Kliping Orde Baru

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

KLIPING

MASA PEMERINTAHAN ORDE BARU dengan


KEPEMIMPINAN SOEHARTO

Nama Kelompok :
- Bayu Ramadan (06)
- Della Aprilia (08)
- Mufita S. R (13)
- Muna Fitriana (14)

Kelas : XII IPA 1

SMA NEGERI 1 PARANG


TAHUN PELAJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga saya berhasil menyelesaikan Kliping
ini yang Alhamdulillah selesai tepat pada waktunya yang berjudul “MASA
PEMERINTAHAN ORDE BARU DENGAN KEPEMIMPINAN SOEHARTO DISERTAI
SUMBERNYA”.

Saya menyadari bahwa Kliping ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu,
kritik dan saran dari guru dan teman-teman yang bersifat membangun , selalu saya
harapkan demi lebih baiknya Kliping ini.

Akhir kata, semoga Kliping ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah
SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Orde Baru (Kepemimpinan Soeharto)

Masa Orde Baru merupakan istilah yang digunakan untuk masa setelah
pemberontakan Gerakan 30 September 1965. Pada masa Orde Baru dibangun tekad
untuk mengabdi pada kepentingan rakyat dan nasional dengan dilandasi oleh
semangat dan jiwa Pancasila serta UUD 1945. Orde Baru merupakan upaya untuk
mengoreksi penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama. Masa Orde Baru
ini dipimpin oleh Soeharto setelah dikeluarkannya Suoersemar (Surat Perintah
Sebelas Maret) oleh Presiden Soekarno. Yang mana pada waktu itu Soeharto
diberikan amanat untuk menjaga stabilitas negara dan bertanggung jawan terhadap
Presiden Soekarno, dan setelah itu harus mengembalikan surat tersebut kepada
Presiden Soekarno karena telah melaksanakan tugasnya. Namun Soeharto tidak
mengembalikan Supersemar melainkan menjadikan TAP MPRS yang mana pada
saat itu Soeharto tidak lagi bertanggung jawab kepada Presiden Soekarno melainkan
bertanggung jawab terhadap MPR hingga diangkatnya ia menjadi Presiden pada
tahun 1966.
Dalam Supersemar terdapat 3 point tugas utama yang harus dijalankan oleh
Soeharto. Isinya adalah :
1. Presiden/Panglima tertinggi ABRI/pemimpin Besar Revolusi/Mandataris MPRS
Soekarno, memutuskan, memerintahkan kepada Letjend Soeharto selaku
panglima Angkatan Darat, mengambil tindakan yang perlu agar terjamin
keselamatan pribadi dan kewibawaan Presiden Soekarno demi keutuhan
bangsa dan negara. 
2. Pengkoordinasian panglima angkatan lain 
3. Melaporkan dan bertanggung jawab terhadap segala yang berhubungan
dengan point kedua.
Surat ini diterbitkan oleh Presiden Soekarno untuk mengembalikan
keamanan dan keamanan dan ketertiban. Demonstrasi dan kekacauan di ibukota tak
berubah, meski Soekarno telah melantik kabinet Dwikora yang Disempurnakan atau
lebih dikenal dengan sebutan “Kabinet 100 menteri” pada tanggal 11 Maret 1967.
Dalam rapat kabinet yang dipimpin oleh Presiden Soekarno pada tanggal tersebut,
Letjend Soeharto tidak hadir dengan alasan sakit. Akhirnya, Presiden Soekarno tidak
dapat menyelesaikan rapat dan pergi ke Bogor demi alasan keamanan. Pengantian
pemerintahan Orde Baru secara resmi ketika Letjend Soeharto dilantik menjadi
Pejabat Presiden Republik Indonesia pada tanggal 12 Maret 1967.
Konsep yang diambil dari tema “Orde Baru (kepemimpinan
Soeharto)

1. Nasionalisme

Rasa Nasionalisme merupakan rasa. Pada dasarnya atau pada awalnya


militer dibentuk sebagai senjata untuk melawan penjajah yang ada di Indonesi
awalnya bernama yang bernama PETA menjadi BKR kemudian dilanjutkan dengan
terbentuknya TKR kemudian hingga dibentuknya TRI sampai berubah namanya
menjadi TNI.
2. Militer

