LAPORAN Interferometer Michelson Nurfadillah S Amirullah
LAPORAN Interferometer Michelson Nurfadillah S Amirullah
LAPORAN Interferometer Michelson Nurfadillah S Amirullah
PRAKTIKUM EKSPERIMEN 1
NIM : 60400119013
JURUSAN : FISIKA
KELOMPOK : II (DUA)
LABORATORIUM OPTIK
Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar
Email : [email protected]
ABSTRAK
Interferometer adalah alat yang dipergunakan untuk mengetahui polapola
interferensi suatu gelombang. Dalam eksperimen ini dilakukan percobaan
terhadap salah satu jenis interferometer, khususnya interferometer Michelson.
Metode pada percobaan ini adalah dengan menggunakan sinar laser hijau yang
kemudian akan terjadi penumbukan cahaya yang berasal dari cermin 1 dan
cermin 2. Hasil pengamatan pada percobaan ini adalah didapatkan pada hasil
pengukuran data untuk jumlah frinji (N) berturut-turut yaitu 14, 13, 12, 10,11 dan
11, dengan nilai �� yaitu 5.08 × 10−6 �, 5.16 × 10−6 �, 5.21 × 10−6 �,
5.27 × 10−6 �, 5.3 × 10−6 �, dan 5.33 × 10−6 �. Dengan hasil analisis data
dengan panjang gelombang yaitu masing-masing 725.7 nm, 793.8 nm, 868,3 nm,
1054 nm, 963.6 nm, dan 969.1 nm. Kemudian di dapatkan nilai % error yaitu
1.32 %, 0.51 %, 0.66 %, 1.01 %, 0.84 %, dan 0,85 %. Ditinjau dari data bahwa
semakin banyak gelombang yang terbentuk maka semakin kecil panjang
gelombangya, begitupula sebaliknya.
Kata kunci : Frinji, Interferometer Michelson, Prinsip Interferensi
PENDAHULUAN
Interferometer adalah alat yang dipergunakan untuk mengetahui polapola
interferensi suatu gelombang. Salah satu jenis interferometer tersebut adalah
Interferometer Michelson. Percobaan Interferometer Michelson pertama kali
dilakukan pada akhir abad ke-19 oleh Michelson dan Morley untuk membuktikan
keberadaan eter yang saat itu diduga sebagai medium perambatan gelombang
cahaya. Dari eksperimen yang didasarkan pada prinsip resultan kecepatan cahaya
tersebut didapati bahwa keberadaan eter ternyata tidak ada.
Percobaan Interferometer Michelson dilakukan dengan meletakkan secara
tegak lurus (sudut 90 ) posisi Movable mirror dan adjustable mirror yang
ditengahi oleh split. Dengan posisi demikian, akan terjadi perbedaan lintasan yang
diakibatkan oleh pola reflektansi dan tranmisivitas split dari cahaya yang masuk
melewati lens 1,8 nm. Selanjutnya, perbedaan lintasan ini akan menyebabkan
adanya beda fase dan penguatan fase (yang biasa disebut sebagai interferensi)
yang selanjutnya menyebabkan munculnya pola-pola pada frinji.
Dalam perkembangan selanjutnya, Interferometer Michelson tidak hanya
dapat digunakan untuk membuktikan ada tidaknya eter, akan tetapi dapat pula
digunakan dalam penentuan sifat-sifat gelombang lebih lanjut, misalnya dalam
penentuan panjang gelombang cahaya tertentu, pola penguatan interferensi yang
terjadi, dan sebagainya. Sehingga, mengingat nilai guna dari eksperimen ini yang
sedemikian luasnya, maka percobaan Interferensi Michelson ini menjadi penting
untuk dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Ayat yang berhubungan pada percobaan Interferometer Michelson adalah
Q.S Al-Ahzar ayat 43:
Misalkan awal mula pusat cincin gelap terang akibat interferensi yang
terlihatdi layar adalah gelap. Bila M2 digeser hingga M2’ cincin gelap berubah ke
cincingelap selanjutnya, maka lintasan cahaya yang menumbuk M2 telah bergeser
sejauhsatu panjang gelombang
Oleh karena cahaya dua kali (bolak-balik) melalui lapisanudara yang sama,
berarti cermin M2 telah berpindah sejauh setengah panjanggelombang ke M2’.
Dengan demikian besar adalah:
METODE PENELITIAN
Percobaan dengan judul “Interferometer Michelson” ini dilakukan pada
hari Rabu, 24 November 2021 puku 10:00 - 11:00 WITA, yang dilaksanakan di
Laboratorium Optik, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
Alat yang digunakan saat percobaan yaitu laser, lensa, 2 buah cermin,
beam splitter, viewing screen, dan mikrometer sekrup.
