Prinsip Dan Praktik Ekonomi Islam

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

PRINSIP DAN PRAKTIK EKONOMI ISLAM

Materi prinsip dan praktik ekonomi Islam merupakan pembahasan yang wajib siswa kelas 11
kuasai ketika mempelajari PAI (Pendidikan Agama Islam). Maka pada kesempatan kali ini, kami
membagikannya untuk pembaca semua.
Materi Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam
Terdapat beberapa sub pembahasan yang ada dalam bab ini. Daftar isinya silahkan di cek dulu
di sini:

A. Mu’āmalah
Pengertian muamalah (PAI)

Mu’āmalah dalam kamus Bahasa Indonesia artinya hal-hal yang termasuk urusan
kemasyarakatan (pergaulan, perdata, dsb). Sementara dalam fiqh Islam berarti tukar
menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang ditempuhnya,
seperti jual-beli, sewa menyewa, upah-mengupah, pinjam meminjam, urusan bercocok
tanam, berserikat, dan usaha lainnya.
Macam-Macam Mu’āmalah (PAI)
1. Jual-Beli

Pengertian jual beli dalam Islam


Jual-beli menurut syariat agama ialah kesepakatan tukar-menukar benda untuk
memiliki benda tersebut selamanya.
Syarat-syarat Jual Beli dalam Islam

a. Penjual dan pembelinya haruslah:


Ballig
Berakal sehat,
Atas kehendak sendiri.
b. Uang dan barangnya haruslah:
Halal dan suci.
Bermanfaat
Keadaan barang dapat diserahterimakan
Keadaan barang diketahui oleh penjual dan pembeli.
Milik sendiri
c. Ijab qabul

2. Khiyār
Pengertian khiyar
Khiyār adalah bebas memutuskan antara meneruskan jual-beli atau membatalkannya.
Hukum Khiyar adalah boleh.
Macam-macam Khiyar
a. Khiyār Majelis, adalah selama penjual dan pembeli masih berada di tempat
berlangsungnya transaksi/tawar-menawar, keduanya berhak memutuskan
meneruskan atau membatalkan jual-beli.
b. Khiyār Syarat, adalah khiyar yang dijadikan syarat dalam jual-beli`
c. Khiyār Aibi (cacat), adalah pembeli boleh mengembalikan barang yang dibelinya jika
terdapat cacat yang dapat mengurangi kualitas atau nilai barang tersebut, namun
hendaknya dilakukan sesegera mungkin.
3. Ribā
Pengertian Riba
Ribā adalah bunga uang atau nilai lebih atas penukaran barang. Hal ini sering terjadi
dalam pertukaran bahan makanan, perak, emas, dan pinjam-meminjam. Ribā, apa pun
bentuknya, dalam syariat Islam hukumnya haram.
Macam-macam Ribā
a. Ribā Faḍli, adalah pertukaran barang sejenis yang tidak sama timbangannya.
b. Ribā Qorḍi, adalah pinjam-meminjam dengan syarat harus memberi kelebihan saat
mengembalikannya.
c. Ribā Yādi, adalah akad jual-beli barang sejenis dan sama timbangannya, namun
penjual dan pembeli berpisah sebelum melakukan serah terima.
d. Ribā Nasi’ah, adalah akad jual-beli dengan penyerahan barang beberapa waktu
kemudian.
4. Utang-piutang
Pengertian utang piutang
Utang-piutang adalah menyerahkan harta dan benda kepada seseorang dengan
catatan akan dikembalikan pada waktu kemudian dan tidak mengubah keadaannya.
Hutang-piutang hukumnya boleh selama tidak ada unsur riba di dalamnya.
Rukun Utang-piutang
 Yang berpiutang dan yang berutang
 Ada harta atau barang
 Lafadz kesepakatan

5. Sewa-menyewa
Pengertian sewa menyewa
Sewa-menyewa dalam fiqh Islam disebut ijārah, artinya imbalan yang harus diterima
oleh seseorang atas jasa yang diberikannya. Jasa di sini berupa penyediaan tenaga dan
pikiran, tempat tinggal, atau hewan. Sewa-menyewa dalam islam hukumnya adalah
boleh.
Syarat dan Rukun Sewa-menyewa
 Yang menyewakan dan yang menyewa haruslah telah ballig dan berakal sehat.
 Sewa-menyewa dilangsungkan atas kemauan masing-masing, bukan karena
dipaksa.
 Barang tersebut menjadi hak sepenuhnya orang yang menyewakan, atau
walinya.
 Ditentukan barangnya serta keadaan dan sifat-sifatnya.
 Manfaat yang akan diambil dari barang tersebut harus diketahui secara jelas
oleh kedua belah pihak.
 Berapa lama memanfaatkan barang tersebut harus disebutkan dengan jelas.
 Harga sewa dan cara pembayarannya juga harus ditentukan dengan jelas serta
disepakati bersama.