Sebagai tindak lanjut keluarkannya Surat Perintah Sebelas Maret, Letnal


Jendral Soeharto mengambil beberapa tindakan. Pada tanggal 12 Maret 1966, ia
mengeluarkan surat keputusan yang berisi pembubaran dan larangan bagi Partai
Komunis Indonesia serta Ormas-Ormas yang bernaung dan berlindung atau senada
dengannya untuk beraktivitas dan hidup di wilayah Indonesia. Keputusan ini
kemudian diperkuat dengan Keputusan Presiden/Panglima Tinggi ABRI/Mandataris
MPRS No.1/3/1966 tanggal 12 Maret 1966. Keputusan pembubaran Partai Komunis
Indonesia bersama Ormas-ormasnya mendapat sambutan dan dukungan karena
merupakan salah satu realisasi dari Tritura.
3. Otoriter

Masa pemerintahan Presiden Soeharto diawali dengan Surat Perintah Sebelas Maret
(Supersemar) pada tahun 1966 stelah Presiden Soekarno menyerahkan Supersemar
tersebut. Dan masa Orde Lama berakhir berganti dengan masa Orde Baru. Pada
masa pemerintahan presiden Soeharto – Orde baru masa pemerintahan tersebut
sangat otoriter, semua rakyat harus tunduk patuh pada pemerintah. Tidak boleh ada
pemberitaan terntang pemerintah. Pada masa itu pers sangat dibatasi oleh
pemerintah. Pemerintah lebih suka mengembangkan sayapnya tanpa melalui pers.
Dan juga tidak boleh ada yang menjatuhkan pemerintah, tidak boleh ada yang
mengkritik tentang kinerja pemerintah. Karena pada dasarnya sudah di atur semua
oleh pemerintah. Pemerintahan pada masa Orde baru memang bisa dikatakan
pemerintahan yang otoriter, karena pada masa pemerintahan presiden Soeharto
hanya beliau yang boleh mengatur segala sesuatu yang ada dalam pemerintahan.
Pada awalnya sifat kepemimpinan yang baik dan menonjol dari Presiden Soeharto
adalah kesederhanaan, keberanian, dan kemampuan untuk mengambil inisiatif dan
keputusan, tahan menderita dengan kualitas mental yang sanggup menghadapi
bahaya srta konsisten dengan segala keputusan yang ditetapkan.
4. Ekonomi

Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, program yang disusun sudah jelas
arahnya untuk kepentingan apa. Salah satu untuk kepentingan Ekonomi yaitu
Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun), hal ini dilakukan karena pada masa
awal kekuasaan pemerintahan Presiden Soeharto Indonesia sudah mengalami
kemerosotan ekonomi yang ditinggalkan dari pemerintahan sebelumnya.
Kemerosoan ini ditandai dengan pendapatan perkapita penduduk Indonesia hanya
mencapi 70 dollar AS. Untuk mengatasinya Presiden Soeharto membuat rencana
jangka pendek yang diarahkan kepada pengendalian inflasi dan usaha rehabilitasi
sarana ekonomi, peningkatan kegiatan ekonomi, dan pencukupan kebuthan
sandang.
W.W. Rostow adalah ekonom Amerika Serikat yang dianggap sebagai
bapak teori pembangunan dan pertumbuhan. Teorinya mengenai
Pertumbuhan Ekonomi sangat mempengaruhi model pembangunan di hampir
semua Negara Dunia Ketiga. Pemikirannya sesungguhnya ditujukan untuk
membendung pengaruh Sosialismme di seluruh dunia melalui modernisasi.

