (nadi, edema, CRT ,warna dan suhu
ekstermitas)
5). Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk diagnosa intoleransi aktifitas berhubungan
dengan kelemahan, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen antara lain :
a. Bantu pasien memperoleh sumber-sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
dilakukan
b. Bantu pasien dan keluarga mengidentifikasi kelemahan
c. Bantu memenuhi aktifitas sehari-hari pasien
d. Tentukan jenis dan banyak aktifitas yang dilakukan
e. Tingkatkan tirah baring dan waktu istirahat pasien
6) Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk diagnosa gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan ventilasi-perfusi antara lain :
a. memposisikan klien untuk mendapatkan ventilasi yang adekuat
b. memonitor kecenderungan pH arteri, PaCO2 dan HCO3
c. memonitor gas darah arteri, level serum serta urin elektrolit jika diperlukan
d. memonitor pola pernafasan
e. memberikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan
f. memonitor suara nafas tambahan
g. memonitor pola nafas
5. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dari kriteria hasil yang tercapai berdasarkan rencana dan
tindakan keperawatan yang telah dilakukan yaitu adanya kepatenan jalan nafas, status
pernafasan baik, pertukaran gas baik, perfusi jaringan perifer efektif, status sirkulasi
baik, status nutrisi asupan makanan dan cairan baik, nafsu makan meningkat, aktifitas
sehari-hari terpenuhi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Paru Obstruktif kronik merupakan penyakit yang menyerang sistem
respirasidengan gangguan emfisema, asma, atau bisa ke duanya. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhidan menyebabkan seseorang itu menderita penyakit paru
obstruktif kronik seperti usia, jeniskelamin, gen atau keturunan, gangguan sistem
pernafasan lain, merokok, dan lingkungan.Peran kita sebagai perawat tentunya
sesuai dengan gejala dan diagnosa pada pasien, sepertimemberikan terapi oksigen
pada tidak efektifnya jalan nafas, memberikan obat penenang dan penghindar rasa
nyeri serta kolaborasi dengan tenaga medis lainnya. Pencegahan PPOK diantaranya
Berhenti merokok,memahami kondisi diri dan juga menjaga kebersihan.
B. Saran
Berusaha dan selalu bekerja sama akan membawa kita meuju keberhasilan dalam
menyelesaikan masalah dan mengerjakan tugas serta melakukan tugas dengan
penuh tanggung jawab akan membawa kita semakin dewasa dan mandiri. Semoga
dengan adanya makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman bagi pembaca dan
pembaca diharapkan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sebagai perawat
yang professional.
DAFTAR PUSTAKA
Rahmadi, Yasir. (2015). Asuhan Keperawatan Pada Tn. W Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan : Penyakit Paru Obstruksi Kronik (Ppok) Di Ruang Anggrek Bougenvile
Rsud Pandan Arang BOYOLALI. Surakarta : Universitas Muhamadiah Surakarta
Kristian, Arin Siska. (2019). Asuhan Keperawatan Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(Ppok) Pada Tn. M Dan Tn. J Dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Napas Di Ruang Melati Rsud Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2019.
Lumajang : Universitas Jember
Adrian, K. (2020, AGUSTUS 10). Ketahui Penyebab PPOK dan Langkah Pencegahannya.
Retrievedfromketahui-penyebab-ppok-dan-langkah-
pencegahannya:https://www.alodokter.com/ketahui-penyebab-ppok-dan-langkah-
pencegahannya
Soeroto, Arto Yuwono, Dan Hendarsyah Suryadinata. (2014). Penyakit Paru Obstruktif
Kronik. Ina J Chest Crit and Emerg Med. Vol 1 (2), hal 83-88
Paramitha, P. (2020). Respon Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (Ppok) Dengan
Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Terhadap Penerapan Fisioterapi Dada
Di Rumah Sakit Khusus Paru “ Respira.”
8– 25. https://eprints.poltekkesjogja.ac.id/id/eprint/2512