Tugas 1 Humas

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 1

HUBUNGAN MASYARAKAT

1. Jelaskan perbedaan antara hubungan dan komunikasi dalam elemen


kehumasan !

Humas pada dasarnya adalah mengelola sebuah hubungan klien (organisasi


ataupun personal) dengan publik-publiknya. Pengelolaan humas meliputi
membangun, mengembangkan dan menjaga hubungan agar tetap baik.
Hubungan yang baik dapat memperlancar oprasional organisasi dan tujuan-
tujuan personal. Melalui humas, sebuah organisasi ataupun personal
akan dapat mempertahankan hubungannya dengan publik-publik
sehingga publik senantiasa memperhatikan, peduli, serta mendukung tujuan-
tujuan organisasi danpersonal.

Suatu hubungan memiliki dimensi hubungan yang simetris dan asimetris.


Hubungan yang simetris adalah hubungan yang menganggap posisi kedua belah
pihak yang berhubungan sama penting, sedangkan hubungan asimetris
menganggap posisi salah satu lebih penting daripada yang lain.

Komunikasi berarti berkaitan dengan siapa mengatakan apa kepada siapa


dengan cara bagaimana dan apa salurannya serta dengan tujuan apa. Menurut
Kusumastuti (2007) komunikasi dalam perspektif humas harus direncanakan
oleh organisasi sampai pada efek yang diharapkan dari aktivitas komunikasi
tersebut.

Dengan demikian, humas berarti penguasaan memilih komunikator, mengemas


dan memilih pesan, merencanakan media, serta menentukan sasaran public
yang tepat, akurat, dan sesuai dengan kebutuhan organisasi dan publiknya.
Komunikasi humas juga mesti difokuskan pada tujuan terciptanya hubungan
yang favourable bagi kepentingan kedua belah pihak, antara organisasi dan
publiknya.

