Makalah Seminar Kelompok 2
Makalah Seminar Kelompok 2
Makalah Seminar Kelompok 2
DISUSUN OLEH :
DOSEN PEMBIMBING :
Puji syukur kita haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. atas berkat dan rahmat yang
telah diberikan-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Kebutuhan Oksigenasi” untuk
menyelesaikan mata kuliah Praktik Klinik Kebutuhan Dasar Manusia. Makalah ini
diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan tentang pola asuhan keperawatan
terhadap pasien yang memiliki gangguan kebutuhan oksigenasi untuk para pembacanya.
Kami menyadari terdapat banyak kekurangan dan kesalahan didalamnya. Maka dari itu, kami
menerima saran dan kritikan yang membangun supaya makalah yang akan kami buat
kedepannya lebih baik lagi. Kami mohon maaf yang sebesar - besarnya atas kekurangan dari
makalah ini. Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada para pembaca semoga
informasi yang kami tuliskan didalam makalah ini dapat memberikan banyak manfaat.
Kelompok 2 RS VINCENTIUS
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 47
B. Saran ...................................................................................................................... 47
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Kebutuhan
fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk
aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan
oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan
biasanya pasien akan meninggal.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Konsep Dasar Oksigenasi?
b. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan
Kebutuhan Oksigenasi?
c. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan Kebutuhan
Oksigenasi?
3. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan yang di perlukan dalam proses
kehidupam karena oksigen dapat berperan dalam proses metabolisme tubuh.
kebutuhan oksigen di dalam tubuh harus terpenuhi karena apabila berkurang maka
akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila berlangsung lama akan
menyebabkan kematian proses pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia dapat
dilakukannyadengan cara pemberian oksigen melalui saluran pernapasan,
pembebasan jalan napas dari sumbatan yang menghalangi masuknya oksigen,
memulihkan dan memperbaiki organ pernapasan agar berfungsi secara normal
(Taqwaningtyas, ticka 2013) (Budyasih, 2014)
Oksigen merupakan salah satu unsur penting dari yang dibutuhkan oleh tubuh
bersama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen. Oksigen
merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit ke semua proses
penting tubuh seperti pernapasan, peredaran, fungsi otak, membuang zat yang
tidak dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan sel dan jaringan, serta pembiakan
hanya berlaku apabila terdapat banyak oksigen, oksigen juga merupakan sumber
tenaga yang dibutuhkan untuk metabolism tubuh (Atoilah & Kusnadi, 2013) ( Eki,
2017)
A. Nasal kanul
Nasal kanul adalah alat bantu pernafasan yang diletakkan pada lubang hidung
untuk mendukung kebutuhan oksigen pada pasien yang dapat bernafas spontan
tapi membutuhkan dukungan oksigen tambahan misalnya pada kondisi hipoksia
ringan sampai sedang. Nasal kanul digunakan pada pneumonia, penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK), asma dan COVID-19. Nasal kanul sederhana terdiri
dari selang suplai oksigen dengan dua cabang lunak (prong) yang dimasukkan ke
dalam kedua lubang hidung nares anterior pasien. Oksigen mengalir dari kanul ke
nasofaring pasien, kemudian bercampur dengan udara ruangan. Konsentrasi
oksigen yang dapat diberikan oleh nasal kanul bervariasi tergantung pada
beberapa faktor seperti laju pernapasan pasien, volume tidal, laju aliran oksigen,
dan luasnya pernapasan mulut.
Di ruang gawat darurat oksigen dapat diberikan dengan beberapa cara yaitu
dengan nasal kanul, masker oksigen simple, rebreathing dan masker non
rebreathing . Penggunaan nasal kanul memiliki kelebihan seperti ukurannya yang
kecil dan dapat digunakan sambil makan atau berbicara.
Oksigen dapat diberikan dengan nasal kanul sederhana menggunakan laju
aliran rendah (low flow) atau tinggi (high flow). Pada nasal kanul low flow dapat
mengalirkan oksigen dengan laju 1-4 L/menit tanpa sistem humidifikasi dan 1-10
L/menit dengan sistem humidifikasi. Nasal kanul (HFNC) dapat memberikan
oksigen dengan laju hingga 60 L/menit. HFNC adalah pendukung pernapasan
inovatif untuk pasien sakit kritis dengan kegagalan pernapasan hipoksemia akut.
Terapi oksigen dengan nasal kanul atau dengan teknik apapun tidak diperlukan
pada kondisi tanpa hipoksia. Pada praktik terdahulu, terapi oksigen dengan nasal
kanul seringkali dipakai pada sindrom koroner akut (SKA). Namun, bukti ilmiah
terbaru menunjukkan pada pasien SKA yang tidak mengalami hipoksia, terapi
oksigen tidak diperlukan karena justru dapat memperberat kerusakan jaringan dan
meningkatkan mortalitas.
Pemasangan dan pemantauan terapi oksigen dengan nasal kanul sebenarnya
sangat mudah dan sederhana, namun harus harus sesuai dengan indikasi dan
dilakukan dengan posisi dan teknik yang benar demi memastikan kenyamanan
pasien. Selain itu, penting juga untuk melakukan pemantauan berkala terhadap
saturasi oksigen pasien setelah dilakukan pemasangan nasal kanul.
C. Venturi Mask
D. Nonrebreathing Mask
Nonrebreathing oxygen face mask (NRM) atau sungkup
oksigen nonrebreathing adalah alat untuk mengalirkan oksigen kecepatan
rendah pada pasien yang bisa bernapas spontan. NRM memiliki komponen
reservoir oksigen murni dan katup pernapasan satu arah arah yang
memungkinkan pengiriman oksigen konsentrasi tinggi kepada pasien
(FiO2 sekitar 90%).
