Prinsip Dan Praktik Ekonomi Islam

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

PRINSIP DAN PRAKTIK EKONOMI ISLAM

PRINSIP DAN PRAKTIK EKONOMI ISLAM


KD: 3.9 Menelaah Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik
diharapkan dapat:
1. Menunjukkan contoh perilaku berekonomi berdasarkan
syariat Islam.
2. Menampilkan perilaku berekonomi berdasarkan prinsip-
prinsip ajaran Islam.
3. Menjelaskan prinsip-prinsip dan praktik ekonomi Islam.
4. Menjelaskan dalil-dalil naṡ tentang prinsip-prinsip dan
praktik ekonomi Islam.
5. Menganalisis prinsip dan praktik ekonomi Islam
6. Menyimpulkan hikmah dan manfaat prinsip-prinsip dan
praktik ekonomi dalam Islam.
Mu’āmalah

Mu’āmalah dalam kamus Bahasa Indonesia artinya hal-


hal yang termasuk urusan kemasyarakatan (pergaulan,
perdata, dsb). Sementara dalam fiqh Islam berarti tukar
menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat
dengan cara yang ditempuhnya, seperti jual-beli, sewa
menyewa, upah-mengupah, pinjam meminjam, urusan
bercocok tanam, berserikat, dan usaha lainnya.
Prinsip Ekonomi Islam

1. Barang yang digunakan dalam transaksi ekonomi (produksi, konsumsi, distribusi dan investasi) adalah
barang halal secara zatiyah maupun A’ridiyyah Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S al-Baqarah
ayat 168

Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu (Q.S Al-Baqarah :168)

2. Tidak Mengandung Unsur Riba

Ribā adalah bunga uang atau nilai lebih atas penukaran


barang. Hal ini sering terjadi dalam pertukaran bahan
makanan, perak, emas, dan pinjam-meminjam. Ribā, apa
pun bentuknya, dalam syariat Islam hukumnya haram.
Macam-macam Ribā
1) Ribā Faḍli, adalah pertukaran barang sejenis yang tidak sama timbangannya.
2) Ribā Qorḍi, adalah pinjam-meminjam dengan syarat harus memberi kelebihan saat
mengembalikannya.
3) Ribā Yādi, adalah akad jual-beli barang sejenis dan sama timbangannya, namun penjual dan
pembeli berpisah sebelum melakukan serah terima.
4) Ribā Nasi’ah, adalah akad jual-beli dengan penyerahan barang beberapa waktu kemudian.

3. Tidak Mengandung Unsur Garar atau Penipuan


4. Kegiatan Transaksi Ekonomi terjadi karena adanya kemauan dari kedua belah pihak yang
bertransaksi
Macam-Macam Muamalah

1. Jual-Beli
Jual-beli menurut syariat agama ialah kesepakatan tukar-menukar
benda untuk memiliki benda tersebut selamanya.

syarat yang harus dipenuhi dan diikuti oleh pelaku jual-beli dalam
agama Islam agar praktiknya sesuai syariat, di antaranya:
1) Ada uang dan barang yang dijadikan sebagai alat transaksi di
mana keduanya harus halal dan suci, bermanfaat, barang
dapat diserahterimakan, dan kondisi barang diketahui oleh
pelaku jual-beli, serta merupakan milik penjual sendiri.
2) Penjual dan pembeli harus memenuhi syarat sebagai orang
yang berakal sehat, baligh/dewasa, dan melakukan transaksi
tersebut atas kemauannya sendiri tanpa unsur paksaan.
3) Adanya akad atau ijab qabul yang disebutkan oleh penjual,
“Saya menjual benda ini kepada Anda dengan harga…” Lalu
dijawab oleh pembeli, “Baik, saya akan membeli benda ini
dengan harga yang telah disebutkan.”
Khiyār
Khiyar adalah bebas memutuskan antara meneruskan jual-beli atau membatalkannya. Hukum Khiyar adalah
boleh.
Macam-macam Khiyar
1) Khiyār Majelis, adalah selama penjual dan pembeli masih berada di tempat berlangsungnya transaksi/tawar-
menawar, keduanya berhak memutuskan meneruskan atau membatalkan jual-beli.
2) Khiyār Syarat, adalah khiyar yang dijadikan syarat dalam jual-beli`
3) Khiyār Aibi (cacat), adalah pembeli boleh mengembalikan barang yang dibelinya jika terdapat cacat yang
dapat mengurangi kualitas atau nilai barang tersebut, namun hendaknya dilakukan sesegera mungkin.

2. Utang-piutang

Utang-piutang adalah menyerahkan harta dan benda kepada seseorang dengan catatan akan dikembalikan
pada waktu kemudian dan  tidak mengubah keadaannya. Hutang-piutang hukumnya boleh selama tidak ada
unsur riba di dalamnya.
Rukun Utang-piutang
1) Yang berpiutang dan yang berutang
2) Ada harta atau barang
3) Lafadz kesepakatan
3. Sewa-menyewa

Sewa-menyewa dalam fiqh Islam disebut ijārah, artinya imbalan yang harus diterima oleh seseorang atas
jasa yang diberikannya. Jasa di sini berupa penyediaan  tenaga dan pikiran, tempat tinggal, atau hewan.
Sewa-menyewa dalam islam hukumnya adalah boleh.