2. Jelaskan cara membangun dan menjaga hubungan dalam kegiatan kehumasan!

Dalam membina hubungan yang harmonis pada dasarnya mengacu pada sikap
saling menghargai (mutual appreciation), saling pengertian (mutual
understanding), saling mempercayai (mutual confidence) dan toleransi.
Hubungan yang baik dengan media massa tersebut dibangun melalui suatu
kejujuran, serta mau membantu untuk pelayanan pemberian sumber berita atau
informasi yang diperlukan dalam suasana saling menghormati, dan adanya
keterusterangan. Hubungan baik dengan media dapat tercapai apabila pihak PR
menerapkan prinsip-prinsip membina hubungan yang harmonis yaitu:
1. Mutlak adanya kejujuran, dan keterusterangan.
2. Memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada pers /media .
3. Jangan meminta-minta atau mengemis kepada pers/wartawan, misalnya agar
press release bisa dimuat padahal nilai beritanya tidak ada sama sekali.
4. Jangan coba-coba minta untuk menutup saluran informasi, misalnya pihak
humas mengucapkan, no comment, tidak tahu, tolong jangan dimuat, hingga off
the record kepada pihak pers. Kalau saluran informasi tersebut ditutup, maka
pers akan mencari informasi tidak resmi, yang kebenarannya tidak dapat lagi
terkontrol oleh pihak humasnya.
5. Jangan terlalu membanjiri media dengan segala macam publisitas yang tidak
jelas tujuan atau sasaran yang hendak dicapai.
6. Selalu meng-updated setiap daftar nama reporter, tugas peliputannya, alamat
dan telepon redaksi dan sebagainya, agar dalam kerjasama itu saling mengenal
dengan baik antar kedua belah pihak dalam upaya membangun ”good press
relationship” tersebut (Ruslan,199:158).
Berdasarkan pengalamannya sebagai juru bicara dari beberapa organisasi
pemerintah Amerika Serikat, Marguerite H. Sullivan memberikan masukan apa
yang harus dilakukan dan yang tidak dilakukan ketika berhubungan dengan
media. Menurut Sullivan yang harus dilakukan adalah antara lain:
1. Harus selalu menyampaikan kebenaran
2. Harus jujur dan akurat. Kredibilitas dan reputasi anda tergantung pada hal ini.
3. Harus segera meralat kesalahan. Katakan bahwa sebelumnya anda tidak
memberikan jawaban yang memadai dan anda ingin memberi penjelasan.
4. Harus seterbuka mungkin dengan media
5. Harus menghubungi wartawan yang tulisannya kurang akurat. Tunjukkan
kesalahannya dengan sopan dan ralatlah.
6. Harus berusaha memberikan informasi yang diminta wartawan, walaupun itu
membuat anda bekerja ekstra, seperti bekerja sampai larut atau mengantar
sendiri materi yang dibutuhkan. Sedangkan yang tidak boleh dilakukan antara
lain adalah: jangan sekali-kalipun berbohong, jangan sekali-kalipun mengatakan
”no comment”, jangan bilang ”of the record” setelah anda membuat pernyataan,
jangan berimprovisasi, berspekulasi dan menebak-nebak dan jangan
mengumumkan apapun bila informasinya belum ada ditangan anda. Bentuk-
bentuk hubungan media dapat dilakukan melalui pendekatan hubungan
fungsional (kelembagaan) maupun melalui pendekatan antar pribadi antara PRO
dan wartawan. Hubungan baik antara suatu lembaga dengan media
massa/wartawan perlu dirancang agar dapat terjalin secara berkesinambungan
dan dapat menghasilkan kerjasama yang menguntungkan antara ke dua belah
pihak. Dalam kaitan itu PR perlu merancang berbagai aktivitas yang dapat
mempertemukan atau menghubungkan PR dengan pers baik melaui kontak
secara resmi melalui event-event yang sengaja dirancang maupun kontak tidak
resmi .
Berbagai aktivitas yang dapat dilakukan menurut Ruslan (1999) dan Aceng
(2000) adalah: 1. Konferensi Pers (Press Conference) atau Jumpa pers, yaitu
suatu pertemuan khusus dengan pihak pers yang bersifat resmi yang
diselenggarakan oleh PRO yang sekaligus bertindak sebagai nara sumber dalam
upaya menjelaskan suatu permasalahan yang sedang dihadapi, peristiwa atau
kegiatan penting dan besar yang akan atau sudah dilakukan perusahaan.
2. Wisata Pers (Press Tour), yaitu dengan mengajak wartawan dari berbagai
media massa yang telah dikenal baik untuk mengikuti perjalanan pejabat atau
pimpinan perusahaan ke luar kota selama lebih dari satu hari, untuk meliput
secara langsung mengenai perjalanan atau kegiatan yang dilakukan oleh pejabat
atau perusahaan tersebut.
3. Resepsi Pers (Press Reception) dan Press Gathering yaitu dengan
mengundang wartawan dalam sebuah resepsi atau acara baik formal maupun
informal yang sengaja diadakan untuk para pemburu berita. Tujuan acara ini
lebih untuk mengikatkan hubungan tali silaturami yang lebih erat antara kedua
belah pihak, walaupun bisa saja pada kesempatan itu perusahaan atau PR
menyisipkan pemberian keterangan persnya. Acara yang diadakan biasanya di
luar tugas fungsionalnya masing-masing seperti berbuka puasa bersama, Tahun
Baru dan Natal bersama, acara Olah Raga bersama, atau sekedar makan siang
dan malam bersama yang dilanjutkan dengan acara hiburan.
4. Taklimat Pers (Press Breifing), yaitu suatu bentuk jumpa pers resmi yang
diselenggarakan secara periodik pada awal/akhir bulan atau tahunan oleh pihak
PR dan pejabat tinggi instansi yang bersangkutan. Pertemuan ini mirip dengan
diskusi atau dialog, saling memberikan masukan atau informasi yang cukup
penting bagi kedua belah pihak. Aktivitas lain yang dapat dilakukan oleh PRO
adalah mengunjungi kantor/redaksi media massa, membuat siaran pers (press
realese), memberikan kesempatan wawancara pers, membuat press counter,
membuat forum diskusi wartawan, keterangan pers , peliputan kegiatan sampai
dengan aktivitas yang dilakukan untuk mempererat hubungan secara pribadi
antara PRO dengan wartawan yang tidak ada kaitannya secara langsung
dengan pemberitaan, seperti memberi ucapan selamat ulang tahun, kenaikan
jabatan, mengirim kartu, bunga, gift, berkorespondensi, dan sebagainya.
Aktivitas membina hubungan baik jangan hanya dilakukan ketika lembaga atau
PRO membutuhkan pers tetapi dilakukan secara terencana dan
berkesinambungan sehingga menimbulkan saling pengertian, saling menghargai,
saling percaya dan saling membantu antara PRO dan insan pers.

Sumber : BMP SKOM4103/MODUL 2

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131570332/penelitian/AKTIVITAS+PUBLIC+REL
ATIONS+
+DALAM+RANGKA+MEMBINA+HUBUNGAN+BAIK+DENGAN+MEDIA+MASSA
_1.pdf

Anda mungkin juga menyukai