B. Syirkah

Pengertian syirkah
Secara bahasa, kata syirkah (perseroan) berarti mencampurkan dua bagian atau lebih
sehingga tidak dapat lagi dibedakan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya.
Menurut istilah, syirkah adalah suatu akad yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang
bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan.
Hukum Syirkah
Hukum syirkah adalah boleh berdasarkan sunnah dan ijma sahabat selama memenuhi
rukun dan syaratnya.
Rukun dan Sarat Syirkah
a. Dua belah pihak yang berakad (‘aqidani). Syarat orang yang melakukan akad adalah
harus memiliki kecakapan (ahliyah) melakukan taṡarruf(pengelolaan harta).
b. Objek akad yang disebut juga ma’qud ‘alaihi mencakup pekerjaan atau modal. Adapun
syarat pekerjaan atau benda yang dikelola dalam syirkah harus halal dan
diperbolehkan dalam agama dan pengelolaannya dapat diwakilkan.

c. Akad atau yang disebut juga dengan istilah ṡigat. Adapun syarat sah akad harus berupa
taṡarruf, yaitu adanya aktivitas pengelolaan.

Macam-macam Syirkah

1. Syirkah ‘Inān
Syirkah ‘inān adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-masing memberi
kontribusi kerja (amal) dan modal (mal).

2. Syirkah ‘Abdān
Syirkah ‘abdān adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-masing hanya
memberikan kontribusi kerja (amal), tanpa kontribusi modal (amal). Konstribusi kerja itu
dapat berupa kerja pikiran (seperti penulis naskah) ataupun kerja fisik (seperti tukang
batu).

3. Syirkah Wujūh
Syirkah wujūh adalah kerja sama karena didasarkan pada kedudukan, ketokohan, atau
keahlian (wujuh) seseorang di tengah masyarakat. Syirkah wujūh adalah syirkah antara dua
pihak yang sama-sama memberikan kontribusi kerja (amal) dengan pihak ketiga yang
memberikan konstribusi modal (mal).

4. Syirkah Mufāwaḍah
Syirkah mufāwaḍah adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang menggabungkan
semua jenis syirkah di atas.

5. Muḍārabah
Muḍārabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak, di mana pihak pertama
menyediakan semua modal (ṡāhibul māl), pihak lainnya menjadi pengelola atau pengusaha
(muḍarrib).

6. Musāqah
Musāqah adalah kerja sama antara pemilik kebun dan petani di mana sang pemilik
kebun menyerahkan kepada petani agar dipelihara dan hasil panennya nanti akan dibagi
dua menurut persentase yang ditentukan pada waktu akad.

7. Muzāra’ah
Muzāra’ah adalah kerja sama dalam bidang pertanian antara pemilik lahan dan petani
penggarap di mana benih tanamannya berasal dari petani.

8. Mukhābarah
Mukhābarah ialah kerja sama dalam bidang pertanian antara pemilik lahan dan petani
penggarap di mana benih tanamannya berasal dari pemilik lahan.

C. Perbankan
Pengertian perbankan
Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang bergerak dalam menghimpun dana
masyarakat dan disalurkannya kembali dengan menggunakan sistem bunga. Dengan
demikian, hakikat dan tujuan bank ialah untuk membantu masyarakat yang memerlukan,
baik dalam menyimpan maupun meminjamkan, baik berupa uang atau barang berharga
lainnya dengan imbalan bunga yang harus dibayarkan oleh masyarakat pengguna jasa
bank.
Jenis-jenis Bank

Bank dilihat dari segi penerapan bunganya, dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
seperti berikut:
1. Bank Konvesional
Bank konvensional ialah bank yang fungsi utamanya menghimpun dana untuk
disalurkan kepada yang memerlukan, baik perorangan maupun badan usaha, guna
mengembangkan usahanya dengan menggunakan system bunga.
2. Bank Islam atau Bank Syari’ah
Bank Islam atau bank syari’ah ialah bank yang menjalankan operasinya menurut
syariat Islam. Istilah bunga yang ada pada bank konvensional tidak ada dalam bank
Islam. Bank syariah menggunakan beberapa cara yang bersih dari riba, antara lain:
muḍārabah, musyārakah, waḍ³’ah, qarḍul hasān, dan murābahah.

D. Asuransi Syari’ah

Pengertian asuransi syariah


Asuransi berasal dari bahasa Belanda, assurantie yang artinya pertanggungan. Dalam
bahasa Arab dikenal dengan at-Ta’min yang berarti pertanggungan, perlindungan,
keamanan, ketenangan atau bebas dari perasaan takut. Si penanggung (assuradeur)
disebut mu’ammin dan tertanggung (geasrurrerde) disebut musta’min.
Hukum Asuransi
Dalam Islam, asuransi merupakan bagian dari muāmalah. Kaitan dengan dasar hukum
asuransi menurut fiqh Islam adalah boleh (jaiz) dengan suatu ketentuan produk asuransi
tersebut harus sesuai dengan ketentuan hukum Islam. Pada umumnya, para ulama
berpendapat asuransi yang berdasarkan syari’ah dibolehkan dan asuransi konvensional
haram hukumnya.
Prinsip Asuransi Syariah
 Asuransi syariah menjalankan prinsip tauhid
 Asuransi syariah menerapkan prinsip tolong menolong
 Asuransi syariah dilandasi prinsip amanah
 Asuransi syariah mengamalkan prinsip keadilan

Anda mungkin juga menyukai