Syarat dan Rukun Sewa-menyewa


1) Yang menyewakan dan yang menyewa haruslah
telah ballig dan berakal sehat.
2) Sewa-menyewa dilangsungkan atas kemauan
masing-masing, bukan karena dipaksa.
3) Barang tersebut menjadi hak sepenuhnya orang
yang menyewakan, atau walinya.
4) Ditentukan barangnya serta keadaan dan sifat-
sifatnya.
5) Manfaat yang akan diambil dari barang tersebut
harus diketahui secara jelas oleh kedua belah
pihak.
6) Berapa lama memanfaatkan barang tersebut harus
disebutkan dengan jelas.
7) Harga sewa dan cara pembayarannya juga harus
ditentukan dengan jelas serta disepakati bersama.
Syirkah

Secara bahasa, kata syirkah (perseroan) berarti mencampurkan dua bagian atau lebih sehingga tidak
dapat lagi dibedakan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya. Menurut istilah, syirkah
adalah suatu akad yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang bersepakat untuk melakukan suatu
usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan.
Rukun dan Sarat Syirkah
1) Dua belah pihak yang berakad
(‘aqidani). Syarat orang yang melakukan
akad adalah harus memiliki kecakapan
(ahliyah) melak taṡarruf (pengelolaan
harta)
2) Objek akad yang disebut juga ma’qud
‘alaihi mencakup pekerjaan atau modal.
Adapun syarat pekerjaan atau benda
yang dikelola dalam syirkah harus halal
dan diperbolehkan dalam agama dan
pengelolaannya dapat diwakilkan.
3) Akad atau yang disebut juga dengan
istilah ṡigat. Adapun syarat sah akad
harus berupa taṡarruf, yaitu adanya
aktivitas pengelolaan.
Macam-Macam Syirkah

 Syirkah ‘abdan merupakan jenis syirkah yang mana kedua belah


pihak atau lebih tidak memberikan kontribusi modal (amal) dan
hanya kontribusi kerja
 Syirkah ‘inan merupakan syirkah di mana kedua belah pihak saling
memberi kontribusi baik dalam hal modal maupun kerja
 Syirkah wujuh merupakan kerja sama yang dilakukan berdasarkan
kedudukan, keahlian, dan ketokohan seseorang
 Syirkah mufawadhah merupakan syirkah yang dilakukan antara
kedua belah pihak dengan menggabungkan semua jenis syirkah
yang telah disebutkan sebelumnya
Perbankan

Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang bergerak dalam menghimpun dana masyarakat dan
disalurkannya kembali dengan menggunakan sistem bunga. Dengan demikian, hakikat dan tujuan bank
ialah untuk membantu masyarakat yang memerlukan, baik dalam menyimpan maupun meminjamkan,
baik berupa uang atau barang berharga lainnya dengan imbalan bunga yang harus dibayarkan oleh
masyarakat pengguna jasa bank.
Jenis-jenis Bank

1. Bank Konvesional
Bank konvensional ialah bank yang fungsi
utamanya menghimpun dana untuk disalurkan
kepada yang memerlukan, baik perorangan
maupun badan usaha, guna mengembangkan
usahanya dengan menggunakan system bunga.

2. Bank Islam atau Bank Syari’ah


Bank Islam atau bank syari’ah ialah bank yang
menjalankan operasinya menurut syariat Islam.
Istilah bunga yang ada pada bank konvensional
tidak ada dalam bank Islam. Bank syariah
menggunakan beberapa cara yang bersih dari riba,
antara lain: muḍārabah, musyārakah, waḍ³’ah,
qarḍul hasān, dan murābahah.
Asuransi Syari’ah

Asuransi berasal dari bahasa Belanda,


assurantie yang artinya pertanggungan. Dalam
bahasa Arab dikenal dengan at-Ta’min yang
berarti pertanggungan, perlindungan,
keamanan, ketenangan atau bebas dari
perasaan takut. Si penanggung (assuradeur)
disebut mu’ammin dan tertanggung
(geasrurrerde) disebut musta’min.
Hukum Asuransi
Dalam Islam, asuransi merupakan bagian dari
muāmalah. Kaitan dengan dasar hukum
asuransi menurut fiqh Islam adalah boleh (jaiz)
dengan suatu ketentuan produk asuransi
tersebut harus sesuai dengan ketentuan
hukum Islam. Pada umumnya, para ulama
berpendapat asuransi yang berdasarkan
syari’ah dibolehkan dan asuransi konvensional
haram hukumnya.
Prinsip Asuransi Syariah
 Asuransi syariah menjalankan prinsip
tauhid
 Asuransi syariah menerapkan prinsip
tolong menolong
 Asuransi syariah dilandasi prinsip amanah
 Asuransi syariah mengamalkan prinsip
keadilan

Anda mungkin juga menyukai