Teori pertumbuhan Rostow dijelaskan secara rinci dalam “skema lima


tahap” (five-stage scheme) dari tradisional menunju modern. Teori
modernisasi banyak ditepakan di negara-negara dunia ketiga, salah satunya
adalah Indonesia. Pada masa pemerintahan Orde Baru, Presiden Soeharto
sangat jelas menerapkan model pertumbuhan ekonomi Rostow melalui
pencanangan Pembangunan Lima Tahun (Pelita).
Sebagai Mayor Jenderal, Soeharto (di kanan muka) menghadiri pemakaman umum
para jenderal yang tewas dalam G30S, tanggal 5 Oktober 1965 (Foto
oleh Departemen Penerangan Indonesia).
Berakhirnya Pemerintahan Orde Baru

Kegagalan PKI dalam upaya kudeta pada tahun 1965 menimbulkan dua


permasalahan besar bagi Indonesia. Pertama, carut-marutnya perekonomian
Indonesia dengan inflasi sampai 600%. Kedua, terjadinya konflik sosial akibat
dendam pada PKI dan organisasi bawahannya. Kedua permasalahan tersebut
perlahan-lahan bisa diatasi dengan tampilnya Jenderal Soeharto.  Orde Baru   pun
lahir dengan tekad melaksanakan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
secara murni dan konsekuen. Selanjutnya,  Orde Baru   bertakhta dalam kehidupan
bangsa Indonesia selama 32 tahun. Mengapa  Orde Baru   bisa tumbang pada tahun
1998?

Runtunya Rezim Orde Baru disebabkan oleh beberapa faktor baik yang datang dari
eksternal maupun internal negeri. Faktor Ekternal yaitu pengaruh krisis moneter Asia
yang melanda Thailand, sedangkan faktor internal yaitu stagnansi perekonomian
Indonesia serta kolusi, korupsi, dan nepotisme yang menggerogoti pemerintahan.
Berikut dibawah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai Faktor-faktor penyebab
runtuhnya orde baru.
Krisis Politik

Krisis politik yang terjadi pada tahun 1998 merupakan puncak dari berbagai kebijakan politik
pemerintahan Orde Baru. Berbagai kebijakan politik yang dikeluarkan pemerintahan Orde
Baru selalu dengan alasan dalam kerangka pelaksanaan demokrasi Pancasila. Namun yang
sebenarnya terjadi adalah dalam rangka mempertahankan kekuasaan Presiden Suharto dan
kroni-kroninya. Artinya, demokrasi yang dilaksanakan pemerintahan Orde Baru bukan
demokrasi yang semestinya, melainkan demokrasi rekayasa. Dengan demikian, yang terjadi
bukan demokrasi yang berarti dari, oleh, dan untuk rakyat, melainkan demokrasi yang berarti
dari, oleh, dan untuk penguasa. Pada masa Orde Baru, kehidupan politik sangat represif,
yaitu adanya tekanan yang kuat dari pemerintah terhadap pihak oposisi atau orang-orang
yang berpikir kritis.
Krisis Hukum
Rekayasa-rekayasa yang dibangun pemerintahan Orde Baru tidak terbatas
pada bidang politik. Dalam bidang hukumpun, pemerintah melakukan intervensi.
Artinya, kekuasaan peradilan harus dilaksanakan untuk melayani kepentingan para
penguasa dan bukan untuk melayani masyarakat dengan penuh keadilan. Bahkan,
hukum sering dijadikan alat pembenaran para penguasa. Kenyataan itu
bertentangan dengan ketentuan pasa 24 UUD 1945 yang menyatakan bahwa
kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan terlepas dari kekuasaan
pemerintah (eksekutif).
Krisis hukum pada masa Orde Baru juga tercermin dari berbagai praktik pelanggaran
HAM. Pelanggaran HAM tersebut seperti pemberlakuan Daerah Operasi Militer
(DOM) di Aceh, penumpasan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Papua, terjadinya
kasus Marsinah, dan penculikan aktivis mahasiswa reformasi. Kasus pelanggaran
HAM antara lain berupa pembunuhan, penculikan, penyiksaan, dan penghilangan
secara paksa. Pelanggaran tersebut merupakan dampak pendekatan keamanan
yang dilakukan ABRI dalam menyelesaikan masalah-masalah pembangunan.

