Makalah Kesetaraan Gender
Makalah Kesetaraan Gender
Makalah Kesetaraan Gender
AGAMA ISLAM
“Kesetaraan Gender”
Disusun Oleh :
JURUSAN PARIWISATA
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah dan ridho-nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam proses pengumpulan materi
dan juga proses pembuatan makalah ini, tidak terlepas dari kerja keras kami. Makalah
yang kami buat ini membahas tentang Kesetaraan Gender
Selain daripada itu, kami juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi susunan, kalimat maupun tata bahasa
atau bahkan sumber yang kami masukkan kurang akurat. Oleh karena itu dengan tangan
dan hati terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, semoga dengan makalah yang kami buat ini dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman kita mengenai materi yang telah di paparkan di dalam
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. TujuanPenulisan....................................................................................2
A. Kesimpulan...............................................................................................11
B. Saran..........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu sendi utama dalam demokrasi yaitu Kesetaraan Gender karena
menjamin bebasnya untuk berpeluang dan mengakses bagi seluruh elemen
masyarakat. Gagalnya dalam mencapai cita – cita demokrasi, seringkali dipicu oleh
ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender. Ketidaksetaraan ini dapat berupa
diskriminatif yang dilakukan oleh merekayang dominan baik secara structural
maupun cultural. Perlakuan diskriminatif dan ketidaksetaraan dapat menimbulkan
kerugian dan menurunkan kesejahteraan hidup bagi pihak-pihak yang termarginalisasi
dan tersubordinasi. Sampai saat ini diskriminasi berbasis pada gender masih terasakan
hampir di seluruh dunia, termasuk di negara di mana demokrasi telah dianggap
tercapai. Dalam konteks ini, kaum perempuan yang paling berpotensi mendapatkan
perlakuan yang diskriminatif, meski tidak menutup kemungkinan lakilaki juga dapat
mengalaminya. Pembakuan peran dalam suatu masyarakat merupakan kendala yang
paling utama dalam proses perubahan sosial. Sejauh menyangkut persoalan gender di
mana secara global kaum perempuan yang lebih berpotensi merasakan dampak
negatifnya.
Berbagai cara tengah dilakukan diupayakan untuk mengurangi ketidaksetaraan
gender yang menyebabkan ketidakadilan sosial. Upaya tersebut dilakukan baik secara
individu, kelompok bahkan oleh negara dan dalam lingkup lokal, nasioanal dan
internasional. Upaya upaya tersebut diarahkan untuk, Menjamin Kesetaraan Hak-Hak
Azasi, Penyusun Kebijakan Yang Pro Aktif Mengatasi Kesenjangan Gender, dan
Peningkatan Partisipasi Politik.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang perbedaan antara Gender dan Seks (Jenis Kelamin)
2
ibid
4
b. Subordinasi
Setereotype dimaksud adalah citra baku tentang individu atau kelompok yang
tidak sesuai dengan kenyataan empiris yang ada. Pelabelan negatif secara umum
selalu melahirkan ketidakadilan. Salah satu stereotipe yang berkembang
berdasarkan pengertian gender, yakni terjadi terhadap salah satu jenis kelamin,
(perempuan), Hal ini mengakibatkan terjadinya diskriminasi dan berbagai
ketidakadilan yang merugikan kaum perempuan. Misalnya pandangan terhadap
perempuan yang tugas dan fungsinya hanya melaksanakan pekerjaan yang
berkaitan dengan pekerjaan domistik atau kerumahtanggaan. Hal ini tidak hanya
terjadi dalam lingkup rumah tangga tetapi juga terjadi di tempat kerja dan
masyaraklat, bahkan di tingkat pemerintah dan negara.