Prosedur Kerja
Analisis Data
Spesifikasi Komponen:
NST SU = 0,5 skala, NST SN = 0,01 skala, dan λ literatur = 5,32 nm
Menghitung beda lintasan optik (dm)
dm = 5 + 0,08
dm = 5,08 x 103 nm
dm = 5080 nm
2 ��
λ= �
2 � 5080
λ= 14
λ = 725,7
� ��������� − �ℎ�����
% Error = � ���������
� 100%
523−725,7
% Error = 523
� 100%
% Error = 0,38 %
Pembahasan
Interferometer Michelson merupakan suatu perangkat optik yang
memanfaatkan gejala interferensi. Interferometer yang dikembangkan oleh A. A.
Michelson pada tahun 1881 menggunakan prinsip pembagi amplitudo gelombang
cahaya menjadi dua bagian yang berintensitas sama. Eksperimen Michelson ini
dilakukan dengan menggeser skala nonius micrometer sebesar 0,01 µm dari
pergeseran ini dapat terlihat jumlah frinji pada layar. Hal ini terjadi karena
seberkas cahaya monokromatik yang dipisahkan di suatu titik tertentu sehingga
masing-masing berkas dibuat melewati dua panjang lintasan yang berbeda dan
kemudian disatukan kembali melalui pantulan dari dua cermin yang letaknya
saling tegak lurus dengan titik pembagi berkas tersebut.
Pola interferensi itu terjadi karena adanya perbedaan panjang lintasan yang
ditempuh dua berkas gelombang cahaya yang telah disatukan tersebut. Jika
panjang lintasan diubah dengan memperpanjang lintasan tersebut, maka yang
akan terjadi pola-pola frinji akan masuk ke pusat pola. Jarak lintasan yang lebih
panjang akan mempengaruhi fase gelombang yang jatuh ke layar. Bila pergeseran
beda panjang lintasan gelombang cahaya mencapai maka akan terjadi interferensi
konstruktif yaitu terlihat pola terang, namun bila pergeserannya hanya sejauh 1/4
yang sama artinya dengan berkas menempuh lintasan 1/2 maka akan terlihat pola
gelap.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan sebanyak lima kali pengambilan
data, Hasil pengamatan pada percobaan ini adalah didapatkan pada hasil
pengukuran data untuk jumlah frinji (N) berturut-turut yaitu 14, 13, 12, 10,11 dan
11, dengan nilai dm yaitu 5.08 × 10−6 m, 5.16 × 10−6 m, 5.21 × 10−6 m,
5.27 × 10−6 m, 5.3 × 10−6 m, dan 5.33 × 10−6 m. Dengan hasil analisis data
dengan panjang gelombang yaitu masing-masing 725.7 nm, 793.8 nm, 868,3 nm,
1054 nm, 963.6 nm, dan 969.1 nm. Kemudian di dapatkan nilai % error yaitu
1.32 %, 0.51 %, 0.66 %, 1.01 %, 0.84 %, dan 0,85 %. Ditinjau dari data bahwa
semakin banyak gelombang yang terbentuk maka semakin kecil panjang
gelombangya, begitupula sebaliknya.
PENUTUP
Kesimpulan
Ditinjau dari data bahwa semakin banyak gelombang yang terbentuk maka
semakin kecil panjang gelombangya, begitupula sebaliknya, yakni jika semakin
sedikit gelombang yang terbentuk maka semakin besar panjang gelombangnya.
Jumlah celah, jarak layar, dan jarak antar celah tidak mempengaruhi pola
interferensi cahaya yang terbentuk baik pada laser He-Ne dan laser dioda. Jumlah
celah mempengaruhi amplitudo interferensi yang terbentuk. Semakin banyak
jumlah celah, semakin banyak sumber gelombang cahaya mengakibatkan pola
interferensi cahaya yang terbentuk semakin jelas.
Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya harus disediakam laser lebih dari
satu agar praktikum dapat berjalan dengan lancar tanpa terkendala.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, Riza. Analisis Pola Interferensi Pada Interferometer Michelson Untuk
Menentukan Indeks Bias Bahan Transparan Berbasis Image Processing.
JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika. Vol. 03, No. 02, Juli 2015.
Alat Gambar
Laser
Cermin 2 buah
Bean spelitter
Layar
Mikrometer sekrup
Lensa
B. Lampiran gambar hasil praktikum