Munir Said Thalib, korban pelanggaran HAM era Orde Baru


Krisis Ekonomi
Krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara sejak Juli 1996
mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia. Ternyata, ekonomi
Indonesia tidak mampu menghadapi krisis global yang melanda dunia. Krisis
ekonomi Indonesia diawali dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika Serikat. Pada tanggal 1 Agustus 1997, nilai tukar rupiah turun dari Rp
2,575.00 menjadi Rp 2,603.00 per dollar Amerika Serikat. Pada bulan Desember
1997, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat turun menjadi Rp 5,000.00
per dollar. Bahkan, pada bulan Maret 1998, nilai tukar rupiah terus melemah dan
mencapai titik terendah, yaitu Rp 16,000.00 per dollar Krisis ekonomi yang melanda
Indonesia tidak dapat dipisahkan dari berbagai kondisi, seperti: 1)Hutang luar negeri
Indonesia yang sangat besar menjadi penyebab terjadinya krisis ekonomi. Meskipun,
hutang itu bukan sepenuhnya hutang negara, tetapi sangat besar pengaruhnya
terhadap upaya-upaya untuk mengatasi krisis ekonomi.

Krisis ekonomi tersebut ditandai dengan:


1. kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat melemah,
2. pemerintah melikuidasi enam belas bank bermasalah pada akhir 1997,
3. pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang
mengawasi empat puluh bank bermasalah lainnya,
4. perusahaan milik negara dan swasta banyak yang tidak dapat membayar
utang luar negeri yang telah jatuh tempo,
5. angka pemutusan hubungan kerja (PHK) meningkat karena banyak
perusahaan yang melakukan efisiensi atau menghentikan kegiatannya sama
sekali, dan persediaan sembilan bahan pokok di pasaran mulai menipis pada
akhir tahun 1997.  Akibatnya harga-harga barang naik tidak terkendali dan hal itu
berarti biaya hidup juga makin tinggi.
Krisis Sosial

Krisis politik, hukum, dan ekonomi merupakan penyebab terjadinya krisis sosial.
Pelaksanaan politik yang represif dan tidak demokratis menyebabkan terjadinya
konflik politik maupun konflik antar etnis dan agama. Semua itu berakhir pada
meletusnya berbagai kerusuhan di beberapa daerah, khususnya kerusuhan-
kerusuhan anti-Cina di sejumlah kota di Indonesia. Kelompok Cina/Tionghoa
merupakan sasaran kemarahan masyarakat. Hal itu karena kelompok Cina/Tionghoa
mendominasi perekonomian di Indonesia. Badai krisis ekonomi makin menjalar
dalam bentuk gejolak-gejolak non-ekonomi.. Ketimpangan perekonomian Indonesia
memberikan sumbangan terbesar terhadap krisis sosial. Pengangguran, persediaan
sembako yang terbatas, tingginya harga-harga sembako, rendahnya daya beli
masyarakat merupakan faktor-faktor yang rentan terhadap krisis sosial.
Krisis Kepercayaan

Krisis multidimensional yang melanda bangsa Indonesia telah mengurangi


kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Presiden Suharto.
Ketidakmampuan pemerintah dalam membangun kehidupan politik yang demokratis,
menegakkan pelaksanaan hukum dan sistem peradilan, dan pelaksanaan
pembangunan ekonomi yang berpihak kepada rakyat banyak telah melahirkan krisis
kepercayaan. Krisis ini akhirnya berujung pada diturunkannya Soeharto dari kursi
kepresidenan yang juga merupakan tanda berakhirnya Orde Baru dan dimulainya
era Reformasi dengan diangkatnya B.J. Habibie sebagai Presiden RI ke-3.

Pelantikan B.J. Habibie Sebagai Presiden RI ke-3


DAFTAR PUSTAKA

http://www.idsejarah.net/2016/02/orde-baru-kepemimpinan-soeharto.html

http://www.kompasiana.com/dita_hanipah/pembangunan-ekonomi-era-orde-
baru_56f88cbf587b613b048b456f

https://xiiiisdua.wordpress.com/2016/01/22/krisis-multidimensional-pada-masa-orde-
baru/

Anda mungkin juga menyukai