Tindakan pemberian terapi oksigen pada konsentrasi yang lebih tinggi
dari konsentrasi oksigen di udara bebas, misalnya dengan
penggunaan nasal kanul dan nonrebreathing oxygen face mask (NRM),
merupakan prosedur yang sering dilakukan pada tata laksana pasien gawat
darurat. Hal ini bertujuan untuk mengatasi atau mencegah hipoksemia
sehingga meningkatkan ketersediaan oksigen bagi jaringan tubuh. Jumlah
dan metode terapi oksigen yang diberikan ditentukan oleh penyebab
hipoksemia serta karakteristik gagal napas yang dialami pasien.
NRM adalah bagian dari sistem pengiriman oksigen aliran rendah
(low-flow oxygen delivery) yang secara parsial membantu meningkatkan
fraksi oksigen dalam udara yang dihirup pasien. Dengan demikian, sistem
oksigen aliran rendah tidak memberikan konsentrasi oksigen yang dihirup
pada tingkat yang konstan, dengan variabilitas yang dipengaruhi oleh
pernapasan pasien.
E. Partial Nonrebreathing Mask
Masker rebreather parsial digunakan untuk terapi oksigen. Ini
memberikan gas oksigen kepada pasien pada konsentrasi 50 hingga 70 persen.
Sedikit berbeda dari jenis masker lainnya, masker rebreather parsial memiliki
tas yang mengumpulkan udara yang dihembuskan. Dengan masker rebreather
parsial, ketika pasien menarik napas, mereka menghirup sebagian udara yang
dihembuskan, yang mengandung karbon dioksida. Ketika karbon dioksida
memasuki paru-paru, itu merangsang pernapasan. Sebaliknya, masker non-
rebreather memiliki ventilasi di sisi masker yang memungkinkan semua udara
yang dihembuskan keluar. Pasien yang menggunakan masker jenis ini
menghirup gas oksigen segar pada konsentrasi 80 hingga 90 persen.
2. Etiologi
A. Faktor fisiologis
1) Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasiseperti pada obstruksi
saluran napas bagian atas
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport
O2 terganggu
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil
dan luka
5) Kondisi yang mepengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, musculoskeletal yang abnormal, serta penyakit
kronis seperti TB paru
B. Faktor Perkembangan
1) Bayi Premature
2) Bayi dan toodler
3) Anak usia sekolah dan pertengahan
4) Dewasa tua
C. Faktor Prilaku
1) Nutrisi
2) Latihan fisik
3) Merokok
4) Penyalahgunaan substansi kecemasan
D. Faktor Lingkungan
1) Tempat kerja
2) Suhu lingkungan
3) Ketinggian tempat dari permukaan laut (Haswita & Reni, 2017)
3. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi , difusi dan transportasi.
Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari
dan ke keparu-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak
dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan napas
sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mucus. Proses difusi
(penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan
ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi,
maka kerusakan transportasi seperti perubhan volume sekuncup, afterload dan
kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas (sasmi, 2016)
Pathway:
Faktor lingkungan
(udara, bakteri, virus,
jamur) masuk melalui
saluran pernapasan
Kuman
Hipersekresi kelenjar Kontraksi otot-otot polos
melepas Kesulitan/sakit
Hipotalamus mukosa
Secret Batuk yang tidak saluran
Dispnea, pernapasan
gas darah arteri
endotaksin menelan dan
ke bagian mengental efektif, penurunan abnormal, hiperkapnia,
mengunyah
termogulator dijalan bunyi napas, hipoksemia, hipoksia,
Akumulasi Penyempitan
Merangsang sputum dalam
napas
secret konfusi, napas cuping
tubuh untuk saluran pernapasan
jumlah
MK yang
: Defisit hidung, pola napas
Suhu tubuh berlebihan
melepas zat berlebihan,
Nutrisi abnormal(kecpatan,irama,
Gangguan
priogen oleh perubahan, pola
MK : Hipertermia kedalaman, sianosis)
penerimaan O2 Keletihan otot
leukosit Dispnea, fase ekspirasi napas tambahan
Obstruksi jalan
dan pengeluaran pernapasan
memanjang, ortpnea, (ronchi, wheezing,
napas
O2 MK : Pola Napas Tidak
kapasiatas paru, lpola napas crackles)
abnormal, takipnea, MK : Bersihan Efektif
hiperventilasi,
MK : Gangguan pernapasan
Pertukaran jalan napas tidak
sukar Gas efektif
4. Tanda dan gejala
Dalam buku standar diagnosis keperawatan Indonesia tahun 2017 (D.0130)
adalah
a. Gejala dan tanda mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1) Suhu tubuh di atas nilai normal
Subjektif
1). Pusing
2). Penglihatan kabur
Objektif
1). Sianosis
2). Diaporesis
3). Gelisah
4). Napas cuping hidung
5). Pola napas abnormal (cepat/lambat, regular/ireguler,
dalam/dangkal
6). Warna kulit abnormal (mis, pucat, kebiruan)
7). Kesadaran menurun
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1). Batuk tidak efektif
2). Tidak mampu untuk batuk
3). Sputum berlebihan
4). Mengi, wheezing dan ronchi kering
5). Mekonium di jalan napas(pada neonatus)
b. Gejala dan tanda minor
Subjektif
1). Dispnea
2). Tidak mampu batuk
3). Ortopnea
Objektif
1). Gelisah
2). Sianosis
3). Bunyi napas menurun
4). Frekuensi napas berubah
5). Pola napas berubah