Apabila seorang laki-laki marah, ia dianggap tegas, tetapi bila perempuan
marah atau tersinggung dianggap emosional dan tidak dapat menahan diri. Standar
nilai terhadap perilaku perempuan dan laki-laki berbeda, namun standar nilai
tersebut banyak menghakimi dan merugikan perempuan. Label kaum perempuan
sebagai “ibu rumah tangga” merugikan, jika hendak aktif dalam “kegiatan laki-
laki” seperti berpolitik, bisnis atau birokrat. Sementara label laki-laki sebagai
pencari nafkah utama, (breadwinner) mengakibatkan apa saja yang dihasilkan oleh
perempuan dianggap sebagai sambilan atau tambahan dan cenderung tidak
diperhitungkan.
d. Beban Ganda
5
Bentuk lain dari diskriminasi dan ketidakadilan gender adalah beban ganda
yang harus dilakukan oleh salah satu jenis kalamin tertentu secara berlebihan.
Dalam suatu rumah tangga pada umumnya beberapa jenis kegiatan dilakukan laki-
laki, dan beberapa dilakukan oleh perempuan. Berbagai observasi, menunjukkan
perempuan mengerjakan hampir 90% dari pekerjaan dalam rumah tangga.
Sehingga bagi mereka yang bekerja, selain bekerja di tempat kerja juga masih
harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Dalam proses pembangunan,
kenyataannya perempuan sebagai sumber daya insani masih mendapat pembedan
perlakuan, terutama bila bergerak dalam bidang publik. Dirasakan banyak
ketimpangan, meskipun ada juga ketimpangan yang dialami kaum laki-laki di satu
sisi.3
3
MaPPI,”Ketidakadilan Gender dan Kekerasan Terhadap Perempuan”, 23 November 2018
Selain hak untuk mendapatkan pendidikan, di Negara Indonesia sebenarnya telah
menerapkan kesetaraan gender dalam tatanan organisasi dari mulai organisasi yang
kecil hingga pemerintahan. Buktinya ialah perempuan pun memiliki peranan yang
sama dalam hal menduduki jabatan tertentu dalam suatu institusi. Presiden Negara
Indonesia yang pernah diduduki oleh seorang perempuan yaitu Megawati Soekarno
Putri merupakan bukti real-nya.
• Menghargai pluralistik
• Pendekatan sosio-kultural
Dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melaui program yang
peka akan permasalahan gender, Kementerian Pemberdayaan Perempuan telah
bekerjasama dengan UNFPA dalam melaksanakan serangkaian kegiatan
Mainstreaming Gender Issues in Reproductive Health and Population Policies and
Programmes. Tujuan utama program ini adalah tercapainya perbaikan status
kesehatan reproduksi kaum perempuan dan laki-laki melalui kebijakan program
kesehatan reproduksi dan kependudukan yang sensitif gender.
Hal ini akan dicapai melalui penguatan kapasitas nasional untuk melakukan
pengarusutamaan gender, serta melalui aplikasi konsep gender dalam formulasi dan
pelaksanaan kebijakan dan program untuk kesehatan reproduksi dan kependudukan.
• Tersedianya data dan informasi yang terpilah menurut jenis kelamin secara
berkala dan berkesinambungan dari propinsi dan kabupaten/kota mengenai
pengarusutamaan gender dalam pembangunan daerah.4
4
Widya Sandi, “Keseteraan Gender”, 9 April 2021
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk mewujudkan cita – cita demokrasi, suatu Negara harus mampu untuk
menegakkan kesetaraan gender. Gender sering disamakan pengertiannya dengan
jenis kelamin. Jenis kelamin merupakan perbedaan biologis antara fisik laki – laki
dengan fisik perempuan yang dibawa sejak ia dilahirkan. Sedangkan gender
merupakan tperbedaan jenis kelamin yang diciptakan oleh social budaya yang
panjang.
https://media.neliti.com/media/publications/227585-kesetaraan-gender-dalam-lingkup-
organisa-d53c2121.pdf
http://mappifhui.org/2018/11/23/ketidakadilan-gender-kekerasan-terhadap-perempuan-vol-
ii/
https://id.scribd.com/document/455687627/KESETARAAN-GENDER