Prinsip Dan Praktik Ekonomi Islam
Prinsip Dan Praktik Ekonomi Islam
Prinsip Dan Praktik Ekonomi Islam
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik
diharapkan dapat:
1. Menunjukkan contoh perilaku berekonomi berdasarkan
syariat Islam.
2. Menampilkan perilaku berekonomi berdasarkan prinsip-
prinsip ajaran Islam.
3. Menjelaskan prinsip-prinsip dan praktik ekonomi Islam.
4. Menjelaskan dalil-dalil naṡ tentang prinsip-prinsip dan
praktik ekonomi Islam.
5. Menganalisis prinsip dan praktik ekonomi Islam
6. Menyimpulkan hikmah dan manfaat prinsip-prinsip dan
praktik ekonomi dalam Islam.
Mu’āmalah
1. Barang yang digunakan dalam transaksi ekonomi (produksi, konsumsi, distribusi dan investasi) adalah
barang halal secara zatiyah maupun A’ridiyyah Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S al-Baqarah
ayat 168
Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu (Q.S Al-Baqarah :168)
1. Jual-Beli
Jual-beli menurut syariat agama ialah kesepakatan tukar-menukar
benda untuk memiliki benda tersebut selamanya.
syarat yang harus dipenuhi dan diikuti oleh pelaku jual-beli dalam
agama Islam agar praktiknya sesuai syariat, di antaranya:
1) Ada uang dan barang yang dijadikan sebagai alat transaksi di
mana keduanya harus halal dan suci, bermanfaat, barang
dapat diserahterimakan, dan kondisi barang diketahui oleh
pelaku jual-beli, serta merupakan milik penjual sendiri.
2) Penjual dan pembeli harus memenuhi syarat sebagai orang
yang berakal sehat, baligh/dewasa, dan melakukan transaksi
tersebut atas kemauannya sendiri tanpa unsur paksaan.
3) Adanya akad atau ijab qabul yang disebutkan oleh penjual,
“Saya menjual benda ini kepada Anda dengan harga…” Lalu
dijawab oleh pembeli, “Baik, saya akan membeli benda ini
dengan harga yang telah disebutkan.”
Khiyār
Khiyar adalah bebas memutuskan antara meneruskan jual-beli atau membatalkannya. Hukum Khiyar adalah
boleh.
Macam-macam Khiyar
1) Khiyār Majelis, adalah selama penjual dan pembeli masih berada di tempat berlangsungnya transaksi/tawar-
menawar, keduanya berhak memutuskan meneruskan atau membatalkan jual-beli.
2) Khiyār Syarat, adalah khiyar yang dijadikan syarat dalam jual-beli`
3) Khiyār Aibi (cacat), adalah pembeli boleh mengembalikan barang yang dibelinya jika terdapat cacat yang
dapat mengurangi kualitas atau nilai barang tersebut, namun hendaknya dilakukan sesegera mungkin.
2. Utang-piutang
Utang-piutang adalah menyerahkan harta dan benda kepada seseorang dengan catatan akan dikembalikan
pada waktu kemudian dan tidak mengubah keadaannya. Hutang-piutang hukumnya boleh selama tidak ada
unsur riba di dalamnya.
Rukun Utang-piutang
1) Yang berpiutang dan yang berutang
2) Ada harta atau barang
3) Lafadz kesepakatan
3. Sewa-menyewa
Sewa-menyewa dalam fiqh Islam disebut ijārah, artinya imbalan yang harus diterima oleh seseorang atas
jasa yang diberikannya. Jasa di sini berupa penyediaan tenaga dan pikiran, tempat tinggal, atau hewan.
Sewa-menyewa dalam islam hukumnya adalah boleh.
Secara bahasa, kata syirkah (perseroan) berarti mencampurkan dua bagian atau lebih sehingga tidak
dapat lagi dibedakan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya. Menurut istilah, syirkah
adalah suatu akad yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang bersepakat untuk melakukan suatu
usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan.
Rukun dan Sarat Syirkah
1) Dua belah pihak yang berakad
(‘aqidani). Syarat orang yang melakukan
akad adalah harus memiliki kecakapan
(ahliyah) melak taṡarruf (pengelolaan
harta)
2) Objek akad yang disebut juga ma’qud
‘alaihi mencakup pekerjaan atau modal.
Adapun syarat pekerjaan atau benda
yang dikelola dalam syirkah harus halal
dan diperbolehkan dalam agama dan
pengelolaannya dapat diwakilkan.
3) Akad atau yang disebut juga dengan
istilah ṡigat. Adapun syarat sah akad
harus berupa taṡarruf, yaitu adanya
aktivitas pengelolaan.
Macam-Macam Syirkah
Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang bergerak dalam menghimpun dana masyarakat dan
disalurkannya kembali dengan menggunakan sistem bunga. Dengan demikian, hakikat dan tujuan bank
ialah untuk membantu masyarakat yang memerlukan, baik dalam menyimpan maupun meminjamkan,
baik berupa uang atau barang berharga lainnya dengan imbalan bunga yang harus dibayarkan oleh
masyarakat pengguna jasa bank.
Jenis-jenis Bank
1. Bank Konvesional
Bank konvensional ialah bank yang fungsi
utamanya menghimpun dana untuk disalurkan
kepada yang memerlukan, baik perorangan
maupun badan usaha, guna mengembangkan
usahanya dengan menggunakan system bunga.